Januari 2021
Appendisitis Akut
Disusun Oleh:
dr. Riska nur fatmawati
PEMBIMBING
dr. Richard, Sp.B
2021
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB. I PENDAHULUAN...................................................................................
PATOFISIOLOGI …………………………………………………
BAB I
2
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Nn. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir / Usia : 16 Maret 2005
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : kota barat
Status Pernikahan : belum menikah
Agama : Islam
Tanggal Masuk Perawatan : 11 Desember 2020
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari SMRS.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Otanah dengan keluhan nyeri perut kanan bawah
sejak 3 hari SMRS. Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke
perut kanan bawah. Nyeri yang dirasakan tajam seperti ditusuk jarum dan
sepanjang hari. Nyeri bertambah satu hari sebelum masuk rumah
sakit,keluhan di sertai mual(+), muntah(+),2 hari SMRS pasien
mengalami demam. Pasien merasakan nyeri dengan skala 5 dari 10. Sejak
timbulnya gejala, nafsu makan pasien berkurang. Tidak ada riwayat
penurunan berat badan drastis dalam beberapa bulan terakhir. Pasien
menyangkal mengalami sulit atau nyeri saat BAK ataupun BAB.
C. Riwayat Haid
a. Menarche : 12 tahun
b. Lamanya haid : 5-7 hari
c. Siklus : teratur, 27-29 hari
d. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut/hari
e. Nyeri haid : tidak ada
f. Riwayat Penyakit Dahulu
a Riwayat Alergi : Tidak ada
3
b. Riwayat Operasi : tidak ada
g. Riwayat Pengobatan : Tidak ada
c. Riwayat
Penyakit
Keluarga:
Tidakada.
4
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
r. Abdomen
a. N. Segmen :77,2 %
b. Limfosit : 21,3 %
c. Monosit : 1,5 %
5
d. NLR : 3,6
Rapid test :
IGM: Non reaktiv
IGG : Non reactiv
J. Alvarado Score
Temuan Poin
Pasien
Perpindahan nyeri ke fossa iliaca dextra 1 1
Anoreksia 1 1
Mual atau muntah 1 1
Nyeri tekan : fossa iliaca dextra 2 2
Nyeri lepas : fossa iliaca dextra 1 1
Demam ≥36,3oC 1 0
Leukositosis ≥10 x 109 /L 2 2
Shift to the left of neutrophils 1 0
Total 10 8
6
dari apendiks ke arah basis.
f) Semua perdarahan dirawat.
n) Dinding perut ditutup lapis demi lapis, fasia dengan sutera, sub
cutis dengan cat gut dan akhirnya kulit dengan sutera.
Follow Up
Hari / tanggal 12 Follow up
/12/2020
S : Nyeri (+), pusing (-), sakit kepala (-) mual (+),
7
muntah (-), BAK (+), BAB (+)
O : KU: sakit sedang, compos mentis (E4V5M6)
TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20
x/menit,
S: 36.6 oC
A : Appedisitis acut post appendictomy
P:
- Ivfd RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12j / IV
- Ketororac 30mg /8 jam/ IV
- Ranitidin 30 mg/12 jam/IV
- Paracetamol 500 mg 3 x1 tab .p.o
8
BAB 1
PENDAHULUAN
Apendisitis merupakan kasus gawat bedah abdomen yang tersering
dan memerlukan tindakan bedah segera untuk menghindari komplikasi
yang serius. Apendisitis yang terlambat ditangani akan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas penderita. Untuk itu ketepatan diagnosa sangat
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan tindakan. Ketepatan diagnosa
tergantung dari kemampuan dokter melakukan analisis pada data
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.(1)
BAB II
9
2 .1 Anatomi
Gambar 1.
Anatomi appendiks
10
Gambar 2. Embriologi
appendiks
11
ileocolica dan yang merupakan cabang trunkus mesenterik superior. Selain
dari arteri apendikular yang memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga
terdapat kontribusi dari arteri asesorius.
Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena ileocoli berjalan ke
vena mesentrik superior dan masuk ke sirkulasi portal.
2 .2 Fisiologi Appendiks(3)
2 .3 Histologi
12
berwarna kuning muda dengan gambaran nodular, dan komponen limfoid
yang prominen. Komponen limfoid ini mengakibatkan lumen dari
appendiks seringkali berbentuk irreguler (stelata) pada potongan
melintang.
Gam
bar 5. Inflamasi Appendiks
2 .4 Epidemiologi Apendisitis
2 .5 Etiologi Apendisitis
13
akibatnya terjadi infeksi. Appendisitis akut dapat disebabkan oleh proses
radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya
hiperplasia jaringan limfa, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris
yang menyumbat.
1. Faktor sumbatan
14
pasien apendisitis yaitu :
2 .6 Klasifikasi/tipe appendisitis
1. Appendisitis akut
15
disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen
appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang
mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal,
edema, dan kemerahan. a.
2. Appendisitis infiltrat
3. Appendisitis abses
16
Terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus),
biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal,
sucaecal, dan pelvic.
4. Appendisitis perforasi
5. Appendisitis kronis
2 .7 Patofisiologi Apendisitis
17
memperberat iskemi dan edema. Pada lumen appendiks juga terdapat
bakteri, sehingga dalam keadaan tersebut suasana lumen appendiks cocok
buat bakteri untuk diapedesis dan invasi ke dinding dan membelah diri
sehingga menimbulkan infeksi dan menghasilkan pus. Stadium ini disebut
Appendisitis Akut Purulenta. (6)
Proses tersebut berlangsung terus sehingga pada suatu saat aliran darah
arteri juga terganggu, terutama bagian ante mesenterial yang mempunyai
vaskularisasi minimal, sehingga terjadi infark dan gangren, stadium ini
disebut Appendisitis Gangrenosa. Pada stadium ini sudah terjadi
mikroperforasi, karena tekanan intraluminal yang tinggi ditambah adanya
bakteri dan mikroperforasi, mendorong pus serta produk infeksi mengalir
ke rongga abdomen. Stadium ini disebut Appendisitis Akut Perforasi,
dimana menimbulkan peritonitis umum dan abses sekunder. Tapi proses
perjalanan appendisitis tidak mulus seperti tersebut di atas, karena ada
usaha tubuh untuk melokalisir tempat infeksi dengan cara “Walling Off”
oleh omentum, lengkung usus halus, caecum, colon, dan peritoneum
sehingga terjadi gumpalan massa plekmon yang melekat erat. Keadaan ini
disebut Appendisitis Infiltrate. )(6)
18
hari. (6)
19
Gambar 6 (b). Patofisiologi Appendisitis
1. Nyeri abdominal
nyeri viseraldi daerah epigastrium atau sekitar
umbilicuskarena appendix dan usus halus mempunyai
persarafan yang sama. Setelah beberapa jam (4-6 jam) nyeri
berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (titik Mc
Burney). Apabila terjadi inflamasi (>6 jam) akan terjadinyeri
somatik setempat yang berarti sudah terjadi rangsangan pada
peritoneum parietal dengan sifat nyeri yang lebih tajam,
terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun
berjalan kaki.
20
nervus vagus. Timbul beberapa jam sesudah rasa nyeri yang
timbul saat permulaan.Hampir 75% penderita disertai dengan
vomitus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan
vomitus hanya sekali atau dua kali.
5. Demam
Radang di seluruh
ketebalan dinding
21
Nyeri sentral pindah ke kanan bawah,
Apendisitis komplet
radang peritoneum Mual dan muntah.
parietale appendiks
parietale appendiks
22
a. Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis pada apendisitis didasarkan atas anamnesis
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium sarta pemeriksaan penunjang
lainnya. Gejala appendisitis ditegakkan dengan anamnesis, ada 4 hal penting
yaitu :
o Nyeri mula – mula di epigastrium ( nyeri visceral ) yang
beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan
bawah.
o Muntah oleh karena nyeri visceral
o Demam
o Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu
makan, penderita nampak sakit, menghindarkan
pergerakan pada daerah perut.
6. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
2) Auskultasi
3) Palpasi
23
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran bawah atau
titik
Mc Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
o Nyeri lepas (+)karena rangsangan peritoneum
Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa
nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di
abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba
dilepaskan, setelah sebelumnya
dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam dititik Mc
Burney.Defens muskuler(+) karena rangsangan M.Rektus
Abdominis Defens muskuler adalah nyeri tekan seluruh
lapangan abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietal.Pada appendiks letak retroperitoneal,
defans muscular mungkin tidak ada, yang ada nyeri
pinggang.
Pemeriksaan Rectal Toucher
Akan didapatkan nyeri pada jam 9-12. Pada apendisitis
pelvika akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok
dubur.
Rovsing sign
Penekanan perut kiri bawah terjadi nyeri perut kanan bawah,
karena tekanan merangsang peristaltic dan udara usus,
sehingga menggerakkan peritoneum sekitar appendix yang
meradang (somatic
pain)
Blumberg sign
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kiri
bawah atau kolateral dari yang sakit kemudian dilepaskan
tiba-tiba, akan terasa nyeri pada kuadran kanan bawah
karena iritasi peritoneal pada sisi
yang berlawanan.
Psoas sign
Dilakukan dengan rangsangan muskulus psoas. Ada 2 cara
24
memeriksa:
1. Aktif : Pasien telentang, tungkai kanan lurus ditahan
pemeriksa,
pasien memfleksikan articulation coxae kanan, psoas sign
(+) bila terasa nyeri perut kanan bawah.
2. Pasif: Pasien miring kekiri, paha kanan
dihiperekstensikan pemeriksa, psoas sign (+) bila
terasa nyeri perut kanan bawah.
- Obturator sign
Dilakukan dengan menyuruh pasien tidur telentang, lalu
dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul atau
articulation coxae. Obturator sign (+) bila terasa nyeri di
perut kanan bawah.
25
8. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
26
kemungkinan terjadinya perforasi apendiks dengan atau
tanpa abses.
3) USG
27
yang sedang hamil karena tidak mengganggu paparan
radiasi.
4) Barium enema
5) CT Scan
9. Scoring(9)
28
Semua penderita dengan suspek appendisitis akut dibuat skor
alvarado dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu : skor
<6 dan skor >6. Selanjutnya dilakukan apendiktomi, setelah
operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan apendiks
dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu :
radang akut dan bukan radang akut.
29
gastroenteritis akut
- Peradangan pelvis
- Kehamilan Ektopik
- Diverticulitis
30
- Apendikular abses : abses yang terbentuk akibat mikro atau
makro perforasi dari appendiks yang meradang kemudian
ditutupi oleh omentum, usus halus atau usus besar.
- Ileus
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah
apendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik.
Penundaan appendiktomi sambil memberikan antibiotik dapat
mengakibatkan abses atau perforasi. Insidensi appendiks normal yang
dilakukan pembedahan sekitar 20%. Pada appendisitis akut tanpa
komplikasi tidak banyak masalah. Pada apendisitis akut, abses, dan
perforasi diperlukan tindakan operasi apendiktomi cito.
Diberikan antibiotika spektrum luas dan juga untuk gram negatif dan
anaerob.
31
Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan
Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini
dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia
coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus
viridans, Klebsiella, dan Bacteroides.
1) Open Appendectomy
32
dan dinding perut dibelah menurut arah serabut otot secara tumpul,
berturut – turut M. Oblikus abdominis eksternus, M. Abdominis
internus, sampai tampak peritonium.
cc) Dinding perut ditutup lapis demi lapis, fasia dengan sutera, sub
cutis dengan cat gut dan akhirnya kulit dengan sutera.
33
Gambar 10
Teknik Appendiktomi
34
Gambar 11. Lanz transverse incision
35
peritonitis umum.
2) Laparoscopic Appendectomy
36
Gambar 14. Laparoscopic Incisions
2 .13 Komplikasi
Mortalitas adalah 0,1% jika appendisitis akut tidak pecah, dan 15% jika
pecah pada orang tua. Kematian biasanya akibat dari sepsis, emboli paru,
atau aspirasi. Prognosis membaik dengan diagnosis dini sebelum perforasi
terjadi dan dengan antibiotik yang adekuat. Morbiditas meningkat seiring
dengan perforasi dan usia tua.
37
BAB III
PEMBAHASAN
Sistem gastrointestinal merupakan suatu penyakit yang sebagian besar
penderita mencari pertolongan secara medis. Salah satu penyebab kasus rawat inap di
Amerika Serikat salah satunya yaitu apendisitis. Insiden terjadi pada apendisitis akut
di negara maju lebih tinggi dibandingan dengan negara berkembang. Insiden ini
menurun sekitar 25 tahun terakhir namun pada negara berkembang justru semakin
meningkat hal ini kemungkinan disebabkan oleh perubahan ekonomi dan pola hidup
seseorang (Lowrence, 2010). Menurut World Health Organization (WHO)
menunjukan bahwa insiden apendistis pada tahun 2014 mencapai 8 % dari populasi
penduduk dunia. Data yang dirilis kementrian kesehatan RI pada tahun 2013 jumlah
penderita apendisitis di Indonesia sebesar 591.819 orang dan meningkat pada tahun
2013 sebesar 604.438 orang. Kelompok usia antara 10-30 tahun dimana insiden laki-
laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan (Eylin, 2015). (12)
38
dan membaik saat diam. Pasien juga mengeluhkan adanya gejala
gastrointestinal berupa mual dan muntah setelah gejala nyeri muncul, hal
ini sering dijumpai pada apendisitis akibat multiplikasi bakteri yang cepat
di dalam apendiks. Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya demam
yang menggambarkan adanya infeksi yang terjadi. pada anamnesis
dipastikan pasien tidak mengeluhkan adanya pola BAB yang berubah
ataupun adanya penurunan berat badan drastis dalam beberapa bulan
terakhir. Riwayat haid juga perlu digali untuk memastikan tidak adanya
riwayat kelainan obsterik ataupun ginekologik, pada pasien ini tidak
didapatkan masalah sehingga diagnosa banding PID dapat
dikesampingkan. Selain itu pasien juga menyangkal adanya riwayat
penyakit lainnya yg diidap pasien ataupun keluarga.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak
sakit sedang dan hemodinamik stabil, namun didapatkan suhu tubuh
pasien 36,8oC dan VAS 5/10. Suhu tubuh pasien nantinya dapat
dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam Alvarado Score, sedangkan
VAS dapat mendukung keluhan nyeri perut pasien. Berdasarkan
pemeriksaan status generalis, ditemukan kelainan pada abdomen melalui
palpasi berupa : nyeri tekan dan nyeri lepas titik McBurney, Rovsing
sign, blumber sign,psoas sign dan obturator sign dan defans muskular
lokal(-). Penemuan ini mendukung adanya iritasi peritoneum parietalis
lokal yang diduga akibat peradangan apendiks. Pada pemeriksaan fisik
lainnya tidak ditemukan kelainan, termasuk pemeriksaan genitalia
sehingga diagnosa banding PID dapat disingkirkan. Tanda-tanda ini
mendukung diagnosa apendisitis akut.
Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, didapatkan
leukositosis (11.100/μL) dari pemeriksaan laboratorium. Selain itu,
didapatkan skor 8 pada Alvarado score, yang diinterpretasikan sebagai
kemungkinan besar apendisitis (skor ≥7). Alvarado score sangatlah
berguna untuk menyingkirkan diagnosa apendisitis dan memilah pasien
untuk manajemen diagnostik lanjutan.
39
Temuan Poin Pasien
Perpindahan nyeri ke fossa iliaca dextra 1 1
Anoreksia 1 1
Mual atau muntah 1 1
Nyeri tekan : fossa iliaca dextra 2 2
Nyeri lepas : fossa iliaca dextra 1 1
Demam ≥37,3 C o
1 0
Leukositosis ≥10 x 109 /L 2 2
Shift to the left of neutrophils 1 0
Total 10 8
Berdasarkan hal ini, pemeriksaan USG dilakukan untuk
memastikan diagnosa apendisitis.
40
sedikit-sedikit (50 cc) tiap jam apabila sudah ada aktifitas usus yaitu
adanya flatus dan bising usus. Bilamana dengan pemberian minum bebas
penderita tidak kembung maka pemberian makanan peroral dimulai.
Jahitan diangkat pada hari kelima sampai hari ke tujuh pasca bedah.
BAB V
KESIMPULAN
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks
vermicularis, dan merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering
terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Insiden pada laki-laki dan
perempuan umumnya seimbang, kecuali pada umur 20-30 tahun,
didapatkan insiden lebih tinggi pada laki-laki. Apendisitis disebabkan
karena adanya obstruksi pada lumen appendiks sehingga terjadi kongesti
vaskuler, iskemik, nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi.
41
anak, usia lanjut, wanita hamil, dan pada pasien dengan infeksi HIV.
Bila diagnosa klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah
appendiktomi,dapat dilakukan secara open surgery atau laparascopic
appendictomy.
42
DAFTAR PUSTAKA
7. Annonymmous. AppendicitsType.
http://www.appendicitissymptoms.org.uk/appendicitis-types.htm.
Accessed in Juni,23,2013.
43
9. Vanjak D. Analysis of Scores in Diagnosis of Acute Appendicitis in
women. Available at : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10356580.
Accessed in Juni,23,2013.
10. Dudley H.A.F. apendisitis akut dalam Hamilton Bailey Ilmu Bedah
Gawat Darurat edisi 11. Gajah Mada Unv Press. 1992. Hal 441-452
44