Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan jiwa

sebagai “keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan

tanpa penyakit atau kelemahan.” Definisi ini menekankan kesehatan sebagai

suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar tanpa penyakit. Tidak

ada satupun definisi universal kesehatan jiwa, tetapi kita dapat

menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari prilakunya. Suatu kondisi sehat

emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal

yang memuaskan. Pada kasus skizofrenia hal itu tidak terjadi karena

kerusakan pada sistem neurotransmilter di otak.

Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada

fungsi otak. Menurut Nancy Andreasen 2008 (dalam yosep 2011) dalam

Broken Brain, the Biological Revolutionin Psychiatry,bahwa bukti-bukti

terkini tentang skizofrenia merupakan suat hal yang melibatkan banyak

sekali faktor. Faktor-faktor ini meliputi perubahan struktur fisik otak,

perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik.

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang

aneh dan terganggu (Videbeck, 2008). Skizofrenia tidak disebabkan oleh

suatu penyakit badaniah, sebab dari dahulu hingga sekarang para sarjana

tidak dapat menemukan kelainan patologis-anatomis atau fisiologis yang

khas pada susunan saraf (dalam buku ilmu kedokteran Maramis 2009).

1
Adapun salah satu gejala dari skizofrenia adalah halusinasi.

Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, di mana tidak

terdapat stimulus seperti mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang

sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak ada pada

tubuhnya. Gejala yang biasanya timbul, yaitu klien merasakan ada suara dari

dalam dirinya. Kadang suara itu datang menyejukkan hati, memberi

kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang

sangat berbahaya, seperti bunuh diri (Yosep, 2011).

Jumlah penderita gangguan jiwa se-indonesia dalam satu tahun

dengan jumlah penduduk 220 juta orang. Jumlah klien Gangguan jiwa di

Indonesia terdiri dari psikosa fungsional 520.000, sindroma otak organic akut

65.000, sindroma otak organic menahun 130.000, retardasi mental 2.600.000,

nerosa 6.500.000, psikosomatik 6.500.000, gangguan kepribadian 1.300.000,

ketergantungan obat 1.000 (Yosep, 2011).

Dengan meningkatnya angka gangguan jiwa di Indonesia pada

umumnya, maka perlunya dilakukan perawatan yang lebih intensif pada klien

dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi secara menyeluruh meliputi

biopsikososiospiritual, penanganan klien dengan gangguan persepsi sensori :

halusinasi pada khususnya dan gangguan jiwa pada umumnya, menekankan

ke arah profesionalisme profesi keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1998 ).

Berdasarkan fakta-fakta seperti itu sudah seharusnya menjadi cacatan

bagi kita di Indonesia dalam mengatasi kesehatan jiwa yang sudah

mengkhawatirkan Karena secara nyata kondisi seperti itulah yang merupakan

salah satu pemicu yang memunculkan rasa stress, depresi dan berbagai

2
gangguan jiwa pada manusia, sehingga perawatan masalah dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi sangat memerlukan perhatian yang sungguh-

sungguh, karena seseorang yang mengalami gangguan jiwa dengan harga diri

rendah pasti akan merasa dirinya tidak berharga, tidak mampu, dan selalu

mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, yang mana hal ini dapat memicu

seseorang mengalami stress. Menurut Mardiana (2008), dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa keluarga memiliki fungsi strategis dalam menurunkan

angka kekambuhan gangguan persepsi sensori : halusinasi, meningkatkan

kemandirian dan taraf hidupnya .

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas

masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruangan

Flamboyan RS Jiwa Prof SB Saanin padang tahun 2016.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahu gambaran nyata tentang asuhan keperawatan jiwa

pada klien dengan perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran di

ruangan Indragiri RSJ TAMPAN PROVINSI RIAU tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi

sensori : Halusinasi pendengaran.

b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien gangguan persepsi

sensori : halusinasi pendengaran.

3
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi

sensori : halusinasi pendengaran.

e. Mengevaluasi hasil tindakan pada klien gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran.

f. Mendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

g. Dapat membandingkan antara kesenjangan teori dengan kenyataan

yang penulis temukan dilapangan.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Klien

Hasil laporan kasus ini dapat digunakan oleh penderita agar dapat

mempercepat proses penyembuhan.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan atas kebijaksanaan untuk

mengatasi masalah yang berkaitan dengan gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai informasi

tambahan kususnya tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien

dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pedengaran.

4
4. Bagi Penulis

Hasil laporan ini dapat meningkatkan wawasan dan pengetahan

mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Menurut Vascaloris (dalam yosep, 2011), halusinasi dapat di

definisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, di mana tidak

terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi

pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds), penglihatan (Visual-

seeing persons or things), penciuman (Olfactory-smelling Doors),

pengecapan ( Gustatory-experiencing tastes).

Halusinasi adalah hilangnya kemempuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (fikiran) dan rangsangan eksternal (dunia

luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada

objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien sering mendengar

suara padahal tidak ada orang yang berbicara (direja, 2011)

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada

panca indra seseorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/ bangun,

dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. Klien yang

salah terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, memberi persepsi yang

salah atau pendapat tentang sesuatu tanpa ada objek atau rangsangan yang

nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan rangsangan

fikiran dan rangsangan eksternal (dunia luat) (Maramis dalam trimelia 2011).

6
B. Rentang Respon Neurobiologis

Menurut Direja, 2011.

Adaptif Mal Adaptif

- Fikiran logis - Kadang- - Waham


- Persepsi kadang proses - Halusinasi
akurat fikir terganggu - Kerusakan
- Emosi - Ilusi proses emosi
konsisten - Emosi - Prilaku tidak
dengan berlebihan terorganisasi
pengalaman - Prilaku yang - Isolasi sosial
- Prilaku cocok tidak biasa
- Hubungan - Menarik diri
sosial
Harmonis

(Gambar 2.6 Rentang Respon Neurobiologis (Direja,2011).

a. Pikiran logis

Yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.

b. Persepsi akurat

Yaitu proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang

didahului oleh perhatian.

c. Emosi konsisten

Yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau efek keluar disertai

banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.

7
d. Perilaku sesuai

Perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan

masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya

umum yang berlaku.

e. Berhubungan sosial

Berhubungan dinamis menyangkut hubungan antar individu dan

individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerja sama.

f. Proses pikir terganggu (ilusi)

Yaitu manifestasi dari persepsi stimulus impuls eksternal melalui

alat panca indera yang memproduksi gambaran sensorik dan area

tertentu diotak kemudian diinterprestasikan sesuai dengan kejadian

yang telah dialami sebuelumnya.

g. Emosi berlebihan atau berkurang

Yaitu manifestasi perasaan dan efek keluar berlebihan atau kurang

h. Perilaku ganjil atau tak lazim

Yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan

masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya

umum yang berlaku.

i. Menarik diri

Yaitu percobaan untuk menghindari interaksi orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain.

8
j. Isolasi sosial

Menghindar dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam

berinteraksi.

C. Etiologi

Yosep, 2011 faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :

A. Faktor Predisposisi

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya

kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu

mandiri sejak kecil, mudah frustrasi, hilang percaya diri atau lebih

rentan terhadap stres.

b. Faktor sosiokultural

Seseorang yang mmerasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi

(unwanted child) akan merasa disingkirkan , kesepian dan tidak

percaya pada lingkungannya.

c. Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya

strees yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan

dihasilkan suat zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia

seperti buffofenon dan dimetytanferase (DMP). Akibat stres

berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmilter otak.

Misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.

d. Faktor psikologis

9
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawaab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada

ketidakmampuan klien dalam mengambil Keputusan yang tepat demi

masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari

alam nyata menuju alam khayal.

e. Faktor genetik dan pola asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh dengan

orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.

B. Faktor Presipitasi

Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah

adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak

berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor

dan maslah koping dapat mengindikasi  kemungkinnan kekambuhan

(kelliat,2006).

Faktor presipitasi terjadinya gangguan  halusinasi adalah :

1. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk

dalam otak akibat ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi 

stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2. Sterss lingkungan

Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

3. Sumber koping.

10
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

D. Tanda dan Gejala

Tipe halusinasi menurut Videbeck dalam yosep, 2011

Jenis Halusinasi Data subjektif Data Objektif


Halusinasi dengar 1) Mendengar suara 1) Mengarahkan

(auditor-hearing menyuruh telinga pada sumber

voices or sounds) 2) Mendengar suara suara

atau bunyi 2) Bicara atau tertawa

3) Mendngar suara sendiri

yang mengajak 3) Marah-marah tanpa

bercakap-cakap sebab

4) Mendengar 4) Menutup telinga

seseorang yang 5) Mulut komat-kamit

sudah meninggal 6) Ada gerakan tangan

5) Mendengar suara

yang mengancam

diri klien
Halusinasi 1) Melihat seseorang 1) Tatapan mata pada

penglihatan (visual- yang sudah tempat tertentu

seeing persons or meninggal, melihat 2) Menunjuk ke arah

thing) makhluk tertentu, tertentu

melihat bayangan, 3) Ketakutan pada

hantu atau sesuatu objek yang di lihat

yang menakutkan.

11
Halusinasi penciuman 1) Mencium sesuatu 1) Ekspresi wajah

(olfaktory-smelling seperti bau mayat, sering mencium

Doors) darah, bayi, feses sesuatu dengan

atau bau parfum gerakan cuping

2) Klien sering hidung,mengarahk

mengatakan sering an hidung ke

mencium bau tempat tertentu

sesuatu

3) Tipe halusinasi ini

sering menyertai

klien demensia,

kejang atau

penyakit

serebrovaskular
Halusinasi 1) Klien seperti 1) Mengusap,

perabaan(tactile- merasakan ada menggaruk-garuk

feeling bodily sesuatu yang meraba-raba

sensations) menggerayangi permukaan kulit.

tubuh seperti Terlihat

tangan, binatang menggerakkan

kecil,makhluk halus badan seperti

2) Merasakan sesuatu merasaakan

di permukaan kulit, sesuatu rabaan

merasakan sangat

12
panas atau dingin
Halusinasi 1) Klien seperti 1) Seperti mengecap

pengecapan merasakan makanan sesuatu. Gerakan

(gustatory- tertentu,rasa tertentu mengunyah,

experiencing tastes) atau mengunyah meludah atau

sesuatu muntah
Cenesthetic & 1) Klien 1) Klien terlihat

kinestetik melaporkan menatap tubuhnya

hallucinations bahwa fungsi sendiri dan terlihat

tubuhnya tidak merasakan sesuatu

dapat terdeteksi yang aneh tentang

misalnya tidak tubuhnya

ada denyutan di

otak, atau sensasi

pembentukan

urine dalam

tubuhnya

perasaan

tubuhnya

melayang di atas

bumi
E. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Perubahan sensori persepsi: Halusinasi

13
Isolasi Sosial

F. Konsep asuhan keparawatan jiwa

1. Pengkajian keperawatan jiwa

1) Identitas Diri

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status


pernikahan, no RM, alamat, agama.

2) Alasan Masuk

Umumnya klien dengan halusinasi dibawa kerumah sakit karena

keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena prilaku

klien dan hal lain, gejala dinampakkan dirumah sehingga klien dibawa

kerumah sakit.

3) Faktor predisposisi

a. Faktor perkembanga terlambat

Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makan, minum, dan rasa

aman. Usia balita tidak terpenuhi kebutuhan otonomi. Usia

sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan

b. Faktor komunikasi dalam keluarga

Komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi, tidak ada

penghangatan, komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi

tertutup, orangtua yang membandingkan anak-anaknya, orangtua

yang otoritas dan konflik dalam keluarga.

c. Faktor sosial budaya

14
Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan

lingkungan yang terlalu tinggi.

d. Faktor psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri,

ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis

peran, gambar diri negatif, dan koping deskrutif

e. Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran

vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik

f. Faktor genetik

Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui

kromoson tertntu. Namun demikian kromosom yang keberapa

yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih

dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah

kromosom nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan

nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan

mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami

skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15%

seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia

berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua

oran tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%

4) Faktor presipitasi

Faktor – faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

15
1. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang

menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

2. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme

penerimaan abnormal)

3. Adanya hubungan yang bermusuh, tekanan, isolasi, perasaan tidak

berguna, putus asa dan tidak berdaya.

5) Fisik

Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan

tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang

dirasakan klien.

6) Psikososial

Genogram : yaitu minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan

hubungan klien dan keluarga dan jelaskan masalah yang terkait

dengan komunikasi, pengambilan keputusan. Dan pola asuh.

7) Mekanisme koping

 Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari

 Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha

untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain

 Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan

stimulus internal.

8) Status Mental

1. Penampilan

Data ini didapat memalui observasi perawat/keluarga :

16
a) Penampilan tidak rapi jika ujung rambut sampai ujung kaki

ada yang tidak rapi.misalnya rambut acak-acakan, kancing

baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju

tidak diganti-ganti.

b) Penggunaan pakaian tidak sesuai, misalnya pakaian dalam

dipakai diluar.

c) Cara berpakaian tidak seperti biasanya,jika pengguanaan

pakaian tidak tepat (waktu, tempat, identitas, situasi, kondisi)

d) Jelaskan hal-hal yang ditampilakan klien dan kondisi lain yang

tidak tercantum, seperti penampilan, usia, sikap tubuh, cara

jalan yang janggal.

e) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

2. Pembicaraan

a) Clang association adalah ide yang saling berkaitan dan

didasarkan pada suara atau irama,bukan pada makna.contoh :

”saya akan minum pil kalau saya menengendarai mobil,tetapi

saya bukan jail ,saya tidak usil “

b) Neologisme adalah kata-kata yang dibuat oleh klien.contoh :

“saya takut terhadap grittiz disini,saya akan lari.apakah anda

gritiiz ? “

3. Aktivitas motorik

Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga

a) Lesu, tegang, gelisah, sudah jelas.

17
b) Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan.

c) Tik :gerakan-gerakan kecil pada otot yang tak terkontrol.

d) Grimasen : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang

involunter.

e) Tremor : jari-jari tangan dan lidah tampak gemetar ketika klien

merentangkan jari-jari dan lidah.

f) Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang,seperti

berulang kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi,

mengeringkan tangan dan sebagainya.

4. Alam perasaan

a) Sedih, putus asa, gembira berlebihan sudah jelas

b) Ketakutan, objek yang ditakuti sudah jelas

c) Khawatir, objek yang ditakuti belum jelas

5. Afek

Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga

a) Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada

stimulus yang mnyenangkan atau menyedihkan

b) Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat

c) Labil : emosi yang cepat berubah-ubah

d) Tidak sesuai : emosi yang tidak sesuai atau bertentangan

dengan stimulus yang ada.

6. Interaksi selama wawancara

Data ini didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi

perawat/keluarga :

18
a) Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, sudah jelas

b) Kontak mata kurang : tidak mau menatap lawan bicara

c) Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan

kebenaraan dirinya

d) Curiga : menunjukan sikap/perasaan tidak percaya pada orang

lain.

7. Isi pikir

Data didapatkan melalui wawancara

a) Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha

menghilangkan nya.

b) Phobia : ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap

objek/situasi tertentu.

c) Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ

dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada.

d) Ide yang terkait : keyakianan klien terhadap kejadian yang

banyak di lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya.

e) Pikiran magis : keyakin klien tentang kemampuaannya

melakukan hal-hal yang musathil/diluar kemampuannya.

9 Proses pikir ( data diperoleh dari observasi saat wawancara )

a. Sirkumstansia : pembicaraan yang berbelit-belit tetapi sampai

pada tujuan pembicaraan

b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi tidak

sampai pada tujuan

19
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara

satu kalimat dengan kalimat lainnya dan klien tidak

menyadarinya.

d. Flinht of ideas : pembicaraan yang melombat dari satu topik ke

topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak

sampai pada tujuan

e. Bloking : pembicaraan berhenti tiba-tiba tanpa ada gangguan

ekternal kemudian dilanjutkan kembali

f. Perseverasi : pembicaraan yang berulang berkali-kali

g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara

h. Masalah keperawanan sesuai dengan data

10 Tingkat kesadaran

Data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui wawancara dan

observasi, stupor diperoleh melalui observasi, orientasi klien

(waktu,temapt,orang) diperoleh melalui wawancara. Pada

skizofrenia klien bingung, tampak bingung dan kacau.stupor :

gangguan motorik seperti kekakuan,gerakan-gerakan yang

diulang, anggota tubuh klien dapat dikatakan dalam sikap

canggung dan dipertahankan klien, tapi klien mengerti semua yang

terjadi dilingkungan. Orientasi waktu, tempat, orang jelas,

11 Memori

Data diperoleh melalui wawancara

a. Gangguan daya ingat jangka panjang

b. Gangguan ingat jangka pendek

20
c. Gangguan daya ingat saat ini

d. Konfabulasi

12 Tingkat konsentrasi dan berhitung

Data diperoleh melalui wawancara

a. Mudah dialihkan

b. Tidak mampu berkonsentrasi

c. Tidak mampu berhitung

13 Kemampuan penilaian

a. Gangguan kemampuan penilaian ringan : dapat mengambil

Keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain.

b. Gangguan kemamuan penilaian bermakna : tidak mampu

mengambil Keputusan walaupun dibantu orang lain

14 Daya tilik diri

Data tilik juga terganggu,terutama selama proses

penyakit.semakin lama beberapa klien dapat mempelajari

penyakiynya,mengantisipasi masalah dan mencari bantuan yang

teoat sesuai kebuuhan.akan tetapi klien yang skizofrenia yang

gagal memahami penyakitnya menyebabkan masalh jangka

panjang,penyakit tersebut menimbulkan kesulitan yang kronis.

9) Pengetahuan

Data didapat melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang

dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.

10) Aspek medis

21
Diagnosa medic klien yang telah di rumuskan oleh dokter yang

merawat.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Yosep,2011 :

a. Resiko tinggi prilaku kekerasan

b. Gangguan persepsi sensori halusinasi

c. Isolasi sosial : menarik diri

d. Harga Diri Rendah

3. Intervensi

DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN

Gangguan persepsi TUM: Tindakan Psikoterapeutik:


sensori: halusinasi
pendengaran Setelah dilakukan tindakan Klien
keperawatan selama 3 x 24
jam klien mampu mengontrol 1. Bina hubungan saling percaya.
halusinasi dengan kriteria 2. Adakan kontak sering dan
hasil (TUK): singkat secara bertahap.
3. Observasi tingkah laku klien
1.  Klien dapat membina terkait halusinasinya.
hubungan saling percaya. 4. Tanyakan keluhan yang
2. Klien dapat mengenal dirasakan klien.
halusinasinya; jenis, isi, 5. Jika klien tidak sedang
waktu, dan frekuensi berhalusinasi klarifikasi tentang
halusinasi, respon adanya pengalaman halusinasi,
terhadap halusinasi, dan diskusikan dengan klien tentang
tindakan yg sudah halusinasinya meliputi :
dilakukan. SP I :
3. Klien dapat  menyebutkan
dan mempraktekan cara 1. Identifikasi  jenis halusinasi Klien.
2. Identifikasi isi halusinasi Klien.
mengntrol halusinasi yaitu
3. Identifikasi waktu halusinasi Klien.
dengan menghardik,
4. Identifikasi frekuensi halusinasi
bercakap-cakap dengan
Klien.
orang lain, terlibat/

22
melakukan kegiatan, dan 5. Identifikasi situasi yang
minum obat. menimbulkan halusinasi.
4. Klien dapat dukungan 6. Identifikasi  respons Klien terhadap
keluarga dalam halusinasi.
mengontrol halusinasinya. 7. Ajarkan Klien menghardik
5. Klien dapat minum obat halusinasi.
dengan bantuan minimal. 8. Anjurkan Klien memasukkan cara
6. Mengungkapkan menghardik halusinasi dalam
halusinasi sudah hilang jadwal kegiatan harian.
atau terkontrol SP II :

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian


Klien.
2. Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
3. Anjurkan Klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP III :

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian


Klien.
2. Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan Klien di rumah).
3. Anjurkan Klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV :

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian


Klien.
2. Berikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur.
3. Anjurkan Klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
4. Beri pujian jika klien menggunakan
obat dengan benar.
5. Menganjurkan Klien
mendemonstrasikan cara control
yang sudah diajarkan.
6. Menganjurkan Klien memilih salah
satu cara control halusinasi yang

23
sesuai.
Keluarga:

1. Diskusikan masalah yang dirasakn


keluarga dalam merawat Klien.
2. Jelaskan pengertian tanda dan
gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami Klien serta proses
terjadinya.
3. Jelaskan dan latih cara-cara
merawat Klien halusinasi.
4. Latih keluarga melakukan cara
merawat Klien halusinasi secara
langsung.
5. Discharge planning : jadwal
aktivitas dan minum obat.
Tindakan Psikofarmako:

1. Berikan obat-obatan sesuai


program Klien.
2. Memantau kefektifan dan efek
samping obat yang diminum.
3. Mengukur vital sign secara
periodic.
Tindakan Manipulasi
Lingkungan

1. Libatkan Klien dalam kegiatan di


ruangan.
2. Libatkan Klien dalam TAK
halusinasi

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

Ruang rawat : Indragiri Tanggal dirawat : 15 Maret 2019

I. Identitas

Nama : Ny. Y

Umur : 31 Tahun

Informan : Status dan klien

Jenis Kelamin : Perempuan

No. RM : 051632

Ruang : Indragiri

Tanggal Masuk : 15-03-2019

Tanggal Pengkajian : 14-12-2019

II. Alasan masuk

Klien masuk RSJ TAMPAN RIAU pada tanggal 15Maret 2019 melalui

IGD dengan keluhan klien gelisah, mondar mandir , banyak bicara sendiri

dan tertawa sendiri. Klien juga mendengar suara-suara seperti bisikan dan

mengganggu klien yang melarangnya tidur pada siang hari.

III. Faktor predisposisi

a. Gangguan jiwa masa lalu

Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu

b. Pengobatan sebelumnya

Tidak pernah berobat.

c. Riwayat trauma

1) Aniaya Fisik

25
Klien mengatakan pernah dipukul dan mendapatkan penganiayaan

secara fisik oleh seseorang .

2) Aniaya Seksual

Klien mengatakan pernah mengalami penganiayaan seksual sebagai

korban.

3) Penolakan

Pasien mengatakan tidak pernah mendapatkan penolakan dari orang

sekitarnya.

Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

d. Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan tidak keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien mengatakan pernah mendapat perlakuan penganiayaan seksual dan

dipukuli oleh seseorang .

Masalah Keperawatan : resiko perilaku kekerasan

IV. Fisik

1. Tanda - Tanda Vital :

TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/i

S : 36,6o C

P : 20 x/i

2. Ukuran : TB : 150 cm BB : 45 kg

3. Pada saat pengkajian pasien tidak mempunyai keluhan fisik,

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

26
V. Psikososial

I. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Serumah

II. Konsep diri

a. Citra tubuh

Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya dan tidak ada bagian

tubuh yang tidak disukainya.

b. Identitas diri

Klien mengatakan kalau ia adalah seorang perempuan dan puas

dengan jenis kelamin yang dimilikinya.

c. Peran diri

Klien menyukai dirinya sebagai anak.

27
d. Ideal diri

Klien mengatakan ingin cepat pulang dari RSJ dan berkumpul

dengan keluarganya.

e. Harga diri

Klien mengatakan sedih karena mengingat keluarganya,klien

mengatakan cemburu jika pasien lain dijenguk keluarganya dan

klien juga mengatakan merasa dirinya tidak disayangi oleh perawat.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

III. Hubungan sosial

a. Orang terdekat

Diruangan klien mengatakan memiliki teman dekatnya.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok

Diruangan klien senang mengikuti aktifitas kelompok seperti

penyuluhan dan TAK.

c. Hubungan dengan orang lain

Selama diruangan rawat pasien mau berkomunikasi dengan teman-

temannya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

IV. Spiritual

a. Nilai dan Keyakinan

Klien mengatakan ia beragama islam.

28
V. Status Mental

a. Penampilan

Klien mengatakan mandi 2x sehari, klien mengatakan mandi memakai

sabun dan cuci rambut jika ada shampo. Klien mengatakan gosok gigi

kadang ada dan kadang tidak. Penampilan klien tampak tidak rapi, gigi

klien kotor dan berbau, rambut klien tampak kurang bersih, berkerak.

Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri

b. Pembicaraan

Klien berbicara lambat, klien tidak mampu memulai pembicaraan. saat

diajak berbicara kontak mata kurang dan tertawa sendiri.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

c. Aktivitas motorik

Klien terkadang tampak tegang dan gelisah, klien sering mondar-mandir

dan tertawa sendiri.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

d. Alam perasaan

Klien mengatakan merasa sedih jika mengingat keluarganya.

Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

e. Afek

Pada saat wawancara emosi klien stabil

Masalah keperawatan :

f. Interaksi selama wawancara

Selama berinteraksi dengan klien kontak mata kurang tetapi klien dapat

menjawab pertanyaan, terkadang klien terlihat bingung dengan hal yang

disampaikan.

29
g. Persepsi

Klien mengatakan mendengar suara-suara bisikan, Klien mengatakan

bisikan itu melarangnya untuk tidur . Klien mengatakan mendengar

suara hanya beberapa menit saja, suara itu muncul kadang sedang

menyendiri, Klien mengatakan tidak bisa mengendalikan diri pada saat

mendengar suara tersebut, klien melempar bantal yang ada dihadapannya

untuk mengusir suara-suara tersebut. Klien tampak sering mondar-

mandir dan berbicara sendiri, klien juga tampak gelisah apabila

mendengar suara tersebut, klien sering tampak bicara sendiri, klien lebih

memilih untuk di isolasi apabila gelisah agar tidak menimbulkan bahaya

pada teman yang lain.

Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran

h. Proses pikir

Pada saat wawancara, klien bicara dengan baik dan tidak terbelit-belit..

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

i. Isi pikir

Pada saat interaksi tidak ada keyakinan yang berebihan yang

dipertahankan secara terus menerus. Dan klien tidak ada merasa curiga

terhadap perawat

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

j. Tingkat kesadaran

Klien mengatakan ia menyadari bahwa ia berada di RSJ.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

30
k. Memori

Klien hanya ingat keluarganya masih ada tetapi tidak tahu dimana.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mampu berhitung

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

m. Kemampuan penilaian

Klien mampu mengambil keputusan sederhana. Seperti saat disuruh

memilih mandi dulu baru makan atau makan dulu baru mandi. Klien

mengatakan mandi dulu, baru makan.

n. Daya tilik diri

Klien tidak mengingkari penyakit yang dideritanya dan klien mengetahui

tentang penyakitnya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

VI. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan

Dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum, klien mampu sendiri

tanpa bantuan perawat, klien makan 3 x sehari.

b. BAK/BAB

Klien mengatakan mampu menggunakan dan membersihkan wc, setelah

menggunakan wc klien bisa membersihkan dan merapikan diri/ pakaian

setelah kembalinya dari wc. Klien mampu BAB/BAK dengan bantuan

minimal.

31
c. Mandi

Pasien mengatakan mandi 2x, pasien mandi memakai sabun, dan cuci

rambut jika ada sampo,pasien mengatakan terkadang gosok gigi dan

terkadang tidak, gigi klien klien terlihat kotor dan berbau, rambut klien

terlihat kurang bersih dan berkutu.

d. Berpakaian

Klien mandiri dalam berpakaian, klien mampu memilih dan memakai

pakaian sendiri

e. Istirahat dan tidur

Klien tidak ada tidur siang dan tidur malam lebih kurang 8 jam, sebelum

tidur klien makan dan minum obat.

f. Penggunaan obat

Klien tau cara minum obat, keuntungan minum obat, kerugian tidak

minum obat dan minum obat secara teratur, meskipun harus diarahkan

terlebih dahulu.

g. Pemeliharaan Kesehatan

Klien mengatakan jika ia diperbolehkan pulang, klien akan rajin minum

obat dan rajin mengontrol ulang dirinya ke rumah sakit.

h. Kegiatan didalam rumah

Klien mengatakan sebelum ia masuk rumah sakit, klien sering

menyendiri sendiri.

i. Kegiatan diluar rumah

Klien mengatakan dulu sebelum masuk RSJ klien sering main sama

teman-temannya

32
VII. Mekanisme Koping

Klien mengatakan jika ada masalah klien tidak mau menceritakannya kepada

orang lain walaupun sama keluarganya. Klien memilih untuk

memendamkannya sendiri.

Mekanisme Koping : ketidakefektifan koping individual

VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan

a. Masalah dengan kelompok

Klien mengatakan tidak ada terlibat dalam kelompok atau organisasi

b. Masalah dengan lingkungan

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan orang disekitarnya

c. Masalah dengan pendidikan

d. Masalah dengan pekerjaan

e. Masalah ekonomi

f. Masalah dengan pelayanan kesehatan

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan

IX. Pengetahuan

Klien mengatakan tau tentang penyakitnya dan apa penyebab penyakitnya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

X. Aspek Msedik

 Diagnosa medik: skizofrenia tak terinci

 Terapi medik :

- Olanzapin 5mg

- THD 2 mg 2x1 hari

33
- Haloperidol 1,5 mg

- CPZ 100mg

XI. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1. Data Subjektif Gangguan persepsi

 Klien mengatakan mendengar suara- Sensori : Halusinasi

suara bisikan, Klien mengatakan Pendengaran.

bisikan itu melarang dia tidur.

 Klien mengatakan mendengar suara

hanya beberapa menit saja, suara itu

muncul kadang sedang menyendiri.

 Klien mengatakan tidak bisa

mengendalikan diri pada saat

mendengar suara tersebut, klien

dapat memukul apapun yang

dihadapannya apabila mendengar

suara-suara tersebut.

Data Objektif

 Klien tampak sering mondar-mandir

dan tertawa sendiri.

 Klien tampak gelisah

 Klien sering tampak bicara dan

tertawa sendiri
2. Data Subjektif: Harga Diri Rendah

34
 Klien mengatakan sedih karena

mengingat keluarganya

 klien mengatakan merasa dirinya

tidak disayangi oleh perawat.

 Klien mengatakan cemburu jika

pasien lain dijenguk keluarganya.

Data Objektif:

 Klien sering terlihat melamun

 Klien tampak sedih dan murung

 Klien berbicara dengan nada suara

yang pelan
3. Data Subjektif: Resika Perilaku Kekerasan

 Klien mengatakan pernah dipukul

oleh seseorang yang tidak dikenal

 Klien mengatakan pernah

mengalami aniaya seksual

 Klien mengatakan ingin memukul

orang jika mengingat kejadian

masa lalu yang tidak

menyenangkan yaitu pernah

menjadi korban aniaya fisik dan

seksual

Data Objektif:

 Klien teriak

35
 Pembicaraan klien kasar jika dia

menceritakan marahnya

 Klien membanting pintu dan

melempar bantal

XII. Pohon Masalah


Resiko RPK

Gangguan persepsi sensori :halusinasi pendengaran

HDR (Harga Diri Rendah)

XIII. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

2. Harga diri rendah

3. Resiko prilaku kekerasan

XIV. Rencana Keperawatan


Intervensi keperawatan
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN

Gangguan persepsi TUM: Tindakan Psikoterapeutik:


sensori: halusinasi
pendengaran Setelah dilakukan tindakan Klien
keperawatan selama 3 x 24
jam klien mampu mengontrol 1. Bina hubungan saling

36
halusinasi dengan kriteria percaya.
hasil (TUK): 2. Adakan kontak sering dan
singkat secara bertahap.
1.  Klien dapat membina 3. Observasi tingkah laku klien
hubungan saling percaya. terkait halusinasinya
7. Klien dapat mengenal 4. Tanyakan keluhan yang
halusinasinya; jenis, isi, dirasakan klien.
waktu, dan frekuensi 5. Jika klien tidak sedang
halusinasi, respon berhalusinasi klarifikasi
terhadap halusinasi, dan tentang adanya pengalaman
tindakan yg sudah halusinasi, diskusikan dengan
dilakukan. klien tentang halusinasinya
8. Klien dapat  menyebutkan meliputi :
dan mempraktekan cara SP I :
mengntrol halusinasi yaitu
dengan menghardik, 1. Identifikasi  jenis halusinasi
bercakap-cakap dengan Klien.
orang lain, terlibat/ 2. Identifikasi isi halusinasi Klien.
melakukan kegiatan, dan 3. Identifikasi waktu halusinasi
minum obat. Klien.
9. Klien dapat dukungan 4. Identifikasi frekuensi halusinasi
keluarga dalam Klien.
mengontrol halusinasinya. 5. Identifikasi situasi yang
10. Klien dapat minum menimbulkan halusinasi.
obat dengan bantuan 6. Identifikasi  respons Klien
minimal. terhadap halusinasi.
11. Mengungkapkan 7. Ajarkan Klien menghardik
halusinasi sudah hilang halusinasi.
atau terkontrol 8. Anjurkan Klien memasukkan
cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian.

SP II :

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian


Klien.
2. Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang
lain.
3. Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

37
SP III :

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian


Klien.
2. Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan Klien di rumah).
3. Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP IV :

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian


Klien.
2. Berikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur.
3. Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
4. Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan
benar.
5. Menganjurkan Klien
mendemonstrasikan cara control
yang sudah diajarkan.
6. Menganjurkan Klien memilih
salah satu cara control halusinasi
yang sesuai.
Keluarga:

1. Diskusikan masalah yang


dirasakn keluarga dalam
merawat Klien.
2. Jelaskan pengertian tanda dan
gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami Klien serta proses
terjadinya.
3. Jelaskan dan latih cara-cara
merawat Klien halusinasi.
4. Latih keluarga melakukan cara
merawat Klien halusinasi secara
langsung.
5. Discharge planning : jadwal

38
aktivitas dan minum obat.
Tindakan Psikofarmako:

1. Berikan obat-obatan sesuai


program Klien.
2. Memantau kefektifan dan efek
samping obat yang diminum.
3. Mengukur vital sign secara
periodic.
Tindakan Manipulasi
Lingkungan

1. Libatkan Klien dalam kegiatan di


ruangan.
2. Libatkan Klien dalam TAK
halusinasi

XV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No.Dx.Kep.Tgl Imlementasi Evaluasi


& Jam
Dx:1 Halusinasi T: S: klien mengatakan
Senin, 16 1. Membina hubungan saling mendengar suara-suara
Desember 2019
percaya saat mau tidur. Klien
Pukul: 09:00 2.Membantu klien untuk dalam mengatakan dirinya
mengenal halusinasinya ( isi, merasa cemas dan
situasi, frekuensi, durasi, dan ketakutan saat suara itu
respon) muncul karena
3.Membantu klien untuk melarangnya untuk

39
mengontrol halusinasinya tidur. Klien memilih
dengan cara pertama yaitu melempar bantal yang
menghardik halusinasi ada didepannya. Klien
4.Merencakan RTL untuk mengatakan cara yang
kegiatan menghardik dilakukannya tidak
5.Membuat kontrak waktu untuk efektif untuk
pertemuaan SP II menghilangkan suara
RTL: itu.
-Untuk perawat

Meriview sp 1 halusinasi O: pasien tampak


tenang, kontak mata
Lakukan kontrak waktu untuk sedikit menurun, bicara
pertemuan berikutnya jelas, pasien mau di
ajak komunikasi,
pasien tampak
mempraktikan cara
mengontrol
halusinasinya secara
mandiri dengan baik.

A: Telah tercapai
hubungan BHSP

Pasien mampu
melakukan cara
mengontrol halusinasi
dengan benar.

P: lanjutkan intervensi

- Anjurkan pasien
untuk melakukan cara
menghardik sesuai
jadwal yg sudah di buat

- Anjurkan pasien

40
untuk melakukan cara
menghardik saat
halusinasi muncul

Dx: 1 1. Mengevaluasi kembali S:


Selasa, 17 kemampuan pasien dalam
Desember 2019 pasien mengatakan
mengontrol halusinasi dengan masih ingat cara yang
Pukul : 09:30 cara menghardik seperti yang kemarin sudah
diajarkan yaitu dengan
diajarkan pertemuan
cara menghardik,
sebelumnya pasien mengatakan cara
2. Mengajari pasien cara yaitu kita menutup
mengontrol halusinasi dengan telinga lalu sambil
bilang “pergi kamu
cara yang kedua yaitu
pergi, kamu suara palsu
bercakap cakap dengan orang tidak nyata”.
lain
Setelah diajarkan cara
3. Membuat jadwal latian cara yang kedua pasien
bercakap cakap mengatakan juga sudah
4. Menganjurkan cara bercakap bisa yaitu dengan cara
mengajak ngobrol
cakap ketika halusinasi muncul
dengan orang lain..
5. Melakukan kontrak pada setelah diajarkan pasien
pertemuan berikutnya mengatakan prasaannya
RTL: lebih nyaman

- mereview sp 1-2 halusinasi O:


- Lakukan kontrak dengan pasien tampak
pasien untuk melanjutkan SP meragakan kembali
yang ke III yaitu dengan cara cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan aktivitas terjadwal.
menghardik seperti
pertemuan sebelumnya

Pasien tampak
memperagakan
mengontrol halusinasi
dengan cara ke dua
yaitu dengan mengajak
ngobrol dengan orang

41
lain

A:

Pasien mampu
memperagakan kembali
mengontrol halusinasi
dengan cara
menghardik

Pasien mapu
memperagakan
mengontrol halusinasi
dengan cara kedua
yaitu bercakap cakap
dengan orang lain

P: lanjutkan intervensi

Untuk pasien: anjurkan


pasien untuk
mempraktekan kembali
cara mengntrol
halusinasi dengan
mengajak obrol orang
lain sesuai jadwal dan
saat halusinasi itu
muncul

.
Dx 1: halusinasi 1. Mengevaluasi ingatan pasien S:
Rabu, mengenai cara mengontrol
18 Desember halusinasi yang sudah - klien mengatakan
2019 diajarkan dalam pertemuan suara-suara masih
sebelumnya. muncul, klien
Pukul : 09:00 2. Membuat jadwal harian
mengatakan sudah
kegiatan pasien
mencoba semua cara
yang diajarkan yaitu
RTL: Melanjutkan sp IV yaitu dengan menghardik
dengan mrnganjurkan pasien dan mengobrol dengan
untuk minum obat secara orang lain dan
teratur melakukan kegiatan

O:

42
- Pasien mampu dan
mau memperagakan
cara mengontrol
halusinasi menghardik

A:

-Pasien mampu
memperagakan cara
mengontrol halusinasi
menghardik,
mengobrol dengan
pasien yang lain dan
melakukan kegiatan
terjadwal

P: lanjutkan intervensi

-Untuk pasien=
melaksanakan jadwal
kegiatan yang sudah di
buat.

Dx 1: halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal S: klien mengatakan


Rabu, 18 kegiatan harian Klien. sudah mencoba semua
Desember 2019 2. Memberikan pendidikan cara yang diajarkan
kesehatan tentang penggunaan
yaitu dengan
Pukul: 13:00 obat secara teratur.
WIB 3. menganjurkan Klien menghardik dan
memasukkan dalam jadwal mengobrol dengan
kegiatan harian. orang lain dan
4. Beri pujian jika klien melakukan kegiatan
menggunakan obat dengan
terjadwal
benar.
5. Menganjurkan Klien O: pasien tampak
mendemonstrasikan cara control
yang sudah diajarkan.
meragakan kembali
6. Menganjurkan Klien cara mengontrol
memilih salah satu cara control halusinasi dengan
halusinasi menghardik, Pasien
tampak memperagakan
cara mengajak ngobrol
orang lain dan
melakukan kegiatan
terjadwal

43
A: pasien mampu
mendemonstrasikan
cara minum obat
dengan benar.

P: latihan sp 1- 4
halusinasi

BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkajian Teoritis Pengkajian Kasus

Secara teoritis pasien dengan masalah Dari pengkajian yang telah kelompok
halusinasi pendengaran mengalami lakukan pada Ny. Y menunjukkan
gejala sebagai berikut:
gejala-gejala halusinasi terlihat baik dari
- Berbicara dan tertawa sendiri data subjektif ataupun objektif.
- Mendengar suara-suara bisikan
- Marah marah tanpa sebab
Beberapa data yang mendukung teori
- Mulut komat-kamit
- Mengarahkan telinga pada sumber yang kelompok temukan adalah sebagai
suara
berikut:
- Menutup telinga

- Mendengar suara-suara bisikan


yang melarangnya untuk tidur
- Mondar-mandir
- Gelisah
- Berbicara dan tertawa sendiri
Diagnosa Teori Diagnosa Kasus

Secara teoritis menurut Yosep(2011), Dari pengkajian yang telah kelompok


diagnosa keperawatan yang mungkin lakukan pada Ny.Y, diagnosa
ditemukan pada halusinasi adalah
keperawatan yang ditemukan adalah:
sebagai berikut:

- Resiko tinggi prilaku kekerasan - Gangguan persepsi sensiori:


- Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
halusinasi
- Isolasi sosial: menarik diri - Harga diri rendah
- Harga diri rendah

44
- Resiko perilaku kekerasan
Intervensi Teori Intervensi Kasus

Perencanaan keperawatan meliputi Rencana keperawatan yang kelompok


perumusan tujuan, tindakan, dan lakukan sama dengan landasan teori,
penilaian asuhan keperawatan karena rencana keperawatan tersebut
pada klien berdasarkan analisis telah sesuai dengan SOP (Standar
pengkajian agar masalah Operasional Prosedure) yang telah di
kesehatan dan keperawatan klien tetapkan.
dapat diatasi. Tujuan umum
gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran yaitu agar
klien dapat mengontrol halusinasi
yang di alaminya. Ada 5 tujuan
khusus gangguan halusinasi antara
lain : tujuan khusus pertama, klien
dapat membina hubungan saling
percaya. Tujuan khusus kedua,
klien dapat mengenal
halusinasinya dari situasi yang
menimbulkan halusinasi, isi,
waktu, frekuensi halusinasi, dan
respon klien terhadap
halusinasinya. Tujuan khusus
yang ketiga adalah klien dapat
melatih mengontrol halusinasinya,
dengan berlatih menghardik
halusinasi, bercakap-cakap dengan
orang lain, dan mengontrol
halusinasinya dengan beraktifitas
secara terjadwal. Tujuan khusus
yang keempat klien dapat
dukungan keluarga dalam

45
mengontrol halusinasinya. Tujuan
khusus yang kelima, klien dapat
memanfaatkan obat untuk
mengontrol halusinasinya. Hal
tersebut juga penulis rencanakan
pada klien dengan tujuan umum
untuk mengontrol halusinasinya
dan 5 tujuan khusus yang telah
diuraikan diatas.

Implementasi Kasus

Implementasi yang dilaksanakan antara


lain : pada tanggal 16 desember 2019
pukul 09:00 Wib, kelompok melakukan
strategi pelaksanaan 1 yaitu membina
hubungan saling percaya dan membantu
mengenal halusinasi, menjelaskan cara
mengontrol halusinasi dan mengajar
cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dengan menutup telinga.
Ny.Y dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul dan
tidak mengikuti halusinasi yang muncul
dengan menutup telinganya dan
meminta suara itu untuk pergi.
Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi
dengan kemampuan ini Ny.Y tidak akan
larut dalam halusinasinya. Kemudian
memberikan reinforcement positif
apabila Ny.Y berhasil mempraktekkan
cara menghardik halusinasi yang
diajarkan. Respon Ny.Y mampu

46
mengenal halusinasinya dan mau
menggunakan cara menghardik saat
halusinasinya muncul.
Pada tanggal 17 desember 2019 pukul
09:30 wib kelompok melakukan strategi
pelaksanaan 2 yaitu melatih klien
mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain.
Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan becakap-cakap dengan orang
lain jika Ny.Y mendengar suara-suara.
Kemudian memberikan reinforcement
positif apabila Ny.Y berhasil
mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. respon Ny.Y mampu
mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi yang diajarkan.
Pada tanggal 18 Desember 2019 pukul
09:00 WIB kelompok melakukan
strategi pelaksanaan 3 yaitu melatih
klien mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan terjadwal
Dan pada tanggal 18 desember 2019
pukul 13:00 kelompok melakukan
strategi pelaksanaan 4 yaitu cara
mengotrol halusinasi yaitu cara minum
obat yang benar dan teratur.
Evaluasi Kasus
Hasil evaluasi hari pertama yang
didapatkan yaitu data Subjektif :klien
mengatakan mendengar suara-suara saat
mau tidur. Klien mengatakan dirinya

47
merasa cemas dan ketakutan saat suara
itu muncul karena melarangnya untuk
tidur. Klien memilih melempar bantal
yang ada didepannya. Klien
mengatakan cara yang dilakukannya
tidak efektif untuk menghilangkan suara
itu. Data objektif: Pasien tampak
tenang, kontak mata sedikit menurun,
bicara jelas, pasien mau di ajak
komunikasi, pasien tampak
mempraktikan cara mengontrol
halusinasinya secara mandiri dengan
baik. Analisa :Telah tercapai hubungan
BHSP, Pasien mampu melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan benar.
Perencanaan lanjutkan intervensi, Untuk
pasien: Anjurkan pasien untuk
melakukan cara menghardik sesuai
jadwal yg sudah di buat. Anjurkan
pasien untuk melakukan cara
menghardik saat halusinasi muncul.
Untuk perawat: Lakukan kontrak waktu
untuk pertemuan berikutnya

Adapun evaluasi yang didapat pada hari


kedua yaitu: data Subjektif: pasien
mengatakan masih ingat cara yang
kemarin sudah diajarkan yaitu dengan
cara menghardik, pasien mengatakan
cara yaitu kita menutup telinga lalu
sambil bilang “pergi kamu pergi, kamu
suara palsu tidak nyata”. Setelah
diajarkan cara yang kedua pasien
mengatakan juga sudah bisa yaitu

48
dengan cara mengajak ngobrol dengan
orang lain.. setelah diajarkan pasien
mengatakan prasaannya lebih nyaman.
Data objektif: pasien tampak meragakan
kembali cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik seperti pertemuan
sebelumnya, Pasien tampak
memperagakan mengontrol halusinasi
dengan cara ke dua yaitu dengan
mengajak ngobrol dengan orang lain.
Analisa: Pasien mampu memperagakan
kembali mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik. Pasien mampu
memperagakan mengontrol halusinasi
dengan cara kedua yaitu bercakap cakap
dengan orang lain.Perencanaan:
lanjutkan intervensi. Untuk pasien:
anjurkan pasien untuk mempraktekan
kembali cara mengntrol halusinasi
dengan mengajak obrol orang lain
sesuai jadwal dan saat halusinasi itu
muncul. Untuk perawat: Lakukan
kontrak dengan pasien untuk
melanjutkan SP yang ke III yaitu
dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.

Hasil evaluasi hari ketiga yaitu data


subjektif: klien mengatakan suara-suara
masih muncul, klien mengatakan sudah
mencoba semua cara yang diajarkan
yaitu dengan menghardik dan
mengobrol dengan orang lain dan
melakukan kegiatan. Data Objektif:
Pasien tampak memperagakan cara
mengontrol halusinasi menghardik,
bercakap-cakap dengan orang lain.
Analisa :Pasien mampu memperagakan
cara mengontrol halusinasi menghardik,
mengobrol dengan pasien yang lain dan
melakukan kegiatan terjadwal.
Perencanaan:lanjutkan intervensi yaitu

49
strategi pelaksanaan IV, Untuk pasien=
melaksanakan jadwal kegiatan yang
sudah di buat.

Hasil evaluasi hari terakhir yaitu: Data


Subjektif : klien mengatakan sudah
mencoba semua cara yang diajarkan
yaitu dengan menghardik dan
mengobrol dengan orang lain dan
melakukan kegiatan terjadwal. Data
objektif : pasien tampak meragakan
kembali cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik, Pasien tampak
memperagakan cara mengajak ngobrol
orang lain dan melakukan kegiatan
terjadwal. Analisa: pasien mampu
mendemonstrasikan cara minum obat
dengan benar. Perencanaan: latihan sp
1- 4 halusinasi

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian diperoleh bahwa Ny. Y mengalami halusinasi
pendengaran, Ny. Y mengatakan mendengar suara bisikan yang isi
halusinasi nya melarang Ny. Y untuk tidur. Suara itu datang pada saat mau
tidur dan berlangsung selama beberapa menit. Data objektif di dapat
bahwa Ny. Y sering berbicara sendiri, tertawa sendiri dan mondar-mandir.
2. Diagnosa yang muncul saat melakukan pengkajian pada Ny. Y adalah
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
3. Rencana keperawatan yang dilakukan kelompok pada Ny. Y yaitu dengan
tujuan umum Ny. Y dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Intervensi juga dilakukan dengan lima tujuan khusus, diantaranya: tujuan
khusus 1 yaitu Ny. Y dapat membina hubungan saling percaya terhadap
perawat, tujuan khusus 2 yaitu Ny. Y dapat mengenali halusinasinya,

50
tujuan khusus 3 yaitu Ny. Y dapat melatih mengontrol halusinanya, tujuan
khusus 4 yaitu Ny. Y dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasi, dan tujuan khusus 5 yaitu Ny. Y dapat memanfaatkan obat
untuk mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan kelompok selama 2 hari kepada Ny.
Y mampu melaksanakan strategi pelaksanaan 1 sampai 4 yaitu Ny. Y telah
mampu mengenal halusinasinya, Ny. Y mampu mengontrol halusinanya
dengan cara menghardik: menutup telinga dan mampu mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan
kegiatan terjadwal dan minum obat secara teratur.
5. Evaluasi tindakan yang dilakukan kelompok sampai pada strategi
pelaksanaan 2. Ny. Y berhasil mengenal halusinasinya dan berhasil
mengontrol halusinasinya dengan menghardik : menutup telinga dan
mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap. Evaluasi
sudah dilakukan penulis sesuai keadaan klien dan kekurangan penulis tidak
mengajarkan cara mengontrol halusinasinya selain menghardik dan
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap, melakukan kegiatan
terjadwal dan minum obat secara teratur.

B. Saran
Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa, kelompok
menyarankan :
1. Kelompok selanjutnya diharapkan dapat memanfaatkan waktu secara
efektif dan efisien untuk melaksanakan asuhan keperawatan jiwa secara
optimal, selain ittu perlu juga dipahami konsep teoritis agar penegakkan
diagnosa lebih cepat.
2. Perawat dan mahasiswa sebaiknya melanjutkan perawatan klien sesuai
dengan intervensi yang telah diimplementasikan secara berkelanjutan.
3. Instansi pendidikan dan klinik mampu memberikan pengarahan agar
lebih maksimal dalam menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan
jiwa.

51
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A.,Akemat, 2011,Keperawatan Jiwa :Terapi Aktivitas Kelompok.


Jakarta : EGC.

Maramis, W. F., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan Kesembilan. Surabaya :


Airlangga University Pres.

Sunaryo, 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Stuart, G.W., Laraia, M. T., 2001, Principles and Practice of Psychiatric


Nursing.7th edition. St. Louis : Mosby Year Book.

Stuart, G. W.,Sundeen, S. J., 2006,Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta:


EGC.

Yosep, I. 2007.Keperawatan Jiwa Edisi I. Bandung: Refika Aditama.

Farida,Kusumawati. 2008:Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.

Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan Jiwa Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu

52
Fitria, Nita. 2010. Laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan. Jakarta: hak
cipta

Maramis, Willy F. 2009. Catatan ilmu kedokteran jiwa.Surabaya: airlangga


university press (AUP)

Hawari, Dadang. 2001. Keperawatan kesehatan holistic padagangguan jiwa


SKIZOFRENIA. Jakarta: gaya baru

Nasution SS. 2003.:Asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan
sensoripersepsi:halusinasi..  Jakarta:  Bumi  Aksara, 

Marlindawani,dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Hawari, Dadang.2009. Kesehatan Jiwa: Psikometrialatukur (skala) kesehatan


jiwa. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I dan Kusnandar., 2008. Iso Farmakoterapi.
ISFI, Jakarta.

53

Anda mungkin juga menyukai