PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Distribusi kasus cedera kepala / cedera otak terutama melibatkan kelompok usia
produktif, yaitu antara 15 – 44 tahun, dengan usia rata – rata sekitar tiga puluh tahun, dan
lebih didominasi oleh kaum laki – laki dibandingkan kaum perempuan. Adapun
penyebab yang tersering adalah kecelakaan lalu lintas ( 49 % ) dan kemudian disusul
dengan jatuh (terutama pada kelompok usia anak – anak).
Pada kehidupan sehari – hari cedera kepala adalah tantangan umum bagi
kalangan medis untuk menghadapinya, di mana tampaknya keberlangsungan proses
patofisiologis yang diungkapkan dengan segala terobosan investigasi diagnosik medis
mutakhir cenderung bukanlah sesuatu yang sederhana. Berbagai istilah lama seperti
kromosio dan kontusio kini sudah ditingalkan dan klasifikasi cedera kepala lebih
mengarah dalam aplikasi penanganan klinis dalam mencapai keberhasilan penanganan
yang maksimal.
Cedera pada kepala dapat melibatkan seluruh struktur lapisan, mulai dari lapisan
kulit kepala atau tingkat yang paling ringan, tulang tengkorak , durameter, vaskuler otak,
sampai jaringan otak sendiri. Baik berupa luka tertutup, maupun trauma tembus. Dengan
pemahaman landasan biomekanisme-patofisiologi terperinci dari masing – masing proses
di atas, yang dihadapkan dengan prosedur penanganan cepat dan akurat, diharapkan
dapat menekan morbilitas dan mortalitasnya.
Jenis beban mekanik yang menimpa kepala sangat bervariasi dan rumit. Pada
garis besarnya dikelompokkan atas dua tipe yaitu beban statik dan beban dinamik. Beban
statik timbul perlahan – lahan yang dalam hal ini tenaga tekanan diterapkan pada kepala
secara bertahap, hal ini bisa terjadi bila kepala mengalami gencetan atau efek tekanan
yang lambat dan berlangsung dalam periode waktu yang lebih dari 200 mili detik. Dapat
mengakibatkan terjadinya keretakan tulang, fraktur multiple, atau kominutiva tengkorak
atau dasar tulang tengkorak. Biasanya koma atau defisit neurologik yang khas belum
muncul, kecuali bila deformasi tengkorak hebat sekali sehingga menimbulkan kompresi
dan distorsi jaringan otak, serta selanjutnya mengalami kerusakan yang fatal.
Mekanisme ruda paksa yang lebih umum adalah akibat beban dinamik, dimana
peristiwa ini berlangsung dalam waktu yang lebih singkat ( kurang dari 200 mili detik).
Beban ini dibagi menjadi beban guncangan dan beban benturan. Komplikasi kejadian ini
dapat berupa hematoma intrakranial, yang dapat menjadikan penderita cedera kepala
derajat ringan dalam waktu yang singkat masuk dalam suatu keadan yang gawat dan
mengancam jiwanya.Disatu pihak memang hanya sebagian saja kasus cedera kepala
yang datang kerumah sakit berlanjut menjadi hematom, tetapi dilain pihak “ frekuensi
hematom ini terdapat pada 75 % kasus yang datang sadar dan keluar meninggal “.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera
Kepala” mahasiswa mampu memahami “Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera
Kepala”.
2. Tujuan Khusus
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Cedera Kepala”
mahasiswa mampu :
a. Memahami dan menjelaskan Konsep Penyakit Cedera Kepala.
b. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Cedera Kepala.
c. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta : Salema Medika
Batticaca Fransisca B, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta : Salemba Medika
Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Erlangga
Lecture Notes, 2005, Neurologi, Lionel Ginsberg : Erlangga
http://id.scribd.com/doc/85827418/Laporan-Kasus-Cedera-Kepala (di unduh pada tanggal 21
November 2012)
http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-pendahuluan-cedera-
kepala.html (di unduh pada tanggal 26 November 2012)
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-cedera-kepala-ringan/ (di unduh pada tanggal 26 November 2012)
PrigunaSidharta, SakitNeuromuskuloskeletaldalamPraktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.
Chusid, IG, NeuroanatomiKorelatifdanNeurologiFungsional, Yogyakarta : Gajahmada
University Press, 1993.
BAB III
TINJAUAN KASUS
b. Tanda ( obyektif )
1) Suhu tubuh : 37,4 o c
2) Berat badan : 70 kg , tinggi badan : 158 cm , turgor kulit : normal
tonus otot : normal
3) Edema : (-)
4) Ascites : (-)
5) Integritas kulit perut : normal
6) Distensi vena jugularis : tidak ada
7) Hernia / masa : (-)
8) Bau mulut/ halitosis : tidak ada
9) Kondisi mulut/gigi/mukosa mulut dan lidah : bersih, normal
3. Pernafasan, aktifitas dan latihan pernafasan
a. Gejala ( subyektif)
1) Dispneu (-)
2) Yang meningkatkan / mengurangiu sesak (-)
3) Pemajanan terhadap udara berbahaya
4) Penggunaan alat bantu : -
b. Tanda (obyektif)
1) Pernafasan : frekuensi : 20x/menit, 2)kedalaman normal :, 3) simetris
simetris kanan dan kiri
2) Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada
3) Batuk : tidak ada
4) Fremitus : tidak ada
5) Egofoni : tidak ada
6) Perkusi normal
4. Aktifitas ( termasuk kebersihan diri ) dan latihan
a) Gejala ( subyektif )
1) Kegiatan dalam pekerjaan
Pasien belum bekerja
2) Kesulitan / keluhan dalam aktifitas
Pasien tidak dibolehkan turun dari tempat tidur, pasien diharuskan bed rest.
3) Toileting
BAB : 1x/hari, warna : coklat, bau : khas
BAK 7x/hari, jumlah 800cc/hari
4) Keluhan sesak nafas setelah aktifitas
Tidak ada
5) Mudah merasa kelelahan
Tidak ada
b) Tanda ( obyektif)
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati
Pasien tampak bed res di tempat tidur pasien, terpasang infus , dan monitor
ttv.
2) Status mental
Normal
3) Penampilan umum
Pasien tampak lemah, ada jejas di lengan kanan. Ada bekas operasi di
bagian kepala.
4) Pengkajian neuromuskuler
5) Masa / tonus otot
6) Bau badan : normal , kuku bersih : normal
5. Istrahat
a) Gejala (subyektif )
1) Kebiasaan tidur
Pasien sering terbangun selama sakit
2) Masalah berhubungan dengan tidur
Pasien sulit tidur karena nyeri kepala post craniotomy.
b) Tanda (obyektif)
Pasien tampak mengantuk, lemah , pandangan mata kosong, pasien tampang
linglung post operasi craniotomy.
6. Sirkulasi
a) Gajala ( subyektif)
Tidak ada edema
b) Tanda (obyektif)
1) TD : 133/81 mmHg
2) Nadi : 90 x/ menit
3) Bunyi jantung : normal, gallop tidak ada, bissing tidak ada
4) Ekstremitas : ada jejas di lengan kanan
5) Bibir : mukosa bibir bersih, lidah bersih, warna : merah muda
7. Eliminasi
a) Gejala (subyektif)
1) Pola BAB
Pasien BAB 1/hari,warna coklat, bau : khas
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB : (-)
3) Kesulitan BAB (-)
4) Penggunaan laksatif (-)
5) Riwayat perdarahan (-)
6) Riwayat riwayat inkontinensia alvi (-)
7) Penggunaan alat – alat :
Terpasng infus di ekstremitas atasdan monitor ttv
8) Kesulitan BAK (-)
9) Keluhan BAK (-)
b) Tanda (obyektif )
1) Abdomen
Inspeksi : tidak ada benjolan
Auskultasi : bissing usus normal
Palpasi : tidak teraba benjolan
Perkusi : timpani (+)
2) Pola eliminasi
Konsistensi lunak , BAB 1X/hari , warna coklat bau: khas
BAK 7x/hari, 800cc/jam
8. Neurosensori dan kognitif
a) Gejala (subyektif)
Pengkajian nyeri
P: proses penyakit
Q : seperti tertusuk
R : kepala
S :5
T : hilang timbul
Pandangan mata kosong, pasien tampak linglung.
b) Tanda (obyektif)
Kesadaran : composmentis
Pandangan mata pasien kosng, pasien tampak linglung post operasi craniotomy,
pasien masih belum bisa diajak komunikasi.
9. Keamanan
a) Gejala ( subyektif )
Pasien tidak ada alergi obat maupun makanan.
Psien tidak memiliki riwayat kejang .
b) Tanda ( obyektif )
Suhu tubuh : 37,4oc
Integritas jaringan : normal.
Ada jejas dilengan kanan.
10. Seksual dan reproduksi
a) Gejala (subyektif)
Tidak ada masalah pada fungsi seksual dan tidak ada masalah pada hubungan
seksual
b) Tanda (obyektif)
tidak ada pembengkakan
Kulit genital normal
11. Persepsi diri,konsep diri dan mekanisme koping
a) Gejala (subyektif)
1) Orang tua pasien mengatakan pengambilan keputusan dibatu oleh
keluarganya , pasien selalu meminta pendapat anggota keluarga bila ada
masalah.
Orang tua Pasien merasa cemas dan khawatir terhadap kondisi kesehatan
anaknya saat ini, orang tua pasien mengatakan ingin anaknya segera
sembuh dari sakitnya dan bisa berktifitas lagi seperti dulu sebelum sakit.
2) Konsep diri
Citra diri : pasien seorang perempuan berusia 22 tahun, mahasiswi
Ideal diri : pasien masih kuliah
Harga diri : pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. .
b) Tanda (obyektif)
Pandangan mata pasien kosong, pasien tampak linglung, pasien masih belum
bisa diajak komunikasi.
12. Interaksi sosial
a) Gejala (subyektif)
Orang tua Pasien mengatakan orang terdekat anaknya ayah dan ibunya.
Biasanya setiap pasien ada masalah pasien meminta bantuan orang tuanya
b) Tanda (obyektif)
Pasien masih belum bisa diajak komunikasi, pandangan mata kosong, pasien
tampak linglung.
13. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
a) Gelaja (subyektif)
Sumber kekuatan pasien adalah keluarganya.
Pasien beragama islam, pasien selalu menjalankan solat 5 waktu .
b) Tanda (obyektif)
Orang tua pasien tampak cemas dan khawatir dengan kondisi anaknya, orang
tua pasien ingin anaknya segera sembuh dari sakitnya.
D. Data penunjang
1) Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 10/05/2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 11,4 g/dl 13,00-16,00
Hematokrit 32,8 % 40-54
Leukosit 12.800 10^3/ul 3,8-10,6
Trombosit 221000 10^3/ul 150-40011,60-
14,80
2) Obat –obatan
Inf RL 20 tpm
Citicolin 500mg/12jam
Pct : 1 gram/8jam
Kalnex 500mg/8jam
Manitol 100 cc/6jam
Ranitidin 50 mg/12 jam
Phenytoin 20mg/24jam
Ceftriaxon 2gram/24 jam
ANALISA DATA
Data subyektif & obyektif Masalah Etiologi
S:- Gangguan rasa nyaman nyeri peningkatan tekanan intra
kranial
Pengkajian nyeri
P: proses penyakit
Q : seperti tertusuk
R : kepala
S :5
T : hilang timbul
O:
Tampak bekas luka post
operasi craniotomy di kepala
Pandangan mata pasien
kosong, pasien tampak
linglung
Td : 133/81 mmhg
Nadi : 90 x/menit
Suhu 37,4
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intra kranial
2. Resiko tinggi infeksi b.d jaringan trauma, kerusakan kulit kepala
INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Intervensi
Gangguan rasa Rasa nyeri - Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan
nyaman nyeri b.d berkurang setelah lamanya.
-
IMPLEMENTASI
NO WAKTU TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PASIEN TTD
1 08.00 - Teliti keluhan nyeri, catat S:-
intensitasnya, lokasinya dan lamanya. O:
Pasien tampak menahan
nyeri
1 10.00 - Catat kemungkinan patofisiologi yang S:-
khas, misalnya adanya infeksi, trauma O:
servikal. Td : 130/80 mmhg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 37,4
Bagian kepala tertutup
perban
2 12.00 Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, S : -
pertahankan teknik cuci tangan yang O : setiap masuk ruang
baik. rawat pasien perawat selalu
cuci tangan
2 08.00 - Kolaborasi pemberian atibiotik sesuai S:-
indikasi. O : injeksi ceftriaxon
2gram/24 jam
A. PENGKAJIAN
1. KENDALA PENGKAJIAN
a. Lengkap
Data yang dikumpulkan belum cukup lengkap dikarenakan data didapat
melalui hasil observasi pengkajian fisik dan wawancara.
b. Akurat dan nyata
Keakuratan dari data yang didapatkann belum dapat dijadikan patokan
untuk pengambilan diagnosa keperawatan dikarenakan belum ada data
penunjang yang mendukung.
c. Tidak Relevan
Data yang didapatkan cukup relevan karena sesuai dengan proses
pengkajian yang melalui tahap wawancara dengan keluarga, observasi dan dari
data rkam medic serta penunjang. Tetapi tidak dapat mewawancarai klien
karena klien mengalami penurunan kesadaran
2. SOLUSI
Solusi untuk kendala-kendala yang didapatkan saat pengkajian yaitu :
a. Melakukan wawancara dengan keluarga pasien demi mendapatkan data-data
tambahan sebagai acuan untuk membuat diagnosa.
b. Mencocokan hasil wawancara dengan keluarga, hasil observasi dan hasil
pengkajian fisik dengan buku rekamedik.
c. Melihat hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil Lab, hasil ct-scan, hasil EKG
dan sebagainya untuk melengkapi data-data dalam pembuatan diagnosa
keperawatan.
B. DIAGNOSA
1. DEFINISI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan : ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d infark di
thalamus stroke hemoragik
Ketidak efektifan perfusu jaringan serebral adalah mengalami penurunan sirkulasi
jaringan otak yang dpat mengganggu kesehatan.
b. Kendala Tindakan
Kendala selama tindakan yaitu saat melakukan tindakan terapi murrotal tidak
dilakukan dengan earphone hanya menggunakan hp yang diletakkan di samping
klien dan didengarkan dengan volume yang sesuai. Pda jurnal “Murottal Al-
Quran dapat meningkatkan kesadaran pada pasien stroke hemoragik” terapi
dilakukan selama 6-7 hari tetapi pada aplikasi klien diruang ICU RS Ungaran
hanya dapat dilakukan selama 3 hari.
c. Solusi
Mengingat tindakan terapi murrotal ini dalam meningkatkan tingkat kesadaran
klien dan ini harus di sertakan bersama keluarganya agar ada dukungan dari
kelurga terhadap kesembuhan klien dan terapi ini bias dilakukan lebih dari 3
pasien untuk melihat perbandingan yang signfikan, tapi sejauh tindakan yang
telah dilakukan selama 3 hari tidak ada peningkatan tingkat kesadaran yang
signifikan.
6. Hasil
Hasil sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi murottal AL-Quran:
GCS / tingkat GCS/tingkat
Hari/tgl Lama relakasi kesadaran kesadaran TTV TTV
TD : 136/74 TD : 148/77
Minggu HR : 78 HR : 83
E2 M4 V1 E2 M4 V1
12-08-2018 30 menit RR : 32 RR :34
Soporocoma Spoorcoma
16.30-17.00 S : 38,6 S : 38,6
SPO2 : 99 SPO2 : 99
TD : 145/72 TD :149/87
Senin
HR :72 HR : 76
13-08-2018 E2 M4 V1 E2 M4 V1
30 menit RR :23 RR : 26
16.20-16.50 soporocoma soporocoma
S : 37,6 S : 37,6
SPO2 : 97 SPO2 : 98
TD : 137/80 TD : 144/78
Selasa HR : 79 HR : 79
E2 M4 V1 E2 M4 V1
14-08-2018 30 menit RR : 28 RR : 31
soporocoma Soporocoma
22.15-22.45 S : 38 S : 38
SPO2 : 98 SPO2 : 98
Rata-rata GCS E2 M4 V1
Dari tabel diatas, bisa dilihat bahwa, sebelum dan sesudah dilakukan terapi
murrotal Al-Quran surah Al-Baqarah selama 30 menit tidak terdapat peningkatan
kesadaran pada klien dengan GCS E2 M4 V1, dan terdapat peningkatan pada TD
klien. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan dan perubahan
yang signifikan terapi murrotal terhadap tingkat kesadaran pada klien dengan
indikasi penurunan kesadaran .
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada pasien stroke hemoragik yang mengalami penurunan kesadaran dapat dilakukan
terapi Murottal Al-quran yang dapat dilakukan selama 6-7 hari untuk meningkatkan
tingkat kesadaran klien, dengan beberapa hambatan dan waktu minimal aplikasi yang
dilakukan penulis hanya dilakukan selama 3 hari sehingga tidak ada perubahan dan
peningkatan yang signifikan terapi murottal terhadap tingkat kesadaran pada pasien
stroke hemoragik dengan penurunan kesadaran di RS Ungaran di Ruang ICU
B. SARAN
Jurnal terkait dapat dijadikan sebagai referensi terkait dalam peningkatan
kesadaran pada klien stroke hemoragik dengan pengaplikasian yang tepat dan benar.
Serta dapat dikolaborasikan dengan tim medis lainnya dalam meningkatkan kesadaran
pada klien Stroke Hemoragik.