Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

Gastritis Akut

Disusun Oleh :

Group 1 kecil

Nama Nim

Adi Helmi Beni Lahagu 00000024343


Agnes Ariningtyas 00000023644
Agung Telaumbanua 00000024344
Alfrita 00000025157
Andreas Setyawan 00000024500
Ayu Anastasya 00000023661
Bebby Febryanti Liwe 00000024565
Shertiani Patasik 00000018030
Soni Zandroto 00000016873

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

KARAWACI

2017

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah


tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan
tinja berbentuk cairan atau setengah cair ( setengah padat), dapat pula disertai
defekasi yang meningkat (Padila, 2013).
Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah satu hasil
penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mua (93%), muntah(81%) atau
diare (89%), dan nyeri abdomen (79%) adalah gejala yang paling sering
dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai
berat,seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau
perubahan status mental, terdapat pada 20% pada hasil pemeriksaan. Gejala
pernarnfasan yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea dilaporkan
sekitar 10% (Bresee etal, 2012)

Berdasarkan data profil kesehatan 2011 , jumlah kasus diare di CawaTengah


berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus gastroenteritis
dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan penderita yang
terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah sebanyak 54 orang.
Dari laporan surveilan terpadu tahun 2010 jumlah kasus diare didapatkan 15,3 %
diPuskesmas, di rumah sakit didapat 0,20 % pada penderita rawat inap dan
0,05% pasien rawat jalan. (Haryawan 2011).

Dari data dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah, cakupan penemuan


dan penanganan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 51,32% lebih tinggi
dibandingkan tahun 2012 (42,66%). Pada tingkat kabupaten/kota diketahui bahwa
cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi adalah kota Pekalongan
106.85% dan terendah adalah kabupaten bayolali (16.42%). (Diknes Jateng).

1.2 Tujuan penulisan

1.2.1 Tujuan umum :

 Mahasiswa mampu untuk memberikan


Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
GEA

2
1.2.2 Tujuan khusus :

 Untuk mengetahui konsep dasar dari GEA.


 Untuk mengetahui pengkajian pada pasien
dengan GEA
 Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada
pasien dengan GEA
 Untuk mengetahui intervensi yang tepat pada
pasien dengan GEA
 Untuk mengetahui Implementasi yang tepat
pada pasien dengan GEA
 Untuk mengetahui evalusai yang tepat pada
pasien dengan GEA

1.3 Manfaat penulisan


Membantu para membaca mengetahui konsep dasar GEA dan Asuhan
Keperawatan pada pasien GEA.

1.4 Sistematika Penulisan


 BAB I PENDAHULUAN
 BAB II KONSEP DASAR TEORI
 BAB III TINJAUAN KASUS
 BAB IV PEMBAHASAN KASUS
 BAB V PENUTUP

3
BAB II
KONSEP DADAR TEORI

2.1 Tinjauan Medis

2.1.1 Definisi
Gastroenteritis atau diare (GEA) merupakan suatu keadaan pengeluaran
tinja yang tidak normal atau tidakseperti biasanya (dimulai dengan peningkata
volume) keeceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih
dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006)
Gastroenteritis akut (GEA) adalah keracunan makanan disertai inflamsi
mukosa lambung dan usus halus, biasanya disebabkan oleh zat kimia, jamur
beracun (Broker, 2009. Hal 571)
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang
memeberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali
disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang aiar besar
berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair dapat
disertai dengan darah atau lendir (Suratun, 2010. Hal 136).

2.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko


Patogen yang mentebabkan penyakit pencernaan ditulakan melalui rute
fekal-oral dariorang-orang dan memlalui makanan dan minuman terkontaminasi
feses. Infeksi gastrointestinal sering dijuluki sebagai keracunan makanan karena
makanan sering kali menjadi perantara dari mikroba atau toksisnya. Sumber
makanan yang sering terkontaminasi telur (salmonella), daging yang segar atau
dimasak setengah matang (E. colli), dan ayam (Campylobacter jejuni). Wabah
infeksi virus yang ditulakan melalui makanan hampir selalu disebabkan makanan
jenis kerang yang terkontaminasi feses. Susu yang tidak dipasteurisasi, jus apel, es
krim, mayones, juga merupakan sumber infeksi yang ditulakan melalui makanan.
Organisme penyebab lain misalnya Vibrio cholerae (kolera), basil Shigella
(disentri), Staphylococcus aureus (keracunan makanan stafilokus), dan Listeria.

4
Periode inkubasi untuk semua infeksi virus dan bakteri berkisar 6 jam sampai 4-5
hari.

Promosi kesehatan untuk menghindari infeksi GI termasuk (1)


mengedukasi klien cara mencuci tangan setelah defekasi dan sebelum menyetuh
makanan yang benar serta (2) mendapatkan vaksi untuk melawan gastroenteritis
bakterial dan viral. Tekankan tentang kebersihan dan sanitasi dan juga cara
menagani, mempersiapkan serta menyimpan makanan seperti memasak daging
sapi sampai 1500 F, memasak ayam sampai 1700 F dan menaruh makaan pada
suhu makanan pada waktu yang lama. Ingatkan klien untuk tidak memakan
makanan yang mengadung telur mentah dan tidak membeli makanan kalen atau
kotak yang wadahnya rusak.

Aktivitas pola hidup sehat meliputi pengkajian terhadap klien yang


mengkonsumsi antibiotik dosis tinggi atau kontinu untuk mengatasi infeksi C.
difficile dan manifestasi infeksi GI lain selain akibat dari penggunaan antibiotik.
Edukasi klien mengikuti rejimen obat dan menghubungi tenaga kesehatan bila (1)
manifestasi berlanjut sampai beberapa hari, (2) mengali dehidrasi, (3) suhu tubuh
melebihi 1000 F. Istirahatkan usus serta ganti cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan.

2.1.3 Manifestasi klinis

Manifestasi universal gastroenteritis adalah diareyang terjadi dengan


intensitas bervariasi, tergantung organisme penyebab dan kondisi kesehatan
indivindu. Diare dapat ringan (2-3 kali defekasi/hari) atau intes (lebih dari 10 kali
defekasi dengan feses encer per hari). Mual, muntah, dan anoreksia dapat terjadi
pada distensi perut yang disebabkan oleh peningkatan isi cairan dan makanan
yang tidak tercena. Nyeri abdomen, keram dan borborigmus dapat terjadi karena
pelepasan gas dari makanan yang tidak tercena, iritasi mukosa usus dan distensi
usus. Klien dapat saja mengalami demam, bergantung dari organisme penyebab.

5
Feses dapat saja mengadung leukosit dan organisme penyebab juga mukus dan
darah yang bervariasi jumlahnya.
Standar baku emas untuk C. difficile adalah uji netralisasi cytoxan yang
mengonfirmasi adanya toksin pada feses. Uji feses lain adalah uji aglutinasi latex
yang kurang sensitif daripada uji netralisasi cytoxan dan uji terbaru yaitu enzyme-
linked immunosorbent assay (ELISA), yang cepat dan terpecaya. Pemeriksaan
endoskopi akan menemukan usus yang mengalami inflamasi, edema, dan
mengadung sejumlah plak.

2.1.4 Anatomi dan Fisiologi


A. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi Pencernaan

Untuk mencapai tujuan pemberian energi dan nutrisi ke tubuh, enam


fungsi utama terjadi dalam sistem pencernaan:

 Mulut

Makanan memulai perjalanannya melalui sistem pencernaan di mulut, juga


dikenal sebagai rongga mulut. Di dalam mulut terdapat banyak organ aksesori
yang membantu dalam pencernaan makanan-lidah, gigi, dan kelenjar ludah. Gigi

6
memotong makanan menjadi potongan kecil, yang dibasahi oleh air liur sebelum
lidah dan otot lainnya mendorong makanan ke dalam faring.

 Gigi

Gigi adalah 32 organ kecil dan keras yang ditemukan di sepanjang tepi anterior
dan lateral mulut. Setiap gigi dibuat dari zat mirip tulang yang disebut dentin dan
ditutupi lapisan enamel - zat tersulit dalam tubuh. Gigi adalah organ hidup dan
mengandung pembuluh darah dan saraf di bawah dentin di daerah lunak yang
dikenal sebagai pulpa. Gigi dirancang untuk memotong dan menggiling makanan
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.

 Lidah.

Lidah terletak pada bagian inferior mulut hanya posterior dan medial ke gigi. Ini
adalah organ kecil yang terdiri dari beberapa pasang otot yang tertutup lapisan
tipis, bergelombang, seperti kulit. Bagian luar lidah mengandung banyak papilla
kasar untuk mencengkeram makanan karena digerakkan oleh otot lidah. Cita rasa
di permukaan lidah mendeteksi molekul rasa dalam makanan dan terhubung
dengan saraf di lidah untuk mengirimkan informasi rasa ke otak. Lidah juga
membantu mendorong makanan ke bagian belakang mulut karena tertelan.

 Kelenjar ludah.

Sekitar mulut adalah 3 set kelenjar ludah. Kelenjar liur adalah organ aksesori
yang menghasilkan sekresi encer yang dikenal dengan air liur. Air liur membantu
melembabkan makanan dan mulai pencernaan karbohidrat. Tubuh juga
menggunakan air liur untuk melumasi makanan saat melewati mulut, faring, dan
kerongkongan.

7
 Faring

Faring, atau tenggorokan, adalah tabung berbentuk corong yang terhubung ke


ujung posterior mulut. Faring bertanggung jawab atas meningginya massa
makanan yang dikunyah dari mulut ke kerongkongan. Faring juga berperan
penting dalam sistem pernafasan, karena udara dari rongga hidung melewati
faring dalam perjalanan ke laring dan akhirnya paru-paru. Karena pharynx
melayani dua fungsi yang berbeda, ia mengandung selaput jaringan yang dikenal
sebagai epiglotis yang bertindak sebagai peralihan ke rute makanan ke
kerongkongan dan udara ke laring.

 Kerongkongan

Esofagus adalah tabung otot yang menghubungkan faring ke perut yang


merupakan bagian dari saluran gastrointestinal bagian atas. Ini membawa banyak
makanan kunyah sepanjang hidupnya. Pada ujung esofagus yang inferior adalah
cincin muskular yang disebut perut bagian bawah, kandung empedu dan sfingter
pankreaseofagus atau sfingter jantung. Fungsi sfingter ini adalah menutup ujung
kerongkongan dan menjebak makanan di perut.

 Perut

Perut adalah kantung otot yang terletak di sisi kiri rongga perut, hanya lebih
rendah dari diafragma. Dalam rata-rata orang, perutnya kira-kira seukuran dua
kepalan tangan mereka yang ditempatkan di samping satu sama lain. Organ utama
ini bertindak sebagai tangki penyimpanan makanan sehingga tubuh memiliki
waktu untuk mencerna makanan besar dengan benar. Perut juga mengandung
asam klorida dan enzim pencernaan yang terus pencernaan makanan yang dimulai
di mulut.

 Usus halus

Usus kecil adalah tabung panjang dan tipis yang berdiameter sekitar 1 inci dan
panjangnya sekitar 10 kaki yang merupakan bagian dari saluran pencernaan
bawah. Hal ini terletak hanya inferior ke perut dan memakan sebagian besar ruang

8
di rongga perut. Seluruh usus kecil digulung seperti selang dan permukaan
dalamnya penuh dengan banyak punggung dan lipatan. Lipatan ini digunakan
untuk memaksimalkan pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi. Pada saat
makanan meninggalkan usus kecil, sekitar 90% nutrisi telah diekstraksi dari
makanan yang masuk ke dalamnya.

 Hati dan kandung empedu

Hati adalah organ aksesori kasar berbentuk segitiga dari sistem pencernaan yang
terletak di sebelah kanan perut, lebih rendah dari diafragma dan lebih tinggi dari
usus halus. Hati beratnya sekitar 3 kilogram dan merupakan organ terbesar kedua
di tubuh.

 Usus

Hati memiliki banyak fungsi yang berbeda dalam tubuh, namun fungsi utama hati
dalam pencernaan adalah produksi empedu dan sekresinya ke dalam usus kecil.
Kandung empedu adalah organ berbentuk pir kecil yang terletak tepat di belakang
hati. Kandung empedu digunakan untuk menyimpan dan mendaur ulang kelebihan
empedu dari usus halus sehingga bisa digunakan kembali untuk pencernaan
makanan selanjutnya.

 Pankreas

Pankreas adalah kelenjar besar yang terletak hanya inferior dan posterior ke perut.
Panjangnya sekitar 6 inci dan berbentuk seperti ular pendek dan kental dengan
"kepala" yang terhubung ke duodenum dan "ekornya" mengarah ke dinding kiri
rongga perut. Pankreas mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam usus kecil
untuk melengkapi pencernaan kimiawi makanan.

 Usus besar

Usus besar adalah tabung panjang yang tebal berdiameter sekitar 2,5 inci dan
panjangnya sekitar 5 kaki. Hal ini terletak lebih rendah dari perut dan
membungkus di sekitar perbatasan superior dan lateral usus halus. Usus besar

9
menyerap air dan mengandung banyak bakteri simbiotik yang membantu
meruntuhkan limbah untuk mengeluarkan beberapa nutrisi dalam jumlah kecil.
Kotoran di usus besar keluar dari tubuh melalui saluran anus.

B. Fisiologi

Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk mengkonsumsi makanan utuh dan


mengubahnya menjadi energi dan nutrisi untuk memungkinkan tubuh berfungsi,
tumbuh, dan memperbaiki dirinya sendiri. Enam proses utama sistem pencernaan
meliputi:

1. Proses menelan

Fungsi pertama dari sistem pencernaan adalah menelan, atau asupan makanan.
Mulut bertanggung jawab atas fungsi ini, karena ini adalah lubang dimana semua
makanan masuk ke tubuh. Mulut dan perut juga bertanggung jawab atas
penyimpanan makanan karena sudah menunggu untuk dicerna. Kapasitas
penyimpanan ini memungkinkan tubuh untuk makan hanya beberapa kali setiap
hari dan menelan lebih banyak makanan daripada yang bisa diolah pada satu
waktu.

2. Sekresi

Dalam sehari, sistem pencernaan mengeluarkan sekitar 7 liter cairan. Cairan ini
termasuk air liur, lendir, asam klorida, enzim, dan empedu. Air liur membasahi
makanan kering dan mengandung amilase saliva, enzim pencernaan yang
memulai pencernaan karbohidrat. Lendir berfungsi sebagai penghalang pelindung
dan pelumas di dalam saluran GI. Asam hidroklorida membantu mencerna
makanan secara kimia dan melindungi tubuh dengan membunuh bakteri yang ada
dalam makanan kita. Enzim seperti mesin biokimia kecil yang membongkar
makromolekul besar seperti protein, karbohidrat, dan lipid ke dalam
komponennya yang lebih kecil. Akhirnya, empedu digunakan untuk mengemulsi
massa lipida dalam jumlah besar menjadi butiran kecil agar mudah pencernaan.

10
3. Pencampuran dan Gerakan

Sistem pencernaan menggunakan 3 proses utama untuk memindahkan dan


mencampur makanan:

Menelan Menelan adalah proses menggunakan otot halus dan kerangka di mulut,
lidah, dan faring untuk mendorong makanan keluar dari mulut, melalui faring, dan
ke kerongkongan.

Gerak peristaltik. Peristalsis adalah gelombang otot yang menempuh panjang


saluran GI, menggerakkan sebagian makanan yang dicerna tidak jauh dari saluran
pencernaan. Dibutuhkan banyak gelombang peristalsis untuk makanan untuk
melakukan perjalanan dari kerongkongan, melalui perut dan usus, dan mencapai
ujung saluran pencernaan.

Segmentasi Segmentasi terjadi hanya di usus kecil sebagai segmen pendek dari
kontrak usus seperti tangan meremas tabung pasta gigi. Segmentasi membantu
meningkatkan penyerapan nutrisi dengan mencampur makanan dan meningkatkan
kontaknya dengan dinding usus.

4. Pencernaan

Pencernaan adalah proses mengubah makanan menjadi bahan kimia


komponennya. Pencernaan mekanis adalah kerusakan fisik dari potongan
makanan besar menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Cara pencernaan ini
dimulai dengan mengunyah makanan oleh gigi dan dilanjutkan melalui
pencampuran makanan dengan perut dan usus. Empedu yang dihasilkan oleh hati
juga digunakan untuk mematikan lemak secara mekanis menjadi butiran yang
lebih kecil. Sementara makanan dicerna secara mekanis, ia juga dicerna secara
kimia karena molekul yang lebih besar dan lebih kompleks dipecah menjadi
molekul yang lebih kecil yang mudah diserap. Pencernaan kimia dimulai di mulut
dengan amilase saliva dalam air liur yang membelah karbohidrat kompleks
menjadi karbohidrat sederhana. Enzim dan asam dalam perut terus pencernaan
kimiawi, namun sebagian besar pencernaan kimia terjadi di usus halus berkat

11
tindakan pankreas. Pankreas mengeluarkan koktail pencernaan yang sangat kuat
yang dikenal sebagai jus pankreas, yang mampu mencerna lipid, karbohidrat,
protein dan asam nukleat. Pada saat makanan telah meninggalkan duodenum,
telah dikurangi menjadi blok bangunan kimiawi-asam lemak, asam amino,
monosakarida, dan nukleotida.

5. Penyerapan

Begitu makanan telah direduksi menjadi balok bangunannya, maka tubuh siap
menyerapnya. Penyerapan dimulai di perut dengan molekul sederhana seperti air
dan alkohol yang diserap langsung ke aliran darah. Kebanyakan penyerapan
terjadi di dinding usus halus, yang padat dilipat untuk memaksimalkan luas
permukaan yang kontak dengan makanan yang dicerna. Darah kecil dan pembuluh
limfatik di dinding usus mengambil molekul dan membawanya ke bagian tubuh
lainnya. Usus besar juga terlibat dalam penyerapan air dan vitamin B dan K
sebelum kotoran meninggalkan tubuh.

6. Pengeluaran

Fungsi akhir dari sistem pencernaan adalah ekskresi limbah dalam proses yang
dikenal dengan buang air besar. Buang kotoran menghilangkan zat yang tidak
dapat dicerna dari tubuh sehingga tidak menumpuk di dalam usus. Waktu buang
air besar dikontrol secara sukarela oleh bagian sadar otak, namun harus dilakukan
secara teratur untuk mencegah pencadangan bahan yang tidak dapat dicerna.

2.1.5 Patofisiologi

Normalnya, flora intestial manusia melidungi usus dari kolonisasi patogen,


namun, flora intestinal dapat mengalami (1) gangguan oleh bakteri dan virus
berbahaya yang menyebabkan kerusakan jaringan dan inflamasi atau (2) ditekan
oleh terapi antibiotik oral atau parental. Antibiotik yang sering berhubungan
dengan depresi flora normal adalah klindamisin, penisilin, sefalosporin dan
aminoglikosida.

12
Paatogen menyebabkan kerusakan jaringan dan inflamasi dengan
melepasakan endotoksinyang menstimulasi mukosa pelapis usus, sehingga terjadi
sekresi air dan elektrolit ke lumen usus. Sekresi aktif ion klorida dan bikarbonat
ke usus halus menyebabkan inhibisi reabsorbsi sodium. Untuk menyeimbangkan
sodium sejumlah besar cairan yang kaya protein yang disekresikan ke usus
pembebanan kemampuan usus besar untuk mengabsorbsi dan menyebabkan diare.
Patogen juga menyebabkan kerusakan dan inflamasi dengan menginvasi serta
merusak lapisan mukosa usus, menghasilkan peradangan dan ulkus bila integritas
saluran GI terganggu, kemampuannya untuk melakukan fungsi digestif dan
absorpsi dapat berubah.

2.1.6 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang lazim muncul pada klien dengan
gastroenteritis menurut Betz (2009, Hal 190), antaranya adalah:
 Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit
 Syok hipovalemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis
metabolic, perfusi sistemik buruk)
 Kejang demam
 Bakterimia.

2.1.7 Prognosis

Sebagian bessar gastroenteritis bersifat disabling untuk sementara


dan self-limiting, dengan resolusi dalam waktu 1-5 hari. Namun, gastroenteritis
dapat menjadi fatal pada individu yang sangat lemah, tua, atau sangat mudah.
Deteksi dini dengan pengobatan dengan cairan elektrolik penting untuk mencegah
kematian atau disabilitas. Sampai 16% klien yang terinfeksi E. coli 0157:H7
mengalami sindrom uremia hemolitik uremi sindrom (HUS), yang menyebabkan
kematian pada 3-5% orang yang terinfeksi. Pada klien yang selamat HUS, 10-
50%mengalami sekuele kronis yang melibatkan gagal ginjal kronis,

13
kardiomiopatin, masalah paru, hipertensi kronis, dan esefalohati.HUS adalah
penyebab utama gagal ginjal pada anak.

2.1.8 Penatalaksanaan medis


Terapi rehidrasi oral merupakan pengobatan utama pada sebagian besar anak
dengan gastroenteritis akut dan sebaiknya terdiri atas larutan
elektrolit/glukosa seimbang seperti Pedialyte atau Ricelyte dengan pemberian
kembali makanan padat secara dini. Bayi yang menyusui sebaiknya didorong
untuk melanjutkan menyusui kecuali jika asupan makanan kurang. Pada bayi
yang diberi susu formula disarankan untuk meningkatkan pemberian secara
bertahap dari larutan rehidrasi oral ke susu formula encer dan akhirnya susu
formula normal, walaupun masih terdapat perdebatan mengenai perlu
tidaknya tindakan ini. Pengunaan cairan jernih secara kebetulan masih
dipertanyakan karena banyak cairan pada kategori ini tidak fisiologis dan
mengandung gula dalam jumlah berlebihan serta kandungan elektrolitnya
kurang atau berlebihan. Pasien yang mengalami dehidrasi sedang sampai
berat memerlukan terapi cairan intravena mula-mula dengan 20ml?kg larutan
salin normal, kemudia sering dilakukan penilaian ulang. Pemberian berbagai
obat antiemetic dan anti diare tidak memperlihatkan manfaat yang jelas dan
mengandung risiko. Oleh karena itu, obat yang mengontrol gejala muntah
dan diare sebaiknya dihindari (William, 2005. Hal 89).

2.1.9 Pemeriksaan Laboratorium

Sebagian besar kasus sembuh sendiri dan tidak membutuhkan


pemeriksaan penunjang. Pada pasien dengan keadaan sakit berat
sehingga perlu dirawat dirumah sakit. Harus dipertimbangkan
pemeriksaan penunjang, diantaranya kultur tinja dan darah, hitung
darah lengkap, elektrolit, dan foto polos abdomen. Jika diare
menetap sampai 3 minggu, pertimbangkan untuk melakukan

14
sigmoidoskopi, biopsy rectum dan rujukan ke klinik
gastroenterology (Davey, 2007. Hal 102).

2.2.1 Tinjauan Teoritis Keperawatan

Pengkajian Data Fokus (Doengoes, 2000)


a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia,
tidak tidur semalam karena diare, merasa gelisah dan ansietas,
pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses
penyakit
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi,
proses inflamasi, dan nyeri), kemerahan, area ekimosis
(kekurangan vitamin K), TD : hipotensi, termasuk postural, kulit/
membran mukosa (turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah
(dehidrasi/ malnutrisi)
c. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/ tak
ada harapan, stress
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
d. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bevariasi dari bentuk lunak sampai bau
atau berair, episode diare berdarah tak dapat diperkirakan,
perdarahan per rectal, riwayat batu ginjal (dehidrasi).
Tanda : Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik atau
adanya peristaltik yang dapat dilihat, oliguria
e. Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah, penurunan berat badan,
tidak toleran terhadap diet/ sensitif (buah, sayur, susu, dll)
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan,
tonus otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, luka,
inflamasi rongga mulut.
f. Higiene

15
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri,
stomatitis kekurangan vitamin, bau badan.
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang
dengan defekasi).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.\
h. Keamanan
Gejala : Lesi kulit (nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak).
Tanda : Riwayat lupus eritematosus, anemia metabolik,
vaskulitis, peningkatan suhu 39,6-40, alergi terhadap makanan/
produk susu(mengeluarkan histamin kedalam usus dan
mempunyai efek inflamasi).
i. Seksualitas
Gejala : Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas seksual.
j. Interaksi social
Gejala : Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan
kondisi, ketidakmampuan aktif dalam sosial.
k. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus,
pertimbangan: DRG menunjukan rerata lama dirawat : 7,1 hari,
rencana pemulangan: bantuan dengan program diet, obat dan
dukungan psikologis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi
usus
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan banyak cairan (diare berat dan muntah).
c. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrient.
e. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang
simpatis (proses inflamasi).
f. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi
kulit, akskoreasi fisura oerirektal.

16
g. Koping indivudu tidak efektif berhubungan dengan proses
penyakit yang tidak diduga.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
mengingat informasi atau tidak mengenal sumber. (Brunner dan
Suddarth, 2000)

3. Intervensi Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi
usus.
Tujuan: Melaporkan penurunan frekuensi defekasi,konsistensi
kembali normal.

Intervensi Rasional

1. Kaji faktor penyebab 1. untuk mengetahui penyebab


diare dari diare

2. Membantu membedakan
2. Observasi dan catat penyakit individu dan mengkaji
frekwensi devekasi, beratnya.
karakteristi, jumlah
dan factor pencetus
3. Istirahat menurunkan mobilitas
3. Tingkatkan tirah baring usus juga laju metabolisme bila
infeksi atau perdarahan sebagai
komplikasi

4. Identifikasi makanan dan 4. Menghindarkan


cairan yang menyebabkan iritan, meningkatkan istirahat
diare usus.

5. Berikan larutan oralit 5. Menggantikan elektrolit


atau LGG sementara

6. Kolaborasi pemberian 6. Menurunkan mortilitas /


obat antikolinergi peristaltic GI dan menurunkan
sekresi digesti untuk
menghilangkan kram dan diare

17
7. Kolaborasi pemberian
terapi antibiotik 7. untuk membunuh kuman dan
mencegah infeksi.

b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan banyak cairan (diare berat dan muntah)
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat.

Intervensi Rasional

1. Awasi masukan dan 1. Memberikan informasi tentang


haluan, karakter dan Keseimbangan cairan
jumlah feses
2. Hipotensi (termasuk postoral),
2. Kaji tanda vital takikardia demam
dapat menunjukkan terhadap Efek
/ kehilangan cairan

3. Observasi kulit kering 3. Menunjukkan kehilangan cairan


berlebihan dan berlebih atau dehidrasi.
membrane mukosa,
penurunan turgor Kulit,
pengisapan kapiler
lambat. 4. Mempertahankan istirahat usus
akan memerlukan penggantian
4. Berikan cairan cairan untuk memperbaiki
parenteral sesuai kehilangan /anemia
indikasi
5. Menurunkan kehilangan cairan
dari usus
5. Berikan obat sesuai
indikasi antidiare

c. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi


Tujuan: tubuh pasien kembali normal dengan kriteria hasil :
- Tanda-tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab.
- Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda- 1. Mengetahui keadaan

18
tanda vital pasien yang dapat membantu
dalam diagnosis

2. Kolaborasi 2. mengurangi demam


pemberian antipiretik dengan aksi centralnya pada
hipotalamus, meskipun
demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodekstruksi
dari sel-sel yang terinfeksi

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan gangguan absorbsi nutrient.
Tujuan : Menunjukkan berat badan stabil atau
peningkatan berat badan sesuai sasaran
Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan tiap 1. Memberikan informasi tentang


hari kebutuhan diet / keefektifan terapi

2. Dorong tirah baring 2. Menurunkan kebutuhan metabolic


dan/atau pembatasan untuk mencegah penurunan kalori
aktifitas selama fase sakit dan simpanan energi.
akut.
3. Menenangkan peristaltic dan
3. Anjurkan untuk meningkatkan energi untuk
menghindari makanan makanan.
yang merangsang
4. Keragu-raguan untuk makan
4. Dorong pasien untuk mungkin dakibatkan oleh takut
menyatakan makanan akan menyebabkan
Permasalahaan mulai eksaserbasi gejala.
makan diet
5. Istirahat usus menurunkan
5. Pertahankan puasa peristaltic dan diare dimana
sesuai indikasi menyebabkan malabsorbsi/
kehilangan nutrient.
6. Berikan nutrisi parenteral
total, terapi IV sesuai 6. Program ini mengistirahatkan
indikasi. saluran GI sementara memberikan,

e. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang


simpatis (proses inflamasi)

19
Tujuan : Menurunkan rileks dan melaporkan
penurunan ansietas sampai tingkat yang dapat ditangani.

Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk 1. Membuat hubungan teraupetik,
menyatakan perasaan, Membantu pasien / orang terdekat
berikan umpan balik dalam mengidentifikasi masalah
yang menyebabkan stress.
2. Akui bahwa ansietas
dan masalah mirip 2. Validasi bahwa perasaan normal
dengan yang dapat membantu menurunkan stress
diekspresikan orang lain
3. Belajar cara baru untuk mengatasi
3. Bantu klien belajar masalah dapat membantu dalam
mekanisme koping baru menurunkan stress dan ansietas.
misalnya tekhnik
mengatasi stress,
keterampilan organisasi 4. Memindahkan klien dari stress luar,
meningkatkan relaksasi, membantu
4. Berikan lingkungan menurunkan ansietas.
tenang dan istirahat
5. Di butuhkan bantuan tambahan
5. Rujuk pada perawat untuk meningkatkan control dan
spesialis psikiatri, mengatasi episode akut.
pelayanan social,
penasehat agama.

f. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi


kulit, anoreksia fisura perirektal.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang / terkontrol

Intervensi Rasional
1. Dorong klien untuk 1. Mencoba untuk mentoleransi nyeri
melaporkan nyeri dari pada meminta analgesic.

2. Kaji laporan kram 2. Perubahan pada karakteristik


abdomen atau nyeri, nyeri dapat menunjukkan penyebaran
catat lokasi, lamanya, penyakit/ terjadinya komplikasi,
intensitas (skala 0-10) misalnya ;vistula kemih, perforasi,
selidiki dan laporkan toksik megakolon.
perubahan karakteristik
nyeri. 3. dapat menunjukan dengan tepat
pencetus factor-factor pemberat
3. Kaji ulang factor- (seperti kejadian stress, tidak toleran

20
faktor yang terhadap makanan) atau
meningkatkan atau mengidentifikasi terjadinya
menghilangkan nyeri. komplikasi.

4. Ijinkan klien untuk 4. Menurunkan tegangan abdomen


memulai posisi yang dan meningkatkan rasa control.
nyaman, misalnya ;
lutut fleksi.
5. Dapat menunjukkan terjadinya
5. Observasi / catat obtruksi usus karena inflamasi,
distensi abdomen, edema, dan jaringan parut.
peningkatan suhu,
penurunan tekanan 6. Nyeri bervariasi dari ringan
darah. sampai berat dan perlu penanganan
untuk memudahkan istirahat
6. Berikan obat sesuai adekuat dan penyembuhan.
indikasi Analgesik.

g. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan proses


penyakit yang tidak diduga
Tujuan : Menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk
membatasi / mencegah
Intervensi Rasional
1. Kaji pemahaman klien 1. Perawat mampu untuk menerima
/ orang terdekat dan lebih nyata tentang masalah saat ini.
metode sebelumnya
dalam menerima proses 2. Stressor penyakit mempengaruhi
penyakit. semua arah hidup dank lien
mengalami kesulitan mengatasi
2. Berikan kesempatan perasaan lemah / nyeri.
pada klien untuk
mendiskusikan 3. Penggunaan perilaku yang berhasil
bagaimana penyakit sebelumnya dapat membantu klien
telah mempengaruhi menerima situasi / rencana saat ini
hubungan. untuk masa datang

3. Bantu klien 4. Meningkatkan klontinuitas


mengidentifikasi perawatan dan memampukan klien
keterampilan koping atau orang terdekat sebagai bagian
efektif secara individu. perendanaan dan meningkatkan
kerja sama dalam program terapi
4. Masukkan klien atau
orang terdekat dalam tim
pertemuan untuk
mengembangkan

21
program individu .

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang


mengingat informasi atau tidak mengenal sumber.
Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit /
pengobatan .
Intervensi Rasional

3. Beri penyuluhan dan 1. Membuat pengetahuan dasar dan


penjelasan tentang memberikan kesadaran kebutuhan
penyakit diare: belajar individu.
pengertian, penyebab,
cara penularan, cara
pencegahan, dan cara
mengobati 2. Faktor pencetus/ pemberat individu
sehungga kebutuhan klien untuk
waspada terhadap makanan, cairan
4. Kaji ulang proses dan factor pola hidup dapan
penyakit, penyebab / mencetus gejala.
efek hubungan factor
yang menimbulkan 3. Meningkatkan pemahaman dan
gejala dan dapat meningkatkan kerjasama
mengidentifikasi cara dalam program kesehatan.
menurunkan factor
pendukung. 4. Menurunkan penyebaran bakteri dan
resiko iritasi kulit / kerusakan infeksi
5. Kaji ulang obat, tujuan,
frekuensi, dosisi, dan
kemungkinan efek
samping.

6. Tekankan pentingnya
kebersihan perorangan
dan lingkungan: cuci
tangan, kebersihan
kuku, BAB/BAK di WC,
pengelolaan sampah,
dsb

22
BAB III
TINJAUAN KASUS

( Lampiran Askep CAD )


------------------------

23
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Ny.S mengalami tanda dan gejala CAD,pada saat jumat (10/11/2017)


malam tiba " merasakan angina yang hebat dan merasakan panas didaerah dada
pasien juga menyatakan pada saat itu dada terasa sangat sesak dan untungnya
Ny.S langsung dibawa ke rumah sakit dan. Benar pasien sudah mengalami
iskemik dan pasien langsung direkomendasikan untuk dilakukan pemasangan
ring,dan dihari itu juga dilakukan operasi pemasangan ring pada arteri koroner
Ny.S

4.1.1 Penyebab

Penyempitan pembuluh darah arteri pada jantung adalah penyebab


seseorang dapat terjadi penyakit CAD karena dengan menyempitnya pembuluh
darah di arteri jantung akan membuat pasokan oksigen ke bagian otot jantung
berkurang dan hal itu akan membuat jantung tidak dapat memompaa darah secara
maksimal. Beberapa hal yang dapat menyebabkan CAD :

 Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi

 Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

 Merokok

 Diabetes Mellitus

24
 Kegemukan (obesitas)

 Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga

 Kurang olahraga

 Stress

Pada pasien Ny.S dengan diagnosa medis CAD, memiliki kebiasaan


makan makanan padangyang pada dasarnya berlemak tinggi seperti rendang
daging, ayam balado dan segala jenis makanan yang bersantan. Dan yang menjadi
penyebab utama Ny.S dapat terkena CAD kemungkinan karena kebiasaan makan
makanan yang berlemak ditambah lagi pasien punya riwayat hipertensi dari
keluarga, karena terjadi penumpukan lemak pada pembuluh darah yang
menyebabkan plak pada dinding pembuluh darah. Dan menyebabkan otot jantung
kekurangan oksigen,dan membuat jaringan otot jantung kekurangan oksigen
(iskemia myocardial).

25

Anda mungkin juga menyukai