Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Distribusi kasus cedera kepala / cedera otak terutama melibatkan kelompok usia
produktif, yaitu antara 15 – 44 tahun, dengan usia rata – rata sekitar tiga puluh tahun, dan
lebih didominasi oleh kaum laki – laki dibandingkan kaum perempuan. Adapun
penyebab yang tersering adalah kecelakaan lalu lintas ( 49 % ) dan kemudian disusul
dengan jatuh (terutama pada kelompok usia anak – anak).
Pada kehidupan sehari – hari cedera kepala adalah tantangan umum bagi
kalangan medis untuk menghadapinya, di mana tampaknya keberlangsungan proses
patofisiologis yang diungkapkan dengan segala terobosan investigasi diagnosik medis
mutakhir cenderung bukanlah sesuatu yang sederhana. Berbagai istilah lama seperti
kromosio dan kontusio kini sudah ditingalkan dan klasifikasi cedera kepala lebih
mengarah dalam aplikasi penanganan klinis dalam mencapai keberhasilan penanganan
yang maksimal.
Cedera pada kepala dapat melibatkan seluruh struktur lapisan, mulai dari lapisan
kulit kepala atau tingkat yang paling ringan, tulang tengkorak , durameter, vaskuler otak,
sampai jaringan otak sendiri. Baik berupa luka tertutup, maupun trauma tembus. Dengan
pemahaman landasan biomekanisme-patofisiologi terperinci dari masing – masing proses
di atas, yang dihadapkan dengan prosedur penanganan cepat dan akurat, diharapkan
dapat menekan morbilitas dan mortalitasnya.
Jenis beban mekanik yang menimpa kepala sangat bervariasi dan rumit. Pada
garis besarnya dikelompokkan atas dua tipe yaitu beban statik dan beban dinamik. Beban
statik timbul perlahan – lahan yang dalam hal ini tenaga tekanan diterapkan pada kepala
secara bertahap, hal ini bisa terjadi bila kepala mengalami gencetan atau efek tekanan
yang lambat dan berlangsung dalam periode waktu yang lebih dari 200 mili detik. Dapat
mengakibatkan terjadinya keretakan tulang, fraktur multiple, atau kominutiva tengkorak
atau dasar tulang tengkorak. Biasanya koma atau defisit neurologik yang khas belum
muncul, kecuali bila deformasi tengkorak hebat sekali sehingga menimbulkan kompresi
dan distorsi jaringan otak, serta selanjutnya mengalami kerusakan yang fatal.
Mekanisme ruda paksa yang lebih umum adalah akibat beban dinamik, dimana
peristiwa ini berlangsung dalam waktu yang lebih singkat ( kurang dari 200 mili detik).
Beban ini dibagi menjadi beban guncangan dan beban benturan. Komplikasi kejadian ini
dapat berupa hematoma intrakranial, yang dapat menjadikan penderita cedera kepala
derajat ringan dalam waktu yang singkat masuk dalam suatu keadan yang gawat dan
mengancam jiwanya.Disatu pihak memang hanya sebagian saja kasus cedera kepala
yang datang kerumah sakit berlanjut menjadi hematom, tetapi dilain pihak “ frekuensi
hematom ini terdapat pada 75 % kasus yang datang sadar dan keluar meninggal “.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera
Kepala” mahasiswa mampu memahami “Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera
Kepala”.
2. Tujuan Khusus
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Cedera Kepala”
mahasiswa mampu :
a. Memahami dan menjelaskan Konsep Penyakit Cedera Kepala.
b. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Cedera Kepala.
c. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta : Salema Medika
Batticaca Fransisca B, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta : Salemba Medika
Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Erlangga
Lecture Notes, 2005, Neurologi, Lionel Ginsberg : Erlangga
http://id.scribd.com/doc/85827418/Laporan-Kasus-Cedera-Kepala (di unduh pada tanggal 21
November 2012)
http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-pendahuluan-cedera-
kepala.html (di unduh pada tanggal 26 November 2012)
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-cedera-kepala-ringan/ (di unduh pada tanggal 26 November 2012)
PrigunaSidharta, SakitNeuromuskuloskeletaldalamPraktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.
Chusid, IG, NeuroanatomiKorelatifdanNeurologiFungsional, Yogyakarta : Gajahmada
University Press, 1993.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Nama mahasiswa : Dwi Pramudita


NIM : G3A018008
Tempat praktek :
Tanggal : 07 Mei 2019
A. Identitas
1. Identitas pasien
Nama : Nn. A
Tempat dan tanggal lahir : semarang, 13/12/1990
Pendidikan terakhir : mahasiswi
Agama islam
Suku : jawa
Status perkawinan : belum menikah
Pekerjaan :-
Alamat : jl Agung Karangawen , Demak
Diagnosa medik : CKB
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny Y
Umur : 50 Th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama ; islam
Suku : jawa
Hubungan dengan pasien : Ibu pasien
Pendidikan terakhir : smp
Pekerjaan : iburumah tangga
Alamat : jl Agung Karangawen , Demak
B. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan masuk rumah sakit / keluhan utama
Pasien post jatuh dari motor didaerah purwodadi pada tanggal 5 mei 2019
pasien kemudian dibawa ke RS PKU Purwodadi, kemudian pasien dirujuk ke
RSUD Purwodadi ,pasien diharuskan operasi , pasien dirujuk ke RS
ROEMANI untuk operasi. .. .
2. Status kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Orang tua pasien mengatakan pasien tidak pernah menderita penyakit yang
serius.
b. Kecelakaan
Pasien baru kali ini mengalami kecelakaan jatuh dari motor.
c. Pernah dirawat
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit
d. Riwayat operasi
Pasien akan melakukan operasi pada tanggal 7 mei 2019.
C. Pengkajian pola fungsi dan pemeriksaan fisik
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Persepsi pasien mengenai kesehatan diri
Orang tua pasien mengatakan ingin agar anaknya segera sadar dan segera
sembuh dari sakitnya , dan anaknya bisa beraktifitaslagi.
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya
Orang tua pasien mengatakan tidak tau penanganan penyakit anaknya. Orang
tua mengatakan hanya tau anaknya perlu untuk dioperasi. Orang tua pasien
penanganan anaknya kepada pihak rumah sakit.
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
1) Kebiasaan diit yang adekuat, diit yang tidak sehat ?
Orang tua pasien mengatakan anaknya biasa makan nasi, dan lauk pauk
pasien mengatakan biasa makan yang bersantan dan berminyak , seperti :
gorengan dan masakan yang bersantan.
2) Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri,imunisasi
Orang tua pasien mengatakan kalau ada keluhan baru priksa ke puskesmas
terdekat , kalau keluhan semakin memburuk baru priksa ke rumahsakit.
3) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan
a) Yang dilakukan bila sakit
Saat sakit pasien biasanya lebih banyak istirahat dirumah
Kemana pasien biasa berobat bila sakit
Orang tua pasien mengatakan biasa berobat ke puskesmas terdekat atau ke
rumahsakit terdekat kalau kondisi semakin memburuk.
b) Kebiasaan hidup
Orang tua pasien mengatakan anaknya senang minuman dingin dan manis.
c) Faktor sosio ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan
1) Penghasilan
Pasien belum bekerja dan masih kuliah
2) Asuransi / jaminan kesehatan
Pasien menggunakan asuransi bpjs kesehatan
3) Keadaan lingkungan tempat tinggal
Pasien mengatakan rumahnya sederhana..
2. Nutrisi, cairan dan metabolik
a. Gejala ( subyektif )
1) Diit
Pasien makan hanya sedikit bb :70kg
2) Pola diit
Pasien hanya makan yang disediakan pihak rumah sakit
3) Nafsu/ selera makan
selama sakit nafsu makan berkurang.
4) Muntah : -
5) Nyeri ulu hati : (-)
6) Alergi makanan : (-)
7) Masalah mengunyah / menelan : (-)
8) Keluhan demam : (-)
9) Pola minum/ cairan
Orang tua Pasien mengatakan biasa minum 2000cc/hari
10) Peburunan BB dalam 6 bulan terakhir

b. Tanda ( obyektif )
1) Suhu tubuh : 37,4 o c
2) Berat badan : 70 kg , tinggi badan : 158 cm , turgor kulit : normal
tonus otot : normal
3) Edema : (-)
4) Ascites : (-)
5) Integritas kulit perut : normal
6) Distensi vena jugularis : tidak ada
7) Hernia / masa : (-)
8) Bau mulut/ halitosis : tidak ada
9) Kondisi mulut/gigi/mukosa mulut dan lidah : bersih, normal
3. Pernafasan, aktifitas dan latihan pernafasan
a. Gejala ( subyektif)
1) Dispneu (-)
2) Yang meningkatkan / mengurangiu sesak (-)
3) Pemajanan terhadap udara berbahaya
4) Penggunaan alat bantu : -
b. Tanda (obyektif)
1) Pernafasan : frekuensi : 20x/menit, 2)kedalaman normal :, 3) simetris
simetris kanan dan kiri
2) Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada
3) Batuk : tidak ada
4) Fremitus : tidak ada
5) Egofoni : tidak ada
6) Perkusi normal
4. Aktifitas ( termasuk kebersihan diri ) dan latihan
a) Gejala ( subyektif )
1) Kegiatan dalam pekerjaan
Pasien belum bekerja
2) Kesulitan / keluhan dalam aktifitas
Pasien tidak dibolehkan turun dari tempat tidur, pasien diharuskan bed rest.
3) Toileting
BAB : 1x/hari, warna : coklat, bau : khas
BAK 7x/hari, jumlah 800cc/hari
4) Keluhan sesak nafas setelah aktifitas
Tidak ada
5) Mudah merasa kelelahan
Tidak ada
b) Tanda ( obyektif)
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati
Pasien tampak bed res di tempat tidur pasien, terpasang infus , dan monitor
ttv.
2) Status mental
Normal
3) Penampilan umum
Pasien tampak lemah, ada jejas di lengan kanan. Ada bekas operasi di
bagian kepala.
4) Pengkajian neuromuskuler
5) Masa / tonus otot
6) Bau badan : normal , kuku bersih : normal
5. Istrahat
a) Gejala (subyektif )
1) Kebiasaan tidur
Pasien sering terbangun selama sakit
2) Masalah berhubungan dengan tidur
Pasien sulit tidur karena nyeri kepala post craniotomy.
b) Tanda (obyektif)
Pasien tampak mengantuk, lemah , pandangan mata kosong, pasien tampang
linglung post operasi craniotomy.
6. Sirkulasi
a) Gajala ( subyektif)
Tidak ada edema
b) Tanda (obyektif)
1) TD : 133/81 mmHg
2) Nadi : 90 x/ menit
3) Bunyi jantung : normal, gallop tidak ada, bissing tidak ada
4) Ekstremitas : ada jejas di lengan kanan
5) Bibir : mukosa bibir bersih, lidah bersih, warna : merah muda
7. Eliminasi
a) Gejala (subyektif)
1) Pola BAB
Pasien BAB 1/hari,warna coklat, bau : khas
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB : (-)
3) Kesulitan BAB (-)
4) Penggunaan laksatif (-)
5) Riwayat perdarahan (-)
6) Riwayat riwayat inkontinensia alvi (-)
7) Penggunaan alat – alat :
Terpasng infus di ekstremitas atasdan monitor ttv
8) Kesulitan BAK (-)
9) Keluhan BAK (-)
b) Tanda (obyektif )
1) Abdomen
Inspeksi : tidak ada benjolan
Auskultasi : bissing usus normal
Palpasi : tidak teraba benjolan
Perkusi : timpani (+)
2) Pola eliminasi
Konsistensi lunak , BAB 1X/hari , warna coklat bau: khas
BAK 7x/hari, 800cc/jam
8. Neurosensori dan kognitif
a) Gejala (subyektif)
Pengkajian nyeri
P: proses penyakit
Q : seperti tertusuk
R : kepala
S :5
T : hilang timbul
Pandangan mata kosong, pasien tampak linglung.
b) Tanda (obyektif)
Kesadaran : composmentis
Pandangan mata pasien kosng, pasien tampak linglung post operasi craniotomy,
pasien masih belum bisa diajak komunikasi.
9. Keamanan
a) Gejala ( subyektif )
Pasien tidak ada alergi obat maupun makanan.
Psien tidak memiliki riwayat kejang .
b) Tanda ( obyektif )
Suhu tubuh : 37,4oc
Integritas jaringan : normal.
Ada jejas dilengan kanan.
10. Seksual dan reproduksi
a) Gejala (subyektif)
Tidak ada masalah pada fungsi seksual dan tidak ada masalah pada hubungan
seksual
b) Tanda (obyektif)
tidak ada pembengkakan
Kulit genital normal
11. Persepsi diri,konsep diri dan mekanisme koping
a) Gejala (subyektif)
1) Orang tua pasien mengatakan pengambilan keputusan dibatu oleh
keluarganya , pasien selalu meminta pendapat anggota keluarga bila ada
masalah.
Orang tua Pasien merasa cemas dan khawatir terhadap kondisi kesehatan
anaknya saat ini, orang tua pasien mengatakan ingin anaknya segera
sembuh dari sakitnya dan bisa berktifitas lagi seperti dulu sebelum sakit.
2) Konsep diri
Citra diri : pasien seorang perempuan berusia 22 tahun, mahasiswi
Ideal diri : pasien masih kuliah
Harga diri : pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. .
b) Tanda (obyektif)
Pandangan mata pasien kosong, pasien tampak linglung, pasien masih belum
bisa diajak komunikasi.
12. Interaksi sosial
a) Gejala (subyektif)
Orang tua Pasien mengatakan orang terdekat anaknya ayah dan ibunya.
Biasanya setiap pasien ada masalah pasien meminta bantuan orang tuanya
b) Tanda (obyektif)
Pasien masih belum bisa diajak komunikasi, pandangan mata kosong, pasien
tampak linglung.
13. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
a) Gelaja (subyektif)
Sumber kekuatan pasien adalah keluarganya.
Pasien beragama islam, pasien selalu menjalankan solat 5 waktu .
b) Tanda (obyektif)
Orang tua pasien tampak cemas dan khawatir dengan kondisi anaknya, orang
tua pasien ingin anaknya segera sembuh dari sakitnya.
D. Data penunjang
1) Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 10/05/2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 11,4 g/dl 13,00-16,00
Hematokrit 32,8 % 40-54
Leukosit 12.800 10^3/ul 3,8-10,6
Trombosit 221000 10^3/ul 150-40011,60-
14,80
2) Obat –obatan
 Inf RL 20 tpm
 Citicolin 500mg/12jam
 Pct : 1 gram/8jam
 Kalnex 500mg/8jam
 Manitol 100 cc/6jam
 Ranitidin 50 mg/12 jam
 Phenytoin 20mg/24jam
 Ceftriaxon 2gram/24 jam
ANALISA DATA
Data subyektif & obyektif Masalah Etiologi
S:- Gangguan rasa nyaman nyeri peningkatan tekanan intra
kranial
Pengkajian nyeri
P: proses penyakit
Q : seperti tertusuk
R : kepala
S :5
T : hilang timbul

O:
Tampak bekas luka post
operasi craniotomy di kepala
Pandangan mata pasien
kosong, pasien tampak
linglung
Td : 133/81 mmhg
Nadi : 90 x/menit
Suhu 37,4

DS: -. Resiko tinggi infeksi jaringan trauma, kerusakan


DO: kulit kepala
 Pasien post operasi
craniotomy tgl 7/5/2019
 Tampak bekas luka post
operasi craniotomy
dibagian kepala

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intra kranial
2. Resiko tinggi infeksi b.d jaringan trauma, kerusakan kulit kepala
INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Intervensi
Gangguan rasa Rasa nyeri - Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan
nyaman nyeri b.d berkurang setelah lamanya.

peningkatan dilakukan tindakan


keperawatan
tekanan intra
selama 2 x 24 jam
kranial
dengan KH : - Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya
- pasien adanya infeksi, trauma servikal.
mengatakan
nyeri - Berikan kompres dingin pada kepala
berkurang.
- Pasien
menunjukan
skala nyeri
pada angka 3.
- Ekspresi wajah
rileks
Resiko tinggi Tidak terjadi - Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan
infeksi b.d infeksi setelah teknik cuci tangan yang baik.

jaringan trauma, dilakukan tindakan


keperawatan - Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan, daerah
kerusakan kulit
selama 3x 24 jam yang terpasang alat invasi, catat karakteristik drainase dan
kepala
dengan KH : adanya inflamasi.
- Bebas tanda-
tanda infeksi - Batasi pengunjung yang dapat menularkan infeksi atau
- Mencapai cegah pengunjung yang mengalami infeksi saluran nafas
penyembuhan atas.
luka tepat
waktu - Kolaborasi pemberian atibiotik sesuai indikasi.

-
IMPLEMENTASI
NO WAKTU TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PASIEN TTD
1 08.00 - Teliti keluhan nyeri, catat S:-
intensitasnya, lokasinya dan lamanya. O:
Pasien tampak menahan
nyeri
1 10.00 - Catat kemungkinan patofisiologi yang S:-
khas, misalnya adanya infeksi, trauma O:
servikal. Td : 130/80 mmhg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 37,4
Bagian kepala tertutup
perban
2 12.00 Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, S : -
pertahankan teknik cuci tangan yang O : setiap masuk ruang
baik. rawat pasien perawat selalu
cuci tangan
2 08.00 - Kolaborasi pemberian atibiotik sesuai S:-
indikasi. O : injeksi ceftriaxon
2gram/24 jam

2 10.00 - Batasi pengunjung yang dapat S:-


menularkan infeksi atau cegah O : hanya 1 orang anggota
pengunjung yang mengalami infeksi keluarga yang boleh masuk
saluran nafas atas.
ruang rawat pasien sesuai
jam kunjung dan aturang
ruang rawat,
2 12.00 Observasi daerah kulit yang mengalami S:-
kerusakan, daerah yang terpasang alat O:tidak tampak inflamasi
invasi, catat karakteristik drainase dan
adanya inflamasi
EVALUASI
NO WAKTU RESPON PERKEMBANGAN ( SOAP) TTD
1 07 Maret S : -
2019 O : pasien tampak lebih rileks
Td : 120/70mmhg , nadi : 78 x/menit suhu : 36,4 skala nyeri 3
A : masalah tertasi sebagian
P : lanjutkan intervensi ( kaji skala nyeri, catat kemungkinan
patologi yang khas )
2 07 Maret S : -
2019 O : tidak tampak inflamasi pada bekas luka operasi
A : masalah teratasi
P lanjutkan intervensi
(berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan cucitangan,
batasi pengunjung,kolaborasi antibiotik)
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
1. KENDALA PENGKAJIAN
a. Lengkap
Data yang dikumpulkan belum cukup lengkap dikarenakan data didapat
melalui hasil observasi pengkajian fisik dan wawancara.
b. Akurat dan nyata
Keakuratan dari data yang didapatkann belum dapat dijadikan patokan
untuk pengambilan diagnosa keperawatan dikarenakan belum ada data
penunjang yang mendukung.
c. Tidak Relevan
Data yang didapatkan cukup relevan karena sesuai dengan proses
pengkajian yang melalui tahap wawancara dengan keluarga, observasi dan dari
data rkam medic serta penunjang. Tetapi tidak dapat mewawancarai klien
karena klien mengalami penurunan kesadaran
2. SOLUSI
Solusi untuk kendala-kendala yang didapatkan saat pengkajian yaitu :
a. Melakukan wawancara dengan keluarga pasien demi mendapatkan data-data
tambahan sebagai acuan untuk membuat diagnosa.
b. Mencocokan hasil wawancara dengan keluarga, hasil observasi dan hasil
pengkajian fisik dengan buku rekamedik.
c. Melihat hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil Lab, hasil ct-scan, hasil EKG
dan sebagainya untuk melengkapi data-data dalam pembuatan diagnosa
keperawatan.

B. DIAGNOSA
1. DEFINISI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan : ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d infark di
thalamus stroke hemoragik
Ketidak efektifan perfusu jaringan serebral adalah mengalami penurunan sirkulasi
jaringan otak yang dpat mengganggu kesehatan.

2. ALASAN MENGANGKAT DIAGNOSA KEPERAWATAN


Dilihat dari hasil pengkajian dan dicocokkan dengan hasil pemeriksaan pemeriksaan
penunjang saangat mendukung untuk mengambil diagnosa “ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral b/d infark di thalamus stroke hemoragik”ditandai dengan :
DS : keluarga mengatakan klien sudah 3x mengalami troke berulang.
Keluarga mengatakan klien tiudak sadar
DO :
- Klien mengalami penuruna tingkat kesadaran
- GCS: E2 M4 V1
- Kesadaran soporocoma
- TD: 151/96 mmHg
- HR: 92x/m
- SPO2 96x/m
- RR 30x/m
- Klien mengalami kelemahan anggota gerak kanan
- Radiologi: infark di thalamus, lesi hiper dens kecil di cerebellum
hemisfer kiri masih mungkin perdarahan

3. ALASAN MEMPRIORITASKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


Alasan dibalik pengambilan diagnosa “ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d
infark di thalamus stroke hemoragik.” sebagai diagnosa prioritas yaitu karena, klien
memiliki riwayat penyakit stroke dan berulang sudah 3x, klien juga mengalami
penurunan kesadaran da klemahan otot ektremitas dengan didukung pemeriksaan
penunjang Radiologi dengan infark di thalamus, lesi hiper dens kecil di cerebellum
hemisfer kiri masih mungkin perdarahan.
Dari penjelasan itu sehingga diagnosa keperawatan “ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral b/d infark di thalamus stroke hemoragik “menjadi prioritas utama
pada pasien tersebut.

4. CARA MELAKUKAN TEHNIK MUROTTAL AL-QURAN


Pengaruh stimulasi murottal Al-Qur`an terhadap nilai Glasgow Coma Scale pada
pasien dengan stroke iskemik, terapi stimulasi muottal Al-Qur`an diperdengarkan
selama 30 menit setiap harinya berpangaruh positif dan signifikan terhadap nilai
GCS (p:0,013). Intervensi dalam penelitian ini dilakukan selama tiga hari perawatan
dengan surat Al-Baqoroh, Ali Imron dan surat Yasiin sebagai surat pilihan.
Penelitian ini membandingkan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dengan kriteria GCS 9-13.
Pada pengaplikasian jurnal ini penulis menerapkan intervensi murottal Al-quran
selama 3 hari dengan cara memberikan klien terapi murottal Al-lquran surah Al-
baqarah selama 30 menit dengan speacer Hanphone yang diletakan di samping
klien, terapi ini dilakukan selama 3 hari.
Batang otak menggunakan masukan auditorik untuk keadaan terjaga dan bangun
dan nucleus genikuatum medialis thalamus untuk menyortir serta menyalurkan
sinyal ke korteks terutama temporalis kiri dan kanan karena serat-serat saraf
auditorik bersilangan secara parsial di batang otak, karena itu gangguan di jalur
pedengaran di satu sisi setelah batang otak sama sekali tidak mempengaruhi
pendengaran di kedua telinga. Korteks pendengaran primer (lobus temporalis) akan
mempersepsikan suara-suara deskret, sementara korteks pendengaran yang
lebih tinggi mengitegrasikan berbagai suara menjadi pola yang koheren dan
berarti. (Sherwood, 2011). Mekanisme ini memungkinkan stimulasi sensori
mencapai batang otak dan korteks untuk diaktivasi meskipun batang otak dan
korteks mengalami cedera dan kerusakan atau dengan klinis terjadinya penurunan
kesadaran. Dengan kata lain pasien yang mengalami defisit neurologi
khususnya Stroke Hemoragik sangat memungkinkan untuk deberikan stimulasi
sensori khsusnya stimulasi auditori (pendengaran).

5. TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUKAN, RASIONAL, KENDALA DAN


SOLUSINYA
a. Tindakan dan rasional
- Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti dengan penurunan
tekanan darah diastolik serta napas yang tidak teratur merupakan tanda
peningkatan TIK.
- Monitor status pernapasan
Rasional : Hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan
akumulasi/atelektasi atau pneumonia (komplikasi yang sering terjadi).
- Kurangi stimulus dalam lingkungan pasien
Rasional : agar memberikan lingkungan yang nyaman untuk klien
- Rencanakan asuhan keperawatan untuk memberikan periode istirahat
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan istirahat klien
- Catat perubahan pasien dalam berespon terhadap stimulus
Rasional : untyk mengetahui tingkat respon klien terhadap stimulus
- Berikan anti kejang sesuai kebutuhan
Rasional : untuk mengurangi kejang klien
- Posisikan tinggi kepala tempat tidur 30 derajat atau lebih
Rasional : Untuk menurunkan tekanan vena jugularis

- Dorong keluar/orang yang penting untuk bicara pada klien Rasional :


Ungkapan keluarga yang menyenangkan klien tampak mempunyai efek
relaksasi pada beberapa klien koma yang akan menurunkan TIK.
- Lakukan latihan ROM
Rasional : untuk melatih rentang gerak klien
- Monitor intake dan output
Rasional : untuk mengukur balance cairan klien
- Berikan diuretic osmotic atau active loop
Rasional : untuk meningkatkan pengeluaran cairan yang berlebih

b. Kendala Tindakan
Kendala selama tindakan yaitu saat melakukan tindakan terapi murrotal tidak
dilakukan dengan earphone hanya menggunakan hp yang diletakkan di samping
klien dan didengarkan dengan volume yang sesuai. Pda jurnal “Murottal Al-
Quran dapat meningkatkan kesadaran pada pasien stroke hemoragik” terapi
dilakukan selama 6-7 hari tetapi pada aplikasi klien diruang ICU RS Ungaran
hanya dapat dilakukan selama 3 hari.

c. Solusi
Mengingat tindakan terapi murrotal ini dalam meningkatkan tingkat kesadaran
klien dan ini harus di sertakan bersama keluarganya agar ada dukungan dari
kelurga terhadap kesembuhan klien dan terapi ini bias dilakukan lebih dari 3
pasien untuk melihat perbandingan yang signfikan, tapi sejauh tindakan yang
telah dilakukan selama 3 hari tidak ada peningkatan tingkat kesadaran yang
signifikan.

6. Hasil
Hasil sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi murottal AL-Quran:
GCS / tingkat GCS/tingkat
Hari/tgl Lama relakasi kesadaran kesadaran TTV TTV

sebelum sesudah Sebelum sesudah

TD : 136/74 TD : 148/77
Minggu HR : 78 HR : 83
E2 M4 V1 E2 M4 V1
12-08-2018 30 menit RR : 32 RR :34
Soporocoma Spoorcoma
16.30-17.00 S : 38,6 S : 38,6
SPO2 : 99 SPO2 : 99
TD : 145/72 TD :149/87
Senin
HR :72 HR : 76
13-08-2018 E2 M4 V1 E2 M4 V1
30 menit RR :23 RR : 26
16.20-16.50 soporocoma soporocoma
S : 37,6 S : 37,6
SPO2 : 97 SPO2 : 98
TD : 137/80 TD : 144/78
Selasa HR : 79 HR : 79
E2 M4 V1 E2 M4 V1
14-08-2018 30 menit RR : 28 RR : 31
soporocoma Soporocoma
22.15-22.45 S : 38 S : 38
SPO2 : 98 SPO2 : 98
Rata-rata GCS E2 M4 V1

Dari tabel diatas, bisa dilihat bahwa, sebelum dan sesudah dilakukan terapi
murrotal Al-Quran surah Al-Baqarah selama 30 menit tidak terdapat peningkatan
kesadaran pada klien dengan GCS E2 M4 V1, dan terdapat peningkatan pada TD
klien. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan dan perubahan
yang signifikan terapi murrotal terhadap tingkat kesadaran pada klien dengan
indikasi penurunan kesadaran .
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada pasien stroke hemoragik yang mengalami penurunan kesadaran dapat dilakukan
terapi Murottal Al-quran yang dapat dilakukan selama 6-7 hari untuk meningkatkan
tingkat kesadaran klien, dengan beberapa hambatan dan waktu minimal aplikasi yang
dilakukan penulis hanya dilakukan selama 3 hari sehingga tidak ada perubahan dan
peningkatan yang signifikan terapi murottal terhadap tingkat kesadaran pada pasien
stroke hemoragik dengan penurunan kesadaran di RS Ungaran di Ruang ICU

B. SARAN
Jurnal terkait dapat dijadikan sebagai referensi terkait dalam peningkatan
kesadaran pada klien stroke hemoragik dengan pengaplikasian yang tepat dan benar.
Serta dapat dikolaborasikan dengan tim medis lainnya dalam meningkatkan kesadaran
pada klien Stroke Hemoragik.

Anda mungkin juga menyukai