Disusun Oleh :
RISKA NUR FATMAWATI
Pembimbing :
dr.MEITY
2
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA & KB
d. Perbaikan gizi
e. Pemberantasan penyakit menular
f. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik
(laboratorium dan farmasi).2
g. Pelayanan gawat darurat di ruang tindakan.merupakan pelayanan yang
dapat memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau
kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah
terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat
ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat
menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari
maupun dalam keadaaan bencana.
Ruang tindakan adalah unit pelayanan di Puskesmas Kamonji yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian
dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
3
Batas wilayah:
Sebelah Utara berbatasan dengan teluk Palu.
Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Palu.
Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Nunu, Boyaoge dan
Balaroa.
Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Donggala Kodi dan
Kelurahan Tipo Balaroa
4
Tabel. 2. Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin,
Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Tahun 2017
MISI
5
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;
1. Sebagai bahan pembelajaran dalam manajemen pengelolaan Puskesmas
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat
3. Untuk mengetahui manajemen ruang tindakan di Puskesmas Kamonji
4. Untuk mengetahui kelengkapan sarana prasarana dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan
5. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
kemauan dan kemampuan melayani diri dan masyarakat untuk
hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bersifat publik (public goods) dengan tujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
4. Sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bersifat individual (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan tanpa
mengabaikan pemeliharaan dan pencegahan penyakit.2
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama sebagaimana
dimaksud dilaksanakan dalam bentuk:
a. Rawat jalan;
b. Pelayanan gawat darurat;
c. Pelayanan satu hari (one day care);
d. Home care; dan/atau
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
kesehatan.4
8
4. Hak dan kewajiban penyedia layanan
9
Jenis upaya kesehatan wajib adalah untuk setiap
Puskesmas sama yakni program Promosi Kesehatan,
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengobatan.
b. Perencanaa Upaya Kesehatan Pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar
upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada, atau upaya
inovasi yang dikembangkan sendiri. Langkah-langkah
perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan
oleh Puskesmas mencakup sebagai berikut : (1) identifikasi
upaya kesehatan pengembangan, (2) menyususn usulan
kegiatan, (3) mengajukan usulan kegiatan, (4) menyusun
rencana pelaksanaan kegiatan.
2) Pelaksanaan dan Pengendalian
Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses
penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap
penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana
tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya
kesehatan pengembangan , dalam mengatasi masalah kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan
pengendalian adalah sebagai berikut : (1) pengorganisasian, (2)
penyelenggaraan, (3) pemantauan , (4) penilaian.
3) Pengawasan dan Pertanggung jawaban
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses
memperoleh suatu kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan
dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan
peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang
berlaku.
4) Penerapan Manajemen Puskesmas
10
Menurut Muninjaya, untuk dapat melaksanakan usaha
pokok Puskesmas secara efisien, efektif, produktif, dan
berkualitas, pimpinan Puskesmas harus memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Manajemen bermanfaat
untuk membantu pimpinan dan pelaksana program agar kegiatan
program Puskesmas dilaksanakan secara efektif dan efisien.
11
tindakan di puskesmas sebatas melayani pasien dengan kasus-kasus
terbatas di penyedia pelayanan klinik tingkat pertama, tetapi
pelayanannya menjadi sangat penting karena merupakan pintu
gerbang paling awal dalam menangani pasien di daerah yang
terpencil dan aksesnya jauh dari rumah sakit. Pada PERMENKES
NO.75 tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat juga
mengatur mengenai ruang pelayanan Puskesmas non-rawat inap
yaitu ruang tindakan juga digunakan untuk pelayanan gawat
darurat.4,5
Pasal 32 Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun
2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa dalam keadaan darurat,
sebuah fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan mencegah kecacatan terlebih dahulu. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan itu harus tersedia peralatan medis
dan non-medis yang lengkap dan memadai sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan dan memenuhi standar mutu, keamanan,
dan keselamatan serta memiliki izin edar sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Sistem penanggulangan penderita gawat darurat bertujuan untuk
tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan
terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan
gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat
darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang
harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
kematian atau cacat yang mungkin terjadi.4
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan
meliputi:
1. Penanggulangan penderita di tempat kejadian
2. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian
kesarana kesehatan yang lebihmemadai.
12
3. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang
kegiatan penanggulangan penderitagawat darurat.
4. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli
5. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat
rujukan (Unit Gawat Darurat dan ICU).
6. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
LANDASAN HUKUM
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015
tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 Tahun 2018
tentang pelayanan Kegawatdaruratan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02./MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik
Klinis Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
13
d) Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropicum, TBC kulit, dan
sebagainya.
14
Pasien kategori triase HIJAU diberikan pelayanan sesuai dengan
rawat jalan atau bila memungkinkan dapat dipulangkan
Pasien kategori triase HITAM jika sudah dinyatakan meninggal
dikembalikan kepada keluarga pasien
Petugas mencatat hasil pemeriksaan dan tindakan yang telah
dilakukan di rekam medik pasien
15
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda
asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik
maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian :
a) Waktu perjalanan (travelling/transport time);
b) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain.
b. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/ dialami sebagai akibat
kecelakaan.
c. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Input
Luas ruangan ruang tindakan Puskesmas kamonji ± 4x5m berada di dalam
gedung Puskesmas. Tempatnya berada disebelah kanan poli dewasa.
Jumlah tempat tidur 1 buah, 1 buah meja dokter/perawat, 1 buah lampu
tindakan, 1 buah autoclaft, 3 buah alat minor set, 1 buah lemari peralatan,
1 buah alat tensimeter Alat dan bahan.Glukosa 2 % 2 buah,Lidokain,APD
16
: Masker dan sarung tangan.Alat sterilisasi,Lampu,Tiang infus,Spoit dan
kassa,Povidone iodine, dan Alat bedah minor.
. Berdasarkan kondisi yang ada, terdapat beberapa kekurangan yaitu
kurang lengkapnya obat-obat yang sering digunakan pada kasus kegawat
daruratan dan tidak terdapat alat Bantuan Hidup Dasar sehingga penanganan
kegawat daruratan pada ruang tindakan Puskesmas Kamonji juga menjadi
kendala. Pengolahan sampah pada puskesmas ini sudah cukup baik di mana
terdapat tempat sampah khusus jarum, sampah infeksius dan non-infeksius,
terdapat area cuci tangan.
17
18
Berdasarkan PERMENKES NO.75 tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat juga mengatur mengenai ruang pelayanan Puskesmas non-rawat
inap yaitu ruang tindakan juga digunakan untuk pelayanan gawat darurat.4
Pada pasal 32 Undang-Undang tentang kesehatan Republik Indonesia No 36
tahun 2009 menyebutkan bahwa jika dalam keadaan gawat darurat, maka
fasilitas pelayanan kesehatan, entah itu milik pemerintah atau swasta, wajib
melakukan pelayanan kesehatan guna usaha menyelamatkan nyawa pasien
dan pencegahan perburukan penyakit hingga kecacatan. Disinilah peran
penting ilmu manajemen fasilitas di ruang tindakan puskesmas non rawat
19
inap untuk mengantisipasi adanya kasus kegawatan yang tidak bisa
diprediksi.
Menjaga standar kualitas pelayanan dan menjamin kualitas yang
diberikan adalah yang terbaik dengan mempertimbangkan hal diatas. Menurut
Soekanto tahun 2007, manajemen ruang, tata kelola, SDM dan prosedur
pelayanan yang baik di puskesmas diharapkan akan mendapat mutu
pelayanan yang baik. Maka setidaknya sebagai unit pelayanan kesehatan,
puskesmas harus memperhatikan:
1. Peralatan, Sarana dan Prasarana
2. Sumber daya manusia
3. Administrasi dan Manajemen
Puskesmas Kawatuna memiliki 3 tenaga dokter umum yang bertugas di
polik umum dan juga merangkap sebagai dokter di ruang tindakan. Tenaga
kesehatan di ruang tindakan berjumlah 3 orang dan merupakan pegawai tetap.
Tetapi kendala yang terjadi bahwa seluruh tenaga kesehatan di ruang tindakan
merupakan pegawai yang merangkap di pelayanan Puskesmas. Selain pada
jam dinas, pelayanan di ruang tindakan di Puskesmas Kamonji juga dibuka
Seluruh tenaga kesehatan tersebut telah memiliki sertifikat PPGD
(Penanggulangan Penderita Gawat Darurat). Hal ini telah sesuai teori yang
mana pemerintah menyarankan agar tenaga kesehatan yang bertugas di ruang
tindakan telah mendapatkan sertifikat PPGD/ATLS3
Sumber pembiayaan dan pengadaan alat bahan pada kegiatan di ruang
tindakan Puskesmas Kamonji berasal dari bantuan Dinas Kesehatan Kota
Palu. Cara pasien melakukan pembayaran tindakan yang dilakukan di
ruangan ini yaitu menggunakan BPJS/JAMKESMAS atau membayar sesuai
harga tindakan yang telah di tetapkan UPTD Puskesmas bagi pasien umum
pada jam dinas tetapi di luar jam dinas semua pelayanan kesehatan gratis.
20
3.2 Proses
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program ini, ruang
tindakan Puskesmas Kamonji menggunakan model manajemen yang
sederhana yaitu meliputi 3 fungsi: perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Model manajemen ini biasa disebut juga model PIE. Perencanaan dilakukan
diakhir tahun dengan pengadaan rapat perencanaan kegiatan yang akan
dilakukan selama setahun yang tertuang dalam bentuk Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA). Untuk implementasinya sangat di perlukan kerja sama dari
tenaga kesehatan yang bertugas dan ketersediaan alat dan bahan yang di
perlukan. Evaluasi juga dilakukan sama pada saat dilakukannya evaluasi
program lainnya, namun dari ruang tindakan sendiri biasa melakukan evaluasi
kerja per triwulan atau setiap 3 bulan.
3.3 Output
Pelayanan yang diberikan pada ruang tindakan di Puskesmas Kamonji
masih berupa perawatan luka, penanganan awal kecelakaan, debridement
luka, penanganan luka gigitan anjing, aff hecting, penanganan syok,
sirkumsisi, eksisi soft tissue tumor, rujukan pasien emergency dan non
emergency, penanganan pasien dengan penyakit infeksi. Adapun pelaksanaan
kegiatan di ruang tindakan Puskesmas Kamonji belum berlangsung dengan
baik hal tersebut dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dan sarana
maupun prasarana yang dibutuhkan sehingga menghambat pelayanan yang
ada di ruang tindakan Puskesmas Kamonji. Adapun pelaksanaan kegiatan di
ruang tindakan Puskesmas Kamonji mengacu pada SOP (standar operasional)
yang telah ditetapkan oleh kepala UPTD Puskesmas. Sebagian besar kegiatan
diatas telah dilakukan sesuai dengan protab SOP, namun pada pelaksanaan
kegiatan penyimpanan obat emergency belum sesuai dengan peraturan
PERMENKES N0.30 tahun 2014 yaitu menyimpan obat pada lemari
penyimpanan sesuai dengan jenis obat, stabilitas, mudah/tidaknya meledak,
narkotik/psikotropika, obat penanganan syok yang disimpan dalam lemari
khusus dan mengontrol ketersediaan obat dengan kartu stok yang ada.
21
Kurangnya alat dan bahan yang tersedia di ruangan tindakan,Kurangnya
SDM petugas ruang tindakan,Tidak adanya SOP mengenai Sterilisasi,Tempat
penyimpanan alat dan bahan yang tidak teratur Ketidaktersediaan obat
emergency dalam ruang tindakan, hal ini dapat menyebabkan terhambatnya
penanggulangan penderita di tempat kejadian.
Keterbatasan sarana prasarana, alat bahan, dan tenaga kesehatan
merupakan beberapa hambatan yang masih dapat ditemukan di bagian ruang
tindakan Puskesmas Kamonji. Adapun alur permintaan alat bahan dari ruang
tindakan ke Dinas Kesehatan Kota Palu yaitu bagian ruang tindakan membuat
laporan dan mendata alat dan bahan yang belum tersedia/habis yang
dilakukan pada setiap triwulan, kemudian permintaan dimasukkan ke bagian
tata usaha dan akan diteruskan pihak Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota
Palu untuk dilakukan pengadaan. Berdasarkan PERMENKES NO.75 tahun
2004 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskeswas wajib melaksanakan
pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam bentuk fasilitasi,
konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan guna
meningkatkan mutu pelayanan, namun keterbatasan dana menjadi salah satu
hambatan upaya pembinaan sumberdaya yang dimiliki Puskesmas.4
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada laporan manajemen ini, beberapa hal yang dapat disimpulkan
diantaranya:
1. Masalah yang ditemui dalam pelayanan di ruang tindakan yang
dilaksanakan Puskesmas kamonji adalah Kurangnya alat dan bahan yang
tersedia di ruangan tindakan,Kurangnya SDM petugas ruang
tindakan,Tidak adanya SOP mengenai Sterilisasi,Tempat penyimpanan
alat dan bahan yang tidak teratur , yaitu kendala ketersediaan alat, bahan,
sarana dan prasarana berupa tempat penyimpanan obat-obatan emergency
di ruang tindakan.
2. Serta jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai yang dapat
berdampak pada kurang maksimalnya penanganan pasien.
4.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24