Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN MAHASISWA HASIL PRAKTEK PHC

PUSKKESMAS CIKETING UDIK

OLEH :

ANDI SAPUTRA 17.001


CLARENATHA SYIFA ULLAYA 17.003
KHAYRI RIZKI 17.004
RANI ELSATIA 16.010
RIKA HOLISTIAN 17.024
SRI MULYANI 17.029

PROGRAM STUDI DIII ILMU KEPERAWATAN


BERKALA WIDYA HUSADA

Kampus Cibubur : Jl. Alternatif Cibubur KM.1 Depok 16951 Gedung B Kompleks RS Meilia Cibubur
Telp. (021) 7253261 , Fax. (021) 8452090
LEMBAR PENGESAHAN

Naskah pendidikan kesehatan ini telah diperiksa dan di setujui oleh :

IC AKADEMIK

(……………………………………………………)

IC PUSKESMAS CIKETING UDIK

( Yetty Sariati, S.SIT, M.K.M )


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan yang

diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Praktek PHC di Puskesmas

Ciketing Udik Bantar Gebang Bekasi ,Jawa Barat ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan

laporan ini, penulis banyak mendapat hambatan. Akan tetapi dengan bantuan dari berbagai

pihak, hambatan tersebut dapat teratasi. Laporan ini disusun agar pembaca dapat menambah

wawasan mengenai Kegiatan Pelayanan di Puskesmas Ciketing Udik.

Penulis membuat laporan ini untuk memenuhi tugas yang diberikan dan mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Dosen Ns.Ady Purwoto, S.Kep M.H.Kes serta Ibu Dosen Kurniati

Nawangwulan,SKM, M.Kes yang telah memberikan tugas ini sehingga mahasiswa dapat

memenuhi kegiatan belajar mengajar. Penulis berharap adanya kritik yang membangun, saran

dan usulan demi perbaikan demi masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa adanya saran yang membangun. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyusun laporan ini dari awal sampai akhir.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
B . TUJUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A . PENGERTIAN PUSKESMAS
B . FUNGSI DAN TUJUAN PUSKESMAS
C . PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

BAB III TINJAUAN TENTANG TEMPAT PHC


A . PROFIL PUSKESMAS CIKETING UDIK
B . STRUKTUR ORGANISASI DAN SEJARAH PUSKESMAS CIKETING UDIK
C . KEGIATAN POKOK PUSKESMAS CIKETING UDIK

BAB IV KEGIATAN PELAYANAN KIA DI PUSKESMAS CIKETING UDIK


A. GAMBARAN UMUM P2M DI PUSKESMAS CIKETING UDIK
B. SARANA DAN PRASARANA P2M DI PUSKESMAS CIKETING UDIK
C. PELAYANAN P2M DI PUSKESMAS CIKETING UDIK

BAB V PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas) I di Jakarta, di mana dibicarakan upaya pengorganisasian sistem pelayanan
kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu dirasakan
kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti BKIA, BP, dan P4M (Pencegahan,
Pemberantasan, Pembasmian Penyakit Menular ) dan sebagainya masih berjalan sendiri-
sendiri dan tidak saling berhubungan. Melalui Rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk
menyatukan semua pelayanan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan
diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat(Puskesmas).
Pembangunan kesehatan mempunyai visi “Indonesia sehat” diantaranya dilaksanakan
melalui pelayanan kesehatan oleh puskesmas dan rumah sakit. Selama ini pemerintah telah
membangun puskesmas dan jaringannya di seluruh Indonesia rata-rata setiap kecamatan
mempunyai 2 puskesmas, setiap 3 desa mempunyai 1 puskesmas pembantu. Puskesmas telah
melaksanakan kegiatan dengan hasil yang nyata, status kesehatan masyarakat makin
meningkat, ditandai dengan makin menurunnya angka kematian bayi, ibu, makin
meningkatnya status gizi masyarakat dan umur harapan hidup (Kepmenkes, 2010).
Puskesmas pada waktu itu di bedakan menjadi 4 macam yaitu :
1. Puskesmas tingkat Desa
2. Puskesmas tingkat Kecamatan
3. Puskesmas tingkat Kawedanan
4. Puskesmas tingkat Kabupaten

Pada rapat kesehatan rnasyarakat ke II 1969 pembagian puskesmas dibagi menjadi 3


kategori :

1. Puskesmas tipe A dipimpin oleh dokter secara penuh


2. Puskesmas tipe B dipimpin oleh dokter tidak secara penuh
3. Puskesmas tipe C dipimpin oleh tng paramedic

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah
kecamatan. Puskesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dan kegiatan yang dilakukan
puskesmas, selain dari intern sendiri tetapi juga perlu peran serta masyarakat dalam
pengembangan kesehatan terutama dilingkungan masyarakat yang sangat mendasar, sehingga
pelayanan kesehatan dapat lebih berkembang.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Laporan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan Puskesmas.
2. Mengetahui fungsi dari Puskesmas.
3. Mengetahui tugas dari Puskesmas.
4. Mengetahui sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas.
5. Mengetahui bagaimana struktur organisasi yang ada di Puskesmas
6. Mengetahui kegiatan pokok Puskesmas
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran umum P2M di Puskesmas Ciketing Udik
2. Mengetahui sarana dan prasarana P2M di Puskesmas Ciketing Udik
3. Mengetahui pelayanan P2M di Puskesmas Ciketing Udik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya di wilayah kerjanya.
( Permenkes RI No.75 Tahun 2014)

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

2.2 Fungsi dan Tujuan Puskesmas

2.2.1 Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas meliputi 3 bagian, yaitu :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan puskesmas selalu berupaya


menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembanguan lintas sektor
termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar perorangan
terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaan, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh ,
terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggung jawab puskesmas adalah :
a. Pelayananan kesehatan perorangan adalah pelayanan kesehatan yang bersifat
pribadi dengan tujuan umum menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
penegahan penyakit.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang bersifat
public dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara :
1) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri
2) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
3) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan
4) Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
5) Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanankan program puskesmas

2.2.2 Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung


tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dalam rangka mewujudkan “Indonesia sehat 2025”

2.3 Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang


menghimpun berbagai upaya perencanaan. Pendidikan, dan pelatihan, serta
pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua
orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, berpendidikan
formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.
Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan SDM kesehatan, yaitu :

1. Tenaga kesehatan, yaitu semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di
bidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu
memerlukan upaya kesehatan.
2. SDM Kesehatan yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu
dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Tujuan SDM Kesehatan, secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber daya
manusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :

1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang


promosi kesehatan dengan cara menguasai dan memahami pendekatan, metode dan
kaidah ilmiahnya disertai dengan ketrampilan penerapannya didalam pengembangan dan
pengelolaan sumber daya manusia kesehatan
2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah pengembangan dan
pengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui kegiatan penelitian
3. Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan
ketajaman analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan melakukan advokasi
program dan kebijakan kesehatan dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sumber
daya manusia kesehatan
BAB III

TINJAUAN TENTANG TEMPAT PHC

3.1 Profil Puskesmas Cikeuting Udik


3.1.1 Wilayah Administrasi
Meliputi satu Kelurahan, yaitu Kelurahan Ciketing Udik yang terdiri dari 9 RW
3.1.2 Luas Wilayah Kerja
Kelurahan Ciketing Udik dengan luas wilayah 343.340 Km2
3.1.3 Karakteristik Wilayah
Pukesmas Ciketing Udik terletak bersebelahan dengan Kantor Kelurahan Ciketing
Udik, berada di pinggir Jalan Pangkalan V sekitar 18 Km arah Selatan dari Pusat
Pemerintahan Kota, dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Akses menuju Puskesmas
dapat dijangkau oleh kendaraan umum roda 4, dan sebagian besar jalan menuju
Kelurahan di wilayah kerja dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4.
Secara geografis, Puskesmas Ciketing Udik terletak di lokasi yang sangat
strategis, dimana wilayahnya merupakan perbatasan antara Kota Bekasi tapi juga
penduduk dari luar wilayah perbatasan Kabupaten Bogor.
Wilayah kerja Puskesmas Ciketing Udik mempunyai karakteristik khusus karena
Kelurahan Ciketing Udik mempunyai area Tempat Pembuangan Sampah Akhir
(TPA) milik Pemda DKI Jakarta dan Pemda Kota Bekasi
Batas Wilayah Kerja

- Sebalah Utara : Kelurahan Padurenan


- Sebelah Timur : Kelurahan Sumur Bartu, Kecamatan Setu
Kabupaten Bekasi
- Bekasi Sebelah Selatan : Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor
- Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Bogo

3.2 KEGIATAN POKOK PUSKESMAS CIKEUTING UDIK


Berdasarkan Buku Pedoman Kerja Puskesmas yang terbaru ada beberapa usaha pokok
kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas, itupun sangat tergantung kepada faktor
tenaga, sarana dan prasarana serta biaya yang tersedia. Pelaksanaan kegiatan pokok
diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Oleh karena itu kegiatan
pokok puskesmas ditujukan untuk kepentingan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di
wilayah kerjanya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas dan kegiatan pokok di
atas adalah :
3.2.1 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
a) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak
balita dan anak prasekolah
b) Memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk karena
kekurangan protein dan kalori dan lain-lain kekurangan, serta bila ada pemberian
makanan tambahan vitamin dan mineral
c) Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimulasinya
d) Immunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3X, polio 3X,
dan campak 1x pada bayi
e) Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program
KIA
f) Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian
khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak
berkali-kali dan golongan ibu berisiko tinggi
g) Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak prasekolah untuk macam-
macam penyakit ringan
h) Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan,
memberikan penerangan dan pendidikan tentang kesehatan, dan untuk
mengadakan pemantauan pada mereka yang lalai mengunjungi puskesmas dan
meminta agar mereka datang ke puskesmas lagi.
i) Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi
3.2.2 Upaya Keluarga Berencana
a) Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para ibu dan caton ibu yang
mengunjungi KIA
b) Mengadakan kursus keluarga berencana kepada dukun yang kemudian akan
bekerja sebagai penggerak calon peserta keluarga berencana
c) Mengadakan pembicaraan-pembicaraan tentang keluarga berencana kapan saja
ada kesempatan, baik di puskesmas maupun sewaktu mengadakan kunjungan
rumah
d) Memasang IUD, cara-cara penggunaan pit, kondom dan cara-cara lain dengan
memberi sarananya
e) Melanjutkan mengamati mereka yang menggunakan sarana pencegahan
kehamilan.
3.2.3 Upaya Perbaikan Gizi
a) Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan mengobati mereka
b) Mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan program perbaikan
gizi
c) Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat dan secara perseorangan
kepada mereka yang membutuhkan, terutama dalam rangka program KIA
d) Melaksanakan program-program:
1) Program perbaikan gizi keluarga (suatu program menyeluruh yang mencakup
pembangunan masyarakat) melalui kelompok-kelompok penimbangan pos
pelayanan terpadu
2) Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori yang
cukup kepada anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang
menyusui
3) Memberikan vitamin A kepada anak-anak di bawah umur 5 tahun
3.2.4 Upaya Kesehatan Lingkungan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan Iingkungan yang dilakukan staf puskesmas
adalah :
a) Penyehatan air bersih
b) Penyehatan pembuangan kotoran
c) Penyehatan lingkungan perumahan
d) Penyehatan air buangan/limbah
e) Pengawasan sanitasi tempat umum
f) Penyehatan makanan dan minuman
g) Pelaksanaan peraturan perundangan
3.2.5 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
a) Mengumpulkan dan menganalisa data penyakit
b) Melaporkan kasus penyakit menular
c) Menyelidiki di lapangan untuk melihat benar atau tidaknya laporan yang masuk,
untuk menemukan kasus-kasus baru dan untuk mengetahuyi sumber penularan
d) Tindakan permulaan untuk menahan penularan penyakit
e) Menyembuhkan penderita hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi
f) Pemberian immunisasi
g) Pemberantasan vektor
h) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
3.2.6 Upaya Pengobatan
a) Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui:
1) Mendapatkan riwayat penyakit
2) Mengadaan pemeriksaan fisik
3) Mengadaan pemeriksaan laboratorium
4) Membuat diagnosa
b) Melaksanakan tindakan pengobatan
c) Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut dapat berupa:
1) Rujukan diagnostik
2) Rujukan pengobatan/rehabilitasi
3) Rujukan lain
3.2.7 Upaya Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
a) Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
tiap-tiap program puskesmas. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada
setiap kesempatan oleh petugas, apakah di klinik, rumah dan kelompok-
kelompok masyarakat.
b) Di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi di tingkat
kabupaten diadakan tenaga-tenaga koordinator penyuluhan kesehatan.
Koordinator membantu para petugas puskesmas dalam mengembangkan teknik
dan materi penyuluhan di Puskesmas.
3.2.8 Upaya Kesehatan Sekolah
a) Membina sarana keteladanan di sekolah, berupa sarana keteladanan gizi berupa
kantin dan sarana keteladanan kebersihan lingkungan
b) Membina kebersihan perseorangan peserta didik
c) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan secara aktif dalam
pelayanan kesehatan melalui kegiatan dokter kecil
d) Penjaringan kesehatan peserta didik kelas I
e) Pemeriksaan kesehatan periodik sekali setahun untuk kelas II sampai VI dan
guru berupa pemeriksaan kesehatan sederhana
f) Immunisasi peserta didik kelas I dan VI
g) Pengawasan terhadap keadaan air
h) Pengobatan ringan pertolongan pertama
i) Rujukan medik
j) Penanganan kasus anemia gizi
k) Pembinaan teknis dan pengawasan di sekolah
l) Pencatatan dan pelaporan.
3.2.9 Upaya Kesehatan Olahraga :
a) Permeriksaan kesehatan berkala
b) Penentuan takaran latihan
c) Pengobatan dengan latihan dan rehabilitasi
d) Pengobatan akibat cedera latihan
e) Pengawasan selama pemusatan latihan
3.2.10 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
a) Asuhan perawatan kepada individu di puskesmas maupun di rumah dengan
berbagai tingkat umur, kondisi kesehatan, tumbuh kembang dan jenis kelamin
b) Asuhan perawatan yang diarahkan kepada keluarga sebagai unit terkecil dari
masyarakat (keluarga binaan)
c) Pelayanan perawatan kepada kelompok khusus diantaranya: ibu hamil, anak
balita, usia lanjut dan sebagainya
d) Pelayanan keperawatan pada tingkat masyarakat
3.2.11 Upaya Peningkatan Kesehatan Kerja
a) Identifikasi. masalah, meliputi:
1) Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala untuk para pekerja
2) Pemeriksaan kasus terhadap pekerja yang datang berobat ke puskesmas
Peninjauan tempat kerja untuk menentukan bahaya akibat kerja
3) Kegiatan peningkatan kesehatan tenaga kerja melalui peningkatan gizi
pekerja, Iingkungan kerja, dan kegiatan peningkatan kesejahteraan
4) Kegiatan pencegahan kecelakaan akibat kerja, meliputi:
a. Penyuluhan kesehatan
b. Kegiatan ergonomoik, yaitu kegiatan untuk mencapai kesesuaian antara
alat kerja agar tidak terjadi stres fisik terhadap pekerja
c. Kegiatan monitoring bahaya akibat kerja
d. Pemakaian alat pelindung
b) Kegiatan pengobatan kasus penyakit akibat kerja
c) Kegiatan pemulihan kesehatan bagi pekerja yang sakit
d) Kegiatan rujukan medik dan kesehatan terhadap pekerja yang sakit
3.2.12 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
a) Pembinaan/pengembangan kemampuan peran serta masyarakat dalam upaya
pemeliharaan diri dalam wadah program UKGM
b) Pelayanan asuhan pada kelompok rawan, meliputi:
1) Anak sekolah
2) Kelompok ibu hamil, menyusui dan anak pra sekolah
c) Pelayanan medik gigi dasar, meliputi :
1) Pengobatan gigi pada penderita yang berobat maupun yang dirujuk
2) Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi kesasaran yang Iebih
mampu
3) Memberikan penyuluhan secara individu atau kelompok
4) Memelihara kebersihan (higiene klinik)
5) Memelihara atau merawat peralatan atau obat-obatan
d) Pencatatan dan pelaporan
3.2.13 Upaya Kesehatan Jiwa
a) Kegiatan kesehatan jiwa yang terpadu dengan kegiatan pokok puskesmas
b) Penanganan pasien dengan gangguan jiwa
c) Kegiatan dalam bentuk penyuluhan serta pembinaan peran serta masyarakat
d) Pengembangan upaya kesehatan jiwa di puskesmas melalui pengembangan
peran serta masyarakat dan pelayanan melalui kesehatan jiwa
e) Pencatatan dan pelaporan
3.2.14 Upaya Kesehatan Mata
a) Upaya kesehatan mata, pencegahan kesehatan dasar yang terpadu dengan
kegiatan pokok Iainnya
b) Upaya kesehatan mata;
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan visus dan mata luar, tes buta warna, tes tekanan bola mata, tes
saluran air mata, tes lapangan pandang, funduskopi, dan pemeriksaan
laboratorium
3) Pengobatan dan pemberiaan kacamata
3.2.15 Upaya Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Upaya pembinaan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui :
a) Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pimpinan wilayah, limas
sektoral dan berbagai organisasi kesehatan. yang dilaksanakan melalui dialog.
seminar dan lokakarya , dalam rangka komunikasi, informasi, dan motivasi
dengan memanfaatkan media massa dan sistem informasi kesehatan
b) Persiapan petugas penyelenggara melalui latihan, orientasi atau sarasehan
kepemimpinan di bidang kesehatan
c) Persiapan masyarakat, melalui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan,
dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya, melalui
rangkaian kegiatan:
1) Pendekatan kepada tokoh masyarakat
2) Survei mawas diri masyarakat untuk mengenali masalah kesehatannya
3) Musyawarah masyarakat desa untuk penentuan bersama rencana pemecahan
masalah kesehatan yang dihadapi
d) Pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh dan untuk masyarakat melalui kader yang
telah dilatih
e) Pengembangan dan pelestarian kegiatan oleh masyarakat
3.2.16 Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
a) Melestarikan bahan-bahan tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan
tradisional
b) Melakukan pembinaan terhadap cara-cara pengobatan tradisional.
BAB IV
KEGIATAN PELAYANAN P2M DI PUSKESMAS CIKEUTING UDIK

4.1 Gambaran Umum P2M di Puskesmas Cikeuting Udik


Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang
berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu
(host) yang rentan. Penyakit menular (Communicable Desease) adalah penyakit yang
disebabkan oleh adanya agen penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau penularan
penyakit dari orang atau hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan
(potential host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau
lingkungan hidup.
Kejadian Luar Biasa (KLB) ialah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik
perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan/ ketakutan di kalangan masyarakat,
atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya peningkatan yang berarti
(bermakna) dari kejadian kesakitan/ kematian tersebut kepada kelompok penduduk dalam
kurun tertentu. Selain itu, KLB adalah kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/
sekelompok masyarakat tertentu atau terjadinya peningkatan frekuensi penderita penyakit,
pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama. Termasuk dalam KLB
ialah kejadian kesakitan/ kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit baik yang
menular maupun yang tidak menular dan kejadian bencana alam yang disertai wabah
penyakit.
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang
wabah penyakit yang menular). Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu
(disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan
lingkup global (pandemi). Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu
kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.
4.1.1 Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Program
Pencegahannya
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-upaya:
1. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos
kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang
memadai termasuk rujukan.
2. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada
KLB, DBD, kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb.
3. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan/ pemantauan
(surveinlans ketat) dan logistik.

Sedangkan untuk program pencegahan ialah mencegah agar penyakit menular


tidak menyebar di dalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan
kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.

4.1.2 Macam Penyakit-Penyakit Menular


Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu:
1. Penyakit menular endemik tinggi
Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut:
a. Tuberkulosis paru
b. Lepra (Morbus Hansen)
c. Patek (Framboesia)
d. Anjing gila (Rabies)
e. Antraks
2. Penyakit menular penting lain:
Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut:
a. Penyakit menular seksual
1) Sifilis (Raja Singa)
2) Gonorhoe (kencing nanah)
3) HIV/ AIDS
b. Penyakit menular lain
1) Hepatitis-B
2) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
4.1.3 Cara Penularan Penyakit Menular
Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu:
1. Penularan secara kontak, baik kontak langsung maupun kontak tidak langsung
(benda-benda bekas dipakai pasien).
2. Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar.
3. Penularan melalui vector.
4. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik, dan tato.
4.1.4 Program Pemberantasan Penyakit Menular
4.1.4.1 Tujuan
Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan
akibat penyakit menular dan tidak menular.
Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam
berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta,
pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I),
termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat yang
memperoleh perhatian dunia internasional (public health risk of international
concern).
4.1.4.2 Sasaran

a. Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI)


sebesar 98%.
b. Angka Case Detection Rate penyakit TB sebesar 70% dan angka
keberhasilan pengobatan TB di atas 85%.
c. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) diharapkan ≥ 2/100.000 anak
usia kurang dari 15 tahun.
d. Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani sebesar
80%.
e. Penderita malaria yang diobati sebesar 100%.
f. CFR diare pada saat KLB adalah < 1,2%.
g. ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) mendapat pengobatan ART
sebanyak 100%.
h. Tersedianya dan tersosialisasikannyakebijakan dan pedoman, serta
hukum kesehatan penunjang program yang terdistribusi hingga ke desa.
i. Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah secara berjenjang
hingga ke desa.
4.1.4.3 Kebijakan Pelaksanaan:

a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong


peran, membangun komitmen, dan menjadi bagian integral
pembangunan kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang
sehat dan produktif terutama bagi masyarakat rentan dan miskin hingga
ke desa.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui
penatalaksanaan kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di
perkotaan dan di perdesaan.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi
dengan fokus pemantauan wilayah setempat dan kewaspadaan dini,
guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit antar daerah
maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke desa.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mengembangkan sentra rujukan penyakit, sentra pelatihan
penanggulangan penyakit, sentra regional untuk kesiapsiagaan
penanggulangan KLB/ wabah dan bencana maupun kesehatan matra,
serta kemampuan untuk melakukan rapid assessement dan rapid
respons.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
memantapkan jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan
dengan masyarakat termasuk swasta untuk percepatan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui pertukaran
informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan
pemanfaatan sumberdaya lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan
melalui penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum
penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit di
tingkat pusat hingga desa.
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia di bidang
pencegahan dan pemberantasan penyakit sehingga mampu
menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara
berjenjang hingga ke desa.
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk menyiapkan,
mengadakan, dan mendistribusikan bahan-bahan yang esensial untuk
mendukung penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit hingga ke desa.
i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan cakupan, jangkauan, dan pemerataan pelayanan
penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas hingga ke desa.
4.2 Sarana dan Prasarana P2M di Puskesmas Cikeuting Udik
Sarana dan Prasarana P2M yang ada di Puskesmas Cikeuting Udik meliputi, antara lain :
4.2.1. Gambar Ruangan TB dan Kusta Di Puskesmas Ciketing Udik

Gambar diatas Mencakup Ruangan TB dan Kusta terdapat 1 kursi, dan 1 meja
untuk melakukan anamnesa.
4.2.2. Gambar Sarana dan Prasarna Kusta Di Puskesmas Ciketing Udik

Sarana dan prasarana yang ada diruang P2M mencakup lemari obat-obatan TBC
dan Kusta, terdapat 1 bed tempat tidur pasien.

4.2.3. Gambar Obat-Obatan Pasien Kusta Yang Ada Di Puskesmas Ciketing Udik

Obat Kusta untuk anak Obat Kusta pada Dewasa


4.2.4. Gambar Obat-Obatan Pasien TBC Yang Ada Di Puskesmas Ciketing Udik

Obat TBC Untuk Anak Obat untuk penderita TBC kategori 1

Obat ini untuk penderita TBC pada dewasa untuk membunuh bakteri yang
menyebabkan terjadinya TBC
4.3 Pelayanan P2M di Puskesmas Cikeuting Udik
4.3.1 Pencapaian Program Upaya Kesehatan
4.3.1.1 Program TB
Sebelum membahas pencapaian program TB bisa dilihat beberapa uraian
tentang penyakit TB di bawah ini.
a) Pengertian Tuberculosis
Tuberculosis (Tuberculosis, disingkat TBC) atau TB (singkatan dari “
Tubercle bacillus”) merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam
banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai
strain mikobakteria, umumnya Mycobacterium Tuberculosis (disingkat
“MTb” atau “MTbc”). [1] tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru,
namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya.
Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi
TB aktif batuk, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara.
[2] infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan laten. Namun hanya
satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit
aktif. Bila tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang
terinfeksi bisa meninggal.
b) Gejala Tuberculosis
Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah
sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan
turun,. (dahulu TB disebut penyakit “konsumsi” karena orang-orang yang
terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan) infeksi pada
orang lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam.
Diagnos TB aktif bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui
sinar-X dada) serta pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur
mikrobiologis cairan tubuh.
Sementara itu, diagnose TB laten bergantung pada tes tuberculin
kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan
dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotic dalam jangka
waktu lama. Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani
tes penapisan dan diobati bila perlu. Resistensi antibiotic merupakan
masalah yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-
obat (TB MDR), untuk mencegah TB, semua orang harus menjalani tes
penapisan penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil Calmette-
Guerin.
c) Faktor-faktor resiko
Ada beberapa factor yang menjadi penyebab mengapa orang lebih
rentan terhadap infeksi TB. Orang-orang yang memiliki resiko tinggi
terinfeksi TB antara lain : orang yang menyuntik obat terlarang, penghuni
dan karyawan tempat-tempat berkumpulnya orang-orang rentan
(misalnya, penjara dan tempat penampungan gelandangan) orang-orang
miskin yang tidak yang tidak memiliki akses perawatan kesehatan yang
memadai, minoritas suku yang beresiko tinggi, dan para pekerja
kesehatan yang melayani orang-orang tersebut. Penyakit paru-paru kronis
adalah factor resiko penting lainnya. Silicosis meningkatkan resiko
hingga 30 kali lebih besar. Orang-orang yang merokok memiliki resiko
dua kali lebih besar terkena TB dibandingkan yang tidak merokok.
Adanya penyakit tertentu juga dapat meningkatkan resiko
berkembangnya tuberkulosis,antara lain alkoholisme/ kecanduan alcohol
dan diabetes mellitus (resikonya tiga kali lipat). Obat-obatan tertentu,
seperti kortikosteroid dan infliximab(antibody monoknal anti-α TNF)
juga merupakan factor resiko yang semakin penting, terutama di kawasan
dunia berkembang.
Meskipun kerentanan genetic (36) juga bisa berpengaruh, namun para
peneliti belum menjelaskan sampai sejauh mana perannya.
d) Penularan
Ketika seseorang yang mengidap TB paru aktif batuk, bersin, bicara,
menyanyi, atau meludah, mereka sedang menyemprotkan titis-titis
aerosol infeksius dengan diameter 0.5 hingga 5µm. bersin dapat
melepaskan partikel kecil-kecil hingga 40,000 titis. Tiap titis bisa
menularkan penyakit tuberkulosis karena dosis infeksius penyakit ini
sangat rendah. (seseorang yang menghirup kurang dari 10 bakteri saja
bisa langsung terinfeksi).
Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu lama, dalam
frekuensi sering atau selalu bedekatan dengan penderita TB, beresiko
tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka infeksi sekitar 22%.
e) Pencegahan
Usaha untuk mencegah dan mengontrol tuberkulosis bergantung pada
vaksinasi bayi dan deteksi serta perawatan untuk kasus aktif.
The World Health Organisai (WHO) telah berhasil mencapai sejumlah
keberhasilan dengan regimen pengobatan yang dimprovisasi, dan sudah
terdapat penurunan kecil dalam jumlah kasus. Karena kuman TB ada
dimana-mana termasuk di mal,kantor,dan tentunya juga di Rumah Sakit,
maka pencegahan yang paling efektif adalah Gaya Hidup untuk
menunjang Ketahanan Tubuh kita :
 Cukup gizi, jangan telat makan
 Cukup istirahat, jika capai istirahat dulu
 Jangan stress fisik, capai berlebihan
 Jangan stress mental, berusahalah berpikir postif

Berdasarkan pemeriksaan BTA dahak, TB paru dibagi atas :

1. Tuberkulosis paru BTA positif, apabila memenuhi minimal 1 kriteria :


a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil
BTA positif
b. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTApositif
dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
c. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan biakan positif
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan
tuberkulosis aktif
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan M.tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien, dengan memperhatikan riwayat


pengobatan sebelumnya, terbagi menjadi:

1. Kasus baru, yaitu pasien yang belum pernah mendapat


pengobatan dengan obat anti TB(OAT) atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan.
2. Kasus kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang
sebelumnya penuh mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali
lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau
biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi
gambaran radiologik dicurigai lesi aktif/ perburukan dan terdapat
gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
 Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) dalam hal ini
berikan dahulu antibiotik selama 2 minggu, kemudian
dievaluasi.
 Infeksi jamur
 TB paru kambuh
3. Kasus defaulted atau drop out, adalah pasien yang tidak
mengalami obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
4. Kasus gagal, yaitu :

a. Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau


kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan
sebelum akhir pengobatan)
b. Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2
pengobatan.
5. Kasus kronik/ persisten adalah pasien dengan hasil pemeriksaan
BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2
dengan pengawasan yang baik.
6. Kasus bekas TB, yaitu :
a. Hasil pemeriksaan BTA negatif (biarkan juga negatif bila
ada) dan gambaran radioligik paru menunjukkan lesi TB
yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang
menetap. Riwayat pengobatan OAT edekuat akan lebih
mendukung.
b. Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks
ulang tidak ada perubahan gambaran radiologik.
4.3.1.2 Penyakit Kusta
Permasalahan penyakit kusta ini dikaji secara mendalam merupakan
permasalahan yang sangat kompleks dan permasalahan kemanusiaan
seutuhnya . Masalah yang dihadapi penderita bukan hanya dari medis saja
tetapi juga adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam
keadaan ini masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari
masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan
bangsa dan negara, karena masalah – masalah tersebut dapat mengakibatkan
penderita kusta menjadi tuna sosia, tuna wisma, tuna karya dan ada
kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di
lingkungan masyarakat.
Analisa Program Kusta bisa di lihat di bawah ini :

1. Analisa dari tabel jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin
menunjukan bahwa di Puskesmas Ciketing Udik tidak ditemukan pasien
kusta jenis MB maupun PB
2. Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin
adalah nihil atau nol.
Hambatan – hambatan yang dihadapi petugas penenang program kusta
UPTD Puskesmas Ciketing Udik sebagai berikut :
1. Kurangnya perencanaan mengenai penyuluhan kelompok mengenai
penyakit kusta oleh petugas kusta.
2. Kurangnya sosialisasi kepada tokoh masyarakat dan kader serta
masyarakat agar mengikuti kegiatan pemberantasan penyakit kusta salah
satunya dengan menghadiri penyuluhan sehingga yang di fasilitasi oleh
Puskesmas karena dengan penyuluhan petugas juga akan menghilangkan
stigma di masyarakat tentang penyakit kusta. Stigma yang tinggi di
masyarakat sangat berpengaruh dalam penanganan program kusta.
3. Tugas rangkap petugas sehingga pelayanan kurang optimal.
BAB V
PEMBAHASAN

Kegiatan program P2M di UPTD Puskesmas Ciketing Udik meliputi TB dan Kusta belum
berjalan dengan baik, sehingga menjadikan pelayanan yang ada di Puskesmas Ciketing Udik
kurang, hal ini disebabkan kurangnya SDM yaitu petugas kesehatan dan penanggung jawab yang
ada diruangan TBC dan Kusta hanya oleh satu orang saja. Dan pelayanan pengobatan antara TB
dan Kusta masih berada di satu ruangan yang sama, serta penyuluhan ke masyarakat tentang
bahaya TBC dan Kusta belum sepenuhnya berjalan sesuai target, dikarenakan dari hasil data
survei bulan Januari sampai November tahun 2019 didapatkan 18 orang menderita TBC dan 2
orang menderita Kusta.
Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2014 tentang penanggulangan penyakit menular menurut pasal 11 ayat 1 bahwa upaya
pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan dalam penanggulangan penyakit menular
dilakukan melalui kegiatan (promosi kesehatan, surveilans kesehatan, pengendalian faktor
resiko, penemuan kasus, penangganan kasus, pemberian kekebalan imunisasi, pemberian obat
pencegahan secara massal, dan kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh mentri.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil praktek PHC selama 2 minggu di UPTD Puskesmas Cikeuting
Udik Tahun 2019 mengenai P2M yang meliputi kasus TBC dan Kusta yaitu :
1. Program TBC dan Kusta belum sepenuhnya berjalan sesuai target, dikarenakan dari
hasil data survei bulan Januari sampai November tahun 2019 didapatkan 18 orang
menderita TBC kategori 1 dan 2 orang menderita Kusta.
2. Petugas puskesmas tidak menggunakan masker dalam memberikan pelayanan pada
pasien kasus TBC dan Kusta.
3. Petugas Puskesmas baru bekerja bulan September 2019 di Puskesmas Ciketing Udik

6.2 Saran

1. Perlunya penambahan SDM serta Kader agar pelayanan P2M di Puskesmas berjalan
dengan baik
2. Penyuluhan dilakukan 4x dalam 1 bulan
3. Perlunya penambahan sarana dan prasarana dalam ruangan P2M di Puskesmas, harus di
pisahnya ruangan TBC dan Kusta.
4. Perlunya penambahan tempat sampah di dalam ruangan P2M Puskesmas Ciketing Udik
5. Pelayanan petugas harus lebih optiomal dari jam 07.00 s.d 15.00

Anda mungkin juga menyukai