BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PUSKESMAS
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI
(2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Depkes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan. Menurut Ilham
Akhsanu Ridho (2008:143) Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang
bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan
dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan,
yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu
yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan
pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
2.1.2 Fungsi Puskesmas
Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), pusmesmas memiliki tiga
fungsi, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan yang berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan masyarakat
tingkat pertama. Sebagai langkah awal dari program keperawatan
kesehatan masyarakat, fungsi dan peran puskesmas bukan saja persoalan
teknis medis tetapi juga berbagai keterampilan sumber daya manusia yang
mampu mengorganisir model sosial yang ada di masyarakat, juga sebagai
lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat di wilayah terkecil dan
digunakan.
b. Bahan Dinding
Bahan dinding terdiri atas bahan untuk dinding pengisi atau
partisi, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Bahan dinding pengisi : batu bata, beton ringan, bata tela,
batako, papan kayu, kaca dengan rangka kayu/aluminium,
panel GRC dan/atau aluminium;
2) Bahan dinding partisi : papan kayu, kayu lapis, kaca, calsium
board, particle board, dan/atau gypsum-board dengan rangka
kayu kelas kuat II atau rangka lainnya, yang dicat tembok
atau bahan finishing lainnya, sesuai dengan fungsi ruang dan
klasifikasi bangunannya;
3) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan
teknis dan sesuai jenis bahan dinding yang digunakan;
4) Untuk bangunan yang telah ada komponen pracetaknya,
bahan dindingnya dapat menggunakan bahan pracetak yang
telah ada.
c. Bahan Langit-langit
Bahan langit-langit terdiri atas rangka langit-langit dan
penutup langit-langit:
1) Bahan kerangka langit-langit: digunakan bahan yang
memenuhi standar teknis, untuk penutup langit-langit kayu
lapis atau yang setara, digunakan rangka kayu klas kuat II
dengan ukuran minimum:
• 4/6 cm untuk balok pembagi dan balok penggantung;
• 6/12 cm untuk balok rangka utama; dan
• 5/10 cm untuk balok tepi;
• Besi hollow atau metal furring 40 mm x 40 mm dan 40 mm x
20 mm lengkap dengan besi penggantung Ø 8 mm dan
pengikatnya.
Untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakan
kerangka aluminium yang bentuk dan ukurannya disesuaikan
dengan kebutuhan;
2) Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, aluminium, akustik,
gypsum, atau sejenis yang disesuaikan dengan fungsi dan
klasifikasi bangunannya;
3) Lapisan finishing yang digunakan harus memenuhi
persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup
yang digunakan.
d. Bahan Penutup Atap
1) Bahan penutup atap bangunan gedung harus memenuhi
ketentuan yang diatur dalam SNI yang berlaku tentang bahan
penutup atap, baik berupa atap beton, genteng metal,
fibrecement, calcium board, sirap, seng, aluminium, maupun
asbes/asbes gelombang. Untuk penutup atap dari bahan beton
harus diberikan lapisan kedap air (water proofing).
Penggunaan bahan penutup atap disesuaikan dengan fungsi
dan klasifikasi bangunan serta kondisi daerahnya;
2) Bahan kerangka penutup atap: digunakan bahan yang
memenuhi Standar Nasional Indonesia. Untuk penutup atap
genteng digunakan rangka kayu kelas kuat II dengan ukuran:
• 2/3 cm untuk reng atau 3/4 cm untuk reng genteng beton;
• 4/6 cm atau 5/7 cm untuk kaso, dengan jarak antar kaso
disesuaikan ukuran penampang kaso.
3) Bahan kerangka penutup atap non kayu:
• Gording baja profil C, dengan ukuran minimal 125 x50 x 20
x 3,2;
• Kuda-kuda baja profil WF, dengan ukuran minimal 250 x150
x 8 x 7;
• Baja ringan (light steel);
• Beton plat tebal minimum 12 cm.
e. Bahan Kosen dan Daun Pintu/Jendela
Bahan kosen dan daun pintu/jendela mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
1) Umum
h. Kondisi Lainnya
Puskesmas tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
2.4.2 Persyaratan Bangunan Puskesmas
A. Arsitektur Bangunan
1. Tata Ruang Bangunan
• Rancangan tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan.
• Bangunan harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota dan/Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) yang bersangkutan.
• Tata ruang Puskesmas mengikuti Peraturan Tata Ruang Daerah:
1) Ditetapkan nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal
untuk Puskesmas adalah 60%.
2) Ditetapkan nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal
untuk Puskesmas adalah 1,8.
3) Ditetapkan nilai Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimal untuk
Puskesmas adalah 15%.
4) Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sempadan Pagar
(GSP).
2. Desain
• Tata letak ruang pelayanan pada bangunan Puskesmas harus diatur
dengan memperhatikan zona Puskesmas sebagai bangunan fasilitas
pelayanan kesehatan.
• Tata letak ruangan diatur dan dikelompokkan dengan
memperhatikan zona infeksius dan non infeksius.
• Zona berdasarkan privasi kegiatan:
1) area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan
lingkungan luar Puskesmas, misalnya ruang pendaftaran.
2) area semi publik, yaitu area yang tidak berhubungan langsung
dengan lingkungan luar Puskesmas, umumnya merupakan area
B. Ruang
Jumlah dan jenis ruang di Puskesmas ditentukan melalui analisis
kebutuhan ruang berdasarkan pelayanan yang diselenggarakan dan
ketersediaan sumber daya. Tabel dibawah ini menunjukkan program
ruang minimal pada puskesmas, sebagai berikut :
1. Puskesmas Non Rawat Inap
Tabel 2.1 program ruang minimal pada puskesmas non rawat inap
Ruang Kantor
1 Ruangan Administrasi Kantor
2 Ruangan Kepala Puskesmas
Dapat digunakan untuk
kegiatan lain dalam
3 Ruangan Rapat mendukung pelayanan
kesehatan (ruang
multifungsi).
Ruang Pelayanan
Ruangan pendaftaran dan rekam
4
medik
5 Ruangan tunggu
6 Ruangan pemeriksaan umum
Ruang tindakan juga
7 Ruangan tindakan digunakan untuk pelayanan
gawat darurat.
8 Ruangan KIA, KB dan imunisasi
9 Ruangan kesehatan gigi dan mulut
10 Ruangan ASI
Dapat dipergunakan untuk
11 Ruangan promosi kesehatan
konsultasi dan konseling.
‐ Sesuai dengan Standar
Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
‐ Ruang penerimaan resep
dapat digabungkan dengan
12 Ruang farmasi
ruang penyerahan obat
dan dirancang agar tenaga
kefarmasian dapat
bertatap muka dengan
pasien.
13 Ruangan persalinan
Ruang Kantor
1 Ruangan Administrasi Kantor
2 Ruangan Kepala Puskesmas
Dapat digunakan untuk
kegiatan lain dalam
3 Ruangan Rapat mendukung pelayanan
kesehatan (ruang
multifungsi).
Ruang Pelayanan
Ruangan pendaftaran dan rekam
4
medik
5 Ruangan tunggu
C.
2.4.3
2.5