Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN AKHIR

BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2

Dalam bab ini menguraikan secara singkat tentang peraturan tentang pedoman Pusat Kesehatan
Masyarakat dalam Penyusunan Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD
Puskesmas Banyuputih.

2.1 PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 75 TAHUN 2014


TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
2.1.1 Persyaratan Lokasi Puskesmas
A. Geografis
Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya, yaitu:
1) tidak di tepi lereng;
2) tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor;
3) tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi;
4) tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif;
5) tidak di daerah rawan tsunami;
6) tidak di daerah rawan banjir;
7) tidak dalam zona topan;
8) tidak di daerah rawan badai, dan lain-lain.
B. Aksesibilitas untuk jalur transportasi
Puskesmas didirikan di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat
diakses dengan mudah menggunakan transportasi umum. Tersedia jalur untuk
pejalan kaki dan jalur- jalur yang aksesibel untuk penyandang disabilitas.
C. Kontur Tanah
Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur, dan harus
dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu kontur tanah juga

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-1


LAPORAN AKHIR

berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak


bangunan dan lain-lain.
D. Fasilitas parkir.
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir cukup penting karena prasarana
parkir kendaraan akan menyita banyak lahan. Kapasitas parkir harus memadai,
menyesuaikan dengan kondisi lokasi, sosial dan ekonomi daerah setempat.
E. Fasilitas Keamanan.
Perancangan dan perencanaan prasarana keamanan sangat penting untuk
mendukung pencegahan dan penanggulangan keamanan minimal menggunakan
Pagar.
F. Ketersediaan utilitas publik
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan membutuhkan air
bersih, pembuangan air kotor/limbah, listrik, dan jalur telepon. Pemerintah
daerah harus mengupayakan utilitas tersebut selalu tersedia untuk
kebutuhan pelayanan dengan mempertimbangkan berbagai sumber daya yang ada
pada daerahnya.
G. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
Puskesmas harus menyediakan fasilitas khusus untuk pengelolaan kesehatan
lingkungan antara lain air bersih, pengelolaan limbah B3 seperti limbah padat dan
cair yang bersifat infeksius dan non infeksius serta pemantauan limbah gas/udara
dari emisi incinerator dan genset.
H. Kondisi lainnya
Puskesmas tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
2.1.2 Persyaratan Bangunan Puskesmas
A. Arsitektur Bangunan
1) Tata Ruang Bangunan
a) Rancangan tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan.
b) Bangunan harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan
lokasi yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota dan/Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
yang bersangkutan.

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-2


LAPORAN AKHIR

c) Tata ruang Puskesmas mengikuti Peraturan Tata Ruang Daerah:


 Ditetapkan nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal
untuk Puskesmas adalah 60%.
 Ditetapkan nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal
untuk Puskesmas adalah 1,8.
 Ditetapkan nilai Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimal untuk
Puskesmas adalah 15%.
 Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sempadan Pagar (GSP).
B. Desain
1) Tata letak ruang pelayanan pada bangunan Puskesmas harus diatur dengan
memperhatikan zona Puskesmas sebagai bangunan fasilitas pelayanan
kesehatan.
2) Tata letak ruangan diatur dan dikelompokkan dengan memperhatikan
zona infeksius dan non infeksius.
3) Zona berdasarkan privasi kegiatan:
a) area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan
luar Puskesmas, misalnya ruang pendaftaran.
b) area semi publik, yaitu area yang tidak berhubungan langsung dengan
lingkungan luar Puskesmas, umumnya merupakan area yang menerima
beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, ruang rapat/diskusi.
c) area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung Puskesmas,
misalnya ruang sterilisasi, ruang rawat inap.
4) Zona berdasarkan pelayanan:
Tata letak ruang diatur dengan memperhatikan kemudahan pencapaian
antar ruang yang saling memiliki hubungan fungsi, misalnya:
a) Ruang rawat inap pasien letaknya mudah terjangkau dari ruang jaga
petugas.
b) Perawatan pasca persalinan antara ibu dengan bayi dilakukan dengan
sistem rawat gabung.
5) Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman dan aman untuk semua bagian
bangunan.
6) Harus disediakan fasilitas pendingin untuk penyimpanan obat-obatan khusus
dan vaksin dengan suplai listrik yang tidak boleh terputus.

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-3


LAPORAN AKHIR

7) Lebar koridor disarankan 2,40 m dengan tinggi langit- langit minimal 2,80
m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila terdapat perbedaan ketinggian
permukaan pijakan, maka dapat menggunakan ram dengan kemiringannya
tidak melebihi 7°.

Gambar 2.1 Puskesmas Non Rawat Inap

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-4


LAPORAN AKHIR

Gambar 2.2 Puskesmas Rawat Inap

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-5


LAPORAN AKHIR

Gambar 2.3 Puskesmas Pembantu


C. Lambang
Bangunan Puskesmas harus memasang lambang sebagai berikut agar mudah
dikenal oleh masyarakat :

Gambar 2.4 Lambang Puskesmas

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-6


LAPORAN AKHIR

Lambang Puskesmas harus diletakkan di depan bangunan yang mudah terlihat


dari jarak jauh oleh masyarakat. Arti dari lambang Puskesmas tersebut yaitu:
1) Bentuk Segi Enam, Melambangkan :
a) keterpaduan dan kesinambungan yang terintegrasi dari 6 prinsip yang
melandasi penyelenggaraan Puskesmas.
b) makna pemerataan pelayanan kesehatan yang mudah di akses
masyarakat.
c) pergerakan dan pertanggung jawaban Puskesmas di wilayah kerjanya.
2) Irisan dua buah bentuk lingkaran melambangkan dua unsur upaya kesehatan,
yaitu :
a) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan masyarakat
b) Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan perorangan.
3) Stilasi bentuk sebuah bangunan, melambangkan Puskesmas sebagai
tempat/wadah diberlakukannya semua prinsip dan upaya dalam proses
penyelenggaraan kesehatan.
4) Bidang segitiga mewakili tiga faktor yang mempengaruhi status derajat
kesehatan masyarakat yaitu genetik, lingkungan, dan perilaku.
5) Bentuk palang hijau didalam bentuk segi enam melambangkan
pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif preventif.
6) Warna hijau melambangkan tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan Puskesmas, dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi- tingginya.
7) Warna putih melambangkan pengabdian luhur Puskesmas.
D. Ruang
Jumlah dan jenis ruang di puskesmas ditentukan melalui analisis kebutuhan ruang
berdasarkan pelayanan yang diselenggarakan dan ketersediaan sumber daya. Tabel
di bawah ini menunjukkan program ruang minimal pada puskesmas, sebagai
berikut.
1) Puskesmas non Rawat Inap

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-7


LAPORAN AKHIR

Tabel 2.1 Ruang Puskesmas Non Rawat Inap


No Nama Ruang Keterangan
Ruang Kantor
1 Ruang administrasi kantor
2 Ruang kepala puskesmas
3 Ruang rapat Dapat digunakan untuk kegiatan lain dalam
mendukung pelayanan kesehatan (ruang
multifungsi)
Ruang pelayanan
4 Ruang pendaftaran dan
rekam medik
5 Ruangan tunggu
6 Ruangan pemeriksaan
umum
7 Ruangan tindakan Ruang tindakan juga digunakan untuk
pelayanan gawat darurat
8 Ruangan KIA, KB, dan
imunisasi
9 Ruangan kesehatan gigi dan
mulut
10 Ruangan ASI
11 Ruangan promosi Dapat dipergunakan untuk konsultasi dan
kesehatan konseling
12 Ruang farmasi  Sesuai dengan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
 Ruang penerimaan resep dapat
digabungkan dengan ruang
penyerahan obat dan dirancang agar
tenaga kefarmasian dapat bertatap
muka dengan pasien
13 Ruang persalinan
14 Ruangan rawat pasca Hanya 1 tempat tidur
persalinan
15 Laboratorium Sesuai dengan standar pelayanan
laboratorium di puskesmas
16 Ruangan sterilisasi
17 Ruangan penyelenggaraan Dapat memiliki fungsi hanya sebagai tempat
makanan penyajian makanan
18 Kamar mandi/ WC pasien Dikondisikan dapat digunakan oleh
(laki-laki dan perempuan penyandang disabilitas
terpisah)
19 KM/ WC untuk persalinan Dikondisikan untuk dapat digunkan oleh
penyandang disabilitas
20 KM/ WC petugas Dikondisikan untuk dapat digunkan oleh
penyandang disabilitas
21 Gudang umum
Pendukung
22 Rumah dinas tenaga Merupakan rumah jabatan tenaga
kesehatan kesehatan dan berjumlah paling sedikit 2
(dua) unit
23 Parkir kendaraan roda 2
dan 4 serta garasi untuk
ambulans dan puskesmas
keliling

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-8


LAPORAN AKHIR

2) Puskesmas Rawat Inap


Tabel 2.2 Ruang Puskesmas Rawat Inap
No Nama Ruang Keterangan
Ruang Kantor
1 Ruang administrasi kantor
2 Ruang kepala puskesmas
3 Ruang rapat Dapat digunakan untuk kegiatan lain dalam
mendukung pelayanan kesehatan (ruang
multifungsi)
Ruang pelayanan
4 Ruang pendaftaran dan
rekam medik
5 Ruangan tunggu
6 Ruangan pemeriksaan
umum
7 Ruangan gawat darurat
8 Ruangan kesehatan anak
dan imunisasi
9 Ruangan kesehatan ibu dan
KB
10 Ruangan kesehatan gigi dan
mulut
11 Ruangan ASI
12 Ruangan promosi Dapat dipergunakan untuk konsultasi dan
kesehatan konseling
13 Ruang farmasi  Sesuai dengan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
 Ruang penerimaan resep dapat
digabungkan dengan ruang
penyerahan obat dan dirancang agar
tenaga kefarmasian dapat bertatap
muka dengan pasien
14 Ruang persalinan
15 Ruangan rawat pasca Hanya 1 tempat tidur
persalinan
16 Ruangan tindakan
17 Ruang rawat inap Dibedakan antara laki-laki, perempuan, dan
anak
18 Kamar mandi/ WC pasien Dikondisikan untuk dapat digunakan oleh
(laki-laki dan perempuan penyandang disabilitas
terpisah)
19 Laboratorium Sesuai dengan standar pelayanan
laboratorium di puskesmas
20 Ruangan cuci linen
21 Ruangan sterilisasi
22 Ruangan penyelenggaraan Dapat memiliki fungsi hanya sebagai tempat
makanan penyajian makanan
23 KM/ WC untuk rawat inap Dikondisikan dapat digunakan oleh
penyandang disabilitas
24 KM/ WC petugas Dikondisikan untuk dapat digunkan oleh
penyandang disabilitas
25 Ruangan jaga petugas
26 Gudang umum
Pendukung
22 Rumah dinas tenaga Merupakan rumah jabatan tenaga
kesehatan kesehatan dan berjumlah paling sedikit 2

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-9


LAPORAN AKHIR

No Nama Ruang Keterangan


(dua) unit
23 Parkir kendaraan roda 2
dan 4 serta garasi untuk
ambulans dan puskesmas
keliling

Tabel 2.3 Ruang Puskesmas Pembantu


No Nama Ruang Keterangan
Ruang pelayanan
1 Ruang pendaftaran dan
Administrasi
2 Ruangan tunggu
3 Ruangan pemeriksaan
umum
4 Ruangan kesehatan ibu Dapat Digunakan untuk melakukan promosi
dan KB kesehatan
5 Kamar mandi/ WC Dikondisikan untuk dapat digunakan oleh
Petugas dan pasien penyandang disabilitas
Pendukung
6 Rumah dinas tenaga Merupakan rumah jabatan tenaga kesehatan
kesehatan dan berjumlah paling sedikit 1 (Satu) unit
7 Parkir kendaraan roda 2
dan 4

E. Persyaratan Komponen Bangunan dan Material


1) Atap
a)
Atap Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angin puting
beliung, gempa, dan lain-lain), tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi
tempat perindukan vektor.
b) Material atap tidak korosif, tidak mudah terbakar.
2) Langit langit
a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan, tanpa
profil dan terlihat tanpa sambungan (seamless).
b) Ketinggian langit-langit dari lantai minimal 2,8 m.
3) Dinding
a)
Material dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan
silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak ada sambungan agar
mudah dibersihkan. Material dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah
setempat.
b) Dinding KM/WC harus kedap air, dilapisi keramik setinggi 150 cm.
c) Dinding laboratorium harus tahan bahan kimia, mudah dibersihkan, tidak
berpori.
4) Lantai
Material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna
terang, mudah dibersihkan, dan dengan sambungan seminimal mungkin.

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-10


LAPORAN AKHIR

5) Pintu dan Jendela


a) Lebar bukaan pintu utama dan ruang gawat darurat minimal 120 cm atau
dapat dilalui brankar dan pintu- pintu yang bukan akses brankar memiliki
lebar bukaan minimal 90 cm. Pintu harus terbuka ke luar.
b) Pintu khusus untuk KM/WC di ruang perawatan dan pintu KM/WC
penyandang disabilitas, harus terbuka ke luar dan lebar daun pintu
minimal 90 cm.
c) Material pintu untuk KM/WC harus kedap air.
6) Kamar Mandi
a) Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna.
b) Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin dan air buangan tidak
boleh tergenang.
c) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
d) Kunci-kunci dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi
kondisi darurat.
e) Pemilihan tipe kloset disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan
pengguna pada daerah setempat.
f) Sebaiknya disediakan minimal 1 KM/WC umum untuk penyandang
disabilitas, dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol penyandang
disabilitas pada bagian luarnya dan dilengkapi dengan pegangan
rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan penyandang disabilitas lainnya. Pegangan
disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu
pergerakan pengguna kursi roda.
7) Aksesbilitas Penyandang Disabilitas dan Lansia
a) Umum.
Setiap bangunan Puskesmas harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas
untuk menjamin terwujudnya kemudahan, keamanan, dan kenyamanan.
b) Persyaratan Teknis.
Fasilitas dan aksesibilitas meliputi KM/WC, tempat parkir, telepon
umum, jalur pemandu, rambu dan marka, tangga, pintu, ram.
2.1.3 Persyaratan Prasarana Puskesmas
A. Sistem Penghawaan

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-11


LAPORAN AKHIR

1) Ventilasi merupakan proses untuk mensuplai udara segar ke dalam bangunan


gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan,bertujuan menghilangkan
gas-gas yang tidak menyenangkan, menghilangkan uap air yang berlebih
dan membantu mendapatkan kenyamanan termal.
2) Ventilasi ruangan pada bangunan Puskesmas, dapat berupa ventilasi alami
dan/atau ventilasi mekanis. Jumlah bukaan ventilasi alami tidak kurang dari
15% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi. Sedangkan
sistem ventilasi mekanis diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi
syarat tidak memadai.
3) Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan
di bangunan Puskesmas minimal 12x pertukaran udara per jam dan
untuk KM/WC 10x pertukaran udara per jam.
4) Penghawaan/ventilasi dalam ruang perlu memperhatikan 3 (tiga) elemen
dasar, yaitu: (1). jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk dalam ruang
pada waktu tertentu; (2). arah umum aliran udara dalam gedung yang
seharusnya dari area bersih ke area terkontaminasi serta distribusi udara luar
ke setiap bagian dari ruangan dengan cara yang efisien dan kontaminan
airborne yang ada dalam ruangan dialirkan ke luar dengan cara yang efisien;
(3). setiap ruang diupayakan proses udara didalam ruangan bergerak
dan terjadi pertukaran antara udara didalam ruang dengan udara dari luar.
B. Sistem Pencahayaan
1) Bangunan Puskesmas harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau
pencahayaan buatan.
2) Pencahayaan harus terdistribusikan rata dalam ruangan.
3) Lampu-lampu yang digunakan diusahakan dari jenis hemat energi
Tabel 2.4 Tingkat Pencahayaan Rata-rata yang Direkomendasikan
FUNGSI RUANG TINGKAT PENCAHAYAAN (LUX
Ruangan administrasi kantor, ruangan
Kepala Puskesmas, ruangan rapat, ruangan
pendaftaran dan rekam medik, ruangan
pemeriksaan umum, ruangan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), KB dan imunisasi, 200
ruangan kesehatan gigi dan mulut, ruangan
ASI, ruangan promosi kesehatan, ruang
farmasi, ruangan rawat inap, ruangan rawat
pasca persalinan
Laboratorium, ruangan tindakan,ruang
300
gawat darurat

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-12


LAPORAN AKHIR

FUNGSI RUANG TINGKAT PENCAHAYAAN (LUX


Dapur, ruangan tunggu, gudangumum,
KM/WC, ruangan sterilisasi, ruangan cuci 100
linen

C. Sistem sanitasi
system sanitasi puskesmas terdiri dari system air bersih, system pembuangan air
kotor, dan limbah, kotoran dan sampah serta penyaluran air hujan
1) system air bersih
system air bersih direncanakan sesuai dengan sumber air bersih dan system
pengalirannya. Sumber air bersih diperoleh langsung dari sumber air
berlangganan dengan baku mutu yang memenuhi dan sesuai dengan
ketentuan.
2) system penyaluran air kotor/ limbah
tersedia pemgolahan air limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan,
saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah, dan dilengkapi
penutup bak control untuk menjaga kemiringan saluran minimal 1%. Di dalam
saluran penyaluran air kotor disediakan penyaring lemak untuk menyaring
kotoran/ lemak
3) system pembuangan limbah infeksius dan non infeksius
system pembuangan limbah infeksius dan non infeksisus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas pewadahan, tempat
penampungan sementara, dan pengolahannya
D. Sistem Kelistrikan
system kelistrikan direncanakan dengan mempertimbangkan letak penempatan
yang harus mudah dioperasikan, diamati, dipelihara dan tidak membahayakan
lingkungan. Sumber daya listrik normal dengan daya paling rendah 2200VA dan
untuk sumber daya darurat 75% dari sumber listrik normal. Selain itu diperlukan
adanya pertimbangan sumber daya listrik darurat diperoleh dari generator listrik
dan UPS.
E. Sistem Komunikasi
Alat komunikasi diperlukan untuk hubungan/komunikasi dilingkup dan keluar
Puskesmas, dalam upaya mendukung pelayanan di Puskesmas. Alat komunikasi

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-13


LAPORAN AKHIR

dapat berupa teleponkabel, seluler, radio komunikasi, ataupun alat komunikasi


lainnya.
F. Sistem Gas Medik
Gas medik yang digunakan di Puskesmas adalah Oksigen (O2).Sistem gas medik
harus direncanakan dan diletakkan dengan mempertimbangkan tingkat
keselamatan bagi penggunanya. Persyaratan teknis
1) pengolahan, penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan gas medik harus
sesuai ketentuan berlaku
2) tabung/ silinder yang digunakan harus yang telah dibuat, diuji, dan dipelihara
sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak yang berwenang
3) tabung/ silinder oksigen harus di cat warna putih untuk membedakan dengan
tabung/ silinder gas medik lain sesuai ketentuan yang berlaku
4) tabung/ silinder oksigen pada saat digunakan, diletakkan di samping tempat
tidur pasien, dan harus menggunakan alat pengaman seperti troli tabung atau
dirantai
5) tutup pelindung katup harus dipasang erat pada tempatnya bila tabung/
silinder sedang tidak digunakan
6) apabila diperlukan, disediakan ruangan khusus penyimpanan silinder gas
medik. Tabung/ silinder dipasang/ diikat erat dengan pengaman/ rantai
7) hanya tabung/ silinder gas medik dan perlengkapannya yang boleh disimpan
dalam ruangan penyimpanan gas medik
8) tidak boleh menyimpan bahan mudah terbakar berdekatan dengan ruang
penyimpanan gas medik
9) dilarang melakukan pengisian ulang tabung/ silinder oksiger dari tabung/
silinder gas medik besar ke tabung/ silinder gas medik kecil.
G. sistem proteksi petir
Sistem proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari bangunan
Puskesmas, termasuk manusia yang ada di dalamnya,dan instalasi serta peralatan
lainnya terhadap kemungkinanbahaya sambaran petir.
H. sistem proteksi kebakaran
1) Bangunan Puskesmas harus menyiapkan alat pemadamkebakaran untuk
memproteksi kemungkinan terjadinyakebakaran.

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-14


LAPORAN AKHIR

2) Alat pemadam kebakaran kapasitas minimal 2 kg, dandipasang 1 buah untuk


setiap 15 m2.
3) Pemasangan alat pemadam kebakaran diletakkan padadinding dengan
ketinggian antara 15 cm – 120 cm daripermukaan lantai, dilindungi
sedemikian rupa untukmencegah kemungkinan kerusakan atau pencurian.
4) Apabila bangunan Puskesmas menggunakan generatorsebagai sumber daya
listrik utama, maka pada ruangangenerator harus dipasangkan Alat Pemadam
Kebakaran jenisCO2.
I. sistem pengendalian kebisingan
1) Intensitas kebisingan equivalent (Leq) diluar bangunanPuskesmas tidak lebih
dari 55 dBA, dan di dalam bangunanPuskesmas tidak lebih dari 45 dBA.
2) Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifatsumber.
3) Sumber suara genset dikendalikan dengan meredam danmembuat sekat yang
memadai dan sumber suara dari lalulintas dikurangi dengan cara penanaman
pohon ataupun caralainnya.
J. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 lantai
Setiap bangunan Puskesmas yang bertingkat harus menyediakansarana hubungan
vertikal antar lantai yang memadai berupatersedianya tangga dan ram. Tangga
merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan
mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar
yang memadai. Sedangkan ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan
kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan
tangga.
Persyaratan tangga:
1) Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam dengan
tinggi masing-masing pijakan/ tanjakan adalah 15 – 17 cm
2) Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60 derajat
3) Lebar tangga minimal 120 cm untuk mempermudah evakuasi dalam kondisi
gawat darurat
4) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna
tangga
5) Harus dilengkapi dengan rel pegangan tangan

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-15


LAPORAN AKHIR

6) Rel pegangan tangan harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 cm – 80 cm


dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian
ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau
tiang
7) Rel pegangan tangan harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya
(puncak dan bagian bawah) sepanjang 30 cm
8) Untuk tangga yang terletak di luar bangunan harus dirancang sehingga tidak
ada air hujan yang menggenang pada lantainya
Persyaratan ram:
1) Kemiringan suatu ram di dalam bagnunan tidak boleh melebihi 7 derajat,
perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akiran ram
(curbs ramps/ landing)
2) Panjang mendatar dari satu ram (dengan kemiringan 7 derajat) tidak boleh
lebih dari 9 m
3) Lebar minimum dari ram adalah 120 cm dengan tepi pengaman
4) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ram harus bebas
dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi
roda dan stretcher dengan ukurna minimum 180 cm

Gambar 2.5 Ram

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-16


LAPORAN AKHIR

2.2 RTRW KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2013-2033


2.2.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Situbondo
2.2.1.1 Rencana Sistem Perkotaan dan Perdesaan Wilayah Kabupaten Situbondo
Pembahasan rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Situbondo meliputi:
kriteria dan penetapan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan diantaranya membahas
arahan pengembangan sistem perdesaan dan perkotaan, pusat kegiatan perkotaan
membahas hirarki (besaran) perkotaan dan wilayah pengembangan. Penetapan kawasan
perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.5 Kawasan Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten Situbondo
Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
1 ARJASA Perkotaan Desa Arjasa
Desa Banyeman
Desa Curah Tatal
Desa Jatisari
Perdesaan Desa Kayumas
Desa Kedongdowo
Desa Ketowan
Desa Lamongan
2 JANGKAR Perkotaan Desa Jangkar
Desa Agel
Desa Curah Kalak
Desa Gadingan
Perdesaan Desa Kumbangsari
Desa Palangan
Desa Pesanggrahan
Desa Sopet
3 JATIBANTENG Perkotaan Desa Jatibanteng
Desa Curahsuri
Desa Kembangsari
Desa Pategalan
Perdesaan Desa Patemon
Desa Semambung
Desa Sumberanyar
Desa Wringinanom
4 KAPONGAN Desa Kapongan
Perkotaan
Desa Kesambirampak
Desa Curahcotok
Desa Gebangan
Desa Kandang
Desa Landangan
Perdesaan
Desa Peleyan
Desa Pokaan
Desa Seletreng
Desa Wonokoyo
5 PANJI Desa Panji Lor
Perkotaan Desa Tokelan
Desa Curah Jeru

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-17


LAPORAN AKHIR

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Kelurahan Mimbaan
Kelurahan Ardirejo
Desa Battal
Desa Juglangan
Perdesaan Desa Kayuputih
Desa Klampokan
Desa Panji Kidul
Desa Tenggir
6 SUBOH Desa Suboh
Perkotaan
Desa Buduan
Desa Cemara
Desa Dawuan
Desa Ketah
Perdesaan
Desa Mojodungkul
Desa Gunung Malang
Desa Gunung Putri
7 SUMBERMALANG Perkotaan Desa Tlogomas
Desa Alas Tengah
Desa Baderan
Desa Kalirejo
Desa Plalangan
Perdesaan
Desa Sumberargo
Desa Taman
Desa Tamankursi
Desa Tamansari
8 ASEMBAGUS Desa Asembagus
Desa Awar-awar
Perkotaan Desa Gudang
Desa Perante
Desa Trigonco
Desa Bantal
Desa Kedung Lo
Perdesaan Desa Kertosari
Desa Mojosari
Desa Wringinanom
9 BANYUGLUGUR Desa Banyuglugur
Perkotaan
Desa Kalianget
Desa Kalisari
Desa Lubawang
Perdesaan Desa Selobanteng
Desa Telempong
Desa Tepos
10 BANYUPUTIH Desa Banyuputih
Perkotaan
Desa Sumberejo
Desa Sumberanyar
Perdesaan desa Sumberwaru
Desa Wonorejo
11 BESUKI Desa Besuki
Desa Bloro
Perkotaan Desa Demung
Desa Jetis
Desa Kalimas

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-18


LAPORAN AKHIR

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Langkap
Desa Pesisir
Desa Blimbing
Perdesaan Desa Sumberejo
Desa Widoropayung
12 BUNGATAN Desa Bungatan
Desa Bletok
Desa Mlandingan
Perkotaan
Wetan
Desa Pasir Putih
Desa Selowogo
Desa Patemon
Perdesaan
Desa Sumber Tengah
13 KENDIT Desa Balung
Perkotaan Desa Kendit
Desa Klatangan
Desa Bugemn
Desa Kukusan
Perdesaan
Desa Rajekwesi
Desa Tambak Ukir
14 MANGARAN Desa Mangaran
Perkotaan Desa Tanjung Glugur
Desa Tanjung Kamal
Desa Semiring
Perdesaan Desa Tanjung Pecinan
Desa Terbungan
15 MLANDINGAN Desa Mladingan Kulon
Perkotaan Desa Selomukti
Desa Sumber Pinang
Desa ALas Banyur
Desa Campoan
Perdesaan
Desa Sumber Anyar
Desa Trebungan
16 PANARUKAN Desa Kilensari
Perkotaan
Desa Paowan
Desa Alasmalang
Desa Duwet
Desa Gelung
Perdesaan
Desa Peleyan
Desa Sumberkolok
Desa Wringinanom
17 SITUBONDO Kelurahan Dawuhan
Kelurahan Patokan
Perkotaan
Desa Kotakan
Desa Talkadang
Desa Kalibagor
Perdesaan
Desa Olean
Sumber : RTRW Kabupaten Situbondo 2011 - 2031

1) Pusat Kegiatan Perkotaan

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-19


LAPORAN AKHIR

Pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Situbondo ditentukan oleh pelayanan


kegiatan perkotaan dalam skala regional dan perkotaan yang secara langsung
mempengaruhi sistem perkotaan di Kabupaten Situbondo :
a) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Perkotaan Situbondo.
b) Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) berada di Perkotaan Besuki
dan Asembagus.
c) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berada di perkotaan Banyuglugur, Suboh,
Mlandingan, Bungatan, Jatibanteng, Sumbermalang, Kendit, Panarukan,
Mangaran, Panji, Arjasa, Kapongan, Jangkar, Banyuputih.
Sesuai dengan besaran perkotaan masing-masing, maka hirarki perkotaan di
Kabupaten Situbondo adalah:
a) Kawasan Perkotaan Kecil adalah Situbondo, Panarukan, Panji, Kapongan,
Besuki dan Banyuputih
b) Kawasan Perkotaan Sangat Kecil adalah semua ibu kota kecamatan lain di
Kabupaten Situbondo
2) Sistem dan Fungsi Perwilayahan
Pembagian sistem perwilayahan Kabupaten Situbondo dikelompokkan menjadi :
a) Wilayah Timur Kabupaten Situbondo dengan pusat di Asembagus, meliputi
kecamatan Arjasa, Jangkar, Asembagus, dan Banyuputih. Karakter dari
wilayah timur Kabupaten Situbondo lebih didominasi oleh kawasan lindung
baik berupa hutan milik perhutani dan Taman Nasional Baluran. Kawasan
budidaya lebih terfokus di wilayah utara dengan pemberdayaan wilayah pantai
dan pelabuhan. Fungsi Perkotaan Pada WP Timur ini adalah :
 Pusat Pemerintahan Kecamatan;
 Kehutanan;
 Perikanan;
 Industri Kapal (Kayu);
 Perikanan Laut.
 Kegiatan Militer.
Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP Timur
adalah :
 Pengembangan kegiatan pelayanan umum;
 Pengembangan Kehutanan;

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-20


LAPORAN AKHIR

 Pengembangan kegiatan budidaya rumput laut;


 Pengembangan kegiatan industri pembuatan kapal kayu;
 Pengembangan pusat perikanan tangkap;
b) Wilayah Tengah Kabupaten Situbondo dengan pusat di Situbondo, meliputi
Kecamatan Kendit, Panarukan, Situbondo, Mangaran, Panji, dan Kapongan.
Karakter wilayah tengah ini lebih didominasi pada pengembangan wilayah
perkotaan mengingat wilayah ini sebagai pusat pemerintahan dan
perdagangan/jasa Kabupaten Situbondo. Fungsi Perkotaan Pada WP ini adalah
:
 Pusat pemerintahan kabupaten;
 Perdagangan dan Jasa;
 Industri;
 Pariwisata;
 Industri Pengolahan hasil Ikan;
 Perikanan Laut.
Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP Tengah
adalah :
 Pengembangan kegiatan pelayanan umum;
 Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa;
 Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat, pengolahan hasil
pertanian);
 Pengembangan kegiatan pariwisata religius beserta sarana dan prasarana
penunjangnya;
 Pengembangan kegiatan industri pengolahan hasil perikanan;
 Pengembangan kegiatan perikanan tangkap.
c) Wilayah Barat Kabupaten Situbondo dengan pusat di Besuki, meliputi
kecamatan Banyuglugur, Jatibanteng, Besuki, Sumbermalang, Suboh,
Mlandingan, dan Bungatan. Karakter wilayah barat ini lebih ditekankan pada
pertanian dan pengembangan wilayah pantai. Wilayah barat ini juga berfungsi
sebagai pintu gerbang Kabupaten Situbondo dan terdapat percabangan jalan
selain menuju ke pusat pemerintahan wilayah tengah, juga terdapat jalan
tembus menuju kota Bondowoso – Jember – Banyu. Fungsi Perkotaan pada
WP ini adalah :

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-21


LAPORAN AKHIR

 Pusat pemerintahan kecamatan


 Pariwisata
 Industri Pengolahan Hasil Ikan.
 Perikanan Laut.
 Industri Kapal.
 Kehutanan.
 Pertanian
Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP Barat
adalah :
 Pengembangan kegiatan pariwisata alam pantai dan sarana/prasarana
penunjangnya di Pasir Putih;
 Pengembangan kegiatan industri pengolahan hasil perikanan;
 Pengembangan perikanan laut;
 Pengembangan kehutanan.
 Pengembangan kegiatan pertanian dan perkebunan (tembakau, kopi dan
tanaman holtikultura).
2.2.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Situbondo
2.2.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
1) Kawasan Hutan Lindung
Adapun pengelolaan kawasan ini diarahkan pada :
a) Lereng gunung baluran yang tidak aktif serta ditumbuhi oleh hutan musim dan
savanna yang luas yang berfungsi sebagai pengaman binatang-binatang
langka(banteng, kijang, rusa, kucing hutan, babi) sehingga untuk menjaga
kelestarian serta fungsinya akan diarahkan untuk obyek wisata alam dengan
kegiatan Pengelolaan seperti out bond, adventure , bumi perkemahan dengan
adanya gardu pandang, Pengelolaan ilmu pengetahuan flora dan fauna
b) Dengan adanya kekayaan ekosistem flora dan fauna seperti merak ,
ayam,hutan dan kijang dan babi, serta fauna langka untuk kedepannya akan
diarahkan pada peningkatan reboisasi dengan tanaman produktif dengan
fungsi lindung serta Pengelolaan pariwisata out-bond , adventure dan bumi
perkemahan sehingga kelestarian ekosistem akan tetap terjaga.
c) Kawasan hutan lindung yang memiliki kecenderungan menjadi daerah yang
ditumbuhi flora yang memiliki potensi untuk menjadi hutan primer, serta

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-22


LAPORAN AKHIR

fauna yang langka seperti babi, kijang, merak , ayam dan rusa , untuk menjaga
kelestariannya akan diarahkan pada pengelolaan obyek wisata alam yaitu out
bond, hiking, adventure dan jogging, dimana kedua arahan tersebut bersifat
alam dan untuk mendukung akan di bangun jalan setapak serta fasilitas
penginapan.
2) Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya.
Rencana pengelolaan kawasan resapan air ini adalah:
a) Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui
pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan
terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;
b) Penetapan fungsi lindung di wilayah Taman Nasional Baluran;
c) Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
d) Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang
memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu, dan
vegetasi yang menjadi tempat kehidupan berbagai satwa;
e) Meningkatkan kegiatan pariwisata alam (misalnya mendaki gunung, out bond,
camping) terutama di Kecamatan Arjasa Arjasa sekaligus menanamkan
gerakan cinta alam; serta
f) Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan tanah,
bendung) sehingga kawasan ini memberikan kemampuan peresapan air yang
lebih tinggi.
3) Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk melindungi kelestarian suatu
manfaat atau suatu fungsi tertentu, baik yang merupakan bentuk alami maupun
buatan, disekitar wilayah perairan yaitu sekitar: mata air, waduk/ danau, sungai,
dan pantai.
1) Sempadan pantai
Adapun kecamatan di Kabupaten Situbondo yang merupakan daerah
pesisir yang juga merupakan kawasan sempadan panatai adalah
Kecamatan Banyuglugur, Besuki, Bungatan, Mlandingan, Kendit,
Panarukan, Mangaran, Kapongan, Arjasa, Jangkar, Asembagus,
Banyuputih. Dari pantai yang ada di Kabupaten Situbondo maka

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-23


LAPORAN AKHIR

diperlukan upaya penanaman mangrove di wilayah pantai utara untuk


meminimalkan abrasi pantai dan mencegah intrusi air laut ke daratan.
2) Sempadan Sungai
Upaya pengelolaan sempadan sungai, adalah sebagai berikut :
 Pengelolaan zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi
DAS. Berdasarkan tipologinya, DAS terbagi menjadi daerah hulu sungai,
daerah sepanjang aliran sungai, daerah irigasi, daerah perkotaan dan
industri, serta daerah muara sungai dan pantai.
 Untuk melindungi fungsi sungai di Kabupaten Situbondo yang mengalami
erosi yang tinggi, serta DAS yang menyempit serta tidak mampu
menyerap air hujan sehingga untuk melindungi fungsi dari Sungai di
Kabupaten Situbondo dengan membatasi pemanfaatan disekitar sungai,
dengan didukung kegiatan lain sebatas tidak mengganggu fungsi dari
sungai seperti kegiatan olahraga, penghijauan yang tetap menunjang
fungsi lindung dari sungai tersebut.
 Arahan kegiatan daerah hulu sungai :
 Pengaturan erosi/reboisasi dan pemeliharaan hutan
 pengaturan tanah-tanah perkebunan
 Pengaturan tanah-tanah pertanian
 Arahan Kegiatan daerah sepanjang aliran sungai
 Pengelolaan irigasi
 Pengelolaan navigasi dan transportasi air
 Pengelolaan drainase
 Pembangunan sarana dan prasarana Pengelolaan sumberdaya air
(pengendalian banjir, pengendalian sedimen, Pengelolaan suplai air bersih
perkotaan, pencagahan pencemaran, peningkatan kualitas air baku).
 Arahan kegiatan muara sungai/pantai
 Pengelolaan perikanan/tambak/perikanan darat
 Pengelolaan pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek ekologis
 Pengelolaan pelabuhan
 Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai dilarang
mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air
sungai;

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-24


LAPORAN AKHIR

 Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan


pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan;
 Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan
dan perkotaan dilakukan re-orientasi pembangunan dengan menjadikan
sungai sebagai bagian dari latar depan;
 Perlindungan terhadap anak-anak sungai diluar permukiman ditetapkan
minimum 50 meter. Termasuk pada wilayah ini adalah seluruh anak
sungai Sampean dan Sungai Deluwang, anak-anak sungai dari sungai
sungai Sampean dan Sungai Deluwang ini hampir ada pada setiap
kecamatan di daerah
4) Kawasan Sekitar Dam, Cek Dam dan Embung
Upaya penanganan/pengelolaan kawasan sekitar dam, cek dam dan embung
melalui:
a) Perlindungan sekitar dam, cek dam dan embung untuk kegiatan yang
menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber
air;
b) Dam dimanfaatkan untuk irigasi, pengendali air dan perikanan;
c) Pengembangan tanaman perdu dan penutup tanah atau ground cover untuk
mencegah erosi; serta
d) Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi dam, cek dam dan
embung. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung
untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi dam, cek dam
dan embung.

5) Kawasan Sekitar Mata Air


Kriteria penetapan kawasan sekitar mata air adalah perlindungan sekurang –
kurangnya dengan jari 200 meter di sekitar mata air serta upaya
penanganan/pengelolaan kawasan sekitar mata air, melalui:
a) Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi
lindung dan menyebabkan kerusakan kualiatas sumber air.
b) Mata air di Kabupaten Situbondo + 64 Titik, dimana sebagian tersebar
dikawasan pemukiman, sehingga kemungkinan akan terjadi pencemaran

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-25


LAPORAN AKHIR

terhadap mata air. Upaya perlindungan mata air tersebut dilakukan dengan
pembatasan kegiatan sekitarnya, adapun sebaran mata air di Kabupaten
Situbondo adalah :
 Kecamatan Jatibanteng 11 Titik.
 Kecamatan Banyuglugur 5 Titik.
 Kecamatan Suboh 5 Titik.
 Kecamatan Mlandingan 5 Titik.
 Kecamatan Bungatan 2 Titik.
 Kecamatan Kendit 8 Titik.
 Kecamatan Arjasa 8 Titik.
 Kecamatan Jangkar 4 Titik.
 Kecamatan Asembagus 3 Titik.
 Kecamatan Sumber Malang 13 Titik.
c) Untuk melindungi mata air tersebut dengan melakukan pembatasan kegiatan
disekitarnya, dengan menetapkan sempadan kawasan mata air minimum
berjari-jari 200 m.
d) Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau
irigasi;
e) Pengelolaan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah/
ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta
f) Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air.
6) Kawasan Pantai Berhutan Bakau
a) Kawasan pantai berhutan bakau yang jaraknya dari garis air surut terendah ke
arah darat sebesar 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan. Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Situbondo
berada sepanjang pantai di Kecamatan Banyuglugur, Besuki, Suboh,
Mlandingan, Bungatan, Kendit, Panarukan, Kapongan, Mangaran, Arjasa,
Jangkar, Asembagus dan kekuatan ikatan tanah terutama pada daerah aliran
air
b) Menambah dan memperbaiki plengsengan/ penahan yang rusak.
c) Memperketat pemberian ijin bangunan dan pengontrolan penggunaan tanah.
7) Taman Nasional.

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-26


LAPORAN AKHIR

Upaya penanganan/pengelolaan Taman Nasional Baluran, melalui:


a) Melindungi Taman Nasional Baluran yang ada dengan pengelolaan yang
intensif.
b) Taman Nasional Baluran ditetapkan sebagai kawasan perlindungan satwa,
terutama satwa banteng.
c) Pembatasan pambangunan disekitar Taman Nasional Baluran, yang tidak ada
hubungannya/ tidak mendukung perkembangan taman wisata alam, agar dari
taman wisata alam tidak hilang.
d) Perlindungan terhadap Taman Nasional Baluran dilakukan untuk
pengembangan pendidikan terhadap satwa dan fauna tertentu, peningkatan
kualitas lingkungan bagi wilayah sekitarnya serta perlindungan lingkungan dari
pencemaran; serta
e) Upaya penanganan/pengelolaan kawasan Taman Nasional Baluran adalah
mengingat fungsinya sebagai kawasan hutan lindung, maka keberadaannya
dilindungi.
8) Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Upaya pengelolaan kawasan budaya yang ada di Kabupaten Situbondo adalah
dengan dilakukan batasan yang jelas terhadap pemanfaatannya guna mendukung
fungsi wisatanya serta dengan tetap mengendalikan kegiatan permukiman pada
kawasan tersebut sesuai dengan fungsinya, sehingga fungsi lindungnya tidak
terganggu.
9) Kawasan Rawan Bencana Alam
a) Kawasan Rawan Tanah Longsor
Upaya penanganan/pengelolaan kawasan rawan longsor, meliputi:
 Pengembalian fungsi lindung khususnya hutan atau kawasan yang
mendukung perlindungan seperti perkebunan tanaman keras dan
memiliki kerapatan tanaman yang tinggi;
 Mengingat di daerah banyak alih fungsi lahan lindung yang memiliki
kemampuan mendukung perlindungan kawasan maka diperlukan
pengelolaan bersama antara pemerintah atau PTP dengan masyarakat
baik dalam mengelola hutan maupun perkebunan. Selanjutnya dilakukan
pemilihan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari sisi hasil

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-27


LAPORAN AKHIR

buah seperti durian, kopi; bunga seperti cengkeh, dan getahnya seperti
karet dan pinus; serta
 Selanjutnya pada daearah aliran sungai yang umumnya memiliki kontur
tajam atau terjal juga merupakan kawasan yang mudah terkena longsor.
Untuk ini diperlukan pengelolaan DAS dengan membuat terasering
dan penanaman tanaman keras produktif bersama masyarakat. Mengingat
kawasan sepanjang das ini sekaligus merupakan kawasan penyangga untuk
mencegah pendangkalan waduk yang disebabkan oleh longsor dan erosi,
maka upaya penamanam vegetasi yang berkayu dengan tegakan tinggi juga
haruis diikuti oleh pengembangan tutupan tanah atau ground cover yang
juga memiliki fungsi ekonomi seperti rumput gajah yang dapat digunakan
untuk pakan ternak.
b) Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Kawasan Rawan Banjir
Upaya penanganan/pengelolaan daerah rawan ombak besar, meliputi:
 Penanaman hutan bakau pada kawasan yang potensial;
 Pengembangan fungsi lindung pada kawasan sepanjang sempadan pantai;
 Pembatasan kegiatan perkotaan dan perdesaan dan kegiatan masyarakat
pada kawasan yang datar dan berdekatan dengan pantai, yang mempunyai
resiko terkena ombak besar;
 Pada kawasan yang terletak atau berdekatan dengan pantai
dikembangkan dengan kaidah tata bangunan yang bisa meredam dan
mengarahkan tata air jika terjadi tsunami. Kawasan permukiman ini juga
harus dilengkapi dengan kawasan untuk evakuasi dalam waktu singkat;
 Pembangunan fisik dan orientasi bangunan yang perlu
mempertimbangkan besarnya kekuatan angin.
2.2.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
1) Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi
Upaya pengelolaan kawasan hutan produksi meliputi :
a) Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan
memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;
b) Peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan
pengelolaan hutan bersama rakyat (PHBM) dan hutan rakyat (di luar kawasan
hutan);

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-28


LAPORAN AKHIR

c) Pengembangan dan diversifikasi penamanam jenis hutan sehingga


memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah;
d) Peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang
gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam; serta
meningkatkan perwujudan hutan kota.
2) Kawasan Peruntukkan Pertanian
a) Peruntukkan Pertanian Lahan Basah
Kawasan pertanian untuk tanaman pangan merupakan kawasan yang
memberikan kontribusi terbesar ditinjau dari sektor pertanian. Tanaman
pangan yang mendominasi seluruh Kabupaten Situbondo, antara lain padi,
jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan kedele. Pada dasarnya
persebaran produksi tanaman pangan di Kabupaten Situbondo tersebar
secara merata di seluruh wilayah, berdasarkan analisa tingkat pertumbuhan
tanaman pangan, maka yang paling menonjol adalah jagung dan kedele,
sedangkan pertumbuhan yang mengalami penurunan adalah padi, ubi kayu,
kacang tanah dan kacang hijau. Besarnya tingkat penurunan produksi adalah
sebagai berikut, produksi padi sawah menurun sebesar 8.09 persen, padi
gogo menurun 26,20 persen, kacang tanah menurun 61,66 persen, ubi kayu
hanya turun 6,27 persen, kacang hijau menurun sebesar 25,29 Perencanaan
pengembangan sawah untuk tanaman pangan padi berdasarkan kesesuaian
lahan dan sumberdaya manusianya adalah seluas 31.491 hektar berada di
Kecamatan Kapongan, Panarukan, Panji, Jangkar, Mangaran, Arjasa, Besuki,
Suboh, Kendit, Asembagus, Situbondo, Jatibanteng dan Sumbermalang. Skala
prioritas daerah sentra tanaman pangan padi adalah Kapongan, Panarukan,
Panji, dan Arjasa. Rencana Pengelolaan tanaman pangan padi gogo adalah
Sumbermalang, Jatibanteng, Bungatan dan Mlandingan
Beberapa jaringan irigasi yang tetap di rencanakan sebagai jaringan Irigasi yang
memiliki baku sawah lebih dari 500 ha adalah :
 Jaringan Irigasi Sampean Lama Luas areal 10,348 ha, meliputi Kecamatan :
 Kecamatan Panarukan.
 Kecamatan Situbondo.
 Kecamatan Kapongan.
 Kecamatan Mangaran.

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-29


LAPORAN AKHIR

 Kecamatan Panji.
 Kecamatan Kendit.
 Jaringan irigasi Sampean Baru Luas areal 5,114 ha, meliputi Kecamatan :
 Kecamatan Kapongan.
 Kecamatan Panji.
 Kecamatan Arjasa.
 Kecamatan Jangkar.
 Kecamatan Asembagus.
 Kecamatan Banyuputih.
 Jaringan Irigasi Banyuputih dengan Luas areal 3,730 ha, meliputi
Kecamatan :
 Kecamatan Banyuputih.
 Kecamatan Asembagus.
 Kecamatan Jangkar.
 Jaringan Irigasi Nangger dengan Luas areal 2,433 ha, meliputi Kecamatan
:
 Kecamatan Suboh.
 Kecamatan Mlandingan.
 Kecamatan Bungatan.
 Jaringan Irigasi Bayeman Luas areal 788 ha, meliputi Kecamatan :
 Kecamatan Arjasa.
 Jaringan Irigasi Dawuhan dengan Luas areal 903 ha, meliputi Kecamatan :
 Kecamatan Suboh.
 Kecamatan Besuki.
 Jaringan Irigasi Nogosromo dengan Luas areal 554 ha, meliputi
Kecamatan :
 Kecamatan Jatibanteng.
 Kecamatan Besuki.
Rencana pengembangan tanaman pangan palawija, yaitu jagung berdasarkan
skala prioritas berturut-turut adalah Banyuglugur, Jatibanteng, Besuki, Suboh,
Mladingan, Bungatan, Kendit, Panarukan, Situbondo, Panji, Kapongan, Arjasa,
Jangkar, Asembagus, Mangaran, Banyuputih, dan Sumbermalang. Rencana
Pengelolaan kedele berdasarkan skala prioritas berturut-turut adalah Suboh,

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-30


LAPORAN AKHIR

Mlandingan, Besuki, Situbondo, Panarukan, Panji, Kendit, Kapongan dan


Banyuputih. Rencana Pengelolaan tanaman ubi kayu berdasarkan skala
prioritas berturut-turut adalah Jatibanteng, Arjasa, Sumbermalang,
Situbondo, Banyuglugur, Kendit, Jangkar dan Kapongan.
Langkah kebijaksanaan yang perlu dilakukan adalah peningkatan mutu
intensifikasi dengan sasaran untuk meningkatkan produksi/produktifitas serta
peningkatan luas panen. Upaya Pengelolaan antara lain :
 Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya;
 Perubahan fungsi sawah ini hanya diijinkan pada kawasan perkotaan
dengan perubahan maksimum 50 % dan sebelum dilakukan perubahan
atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah
teknis atau sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan
dialihfungsikan dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
 Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sepanjang
jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan
maksimum 20 % dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan
peningkatan irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis,
setidaknya dua kali luasan area yang akan diubah dalam pelayanan daerah
irigasi yang sama;
 Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan
pertanian tanaman pangan abadi maka tidak boleh dilakukan alih fungsi;
b) Peruntukkan Hortikultura
Komoditi tanaman hortikultura khususnya b u a h - b u a h berdasarkan kelas
kesesuaian lahan termasuk dalam kelas S1 dan bahkan S2 dengan faktor
pembatas ketersediaan air khususnya curah hujan, jumlah curah hujan yang
optimum. Selain Itu dengan lahan pertanian hortikultura di Kabupaten
Situbondo seluas 43.674 Ha, maka upaya pengelolaan kawasan tegalan
meliputi:
 Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan
memberikan tanaman tahunan yang produktif. Lahan ini diperuntukkan
untuk menunjang kehidupan secara langsung untuk rumah tangga
masyarakat sehingga memiliki penggunaan lahan campuran seperti
palawija, hortikultura maupun penunjang perkebunan dalam skala kecil;

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-31


LAPORAN AKHIR

 Dalam beberapa hal kawasan ini merupakan kawasan yang boleh


dialihfungsikan untuk kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh
sesuai dengan rencana detail tata ruang; serta
 Alih fungsi lahan tegalan menjadi kawasan terbangun diarahkan
meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan fasilitas dan
sarana masyarakat.
Tabel 2.6 Rencana Daerah Pengembangan Tanaman Hortikultura
No. Komoditi Rencana Daerah Pengembangan
1. Kelengkeng Banyuglugur, Jatibanteng, Sumbermalang, Besuki, Suboh, Mlandingan,
Bungatan, Panarukan, Situbondo, Mangaran, Panji, Kapongan, Arjasa,
Asembagus, Banyuputih
2. Jeruk Banyuglugur, Jatibanteng, Sumbermalang, Besuki, Suboh, Mlandingan,
Bungatan, Panarukan, Situbondo, Mangaran, Panji, Kapongan, Arjasa,
Asembagus, Banyuputih
3. Manggis Banyuglugur, Jatibanteng, Sumbermalang, Besuki, Suboh, Mlandingan,
Bungatan, Panarukan, Situbondo, Mangaran, Panji, Kapongan, Arjasa,
Asembagus, Banyuputih
4. Mangga Banyuglugur, Jatibanteng, Sumbermalang, Besuki, Suboh, Mlandingan,
Bungatan, Panarukan, Situbondo, Mangaran, Panji, Kapongan, Arjasa,
Asembagus, Banyuputih
5. Nangka Banyuglugur, Jatibanteng, Sumbermalang, Besuki, Suboh, Mlandingan,
Bungatan, Panarukan, Situbondo, Mangaran, Panji, Kapongan, Arjasa,
Asembagus, Banyuputih
6. Pisang Banyuglugur, Jatibanteng, Sumbermalang, Besuki, Suboh, Mlandingan,
Bungatan, Panarukan, Situbondo, Mangaran, Panji, Kapongan, Arjasa,
Asembagus, Banyuputih
7. Jambu air Banyuglugur, Jatibanteng, Sumbermalang, Besuki, Suboh, Mlandingan,
. Bungatan, Panarukan, Situbondo, Mangaran, Panji, Kapongan, Arjasa,
Asembagus, Banyuputih
8. Sawo Jatibanteng, Sumbermalang, Mlandingan, Besuki, Suboh, Mlandingan,
Bungatan, Panarukan, Situbondo, Mangaran, Panji, Kapongan, Arjasa,
Asembagus, Banyuputih
9. Anggur Arjasa, Jangkar, Asembagus, Banyuputih
10. Bawang merah Jatibanteng, Sumbermalang, Mlandingan, Besuki, Suboh, Mlandingan,
Bungatan, Kendit, Situbondo, Panji, Arjasa, Banyuputih
11. Bwang putih Jatibanteng, Sumbermalang, Mlandingan, Bungatan, Kendit, Situbondo, Panji,
Arjasa, Asembagus, Jangkar, Banyuputih
12. Kacang panjang Mlandingan, Bungatan, Kendit, Situbondo, Panji, Kapongan, Suboh,
Agasa, Jangkar, Asembagus, Banyuputih
13. Buncis Mlandingan, Bungatan, Kendit, Situbondo, Panji
14. Kentang, Terong, Suboh, Mlandingan, Agasa, Jangkar, Asembagus, Banyuputih
Tomat
Sumber: RTRW Kabupaten Situbondo
c) Kawasan Peruntukkan Perkebunan
Kawasan perkebunan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Situbondo
adalah komoditi kelapa, kopi, tebu, tembakau, kapok, kapas, asam jawa,
siwalan, cengkeh, jembu mete, pinang dan biji. Tanaman perkebunan pada
dasarnya dapat dibedakan dalam tanaman semusim (season plant) dan

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-32


LAPORAN AKHIR

tanaman tahunan (annual plant). Kawasan perkebunan yang dapat


dikembangkan di Kabupaten Situbondo seluas 20.588 hektar. Komoditi
kelapa, pinang, tebu, kopi robusta, kopi arabika, dan cengkeh berada di
Kecamatan: Jatibanteng, Sumbermalang, Besuki, Suboh, Mlandingan, Bungatan,
Kendit, Situbondo, Panji, Kapongan, Arjasa, Asembagus dan Banyuputih.
Komoditi kapas berada di Kecamatan: Jatibanteng, Sumbermalang, Besuki,
Suboh, Mlandingan, Situbondo, Panji, Jangkar, Arjasa, Asembagus dan
Banyuputih. Komoditi jambu mente berada di Kecamatan: Jatibanteng,
Sumbermalang, Besuki, Suboh, Mlandingan, Bungatan, Panarukan, Situbondo,
Mangaran, Panji, Kapongan, Arjasa, Asembagus dan Banyuputih. Komoditi
tembakau berada di Kecamatan : Banyuglugur, Jatibanteng, Sumbermalang,
Besuki, Suboh, Mlandingan, Bungatan, Arjasa, Jangkar, Asembagus dan
Banyuputih.
d) Kawasan Peruntukkan Perikanan
 Peruntukkan Perikanan Tangkap
Produksi budidaya tambak, kolam dan penangkapan dari perairan umum,
seperti ikan lele, mujair, udang windu putih, bandeng, gurami, tombro,
nila, tawas dan lainnya mengalami kenaikan dari 322, 90 ton menjadi
539,70 ton dengan nilai produksi tahun 2004 mencapai Rp. 25,32 milyar.
 Peruntukkan Budidaya Perikanan
Peruntukan budidaya perikanan di Kabupaten Situbondo meliputi:
 Budidaya tambak di Kabupaten Situbondo terdapat di Kecamatan
Banyuputih, Jangkar, Arjasa, Kapongan, Mangaran, Panarukan,
Kendit, Bungatan, Mlandingan, Suboh, Besuki dan Banyuglugur.
 Budidaya air laut (marine culture) dan wilayah perikanan tangkap
(fishing ground) terletak di seluruh wilayah perikanan laut
Kabupaten Situbondo.
 Peruntukkan Kawasan Pengelolaan Ikan
Upaya Pengelolaan potensi sarana perekonomian perikanan dapat
diuraikan sebagai berikut:
 Memberdayakan potensi desa dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat untuk mengembangan budidaya air tawar melalui
pembuatan kolam ikan, usaha kolam pancing, penebaran benih ikan

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-33


LAPORAN AKHIR

air tawar di waduk, embung dan sungai di lokasi Kecamatan Wringin


Anom dan Jatibanteng.
 Mengembangkan kawasan marine culture untuk komoditi yang
bernilai ekonomi tinggi.
 Revitalisasi fungsi PPI sebagai sarana pendukung operasi perikanan
tangkap, pembinaan oleh Pemerintah, pengumpulan data statistik
perikanan dan menjamin harga jual produk perikanan tangkap
melalui pelayanan TPI dan KUD mina.
 Mengembangkan teknologi perikanan tangkap dan rahabilitasi
ekosistem perairan melalui pembangunan rumpon dangkal / terumbu
karang buatan, pembangunan tambatan perahu dan tempat
perlindungan ikan serta memberikan informasi lokasi potensi ikan
yang potensial / lintasan migrasi ikan.
 Meningkatkan pendapatan petani khususnya scat ikan melimpah,
melalui pembangunan Pasar Ikan Higienis, TPI dan timbangan
kompas dalam rangka refungsionalisasi TPI di Desa Semiring,
Tanjung Pecinan, Tanjung Kamal, Mangum.
 Meningkatkan produksi hasil penangkapan ikan nelayan, melalui
modifikasi alat tangkap ikan di Desa Semiring, Tanjong Pecinan,
Tanjong Kamal, Mangum dan Jangkar.
 Membantu jalannya kegiatan pelelangan, melalui pengadaan sarana
TPI dalam rangka pengingkatan status TPI tingkat propinsi di Pondok
Mimbo - Banyuputih.
 Mempermudah koordinasi dalam memanfaatkan hasil laut, melalui
Sarana Kelembagaan Sektor Perikanan dalam rangka pemberdayaan
KUD Mina, Perth dan retribusi TPI. Lokasi Besuki, Suboh,
Panarukan, Jangkar dan Banyuputih.
 Mengendalikan dan mengatur pemanfaatan potensi sumber daya
perikanan agar lebih sesuai dengan kaidah pemanfaatan sumber daya
perikanan yang berkelanjutan (sustainable fisheries/MSY) serta
prinsip keadilan melalui pengaturan jalur penangkapan ikan,
pengendalian jumlah kapal, ukuran kapal, alat tangkap yang
dipergunakan dan kuota jumlah tangkapan yang diperbolehkan.

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-34


LAPORAN AKHIR

 Melindungi kawasan konservasi dan Pemijahan Ikan


e) Kawasan Peruntukkan Pertambangan
Upaya pengelolaan kawasan pertambangan, meliputi:
 Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan
geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;
 Melakukan rehabilitasi/reklamasi kawasan bekas pertambangan;
 Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan
mengamankan tanah atas (topsoil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi
lahan bekas penambangan;
 Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran kapur
dan batubata - genting, sebab dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan;
 Pada kawasan tanjung pecinan Kecamatan Mangaran yang teridentifikasi
bahan tambang migas dan bernilai ekonomi tinggi, sementara pada bagian
lain wilayah Situbondo kawasan penambangan adalah kawasan lindung
atau kawasan budidaya sawah yang tidak boleh alih fungsi, atau kawasan
permukiman, maka eksplorasi dan/atau eksploitasi tambang harus disertai
amdal, kelayakan secara lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi terhadap
pengaruhnya dalam jangka panjang dan skala yang luas;
 Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif
dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus
disertai pengendalian yang ketat; serta
 Pemanfaatan lahan bekas tambang yang disesuaikan dengan Dokumen
Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL). Lokasi pertambangan di Kabupaten
Situbondo.
f) Kawasan Peruntukkan Industri
Upaya Pengelolaan kawasan industri, yaitu :
a) Pengembangan kawasan sentra industri sedang terutama pada kawasan
perdesaan dan perkotaan di Kecamatan Kapongan di Desa
Klampokanwetan , Desa Pelayan dan Curahcottok, Desa wonokoyo,
Desa Selereng, Desa Arjasa dan Kecamatan Mangaran Desa
Tanjungglugur.

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-35


LAPORAN AKHIR

b) Pengembangan kawasan sentra industri besar terutama pada kawasan


perdesaan dan perkotaan; di kecamatan Kapongan Desa Klampokan
wetan dan Desa Pelayan dan Kecamatan Mangaran di Desa
Tanjungpecinan
c) Pengelolaan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM; dan
d) Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan
dalam berinvestasi dan Penjelasan tentang kepastian hukum yang
menunjang investasi.
Arahan pengelolaan peruntukan industri, meliputi:
a) Penyediaan lahan untuk industri,
b) Penyediaan infrastruktur,
c) Pembuatan buffer zone, dan
d) Penyediaan perumahan dan berbagai prasarana untuk perumahan
industri.
g) Kawasan Peruntukkan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata terdiri atas peruntukan pariwisata budaya,
pariwisata alam dan pariwisata buatan.
 Peruntukkan Pariwisata Budaya
Peruntukkan pariwiata budaya di Kabupaten Situbondo, seperti : Tapak
Tilas Syekh Maulana Ishak Pecaron, Makam Raden Tjondrokusumo,
Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Kompleks Makam Bloro, Karesidenan
Besuki, Klenteng POO Tiang Biaw
 Peruntukkan Pariwisata Alam
Peruntukkan pariwiata alam di Kabupaten Situbondo, seperti : Pantai
Pasir Putih (Kec. Bungatan), Pantai Pathek (Kec. Panarukan), Pelabuhan
Kalbut Pantai Bama (Kecamatan Banyuputih), Air Terjun Setancak, Air
Terjun Tempora, Alam Desa Baderan, Puncak Rengganis
 Peruntukkan Pariwisata Buatan
Peruntukkan pariwiata buatan di Kabupaten Situbondo, seperti : Taman
Nasional Baluran, Pabrik Gula Olean, Agro Wisata Kayumas. Pemandian
Banyu Anget, TPI Pondok Mimbo, Pemandian Taman, Pelabuhan Rakyat
Besuki, Pelabuhan Jangkar
h) Kawasan Peruntukkan Permukiman

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-36


LAPORAN AKHIR

 Peruntukkan Pemukiman Perkotaan


Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi:
 Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat
menjadikan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif,
serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman;
 Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana
permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
 Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris,
dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman
rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;
 Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan
dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan
hasil. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis
Pengelolaannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan
darat, serta pengolahan hasil
 Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak
dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;
 Penyediaan permukiman selain disediakan oleh pengembang dan
masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan Kasiba/Lisiba Berdiri
Sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan Pengelolaan perumahan
secara vertikal;
 Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari
penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan
diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;
 Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui
pembentukan pusat pelayanan kecamatan; serta
 Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan
tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan
permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur,
kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan
tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian
 Peruntukkan Pemukiman Pedesaan
Pengelolaan kawasan permukiman direkomendasikan sebagai berikut :

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-37


LAPORAN AKHIR

 Pada permukiman kepadatan tinggi, dengan mengembangkan daerah


permukiman
 Pada pemukiman sedang, agar dipertahankan
 Pada permukiman rendah, dengan peningkatan daerah pemukiman,
penambahan fasilitas dari daerah pemukiman.
i) Kawasan Peruntukkan lainnya
 Kawasan Peternakan
Berdasarkan tujuan guna mengembangkan sektor petemakan di
Kabupaten , maka upaya pengelolaan komoditi peternakan adalah :
 Peningkatan produksi dan populasi ternak untuk mencapai
swasembada protein hewani dengan upaya sebagai berikut:
 Pengembangan ternak sapi di Kecamatan Jangkar;
 Pengembangan ternak unggas di Kecamatan Kapongan;
 Sentra pemotongan ternak di Kecamatan Besuki.
 Meningkatkan pendapatan petani ternak dan pemerataan
kesempatan kerja.
 Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Proporsi 30 % merupakan ukuran minimal untuk menjamin
keseimbangan ekosistem kota/kawasan perkotaan, baik keseimbangan
sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain,
yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang
diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika
kawasan perkotaan. Proporsi RTH publik seluas minimal 20 % dan privat
10 % yang disediakan dimaksudkan agar proporsi RTH minimal dapat
lebih dijamin pencapaiannya, sehingga memungkinkan pemanfaatannya
secara luas oleh masyarakat. RTH berupa hutan untuk DAS ditetapkan
sebesar 30 % dari luas DAS yang ada di Kabupaten Situbondo.
 Kawasan Khusus Pengembangan Sektor Informal
Upaya yang dilakukan untuk kawasan khusus pengembangan sektor
informal meliputi :
 Pengembangan sektor informal pada kawasan perkotaan.
 Penyediaan tempat untuk kegiatan sektor informal di kawasan
perdagangan dan jasa pada kawasan permukiman perkotaan.

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-38


LAPORAN AKHIR

 Pengelolaan Produktivitas Tanah


Upaya yang dilakukan guna peningkatan produktifitas tanah meliputi :
 Peningkatan kegiatan usaha tani melalui intensifikasi, ekstensifikasi
maupun diversifikasi, penggunaan pupuk kandang, penerapan sistem
mixed farming;
 Pengelolaan komoditi-komoditi unggulan; serta
 Pencetakan sawah baru yang disertai perbaikan saluran pada wilayah
yang rawan kekeringan.
Tabel 2.7 Rencana Luas Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Situbondo
Prosentase
Luas
No. Jenis Pemanfaatan Ruang Dari Luas Wilayah Kabupaten
(Ha)
Situbondo (%)
Kawasan Lindung
1. Kawasan Taman Nasional Baluran 229 0.14%
2. Kawasan Pantai Berhutan Bakau (Mangrove) 6.622 4.04%
3. Kawasan Hutan Lindung 6.747 4.12%
4. Obyek Wisata Alam 1.366 0.83%
Kawasan Budidaya
1. Kawasan Hutan produksi 5.759 3.51%
2. Kawasan Pertanian 75.674 46.18%
3. Kawasan Perikanan 5.213 3.18%
4. Kawasan Perkebunan 43.674 26.65%
5. Kawasan Permukiman 17.672 10.79%
6. Kawasan Peruntukan Industri 671 0.41%
7. Kawasan Militer 223 0.14%
Jumlah 163.850 100 %
Sumber : RTRW Kabupaten Situbondo

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-39


LAPORAN AKHIR

Peta 2.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Situbondo

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-40


LAPORAN AKHIR

Peta 2.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Situbondo

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-41


LAPORAN AKHIR

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 2-34

Anda mungkin juga menyukai