PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi
atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi
Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Efusi
pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya
penyakit. Secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5–20ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya
gesekan antara kedua pleura saat bernafas.Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan
efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis, sirosishati, gagal jantung
kongesif.Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia,bahkan menjadi problema
utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara
industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat
melaporkan 1,3juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan
oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di Negara berkembang
seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tubercolusis
Efusi pleura seiring terjadi di negara negara yang sedang berkembang yang sedang
berkembang salah satunya indonesia. Negara negara barat efusi pleura disebabkan gagl
jantung kongesti keganasan bakteri. Di amerika afusi pluera menyerang 1,3 juta orang per
tahun (yoghie pratama 19 juni 2012)
Badan kesehatan dunia (WHO) 2011 memperkirakan jumlah kasus efusi pluera
diseluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ketiga setelah CA paru sekitar 10-15 juta
dengan 250 ribu kematian tiap tahunya.efusi pluera suatu disease entity dan merupakan
suatu gejala penyakit yang serius dapat mengancam jiwa penderita.
Dinegara negara barat efusi pluera terutama disebabkan oleh gagal jantung
kongesti sirosis hati keganasan dan peneomia bakteri sementara di negara yang sedang
berkembang seperti indoneisa lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkolosis. Efusi pluera
keganasan merupakan
salah satu komplikasi biasanay ditemukan pada penderita keganasan dan
disebabkan oleh kangker paru dan kangker payudara. Efusi pluera merupakan manifestasi
klinik yang dapat di jumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pluera primer atau
metastik. Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pluera primer) dapat disertai
efusi pluera dan sekitar 50% penderita kangker payudara akhirnya akan mengalami efusi
pluera (yoghie pratama 19juni2012)
Di indonesia trauma dada juga bisa menjadi penyebab efusi pluera. Mortalitas dan
morbiditas efusi pluera ditentukan berdasarkan penyebab tingkat keparahan dan jenis
biochemical dalam cairan pluera. hal ini akan sejalan bila masyarakat indonesia terbatas
dari masalah kesehatan dengan gangguan system pernapasan yang salah satunya adalah
efusi pluera.
Sekitar 10-15 juta dengan 100-250 ribu kematian tiap tahunya. Efusi pluera suatu
kesatuan penyakit (disease enity) dna merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang
dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan efusi pluera ditentukan oleh jumlah
cairan kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan paru
Tingginya kasus efusi pluera disebabkan keterlambatan penderita untuk memeriksa
kesehatan sejak dini sehingga terhambat aktivitas sehari hari dan kematian akibat efusi
pluera masih sering ditemukan.
Tingkat kegawat daruratan pada efusi pluera ditentukan oleh jumlah cairan
kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas exspensi
paru akan mengalami sesak nyeri dada,batuk non produktif bahkan akan terjadi kolaps
paru dan akibatnya akan terjadilah gagl nafas.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan medical bedah.
2. Tujuan Khusus :
a. Menjelaskan definisi Efusi Pleura.
b. Menjelaskan etiologi dan komplikasi penyakit Efusi Pleura.
c. Menjelaskan Patofisiologi serta gejala manifestasi klinis Efusi Pleura.
d. Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien Efusi Pleura.
d. Menjelaskan apliksi jurnal Efusi Pleura.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebihan dalam rongga pleura baik transudat
maupun eksudat (Davey, 2005). Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk
penimbunan cairan dalam rongga pleura (Price, 2005). Efusi pleural adalah pengumpulan
cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses
penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai
15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa
adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
B. ETIOLOGI
Efusi pleura memiliki banyak penyebab yaitu : hambatan resorbsi cairan dari rongga
pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor
mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor
dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
a. Gagal jantung
b. Kadar protein yang rendah
c. Sirosis
d. Pneumonia
e. Tuberculosis
f. Emboli paru
g. Tumor
h. Cidera di dada
C. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura.Jumlah
cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9
cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan
hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh
kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam
pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter per hari. Terkumpulnya cairan
di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan
absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic
(hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi
dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal
jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic
karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh
keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan
berat jenisnya tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya
transudate kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
(Guytondan Hall , 1997)
D. MANIFESTASI KLINIK
a. Tidak enak badan
b. Demam
c. Nafas pendek
d. Takipnea
e. Perkusi : pekak
f. Dispneu bervariasi
g. Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura
h. Trachea menjauhi sisi yang mengalami efusi
i. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
j. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena efusi
k. Perkusi meredup diatas efusi pleura
l. Egofoni diatas paru-paru yang tertekan dekat efusi
m. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura
n. Fremitus vokal dan dada berkurang
o. Bunyi pendek dan lemah diarea yang mengalami efusi
p. Nyeri dada pada pleuritis (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita
batuk atau bernafas dalam).
Manifestasi klinik lainnya yaitu:
Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan
pleural yang signifikan.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu.
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia,
sirosis). Berikut beberapa penatalaksanaan untuk klien dengan efusi pleura yaitu:
Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna
keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau
minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit,
dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan
selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau
pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang
pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih
lanjut.
Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah
plerektomi, dan terapi diuretic.
Terapi yang di berikan adalah :
a. Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.
Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka
pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat
sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan
pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).
b. Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya
pengumpulan cairan lebih lanjut.
c. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura.
Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan
(misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini
akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat
pengumpulan cairan tambahan.
d. Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.
e. Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan
bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
f. Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang,
maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.
g. Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah
bening.
h. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang
menyumbat aliran getah bening
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura
didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat
iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit
yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
g. Pengkajian Pola Fungsi
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan
persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan
penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
h. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien,
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan
effusi pleura keadaan umumnyalemah.
i. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS.
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest
sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
j. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri
dada.
Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
k. Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat
Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang
tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,
berisik dan lain sebagainya.
l. Pemeriksaan Fisik
1). Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku
pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.
2) Sistem Respirasi
Inspeksi Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR
cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila
cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas
atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical
penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux.
Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk
cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis
dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi
dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
3) Sistem Cardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada
ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga
memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar
pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung
atau ventrikel kiri.
Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop
dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi
darah.
4) Sistem Pencernaan
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar,
tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu
juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai
normalnya 5-35kali per menit.
Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi
pasien, apakah hepar teraba.
Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
5) Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan
pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma
Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
6) Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial
Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta
dengan pemerikasaan capillary refiltime.
Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.
7) Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi
pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat
adanya
Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat,
demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit
untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang,
1. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan) dan
frekuensi paru yang ditandai dengan sesak nafas, nafas pendek.
2. Nyeri kronis b.d sesak nafas yang ditandai dengan nyeri pada bagian dada dan
perubahan pola tidur.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan,
sesak nafas yang ditandai dengan nyeri pada bagian abdomen.
2. Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan) dan
frekuensi paru yang ditandai dengan sesak nafas, nafas pendek.
Tujuan:Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria :1. Tidak ditemukannya akumulasi cairan dan tidak ada dipsneu
2. Irama nafas, frekuensi nafas dalam rentang normal
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Mandiri :
1. Identifikasi faktor penyebab.
Rasional :Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis
effuse pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (posisi semi fowler)
Rasional :Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru
bisa maksimal.
3. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang
terjadi.
Rasional :Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat
mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
4. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).
Rasional :Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan
fungsi paru.
5. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obatobatan serta foto
thorax.
Rasional :Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan Dengan foto
thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya
kembang paru
2. Nyeri kronis b.d sesak nafas yang ditandai dengan nyeri pada bagian dada dan perubahan
pola tidur.
Tujuan:Nyeri kronis pasien berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria :1. Tidak ada ganguan tidur
2. Tidak ada ekspresi menahan nyeri
Mandiri :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif menggunakan PQRST
Rasional :Mengetahui penyebab timbul rasa nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, skala
nyeri, dan waktu nyeri yang dirasakan pasien.
2. Observasi nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional : Masih ada atau tidakkah nyeri yang dirasakan pasien
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Rasional :Memahami nyeri yang dirasakan pasien
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Rasional :Menurunkan rasa nyeri akibat lingkungan
5. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluha dan tindakan nyeri tidak berhasil
Rasional : Pemberian obat analgesic yang diresepkan oleh dokter dan teknik non
farmakologi oleh perawat
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan,
sesak nafas yang ditandai dengan nyeri pada bagian abdomen
Tujuan:Kebutuhan nutrisi pasien teratasi
Kriteria :1. Konsumsi lebih dari 40% jumlah makanan
2. Berat badan normal
Mandiri :
1. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi
Rasional :Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaan dan kebiasaannya
2. Auskultasi suara bising usus
Rasional :Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya gangguan
pada fungsi pencernaan
3. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional :Makanan dalam porsikecil tidak memubutuhkan energy, banyak selingan
memudahkan
4. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian TKTP
Rasional : reflek Diet TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan
pembentukan antibody
5. Kolaborasi dengan dokteratau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
albumin dan suplemen nutrisi lainnya
Rasional :Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambahkan asam
lemak dalam tubuh
BAB III
RESUME ASKEP
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Suku : jawa
Pekerjaan : suasaa
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny M
Umur : 29 tahun
Agama : islam
Suku : jawa
Pekerjaan : suasta
i. Gejala (Subyektif):
1. Dispnea: ( ) Tidak ada ( √) Ada, jelaskan . Dispnea terdengar pada saat kliaen
merasa sesak
2. Yang meningkatkan / mengurangi sesak . Jika merasa sesak klien duduk dan
meminta perawat/keluarga memasang kanul
3. Pemajanan terhadap udara berbahaya:
4. Penggunaan alat bantu: (√ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
ii. Tanda (Obyektif):
1. Pernafasan :(1) Frekwensi :26x/menit (2) Kedalaman : 5cm 3) Simetris: (√)
2. Penggunaan otot bantu nafas: nasal o2 3l/m, Nafas cuping hicung: (√)
3. Batuk: tidak ada, Sputum (Karakteristik Sputum) :
4. Fremitus.kirindan kanan simetris.Auskultasi bunyi nafas: simetris kiri dan
kanan
5. Egofoni : sianosis: Tidak ada
6. Perkusi . Pekat
c. AKTIFITAS (TERMASUK KEBERSIHAN DIRI) DAN LATIHAN
i. Gejala (Subyektif)
1. Kegiatan dalam pekerjaan. Menjaga jualan
2. Kesulitan / keluhan dalam aktifitas
a. Pergerakan tubuh.Kemampuan merubah posisi ( ) Mandiri, ( √ ) Perlu
bantuan, jelaskan Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek,
makan dll) ( ) Mandiri, (√) Perlu bantuan, jika klien manidi
3. Toileting (BAB/BAK): ( ) Mandiri, (√ ) Perlu bantuan, jelaskan ..
4. Keluhan sesak napas setelah aktifitas: ( ) Tidak ada ( √) Ada, jelaskan klien
merasa sesak setiap selesai akatifitas
5. Mudah merasa kelelahan:() Tidak, (√) Ya, jelaskan, klien merasa lemas dan
sesak, toleransi terhadap aktifitas: ( √ ) Baik,
ii. Tanda (Obyektif):
1. Respon terhadap aktifitas yang teramati : baik
2. Status mental (misalnya menarik diri, letargi) .tidak
3. Penampilan umum:
a. Tampak lemah : ( √ ) Ya
b. Kerapian berpakaian : rapi
4. Pengkajian neuromuskuler:
5. Masa/ tonus otot : Kekuatan otot:++ /++
6. Postur: normal Rentang gerak: normal Deformitas:
7. Bau badan: tidak Bau mulut: tidak Kondisi kulit kepalabersih Kebersihan
kuku: bersih
a. ISTIRAHAT
i. Gejala (Subyektif):
1. Kebisaaan tidur: sering terjaga .. lama tidur: 6 jam / hari
2. Masalah berhubugan dengan tidur:
a. Insomnia: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, berhubungan dengan .
b. Kurang puas/ segar setelah bangun tidur ( √ ) Tidak ada
ii. Tanda (obyektif):
1. Tampak mengantuk/ mata sayu: ( √ ) Tidak ada Mata merah: ( √ ) Tidak ada
2. Sering menguap: ( √) Tidak ada ( ) Ada, Kurang konsentrasi: ( √) Tidak ada
b. SIRKULASI
i. Gejala (Subyektif):
1. Riwayat Hipertensi atau masalah jantung: tidak ada
2. Riwayat edema kaki:tidak ada,
3. Penyembuhan lambat : tidak ada
4. Rasa kesemutan: tidak ada
5. Palpitasi : ada/ tidak ada. Nyeri dada: tidak ada
ii. Tanda (obyektif):
1). Tekanan Darah (TD) : 130/80
2). Mean Arteriar Presure /Tekanan nadi : 80x/menit
3). Nadi/Pulsasi:
a). Karotis: teraba d) Radialis: teraba
b). Femoralis: normal. e) Jugularis :normal
c). Popliteal: normal f) Dorsal Pedis:normal
4). Bunyi jantung: Frekuensi:….x/mnt, reguler/ireguler, kuat/lemah
5). Friksi Gesek:ada/tdk ada. Murmur: ada/tdk ada
6). Ekstremitas: Suhu: ..............Warna: …………Tanda Homan:. ada/ tidak ada
7). Pengisian Kapiler: ……Varises: ada/ tidak ada Plebitis: ………
8). Warna: Membran mukosa: Ping Bibir: Konjungtiva: anemis
7. ELIMINASI
a. Gejala (subyektif):
1). Pola BAB : frekwensi 1x/ hari, konsistensi: padat
2). Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal: terpasang
kolostomy/ileostomy)..tdk ada
3). Kesulitan BAB: Konstipasi : tidak……………… Diare: ………tidak
4). Penggunaan laksatif: ( √) tidak ada, ( ) ada
5). Waktu BAB terakhir: Pagi kam 09 pada saat pngkajia tanggal 11 desember
6). Riwayat perdarahan:tudak ada Hemoroid . Tidak ada
7). Riwayat inkontinensia alvi : tidak ada
8). Penggunaan alat-alat: misalnya pemasangan kateter . Tidak ada
9). Riwayat penggunaan diuretik: tidak ada
10). Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK: tidak
11). Kesulitan BAK: tidak
12). Keluhan BAK lain: tidak
b. Tanda (obyektif):
1). Abdomen:
a). Inspeksi: Abdomen membuncit: ada , terjadi pembesaran perut
b). Auskultasi : Bising usus: 3-5x/m………Bunyi abnormal ( √) tidak
Perkusi :
(1). Bunyi tympani:(√ ) tidak ada, Kembung (√) tidak ada
(2). Bunyi abnormal lain ( ) tidak ada ( √ ) ada, jelaskan.
c). Palpasi:
(1). Nyeri tekan : klien merasa nyeri pda perut seperti di tekan,
(2). Distensi kandung kemih: ada
2). Pola eliminasi
a). Konsistensi Lunak/keras: Massa: ( √) tidak ada
b). Pola BAB : Konsistensi, warna abnormal: ( √ ) tidak
c). Pola BAK: Inkontinensia ada/ tidak ada jelaskan………………………………………
Retensi ada/ tidak ada jelaskan, Karakteristik urine: Warna: kuning
bening Jumlah : 200 cc ,Bau: amoniak
B. Diagnosa keperawatan
A. Identitas klien
Nama : Ny. T
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Suku : jawa
Pekerjaan : suasta
2. Data obyek
kurang lebih 2 bulan yang lalu klien merasakan perutnya semakin
memebesar, tidak seperti yang sebelumnya, klien melakukan pemeriksaan ke Dr
umum RS romani kliaen di srankan untuk rwat inap di rs wongsonogoro, setelah 1
minggu di rawat klien di rujuk ke RSUP Dr kriadi semarang, dan dinrawat inap di
ruang tajawali 3A.
C. Diagnosa keperawatan
Ketidak efektifan pola nafas b/d penurunan ekspansi paruh terhadap penumpukan cairan
pada rongga pleura
D. Evidence based nursing practice yang diterapkan pada pasien
Pengaruh perubahan posisi terhadap pola nafas pada psien gangguan pernafasan
E. Analisis sintesa justifikasi
Peradangan pleura
PEMBAHASAN
Dalam EBN ini penulis memilih tindakan perubahan posisi dalam mengatasi
masalah ketidak efektifan pola napas (sesak napas) terhadap pasien dengan diagnosa
efusi pleura sebagai intervensi keperawatan karena hasil yang diperoleh dari hasil
penelitian pada pasien dengan ganguan permandian dapat positif terhadap derajat nafas.
Kemudian diagnosa yang ditemukan dari hasil pengkajian klien memunculkan masalah
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunannya ekspansi paru sekunder
terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
1. Judul Penelitian
Pengaruh perubahan posisi terhadap pola nafas pada pasien gannguan pernafasan
2. Penelitian
Rizky Annisa, Wasisto Utomo, Sri Utami
3. Metode penelitian
Metode penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
quasyexperimen dengan rancangan penelitian ime series tanpa kelompok. Populasi
dari i. penelitian ini adalah pasien yang mengalami gangguan pernafasan.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan
jenis purposive sampling dengan jumlah sampel 17 responden.
4. penelitian ini dilakukan dengan fokus terhada ke tiga posisi dan juga dilakukan
Pengukuran yang yang berisikan data demografi responden, pengamatan yang
memberi irama pernafasan, pemafasan, saturasi, jenis pernafsan dan pengembangan
pernafasan serta SOP posisi low fowler posisi semi fowler dan posisi standar fowler
B. mekanisme penerapan evidence based nursing practive
1. tahap prainteraksi
a Membaca status klien
b. Mencuci tangan
c. Mengenakan APD (bila diperlukan)
2. Tahap orientasi
B. SARAN
1. Penulis
Bagi penulis lebih dapat meningkatkan lagi dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan perapasan
2. Rumah sakit
Di srankan agar penelitian uni di pakai sebagai masukan sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam ranggka
meninggkatkan pelayanan khususnya dalam masalah gannguan pernafasan pada
klien
3. Profesi keperawatan
Di srankan agar semua perawat di rumah sakit mengobsrvasi dan memonitoring
terlebih dahulu sebelum dilakukan prubahan posisi guna mendapatkan posisi yang
cocok untuk klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Pross Penyakit, Ed4. Jakarta :
EGC.
Potter, P.A.,& Perry A.G.(2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Smeltzer c Suzanne. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and
Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R.,(2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC.
Puspita I, Tri U.S , Berta G. (2015). Penyebab efusi pleura di kota metro . Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung. http
://repository.lppm.unila.ac.id_Jurnal_agro2_dr_umi17.pdf. Di unduh 13 Desember