Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN MANAJEMEN MEI 2019

MANAJEMEN RUANG TINDAKAN


PUSKESMAS KAMONJI

Disusun Oleh :
RISKA NUR FATMAWATI
Pembimbing :
dr.MEITY

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana
teknik Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan Pembangunan kesehatan suatu atau sebagian wilayah
kecamatan. Dan Puskesmas sebagai unit organisasi fungsional dibidang
kesehatan dasar yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan,
membina peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar secara
menyeluruh dan terpadu.1
Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan
yang optimal, tampa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Pengelolaan Puskesmas biasanya berada dibawah Dinas Kesehtan
Kabupaten dan Kota. Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan di tingkat
kecamatan dan merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Upaya pelayanan yang diselenggarakan
adalah:2
a. Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif
pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
b. Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan
pendekatan individu dan keluarga melalui upaya perawatan yang
tujuannya untuk menyembuhkan penyakit untuk kondisi tertentu.
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program
Puskesmas merupakan program kesehatan dasar yang dikemas dalam “basic
six” meliputi:
a. Promosi kesehatan

2
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA & KB
d. Perbaikan gizi
e. Pemberantasan penyakit menular
f. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik
(laboratorium dan farmasi).2
g. Pelayanan gawat darurat di ruang tindakan.merupakan pelayanan yang
dapat memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau
kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah
terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat
ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat
menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari
maupun dalam keadaaan bencana.
Ruang tindakan adalah unit pelayanan di Puskesmas Kamonji yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian
dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.

1.2. Gambaran Umum Puskesmas KAMONJI

3
Batas wilayah:
 Sebelah Utara berbatasan dengan teluk Palu.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Palu.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Nunu, Boyaoge dan
Balaroa.
 Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Donggala Kodi dan
Kelurahan Tipo Balaroa

4
Tabel. 2. Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin,
Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Tahun 2017

1.3. Visi dan Misi


VISI

Menjadi Puskesmas Terbaik dalam Mewujudkan Kecamatan Berbudaya


Sehat

MISI

 Penguatan jaringan pelayanan kerjasama lintas program dan lintas sektor


 Mengoptimalkan upaya kesehatan masyarakat dan kesehatan perorangan
melalui pencapaian standar pelayanan dan indikator kinerja
 Menjamin mutu pelayanan melalui prubahan budaya dan perilaku petugas

5
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;
1. Sebagai bahan pembelajaran dalam manajemen pengelolaan Puskesmas
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat
3. Untuk mengetahui manajemen ruang tindakan di Puskesmas Kamonji
4. Untuk mengetahui kelengkapan sarana prasarana dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan
5. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Puskesmas


2.1.1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang secara
profesional melakukan upaya pelayanan kesehatan pokok yang
menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk dapat
memberikan pelayanan secara aktif untuk dapat memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya.3
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian
dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan
pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-
rata 30.000 penduduk. Untuk perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan
kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas Keliling.2,4

2.1.2. Fungsi Puskesmas


1. Sebagai pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan
Puskesmas sebagai kepanjangan tangan pelaksana tugas
operasional dinas kesehatan kabupaten/ kota menjamin bahwa
kebijakan yang ditetapkan kabupaten/kota dapat terlaksana.
2. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
melakukan upaya penggerakkan dan peningkatan kapasitas agar
individu, kelompok dan masyarakat memiliki kesadaran,

7
kemauan dan kemampuan melayani diri dan masyarakat untuk
hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bersifat publik (public goods) dengan tujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
4. Sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bersifat individual (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan tanpa
mengabaikan pemeliharaan dan pencegahan penyakit.2
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama sebagaimana
dimaksud dilaksanakan dalam bentuk:
a. Rawat jalan;
b. Pelayanan gawat darurat;
c. Pelayanan satu hari (one day care);
d. Home care; dan/atau
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
kesehatan.4

2.2. Manajemen Puskesmas


2.2.1. Pengertian Manajemen Puskesmas
Manajemen puskesmas adalah proses rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematik di Puskesmas untuk menghasilkan
keluaran yang efektif dan efisien untuk semua pekerjaan kegiatan.
Beberapa kegiatan Manajemen di Puskesmas rawat jalan meliputi:3
1. Jenis pelayanan
2. Pendelegasian pengobatan dasar
3. Hak dan kewajiban pasien

8
4. Hak dan kewajiban penyedia layanan

Tujuan manajemen ini adalah untuk melaksanakan fungsi


Puskesmas, salah satu diantaranya yaitu sebagai pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer. Dalam melaksanankan fungsinya
tersebut, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama
yang menjadi tanggung jawab Puskesmas adalah pelayanan yang
bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan
penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Untuk melaksanakan kegiatan ini dibentuklah uraian tugas.
Uraian tugas adalah pernyataan tertulis untuk setiap tingkat jabatan
dalam unit kerja yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab dan
kualitas yang dibutuhkan. Uraian tugas merupakan dasar utama
untuk dapat memahami dengan tepat tugas dan tanggung jawab serta
akuntabilitas setiap petugas di Puskesmas dalam melaksanakan peran
dan fungsinya. Setiap petugas di Puskesmas harus mempunyai uraian
tugas yang memuat tangungg jawab, wewenang dan hubungan kerja
antar sesama petugas. Uraian tugas dibuat dan dipantau pelaksanaan
tugasnya oleh Kepala Puskesmas.3

2.2.2. Fungsi Manajemen Puskesmas


1) Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan
Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas. Rencana tahunan dibedakan atas dua macam,
pertama rencana tahunan upaya kesehatan wajib dan rencana
tahunan upaya kesehatan pengembangan.
a. Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib

9
Jenis upaya kesehatan wajib adalah untuk setiap
Puskesmas sama yakni program Promosi Kesehatan,
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengobatan.
b. Perencanaa Upaya Kesehatan Pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar
upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada, atau upaya
inovasi yang dikembangkan sendiri. Langkah-langkah
perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan
oleh Puskesmas mencakup sebagai berikut : (1) identifikasi
upaya kesehatan pengembangan, (2) menyususn usulan
kegiatan, (3) mengajukan usulan kegiatan, (4) menyusun
rencana pelaksanaan kegiatan.
2) Pelaksanaan dan Pengendalian
Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses
penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap
penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana
tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya
kesehatan pengembangan , dalam mengatasi masalah kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan
pengendalian adalah sebagai berikut : (1) pengorganisasian, (2)
penyelenggaraan, (3) pemantauan , (4) penilaian.
3) Pengawasan dan Pertanggung jawaban
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses
memperoleh suatu kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan
dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan
peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang
berlaku.
4) Penerapan Manajemen Puskesmas

10
Menurut Muninjaya, untuk dapat melaksanakan usaha
pokok Puskesmas secara efisien, efektif, produktif, dan
berkualitas, pimpinan Puskesmas harus memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Manajemen bermanfaat
untuk membantu pimpinan dan pelaksana program agar kegiatan
program Puskesmas dilaksanakan secara efektif dan efisien.

2.2.3. Standar Keberhasilan Program Puskesmas


Secara kualitatif keberhasilan program diukur dengan
membandingkan standar prosedur kerja untuk masing-masing
kegiatan program dengan penampilan (kemampuan) staf dalam
melaksanakan kegiatan masing-masing program. Cakupan program
dapat dianalisis secara langsung oleh staf Puskesmas dengan
menganalisis data harian setap kegiatan program. Perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat (effect program) dan
dampak program (impact) seperti tingkat kematian, kesakitan
(termasuk gangguan gizi), tingkat kelahiran, dan kecacatan tidak
diukur secara langsung oleh Puskesmas. Impaca program diukur
setiap lima tahun melalui Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
atau Surkesnas (Survei Kesehatan Nasional) Depkes.3

2.3. Ruang Tindakan


2.3.1. Gambaran Umum Ruang Tindakan di Puskesmas kamonji
Ruang Tindakan Puskesmas kamonji berlokasi di gedung
utama. Ruang Tindakan terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur tindakan
bedah.
Ruang Tindakan di tingkat Puskesmas lebih sederhana daripada
di rumah sakit, baik dari kasus maupun peralatan yang tersedia.
Kasus-kasus yang ditangani di puskesmas sesuai dengan standar
kompetensi puskesmas sebagai penyedia pelayanan klinik tingkat
pertama sehingga kasus yang ditanganipun terbatas. Meski ruang

11
tindakan di puskesmas sebatas melayani pasien dengan kasus-kasus
terbatas di penyedia pelayanan klinik tingkat pertama, tetapi
pelayanannya menjadi sangat penting karena merupakan pintu
gerbang paling awal dalam menangani pasien di daerah yang
terpencil dan aksesnya jauh dari rumah sakit. Pada PERMENKES
NO.75 tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat juga
mengatur mengenai ruang pelayanan Puskesmas non-rawat inap
yaitu ruang tindakan juga digunakan untuk pelayanan gawat
darurat.4,5
Pasal 32 Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun
2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa dalam keadaan darurat,
sebuah fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan mencegah kecacatan terlebih dahulu. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan itu harus tersedia peralatan medis
dan non-medis yang lengkap dan memadai sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan dan memenuhi standar mutu, keamanan,
dan keselamatan serta memiliki izin edar sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Sistem penanggulangan penderita gawat darurat bertujuan untuk
tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan
terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan
gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat
darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang
harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
kematian atau cacat yang mungkin terjadi.4
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan
meliputi:
1. Penanggulangan penderita di tempat kejadian
2. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian
kesarana kesehatan yang lebihmemadai.

12
3. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang
kegiatan penanggulangan penderitagawat darurat.
4. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli
5. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat
rujukan (Unit Gawat Darurat dan ICU).
6. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
LANDASAN HUKUM
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015
tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 Tahun 2018
tentang pelayanan Kegawatdaruratan
 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02./MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik
Klinis Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

2.3.2. Status Kegawatan Pasien


Status kegawatan pasien Instalasi gawat Darurat terdiri dari :6
a) Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
b) Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
c) Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.

13
d) Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropicum, TBC kulit, dan
sebagainya.

2.3.3. Alur Penerimaan Ruang Tindakan Puskesmas Kamonji


 Penderita diterima petugas di ruang tindakan
 Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat secaracepat
(selintas) menentukan derajat kegawatannya.
 Petugas mencatat waktu datang pasien
 Bila jumlah penderita/korban melebihi kapasitas ruang tindakan,
maka triase dapat dilakukan di luar ruang tindakan.
 Petugas memilih pasien sesuai dengan derajat kegawatannya,
dengan memberikan label kode warna pada pasien :
 Immediate (MERAH) : Pasien cedera berat dan mengancam nyawa
yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik segera untuk
tetap hidup
 Delayed (KUNING) : Pasien dengan cedera yang kurang berat dan
dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat.
 Minor (HIJAU) : Pasien dengan cedera minor/ringan
 Morgue (HITAM) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan
tidak mungkin diresusitasi.
 Petugas memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan
petugas dan sarana puskesmas
 Pasien kategori triase MERAH dapat langsung diberikan
pengobatan di ruang tindakan, tetapi bila memerlukan tindakan
medis lebih lanjut pasien dapat dirujuk ke rumah sakit setelah
dilakukan stabilisasi pasien serta komunikasi ke fasilitas rujukan
yang menjadi tujuan rujukan
 Pasien kategori triase KUNING dilakukan observasi sambil
menunggu giliran setelah pasien kategori triase merah selesai
ditangani.

14
 Pasien kategori triase HIJAU diberikan pelayanan sesuai dengan
rawat jalan atau bila memungkinkan dapat dipulangkan
 Pasien kategori triase HITAM jika sudah dinyatakan meninggal
dikembalikan kepada keluarga pasien
 Petugas mencatat hasil pemeriksaan dan tindakan yang telah
dilakukan di rekam medik pasien

2.3.4 Kejadian Kegawatdaruratan6


a. Kecelakaan (accident)
Penanganan kegawatdaruratan intrafasilitas pelayanan
kesehatan dikategorikan berdasarkan atas kemampuan pelayanan:
a. sumber daya manusia;
b. sarana;
c. prasarana;
d. obat;
e. bahan medis habis pakai; dan
f. alat kesehatan.

suatu kejadian dimana interaksi berbagai faktor yang


datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan
cedera (fisik,mental dan sosial). Kecelakaan dan cedera dapat
diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
a) Kecelakaan lalu lintas;
b) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga;
c) Kecelakaan dilingkungan pekerjaan;
d) Kecelakaan di sekolah;
e) Kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya
tempat rekreasi, perbelanjaan, di arena olahraga, dan lain-lain.
2. Mekanisme kejadian :

15
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda
asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik
maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian :
a) Waktu perjalanan (travelling/transport time);
b) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain.
b. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/ dialami sebagai akibat
kecelakaan.
c. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Input
 Luas ruangan ruang tindakan Puskesmas kamonji ± 4x5m berada di dalam
gedung Puskesmas. Tempatnya berada disebelah kanan poli dewasa.
Jumlah tempat tidur 1 buah, 1 buah meja dokter/perawat, 1 buah lampu
tindakan, 1 buah autoclaft, 3 buah alat minor set, 1 buah lemari peralatan,
1 buah alat tensimeter Alat dan bahan.Glukosa 2 % 2 buah,Lidokain,APD

16
: Masker dan sarung tangan.Alat sterilisasi,Lampu,Tiang infus,Spoit dan
kassa,Povidone iodine, dan Alat bedah minor.
. Berdasarkan kondisi yang ada, terdapat beberapa kekurangan yaitu
kurang lengkapnya obat-obat yang sering digunakan pada kasus kegawat
daruratan dan tidak terdapat alat Bantuan Hidup Dasar sehingga penanganan
kegawat daruratan pada ruang tindakan Puskesmas Kamonji juga menjadi
kendala. Pengolahan sampah pada puskesmas ini sudah cukup baik di mana
terdapat tempat sampah khusus jarum, sampah infeksius dan non-infeksius,
terdapat area cuci tangan.

17
18
Berdasarkan PERMENKES NO.75 tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat juga mengatur mengenai ruang pelayanan Puskesmas non-rawat
inap yaitu ruang tindakan juga digunakan untuk pelayanan gawat darurat.4
Pada pasal 32 Undang-Undang tentang kesehatan Republik Indonesia No 36
tahun 2009 menyebutkan bahwa jika dalam keadaan gawat darurat, maka
fasilitas pelayanan kesehatan, entah itu milik pemerintah atau swasta, wajib
melakukan pelayanan kesehatan guna usaha menyelamatkan nyawa pasien
dan pencegahan perburukan penyakit hingga kecacatan. Disinilah peran
penting ilmu manajemen fasilitas di ruang tindakan puskesmas non rawat

19
inap untuk mengantisipasi adanya kasus kegawatan yang tidak bisa
diprediksi.
Menjaga standar kualitas pelayanan dan menjamin kualitas yang
diberikan adalah yang terbaik dengan mempertimbangkan hal diatas. Menurut
Soekanto tahun 2007, manajemen ruang, tata kelola, SDM dan prosedur
pelayanan yang baik di puskesmas diharapkan akan mendapat mutu
pelayanan yang baik. Maka setidaknya sebagai unit pelayanan kesehatan,
puskesmas harus memperhatikan:
1. Peralatan, Sarana dan Prasarana
2. Sumber daya manusia
3. Administrasi dan Manajemen
Puskesmas Kawatuna memiliki 3 tenaga dokter umum yang bertugas di
polik umum dan juga merangkap sebagai dokter di ruang tindakan. Tenaga
kesehatan di ruang tindakan berjumlah 3 orang dan merupakan pegawai tetap.
Tetapi kendala yang terjadi bahwa seluruh tenaga kesehatan di ruang tindakan
merupakan pegawai yang merangkap di pelayanan Puskesmas. Selain pada
jam dinas, pelayanan di ruang tindakan di Puskesmas Kamonji juga dibuka
Seluruh tenaga kesehatan tersebut telah memiliki sertifikat PPGD
(Penanggulangan Penderita Gawat Darurat). Hal ini telah sesuai teori yang
mana pemerintah menyarankan agar tenaga kesehatan yang bertugas di ruang
tindakan telah mendapatkan sertifikat PPGD/ATLS3
Sumber pembiayaan dan pengadaan alat bahan pada kegiatan di ruang
tindakan Puskesmas Kamonji berasal dari bantuan Dinas Kesehatan Kota
Palu. Cara pasien melakukan pembayaran tindakan yang dilakukan di
ruangan ini yaitu menggunakan BPJS/JAMKESMAS atau membayar sesuai
harga tindakan yang telah di tetapkan UPTD Puskesmas bagi pasien umum
pada jam dinas tetapi di luar jam dinas semua pelayanan kesehatan gratis.

20
3.2 Proses
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program ini, ruang
tindakan Puskesmas Kamonji menggunakan model manajemen yang
sederhana yaitu meliputi 3 fungsi: perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Model manajemen ini biasa disebut juga model PIE. Perencanaan dilakukan
diakhir tahun dengan pengadaan rapat perencanaan kegiatan yang akan
dilakukan selama setahun yang tertuang dalam bentuk Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA). Untuk implementasinya sangat di perlukan kerja sama dari
tenaga kesehatan yang bertugas dan ketersediaan alat dan bahan yang di
perlukan. Evaluasi juga dilakukan sama pada saat dilakukannya evaluasi
program lainnya, namun dari ruang tindakan sendiri biasa melakukan evaluasi
kerja per triwulan atau setiap 3 bulan.

3.3 Output
Pelayanan yang diberikan pada ruang tindakan di Puskesmas Kamonji
masih berupa perawatan luka, penanganan awal kecelakaan, debridement
luka, penanganan luka gigitan anjing, aff hecting, penanganan syok,
sirkumsisi, eksisi soft tissue tumor, rujukan pasien emergency dan non
emergency, penanganan pasien dengan penyakit infeksi. Adapun pelaksanaan
kegiatan di ruang tindakan Puskesmas Kamonji belum berlangsung dengan
baik hal tersebut dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dan sarana
maupun prasarana yang dibutuhkan sehingga menghambat pelayanan yang
ada di ruang tindakan Puskesmas Kamonji. Adapun pelaksanaan kegiatan di
ruang tindakan Puskesmas Kamonji mengacu pada SOP (standar operasional)
yang telah ditetapkan oleh kepala UPTD Puskesmas. Sebagian besar kegiatan
diatas telah dilakukan sesuai dengan protab SOP, namun pada pelaksanaan
kegiatan penyimpanan obat emergency belum sesuai dengan peraturan
PERMENKES N0.30 tahun 2014 yaitu menyimpan obat pada lemari
penyimpanan sesuai dengan jenis obat, stabilitas, mudah/tidaknya meledak,
narkotik/psikotropika, obat penanganan syok yang disimpan dalam lemari
khusus dan mengontrol ketersediaan obat dengan kartu stok yang ada.

21
Kurangnya alat dan bahan yang tersedia di ruangan tindakan,Kurangnya
SDM petugas ruang tindakan,Tidak adanya SOP mengenai Sterilisasi,Tempat
penyimpanan alat dan bahan yang tidak teratur Ketidaktersediaan obat
emergency dalam ruang tindakan, hal ini dapat menyebabkan terhambatnya
penanggulangan penderita di tempat kejadian.
Keterbatasan sarana prasarana, alat bahan, dan tenaga kesehatan
merupakan beberapa hambatan yang masih dapat ditemukan di bagian ruang
tindakan Puskesmas Kamonji. Adapun alur permintaan alat bahan dari ruang
tindakan ke Dinas Kesehatan Kota Palu yaitu bagian ruang tindakan membuat
laporan dan mendata alat dan bahan yang belum tersedia/habis yang
dilakukan pada setiap triwulan, kemudian permintaan dimasukkan ke bagian
tata usaha dan akan diteruskan pihak Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota
Palu untuk dilakukan pengadaan. Berdasarkan PERMENKES NO.75 tahun
2004 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskeswas wajib melaksanakan
pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam bentuk fasilitasi,
konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan guna
meningkatkan mutu pelayanan, namun keterbatasan dana menjadi salah satu
hambatan upaya pembinaan sumberdaya yang dimiliki Puskesmas.4

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada laporan manajemen ini, beberapa hal yang dapat disimpulkan
diantaranya:
1. Masalah yang ditemui dalam pelayanan di ruang tindakan yang
dilaksanakan Puskesmas kamonji adalah Kurangnya alat dan bahan yang
tersedia di ruangan tindakan,Kurangnya SDM petugas ruang
tindakan,Tidak adanya SOP mengenai Sterilisasi,Tempat penyimpanan
alat dan bahan yang tidak teratur , yaitu kendala ketersediaan alat, bahan,
sarana dan prasarana berupa tempat penyimpanan obat-obatan emergency
di ruang tindakan.
2. Serta jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai yang dapat
berdampak pada kurang maksimalnya penanganan pasien.

4.2 Saran

1. Sebaiknya terdapat tempat peyimpanan sendiri obat-obatan emergency di


ruang tindakan.
2. Sebaiknya pihak puskesmas dapat menambah jumlah petugas di ruang
tindakan sehingga pelayanan di ruang tindakan dapat memberikan
pelayanan yang maksimal.
3. Sebaiknya pihak puskesmas menyediakan tempat penyimpanan obat-
obatan emergency di ruang tindakan.
4.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Puskesmas kamonji 2017. Profil Puskesmas kamonji Tahun 2017.


2. Kemenkes RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan.
3. Laksono D, Sopacua E, Suharmiati. 2010. Standar Pelayanan Minimal
Kesehatan, Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan.
4. Kemenkes RI. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
5. Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika : Yogyakarta
6. Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat.

24

Anda mungkin juga menyukai