Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MEKANISME KOPING PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TINGKAT
KECEMASAN SEBELUM MENJALANI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DEPATI HAMZAH PANGKALPINANG TAHUN 2015

OLEH :
NAMA : RESI FEBYAR
NIM : 11100088

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
2015
E-Mail : resi febyar@gmail.com

ABSTRAK
Data mortaliti WHO (World Healty Organizatioan) pada tahun 2010-2012 prevalensi penyakit ginjal terdapat
250.217 jiwa, secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik, sekitar 1,5 juta orang
harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Depati
Hamzah Pangkalpinang karena meningkatnya kasus gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa semenjak 3 tahun
terakhir dari 50 kasus gagal ginjal kronis pada tahun 2012, tahun 2013 menjadi 78 kasus dan pada tahun 2014 menjadi
peningkatan sebanyak 99 kasus. Berdasarkan Studi pendahuluan yang dilakukan di ruangan hemodialisa Rumah Sakit
Umum Daerah Depati Hamzah Pangkalpinang pada 10 pasien didapatkan hanya 20% yang sudah terbiasa menjalani
hemodialisa dan menerima keadaannya. Tujuan penelitian yaitu untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan
mekanisme koping dengan tingkat kecemasan sebelum menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daaerah Depati
Hamzah Pangkalpinang Tahun 2015.
Populasi penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit
Umum Daaerah Depati Hamzah Pangkalpinang yang berjumlah 42 orang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data variabel dependen (tingkat kecemasan) dan variabel
independen (pengetahuan dan mekanisme koping) menggunakan alat ukur kuesioner. Analisis data menggunakan uji
statistik chi square derajat kepercayaan 95% (α=0,05).
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan (p=0,012 ; POR=7,741), mekanisme
koping (p=0,017 ; POR=6,600) dengan tingkat kecemasan sebelum menjalani hemodialisa.
Disarankan kepada Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkalpinang diharapkan dapat
menyiapkan sarana dan prasarana berupa ruangan konsling serta meningkatkan sumber daya manusia dalam
menyampaikan komunikasi terapeutik informasi edukasi.
Kata kunci : Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkalpinang, Gagal Ginjal Kronis, Tingkat Kecemasan.
Referensi : 26 (2002-2015)
ABSTRACT
The prevalence of patients with renal disease with end stage mortality, based on data from WHO (World healty
Organizatioan) in 2010-2012 the prevalence of kidney disease are 250 217 inhabitants. About 1.5 million people have
to live a life dependent on dialysis. The prevalence of kidney disease in Indonesia continues to increase every year.
Hemodialysis is one of Renal Replacement Therapy (TPG) is the most commonly endured by patients Chronic Renal
Failure (CRF). The occurrence of the symptoms of anxiety associated with medical conditions often found for example
in patients with CRF. 10 patients in the hemodialysis room General Hospital Depati Hamzah Pangkalpinang found that
of the 10 respondents, 6 patients (60%) say anxious for undergoing hemodialysis, 2 patients (20%) who are used to
undergoing hemodialysis and accep the situation. This study aims to determine the relationship between knowledge
and coping mechanisms of chronic kidney disease patients with levels of anxiety before undergoing hemodialysis in
hospitals Depati Hamzah Pangkalpinang 2015.
The study population was all patients with choronic renal failure undergoing general hospital in the area
depati hamzah pangkalpinang 42 people. This type of research is a analitic research approach cross sectional. The
collection of variabel dependent (anxiety) and variabel independent (knowledge and coping mechanisms) using a
questionnaire measuring instrument. Analysts data is a data analyst test chi square dagree of confidence 95% (α=0,05).
The study concluded there is a correlation between knowledge (p = 0.022, POR = 8.4) and the coping
mechanisms of CRF patients (p = 0.022, POR = 8.4) with a level of anxiety before undergoing hemodialysis in
hospitals Depati Hamzah Pangkalpinang 2015.
Recommendations from this study is expected that nurse practitioners can implement the role of nurses as educators in
the practice of daily nursing care and nurses are expected to foster relationships in the delivery of therapeutic
communication with patient education information and chronic kidney disease patients and family.
Keywords : General Hospital Depati Hamzah Pangkalpinang, Chronic Kidney Disease, Anxiety
Reference : 26 (2002-2015)

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
1
Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

BAB I asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya


PENDAHULUAN dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan
akut. Gagal Ginjal Kronis ialah gagal ginjal
A. Latar Belakang yang progresif dan lambat (biasanya
Gagal Ginjal Kronik (GGK) didefinisikan berlangsung beberapa tahun), setelah berbagai
sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 macam penyakit yang merusak massa nefron
bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, ginjal (Price & Wilson, 2006)
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus
(glomerular filtration rate/ GFR) dengan manifestasi 2. Konsep Hemodialisa
kelainan patologis atau terdapat tanda - tanda kelainan Hemodialisa berasal dari kata hemo =
ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi kimia darah, dan dialisis = pemisahan atau filtrasi.
darah, urin, atau kelainan radiologis (Nursalam, 2006). Hemodialisa adalah suatu metode terapi
Penyakit gagal ginjal termasuk salah satu dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan
penyakit yang progresif dan menimbulkan dampak cairan dan produk limbah dari dalam tubuh
sosial ekonomi yang besar baik bagi penderitanya ketika secara akut ataupun secara progresif
maupun bagi masyarakat dan negara. Prevalensi ginjal tidak mampu melaksanakan proses
pasien penyakit renal tahap akhir berdasarkan data tersebut. Terapi ini dilakukan dengan
mortaliti WHO (World Healty Organizatioan) pada menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi
tahun 2010-2012 prevalensi penyakit ginjal terdapat membran penyaring semipermeabel (ginjal
250.217 jiwa. Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan buatan). Hemodialisa dapat dilakukan pada
Dunia WHO, secara global lebih dari 500 juta orang saat toksin atau zat racun harus segera
mengalami penyakit gagal ginjal kronis. Sekitar 1,5 dikeluarkan untuk mencegah kerusakan
juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci permanen atau menyebabkan kematian.
darah. Sedangkan data pada tahun 2009 di Indonesia, Tujuan dari hemodialisa adalah untuk
tercatat sebanyak 5.450 pasien gagal ginjal yang memindahkan produk-produk limbah yang
menjalani Hemodialisis, kondisi tersebut meningkat terakumulasi dalam sirkulasi klien dan
pada tahun 2010 sebanyak 8.034 penderita dan pada dikeluarkan kedalam mesin dialisis (Muttaqin
tahun berikutnya sebanyak 12.804 penderita & Sari, 2011).
(Indonesia Renal Registry, 2012).
3. Konsep Pengetahuan
B. Tujuan Penelitian Pengetahuan (Knowledge) ialah
1. Tujuan Umum merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
Untuk mengetahui Hubungan pengetahuan setelah orang melakukan penginderaan
dan mekanisme koping pasien GGK dengan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
tingkat kecemasan sebelum menjalani terjadi melalui panca indera manusia, yakni
hemodialisa di RSUD Depati Hamzah indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
Pangkalpinang tahun 2015. rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga
2. Tujuan Khusus (Notoatmodjo, 2007).
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Konsep Hubungan Pengetahuan dengan
dengan tingkat kecemasan pada pasien Tingkat Kecemasan
GGK sebelum menjalani hemodialisa di Pengetahuan atau kognitive
RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang merupakan domain yang sangat penting
tahun 2015. untuk terbentuknya tindakan seseorang
b. Untuk mengetahui hubungan mekanisme (overt behavior). Karena dari pengalaman
koping dengan tingkat kecemasan pada dan penelitian ternyata perilaku yang
pasien GGK sebelum menjalani didasari oleh pengetahuan akan lebih
hemodialisa RSUD Depati Hamzah langgeng dibandingkan dengan perilaku
Pangkalpinang tahun 2015. yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 4. Konsep Mekanisme Koping
Mekanisme koping terbentuk melalui
A. Tinjaun Teoritis proses belajar dan mengingat. Belajar yang
1. Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronik dimaksud adalah kemampuan menyesuikan
(GGK) diri (adaptasi) pada pengaruh faktor internal
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan dan eksternal (Nursalam, 2003).
kemampuan untuk mempertahankan volume Mekanisme koping adalah mekanisme
dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan yang digunakan individu untuk menghadapi

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
2
Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

perubahan yang diterima. Apabila mekanisme tingkat kematangan dan kekuatan


koping berhasil, maka orang tersebut akan seseorang lebih dipercaya. Semakin
dapat beradaptasi terhadap perubahan yang tua umur seseorang, makin
terjadi. Mekanisme koping dapat dipelajari, konstruktif dalam menggunakan
sejak timbulnya stresor tersebut (Carlson, koping terhadap masalah yang
1994). Kemampuan koping individu tergantung dihadapi. Pengalaman dan
dari temperamen, persepsi, dan kongnisi serta kematangan jiwa seseorang
latar belakang budaya/ norma tempatnya disebabkan semakin cukupnya umur
dibesarkan (Carlson, 1994). dan kedewasaan dalam berfikir dan
Konsep Hubungan Mekanisme Koping bekerja.
terhadap Kecemasan
Koping adalah cara yang dilakukan b. Jenis Kelamin
individu dalam menyelesaikan masalah, Wanita biasanya mempunyai
menyesuaikan diri dengan perubahan dan daya tahan yang lebih baik terhadap
respon terhadap situasi yang mengancam. stresor dibanding dengan pria, secara
Mekanisme koping untuk mengatasi biologis kelenturan tubuh wanita
kecemasan membutuhkan banyak energi dan akan mentoleransi terhadap stres
yang dapat dilakukan ada 2, yaitu : menjadi baik dibanding pria
(Siswanto, 2007). Jenis kelamin
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (Taks sangat mempengaruhi dalam
oriented reaction). berespon terhadap penyakit, stres,
Tujuan yang ingin dicapai untuk serta penggunaan koping dalam
melakukan koping ini adalah individu menghadapi masalah hemodialisa.
mencoba menghadapi kenyataan tuntutan
stress dengan menilai secara objektif c. Tingkat Pengetahuan
ditujukan untuk mengatasi masalah, Tingkat pendidikan
memulihkan konflik dan memenuhi mempengaruhi seseorang mudah
kebutuhan. terkena stres atau tidak. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka
2) Reaksi berorientasi pada ego (Ego oriented toleransi dan pengontrolan terhadap
reaction). stressor lebih baik (Siswanto, 2007).
Koping ini tidak selalu sukses dalam Pendidikan dapat mempengaruhi
mengatasi masalah. Koping ini sering seseorang termasuk juga prilaku
digunakan untuk melindungi diri sendiri seseorang akan pola hidup terutama
namun tidak membantu untuk mengatasi dalam memotivasi untuk sikap
masalah secara realita. berperan serta dalam pembangunan
Mekanisme koping terhadap kecemasan kesehatan. Makin tinggi tingkat
terdiri dari menyerang: untuk memuaskan pendidikan seseorang, makin mudah
kebutuhanya , menarik diri: respon secara fisik menerima informasi sehingga makin
dengan menjauhi sumber stress dan secara banyak pula pengetahuan yang
psikologis apatis merasa kalah, dan kompromi: dimiliki.
mengubah cara kerja atau cara penyesuaian,
mengganti tujuan dan mengkorbankan salah d. Status Perkawinan
satu kebutuhan pribadi yang bersifat Salah satu penyebab stres
konstruktif (Suliswati, 2005). psikososial yaitu status perkawinan
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi dimana berbagai permasalahan
Strategi Koping perkawinan merupakan sumber stres
Menurut Suwitra (2007), Faktor-faktor yang dialami seseorang, misalnya
yang Mempengaruhi Strategi Koping yaitu : pertengkaran, perpisahan, percerain,
kematian pasangan, dan lain
a. Usia sebagainya. Stresor ini dapat
Usia berhubungan dengan menyebabkan seseorang jatuh dalam
teloransi seseorang tersebut stresor depresi dan kecemasan (Yosep,
yang paling mengganggu. Usai 2007).
dewasa lebih mampu mengontrol
stress dibanding denga usai anak- e. Kesehatan Fisik
anak dan usia lanjut (Siswanto, Kesehatan merupakan hal yang
2007). Menurut Hurlock (2004), penting, karena selama dalam usaha
bahwa semakin tinngi umur maka mengatasi stres individu dituntut

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
3
Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

untuk mengerahkan tenaga yang pernah dialami setiap orang dalam rangka
cukup besar. memacu individu untuk mengatasi masalah
yang sedang dihadapi sebaik–baiknya (Hawari,
f. Keyakinan atau Pandangan Positif 2000). Merupakan keadaan perasaan afektif
Keyakinan menjadi sumber yang tidak menyenangkan yang disertai dengan
daya psikologis yang sangat penting, sensasi fisik yang memperingatkan orang
seperti keyakinan akan nasib terhadap bahaya yang akan datang dalam
(external locus of control) yang keadaan yang tertentu.
mengerahkan individu pada Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
penilaian ketidakberdayaan Tingkat Kecemasan
(helplessness) yang akan menurut Adikusumo (2003), faktor -
menurunkan kemampuan strategi faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
koping tipe : problem solving yaitu :
focused coping. 1. Faktor Internal

g. Keterampilan Memecahkan Masalah a. Usia


Keterampilan ini meliputi Faktor usia muda lebih
kemampuan untuk mencari mudah mengalami stes dari pada
informasi, menganalisa situasi, usia tua, tetapi ada yang
mengidentifikasi masalah dengan berpendapat sebaliknya.
tujuan untuk menghasilkan alternatif
tindakan, kemudian b. Pengalaman
mempertimbangkan alternatif Individu yang mempunyai
tersebut sehubungan dengan hasil modal kemampuan pengalaman
yang ingin dicapai, pada akhirnya menghadapi stres dan punya cara
melaksanakan rencana dengan menghadapinya akan cenderung
melakukan suatu tindakan yang lebih menganggap stres yang
tepat. bertampu sebagai masalah yang
h. Keterampilan Sosial bisa diselesaikan. Tiap
Keterampilan ini meliputi pengalaman merupakan sesuatu
kemampuan untuk berkomunikasi yang berharga dan belajar dari
dan bertingkahlaku dengan cara - pengalaman dapat meningkatkan
cara yang sesuai dengan nilai-nilai ketrampilan menghadapi stres.
sosial yang berlaku di masyarakat.
c. Aset Fisik
Orang dengan aset fisik
i. Dukungan Sosial yang besar, kuat dan garang akan
Dukungan ini meliputi menggunakan aset ini untuk
dukungan pemenuhan kebutuhan menghalau stres yang datang
informasi dan emosional pada mengganggu.
individu yang diberikan oleh orang
tua, anggota keluarga lain, saudara, 2. Eksternal
teman, dan lingkungan masyarakat
sekitarnya. a. Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai
j. Materi ilmu pengtahuan dan
Dukungan ini merupakan kemampuan intelektual akan
sumber daya berupa uang, barang dapat meningkatkan kemampuan
barang atau layanan yang biasanya dan rasa percaya diri dalam
dapat dibeli. menghadapi stres mengikuti
berbagai kegiatan untuk
5. Konsep Kecemasan meningkatkan kemampuan diri
Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan akan banyak menolong individu
dalam bahasa Jerman “angst” kemudian tersebut.
menjadi “anxiety” yang berarti kecemasan,
merupakan suatu kata yang dipergunakan oleh b. Pendidikan
Freud untuk menggambarkan suatu efek negatif Peningkatan pendidikan
dan keterangsangan. Cemas mengandung arti dapat pula mengurangi rasa tidak
pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang mampu untuk menghadapi stres.

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
4
Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

Semakin tinggi pendidikan hubungan antara variabel independen


seseorang akan mudah dan (pengetahuan, dan mekanisme koping) dan
semakin mampu menghadapi variabel dependen (tingkat kecemasan) .
stres yang ada.
B. Populasi dan Sampel
c. Finansial/ Material 1. Populasi
Aset berupa harta yang Populasi adalah keseluruhan subjek
melimpah tidak akan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
menyebabkan individu tersebut semua pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK)
mengalami stres berupa kasus lama yang menjalani hemodialisa dibulan
kekacauan finansial, bila hal ini Juni tahun 2015 di RSUD Depati Hamzah
terjadi dibandingkan orang lain Pangkalpinang sebanyak 42 orang. Subjek
yang aset finasialnya terbatas. penelitian yang akan diteliti didasari dengan
kriteria inklusi dan eklusi yaitu :
d. Keluarga Dengan kriteria inklusi
Lingkungan kecil dimulai a. Pasien yang bersedia menjadi responden
dari lingkungan keluarga, peran
pasangan dalam hal ini sangat Dengan kriteria ekslusi
berarti dalam memberi a. Pasien yang sedang dirawat dengan kondisi
dukungan. Istri dan anak yang tidak sadar
penuh pengertian serta dapat b. Pasien yang sudah meninggal dunia
mengimbangi kesulitan yang
dihadapi suami akan dapat 2. Sempel
memberikan sumber kepada Penelitian ini tidak menggunakan
kondisi stres suaminya. sampel, karena populasi terbatas, namun cukup
untuk diteliti.
e. Obat
Dalam bidang Psikiatri C. Tempat Penelitian
dikendala obatan- obatan yang Penelitian ini dilakukan diruang
tergolong dalam kelompok anti hemodialisa RSUD Depati Hamzah
ansietas. Obat - obat ini Pangkalpinang. Pemilihan lokasi penelitian ini
mempunyai kasiat mengatasi didasarkan pada kurang pengetahuan dan
ansietas sehingga penderitanya mekanisme koping pada pasien yang menjalani
cukup tenang. hemodialisa, lokasi penelitiannya terjangkau dan
belum ada penelitian sebelumnya.
f. Sosial Budaya Suport
Dukungan sosial dan D. Waktu Penelitian
sumber-sumber masyarakat serta Waktu penelitian ini dilakukan mulai
lingkungan sekitar individu akan pada tanggal 12 Mei – 6 Agustus Tahun 2015,
sangat membantu seseorang dimulai dengan studi pendahuluan. Pengambilan
dalam menghadapi stresor, data terkait variabel yang diteliti dilakukan pada
pemecahan masalah bersama- tanggal 28 April Tahun 2015.
sama dan tukar pendapat dengan
orang disekitarnya akan E. Etika Penelitian
membuat situasi individu lebih Penelitian akan dilakukan setelah
siap menghadapi stres yang akan mendapat rekomendasi dari institusi pendidikan
datang. kemudian mengajukan permohonan ijin kepada
tempat penelitian dan setelah mendapat
BAB IV persetujuan baru melaksanakan penelitian dengan
METODE PENELITIAN menekankan masalah prinsip etika yang meliputi :
1. Prinsip Manfaat
A. Desain Penelitian a. Bebas dari penderita, artinya dalam
Penelitian ini menggunakan penelitian penelitian ini tidak menggunakan tindakan
kuantitatif dengan metode survey analitik dengan yang dapat menyakiti atau membuat
rancangan atau pendekatan cross sectional dalam responden menderita.
rangka mempelajari hubungan variabel dependen
dan variabel independen di observasi sekaligus b. Bebas dari eksploitasi, artinya data
pada saat yang sama. Dengan demikian penelitian diperoleh tidak digunakan untuk hal-hal
ini dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya yang dapat merugikan respon.

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
5
Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

2. Prinsip Menghargai Hak a) Mengajukan surat izin permohonan


a. Informed Consent izin penelitian di RSUD Depati
Sebelum dilakukan pengambilan Hamzah Pangkalpinang Tahun 2015.
data penelitian, calon responden diberi b) Menemui penderita untuk menjelaskan
penjelasan tentang tujuan dan manfaat maksud dan tujuan penelitian
penelitian yang dilakukan. Apabila calon c) Membagikan kuesioner pada pasien
respon bersedia untuk diteliti maka calon yang menjalani hemodialisa di ruang
responden harus mendatangani persetujuan hemodialisa RSUD Depati Hamzah
tersebut, dan jika calon responden menolak Pangkalpinang Tahun 2015.
untuk diteliti maka peneliti tidak boleh d) Peneliti menghitung kembali data
memaksa dan tetap menghormatinya. yang diperoleh yang telah dibagikan,
kemudian diseleksi untuk pengelolaan
b. Anonymity ( tanpa nama) data.
Untuk menjaga kerahasiaan
responden, peneliti tidak mencamtumkan 3. Instrumen Pengumpulan Data
nama responden dalam pegolahan data Dalam penelitian ini pengumpulan
penelitian. Penelitian akan menggunakan instrumen data dilakukan dengan alat ukur
nomor atau kode responden. kuesioner.

c. Confidentiality (Kerahasiaan) G. Pengolahan Data


Informasi yang diberikan oleh Ada 4 tahap dalam pengolahan data yang harus
responden serta semua data yang terkumpul dilakukan yaitu :
dijamin kerahasiaanya oleh peneliti. 1. Editing (Pemeriksaan Data)
Editing yaitu pengecekan kembali isian cheklist
F. Pengumpulan Data apakah sudah lengkap atau belum, jelas,
Teknik pengambilan data yang akan relevan, dan konsisten.
dilakukan oleh peneliti yaitu:
1. Sumber Data 2. Coding (Pemberian Kode)
Dalam pengumpulan data, peneliti Yaitu pemberian kode dilakukan dengan cara
didukung oleh sejumlah data yang berasal dari memberi kode terhadap setiap jawaban yang
dalam maupun luar objek penelitian yaitu : diberikan responden dengan tujuan untuk
mempermudah dalam proses entry data.
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung 3. Processing (Memasukkan Data)
terhadap responden dengan menggunakan Yaitu memasukkan data yang telah diedit dan
kuesioner. Responden adalah pasien yang dikoding menggunakan fasilitas komputer
menjalani hemodialisa di RSUD Depati dengan paket program SPSS.
Hamzah Pangkalpinang tahun 2015 yang
terpilih sebagai sampel. Wawancara 4. Cleaning (Menghapus Data)
dilakukan oleh peneliti sendiri yang dibantu Pembersihan data merupakan kegiatan
oleh teman-teman yang telah disamakan pengecekan kembali data yang sudah dientry
persepsi terdahulu isi dari kuesioner saya apakah ada kesalahan atau tidak.
serta perawat di ruang hemodialisa RSUD
Depati Hamzah Pangkalpinang. H. Analisa Data
Data yang telah diolah diedit kembali
b. Data Sekunder untuk mencapai tujuan penelitian dan mengkaji
Pada penelitian ini adalah data hipotesis, kemudian dituangkan dalam bentuk tabel
yang diperoleh dari RSUD Depati Hamzah beserta dengan narasinya. Analisa yang digunakan
pangkalpinang dan beberapa data adalah :
pendukung lainnya.
1. Analisa Univariat
2. Teknik Pengumpulan Data Analisa univariat dalam penelitian ini
Data penelitian dikumpulkan setelah data terkumpul kemudian diolah dan
dengan teknik wawancara dan dokumentasi. disajikan dalam bentuk tabel distribusi
Proses pengolahan data dilakukan dengan frekuensi yaitu menggambarkan adakah
tahapan sebagai berikut : hubungan pengetahuan dan mekanisme koping
dengan tingkat kecemasan pada pasien GGK

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
6
Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

sebelum menjalani terapi hemodialisa di RSUD b. Pengetahuan


Depati Hamzah Pangkalpinang. Berdasarkan uji normalitas data pada uji
Kolmogorov – Smirnov yang dilakukan untuk
2. Analisa Bivariat menguji kenormalan data variabel
Analisa Bivariat dilakukan untuk pengetahuan, maka diperoleh nilai p (0,00) < α
melihat ada tidaknya hubungan antara variabel (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data
independen (Pengetahuan, dan Mekanisme pengetahuan berdistribusi tidak normal.
koping) dengan variabel dependen (Tingkat Pengetahuan pada pasien GGK dalam
Kecemasan). penelitian ini dibagi menjadi dua kategori
Uji yang dilakukan dalam analisis yaitu:
bivariat ini adalah uji chi-squere untuk melihat 1) Kurang baik, skor pengetahuan pada
hubungan masing-masing variabel independen pasien gagal ginjal kronis < median
dengan variabel dependen. Batas kemaknaan (9)
yang digunakan yaitu 0,05. Apabila nilai p 2) Baik, skor pengetahuan pada pasien
value lebih kecil dari nilai α (p < α ) Ho ditolak gagal ginjal kronis ≥ (9)
berarti ada hubungan dan nilai α (p > α ) Ho
gagal ditolak berarti tidak ada hubungan. Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
BAB V Pasien Gagal Ginjal Kronis Sebelum Menjalai
HASIL PENELITIAN Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Depati Hamzah Pangkalpinang
1. Analisa Univariat Tahun 2015
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui
proporsi masing – masing variabel yaitu variabel No. Kecemasan Jumlah
%
dependen (tingkat kecemasan) dan variabel
independen (pengetahuan dan mekanisme koping), 1. Kurang Baik 20 47,6
yang digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi
2. Baik 22 52,4
sebagai berikut :
a. Tingkat kecemasan 42 100,0
Tingkat kecemasan pasien gagal ginjal Jumlah
kronis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
kategori yaitu: Dalam tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 42
1) Cemas, jika skor tingkat kecemasan ≥ 20 pasien GGK terdapat 22 orang (52,4%) yang
2) Tidak cemas, jika skor tingkat kecemasan < berpengetahuan baik, lebih banyak dibandingkan
20 dengan yang berpengetahuan kurang baik sebelum
menjalani hemodialisa.
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat c. Mekanisme Koping
Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronis Mekanisme koping dalam penelitian ini
Sebelum Menjalani Hemodialisa di dibagi menjadi dua kategori yaitu:
Rumah Sakit Umum Daerah 1) Maladaptif , jika pasien menyerang dan
Depati Hamzah Pangkalpinang menarik diri
Tahun 2015 2) Adaptif, jika pasien berkompromi
% Tabel 5.7
No. Kecemasan Jumlah
Distribusi Responden Berdasarkan Mekanisme
1. Cemas 14 33,3
Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Sebelum
2. Tidak Cemas 28 66,7 Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit
Umum Daerah Depati Hamzah
42 100,0 Pangkalpinang Tahun 2015
Jumlah
%
No. Kecemasan Jumlah
Dalam tabel 5.5 menunjukkan dari 42 pasien
GGK terdapat 14 (33,3) merasa cemas dan terdapat 28 1. Maladaptif 15 35,7
orang (66,7%) merasa tidak cemas sebelum menjalani
2. Adaptif 27 64,3
hemodialisa.
42 100,0
Jumlah

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
7
Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 42 pasien b. Hubungan Antara Mekanisme Koping
GGK terdapat 27 orang (64,3%) yang mekanisme dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
koping adaptif, lebih banyak dibandingkan dengan Menjalani Hemodialisa
yang mekanisme koping maladaptif sebelum
menjalani hemodialisa. Tabel 5.9
Hubungan Antara Mekanisme Koping Pasien
2. Analisa Bivariat Gagal Ginjal Kronis dengan Tingkat Kecemasan
Analiasa bivariat dilakukan terhadap dua Sebelum Menjalani Hemodialisadi di Rumah
variabel yang diduga berhubungan. Variabel dalam Sakit Umum DaerahDepati Hamzah
penelitian ini terdiri dari variabel dependen Pangkalpinang Tahun 2015
(tingkat kecemasan) dengan variabel independen
(pengetahua dan mekanisme koping). Yang Tingkat Kecemasan POR
N Mekanisme Tidak Total (95%
digambarkan dalam crosstab 2x2 sebagai berikut : Cemas ρ
o Koping Cemas CI)
n % N % n %
a. Hubungan Antara Pengetahuan dengan 1 Maladaptif 9 60,0 6 40,0 15 100 6,600
0,
Tingkat Kecemasan Sebelum Menjalani 2 Adaptif 5 18,5 2 81,5 27 100 (1,599-
01
Hemodialisa 2 27,234)
7
Tabel 5.8
Hubungan Antara Pengetahuan Pasien Gagal
Berdasarkan tabel 5.8 dari 15 pasien GGK
Ginjal Kronis dengan Tingkat Kecemasan
yang mekanisme koping maladaptif terdapat 9
SebelumMenjalani Hemodialisa di
(60,0%) yang cemasa sebelum menjalani hemodialisa
Rumah Sakit Umum Daerah
sedangkan dari 27 pasien GGK yang mekanisme
Depati Hamzah Pangkalpinang
koping adaptif terdapat 5 (18,5%) yang cemas
Tahun 2015
sebelum menjalani hemodialisa.
Tingkat Kecemasan POR Dari hasil uji Chi Square nilai p
(95%=0,017 < α (0,05) menunjukkan bahwa secara statistik
Total
Pengeta Cemas Tidak Cemas
No ρ
huan N % n % N % CI) disimpulkan ada hubungan bermakna antara
mekanisme koping dengan tingkat kecemasan sebelum
1 Kurang 11 55,0 6 45,0 20 100 7,741
menjalani hemodialisa.
Baik (1,722
2 Baik 3 13,6 19 86,4 22 100 0,01 - Hasil analisa lebih lanjut diperoleh
2 34,79nilai POR = 6,600 (95%CI : 1,599-27,234), artinya
2) pasien GGK yang memiliki mekanisme koping
maladaptif memiliki kecenderungan 6,6 kali akan
cemas sebelum menjalani hemodialisa dibandingkan
Berdasarkan tabel 5.8 dari 20 pasien GGK dengan mekanisme koping adaptif
yang berpengetahuan kurang baik, terdapat 11
(55,0%) yang cemas sebelum menjalani hemodialisa BAB VI PEMBAHASAN
sedangkan dari 22 pasien GGK yang pengetahuannya
baik terdapat 3 (13,6%) yang cemas sebelum 1. Hubungan Antara Pengetahuan Pasien Gagal
menjalani hemodialisa. Ginjal Kronis dengan Tingkat Kecemasan
Dari hasil uji Chi Square nilai p =0,012 < α Sebelum Menjalani Hemodialisa di Rumah
(0,05) menunjukkan bahwa secara statistik Sakit Umum Daerah Depati Hamzah
disimpulkan ada hubungan bermakna antara Pangkalpinang Tahun 2015
pengetahuan dengan tingkat kecemasan sebelum Hasil uji statistik penelitian ini
menjalani hemodialisa. menunjukkan bahwa ada hubungan antara
Hasil analisa lebih lanjut diperoleh nilai pengetahuan dengan tingkat kecemasan sebelum
Prevalence Odd Ratio (POR) = 7,741 (95% CI : menjalani hemodialaisa (p = 0,012) < α (0,05) dan
1,722-34,792), artinya pasien GGK yang memiliki diperoleh nilai POR =7,7 (1,722-34,792) dimana
pengetahuan kurang baik memiliki kecenderungan 7,7 responden yang mempunyai pengetahuan kurang
kali akan cemas sebelum menjalani hemodialisa di baik memiliki kecenderungan 7,8 kali akan cemas
bandingkan dengan yang berpengetahuan baik. dibandingkan yang mempunyai pengetahuan baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Andaru
Setiowati, dkk (2014), di Rumah Sakit PKU
Muhamadiyah Surakarta ada hubungan antara
pengetahuan dengan tingkat kecemasan sebelum
menjalani hemodialisa (p= 0,013).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori
yang diungkapkan oleh Siswanto (2007) dimana

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
8
Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

dijelaskan bahwa pengetahuan dapat Soeradji Tirtonegoro Klaten ada hubungan


mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku mekanisme koping individu dengan tingkat
seseorang akan pola hidup terutama dalam kecemasan sebelum menjalani hemodialisa. Hasil
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam penelitian tersebut menunjukkan lebih banyak
pembangunan kesehatan dan semakin tinggi (71,43%) dengan mekanisme koping Adaptif,
pengetahuan maka toleransi dan pengontrolan sedangkan (28,57%) responden mekanisme
terhadap stressor lebih baik. Dan juga sejalan oleh maladaptif.
teori lain dari Adikusumo (2003) yang mengatakan Hasil penelitian ini sejalan dengan teori
pengetahuan seseorang yang mempunyai ilmu yang diungkapkan oleh Suliswati (2005) dimana
pengetahuan dan kemaampuan intelektual akan dijelaskan bahwa mekanisme koping Mekanisme
dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya koping terhadap kecemasan terdiri dari
diri dalam menghadapi kecemasan mengikuti menyerang: untuk memuaskan kebutuhanya,
berbagai kegiatan untuk meningkatkan menarik diri: respon secara fisik dengan menjauhi
kemampuan diri akan banyak menolong individu. sumber stress dan secara psikologis apatis merasa
Dari hasil penelitian di ruangan hemodialisa kalah, dan kompromi: mengubah cara kerja atau
Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah cara penyesuaian, mengganti tujuan dan
Pangkalpinang, di ketahui bahwa pada pasien mengkorbankan salah satu kebutuhan pribadi yang
GGK yang memiliki pengetahuan kurang baik dan bersifat konstruktif
cemas sebelum menjalani hemodialisa sebanyak Dari hasil penelitian yang dilakukan di
(55,0%) lebih bnayak dibandingkan pada pasien lapangan diketahui bahwa pada pasien GGK yang
GGK yang memiliki pengetahuan baik dan tidak memiliki mekanisme koping maladaptif dan cemas
cemas sebelum menjalani hemodialisa. Hal ini sebelum menjalani hemodialisa sebanyak (60,0)
dikarenakan semakin baik pengetahuan seseorang lebih banyak dibandingkan pada pasien GGK yang
akan lebih mudah mengetahui cara memelihara memiliki mekanisme koping adaptif dan tidak
kesehatan, terutama yang berhubungan dengan cemas sebelum menjalani hemodialisa. Hal ini
pentingnya menjalani hemodialisa. Dengan dikarenakan mekanisme koping sangat mendukung
pengetahuan yang baik, maka wawasan terhadap kecemasan pasien GGK dalam menjalani
pengetahuan semakin bertambah dan semakin hemodialisa, ini dikarenakan bahwa pasien dengan
menyadari bahwa pentingnya kesehatan bagi mekanisme koping maladaptif akan merasa cemas
kehidupan sehingga termotivasi untuk menjalani karena pasien tidak bisa mengurangi dampak
hemodialaisa tanpa adanya rasa cemas, sebaliknya kecemasan serta tidak dapat mengembangkan
jika pengetahuan kurang baik maka akan prilaku baru yang bertujuan untuk menumbuhkan
menghambat perkembangan seseorang terhadap kekuatan dalam pasien, mengurangi dampak
penerimaan informasi. Hal ini kemungkinan masih kecemasan bahkan stres. Dan sebaliknya apa bila
kurangnya penyampaian komunikasi informasi pasien yang menggunakan mekanisme koping
edukasi oleh tenaga medis diruangan hemodialisa yang adaptif membantu pasien beradaptasi untuk
serta tidak adanya seorang konselor di ruangan menghadapi keseimbangan dan beradaptasi untuk
khusus untuk kosling sebelum menjalani menyelesaikan masalah dengan berbicara dengan
hemodialisa tentang pelaksanaan tindakan orang lain. hal ini kemungkinan masih kurangnya
hemodialisa dan hal ini juga disebabkan karena penyampaian komunikasi informasi edukasi oleh
paisen GGK baru beberapa kali melakukan tenaga medis diruangan hemodialisa serta tidak
hemodialisa. adanya seorang konselor di ruangan khusus untuk
kosling sebelum menjalani hemodialisa tentang
2. Hubungan Antara Mekanisme Koping Pasien pelaksanaan tindakan hemodialisa dan juga pasien
Gagal Ginjal Kronis dengan Tingkat GGK belum menerima keadaannya, kurang
Kecemasan Sebelum Menjalani Hemodialisadi dukungan dari keluarga serta pasien tidak mampu
Rumah Sakit Umum Daerah Depati mengontrol emosinya.
HamzahPangkalpinang Tahun 2015
Hasil uji statistik penelitian ini BAB VII
menunjukkan bahwa ada hubungan antara Kesimpulan Dan Saran
mekanisme koping dengan tingkat kecemasan
dalam menjalani hemodialaisa (p = 0,017) < α A. Kesimpulan
(0,05) dan diperoleh nilai POR =6,600 (1,599- Berdasarkan hasil penelitian tentang
27,234) dimana responden yang mempunyai hubungan pengetahuan dan mekanisme koping
mekanisme koping maladaptif memiliki pasien gagal ginjal kronis dengan tingkat
kecenderungan 6,6 kali akan cemas dibandingkan kecemasan sebelum menjalani hemodialisa di
yang mempunyai mekanisme koping adaptif. Hal rumah sakit umum daerah depati hamzah
ini sejalan penelitian dengan Ni Ketut Romani, pangkalpinang tahun 2015 dapat disimpulkan
dkk (2012), di Unit Hemodialisa RSUP Dr. sebagai berikut :

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
9
Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

1. Adanya hubungan yang bermakna antara hasil-hasil penelitian lulusan kepada


pengetahuan dengan tingkat kecemasan (p = mahasiswa lainnya.
0,012) dimana pasien yang pengetahuan kurang
baik mempunyai kecenderungan 7,7 kali akan DAFTAR PUSTAKA
cemas sebelum menjalani hemodialisa
dibandingkan dengan pengetahuan baik Andarau Setiawan, dkk. (2014). “Hubungan
(POR=7,741). Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan
Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit PKU
2. Adanya hubungan yang bermakna antara Muhamadiyah tahun 2014”.
mekanisme koping dengan tingkat kecemasan
(p = 0,017) dimana pasien yang dengan Antara, 2015.
mekanisme koping maladaptif mempunyai http://www.antaranews.com/berita/484915
kecenderungan 6,6 kali akan cemas sebelum /dampak-penyakit-ginjal-sangat-besar-
menjalani hemodialisa dibandingkan dengan bagi-penderita-dan-negara diakses tanggal
mekanisme koping adaptif (POR=6,600). 23 April 2015.
B. Saran
Dapertemen Kesehatan RI. (2009). Peringatan
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Depati
Hari Ginjal Sedunia. Jakarta :
Hamzah Pangkalpinang
Depertemen Kesehatan Republik
a. Diharapkan dapat menyiapkan sarana dan
Indonesia.
prasarana seperti ruangan konseling dan
meningkatkan sumber daya manusia dalam
memberikan konseling informasi edukasi Doenges, at al. 2000. Rencana Asuhan
pada semua pasien GGK sebelum menjalani Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta.
hemodialisa.
Hawari. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan
b. Diharapkan praktisi perawat dapat Defresi, Jakarta : FKUI.
menerapkan peran perawat selaku pendidik
dalam praktik asuhan keperawatan sehari - Hidayat. (2010). Konsep dasar hemodialisa, http
hari dan diharapkan perawat bisa membina ://hidayat2. wordpress. com/2010 /10 /23
hubungan komunikasi terapeutik dalam /hemodialisa / Diakses Tanggal 21 April
penyampaian informasi edukasi dengan 2015.
pasien GGK dan keluarga.
Huda, Amin & Hardhi, Kusuma. (2006). Aplikasi
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Bagi peneliti selanjutnya yang meneliti Diagnosa Medis & Nanda nic-noc. Edisi
tentang masalah klien GGK yang menjalani Revisi jilid 1. Yogyakarta
hemodialisa di rumah sakit, hendaknya lebih
mengembangkan dan menyempurnakan
penelitian ini serta mencari variabel-variabel Ikawati, Zulies. (2011). Farmakologi Penyakit
terbaru yang dapat dikembangkan dengan Sistem Saraf Pusat. Yogyakarta:
metode-metode dan desain yang berbeda. Karangkajen

3. Bagi Institusi Itoh Mutaroh. (2009). Klien Gagal Ginjal Kronik


Bagi institusi pendidikan khususnya yang Menjalani Terapi Hemodialisa di
untuk Program Studi Ilmu Keperawatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
STIKES Citra Delima Bangka Belitung Fatmawati.
diharapkan dapat lebih memfasilitasi http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstre
mahasiswa dalam melakukan penelitian am/123456789/2340/1/ITOH%20MUTO
berikutnya serta memperbanyak referensi HAROH-FKIK.PDF. diakses tanggal 24
buku-buku keperawatan, jurnal atau artikel- April 2015
artikel keperawatan terkait tentang penelitian
terbaru bidang keperawatan khususnya Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2003).
keperawatan medikal bedah. Beberapa hal yang Dapertemen Pendidikan Nasional: Balai
dapat memberikan pengetahuan yang dapat Pustaka
meningkatkan pengetahuan mahasiswa seperti
kuliah umum, seminar, melatih tindakan Mansjoer Arif, dkk. (2006). Kapita Salekta
mandiri dalam praktek klinik serta hendaknya Kedokteran (edisi III). Jakarta: EGC
intitusi pendidikan turut mensosialisasikan

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
10
Jurnal Kesehatan STIKES Citra Delima Bangka Belitung

Muttaqin, Arif & Sari, K. (2011). Asuhan Smeltzer, Suzanne C & Bare. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Ganguan Sistem Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Perkemihan, Penerbit Salemba Medika. Suddart, EGC. Jakarta
Jakarta.
Suwitra. (2007). Buku ajar ilmu pengetahun dalam
Ni Ketut Romani, dkk. (2012). ”Hubungan jilid 1 edisi IV, Jakarta Pusat. Dapertemen
Mekanisme Koping Individu dengan Ilmu penyakit dalam FKUI
Tingkat Kecemasan pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis di Unit Hemodialisa RSUP
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun
2012”. Skripsi Program Studi S1
Keperawatan, Universitas Respati
Yogyakarta

Notoadmodjo. (2003). Promosi Kesehatan dan


Ilmu prilaku, Rineka Cipta, Jakarta

. (2007). Promosi Kesehatan dan


Ilmu Prilaku, Rineka Cipta,
Jakarta

. (2010). Metodelogi Penelitian


Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Nursalam, Nurs, M., & Ninuk, D.K. (2007).


Asuhan Keperawatan pada Pasien
Terinfeksi HIV / AIDS. Jakarta: Salemba
Medika

Nursalam. (2006). Asuhan Keperawatan Gangguan


Perkemihan jakarta: Salamba Medika

Potter, PA & Perry, AG. (2005). Buku Ajar


Fundamental Keperawatan Konsep
Proses Dan Praktek Edisi keempat, EGC.
Jakarta.

Price & Wilson. (2006). Patofisiologi: Konsep


Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4.
EGC. Jakarta.

Rekam Medis RSUD Depati Hamzah


Pangkalpinang (2015) Jumlah Penderita
CKD (Rekap Penyakit Morbilitas Rawat
Jalan)

Safitri. (2007). Gambaran klien gagal ginjal kronik


pada saat diberikan terapi hemodialisa di
RS Kepolisian Pusar Raden Said
Soekamto Kramat Jati,

Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan


Medical Bedah (volume II). Jakarta: EGC

Hubungan Pengetahuan dan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Tingkat Kecemasan Sebelum
Menjalani Hemodialisa
11

Anda mungkin juga menyukai