Anda di halaman 1dari 39

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


PERTEMUAN 2 :
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

ICHSAN RAUF
materi pembelajaran

• Petak ikhtisar jaringan irigasi,


bangunan dan Standar Tata Nama.
• Perencanaan Jaringan Irigasi
– Perencanaan Petak Tersier
– Perencanaan Saluran
Pada UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air pada pasal 41 (penjelasan) bahwa
Kewenangan kewenangan Pengelolaan Jaringan irigasi
adalah berdasarkan pada luasan areal sbb:
Pengelolaan
Daerah Irigasi Pusat : areal > 3000 Ha
Provinsi :1000 Ha < areal < 3000 Ha
Kabupaten/Kota : areal < 1000 Ha
UNSUR FUNGSIONAL POKOK DAERAH IRIGASI

 BANGUNAN-BANGUNAN UTAMA (HEADWORKS)


dimana air diambil dari sumbernya, umumnya
sungai atau waduk.
 JARINGAN SALURAN PEMBAWA yang mengalirkan air
irigasi.
 PETAK-PETAK TERSIER dengan sistem pembagian air
dan sistem pembuangan kolektif,.
 SISTEM SALURAN PEMBUANG yang ada diluar daerah
irigasi untuk membuang kelebihan air ke sungai atau
saluran-saluran alamiah.
C PETAK TERSIER

SALURAN PEMBUANG D

A BENDUNG (HEAD WORKS)

B SALURAN PEMBAWA
peta ikhtisar jaringan irigasi
Peta yang menyajikan tata letak daerah irigasi yang
menghubungkan komponen-komponen dalam sebuah Daerah
Irigasi. Peta ikhtisar proyek irigasi tersebut memperlihatkan:
 Bangunan Utama  Lokasi bangunan air.
 Jaringan dan trase sal.  Batas-batas daerah irigasi.
pembawa  Jaringan dan trase jalan
 Jaringan dan trase sal.  Daerah-daerah yang tidak
pembuang diairi, misal: desa
 Petak-petak primer,
sekunder, dan tersier.
PETA IKHTISAR umum dapat dibuat berdasarkan PETA TOPOGRAFI yang
dilengkapi dengan garis-garis kontur dengan skala 1:25000 Peta Ikhtisar
detail yang biasa di sebut “PETA PETAK”, dimana untuk perencanaan dibuat
dengan skala 1: 5000 dan untuk petak tersier 1: 5000 atau 1: 2000
aturan tata nama peta ikhtisar
TATA NAMA HARUS JELAS, diambil dari nama sungai / desa didekatnya dan tidak
mempunyai tafsiran ganda.
NAMA DAERAH IRIGASI diambil dari nama sungai atau desa terkenal didekatnya
atau nama bendung yang ditetapkan (nama bendung diambil dari nama sungai
atau desa)
NAMA JARINGAN IRIGASI PRIMER DAN SEKUNDER, pada saluran primer sama
dengan nama bendung atau D.I. Dengan menambah kata ruas dan nomor,
Bangunannya, singkatan dari nama tersebut dengan menambah huruf b
didepannya dan nomor dibelakangnya, Saluran sekunder diambil dari nama
desa yang diairi dengan menambah kata ruas dan nomor,
NAMA PETAK TERSIER NAMA PETAK TERSIER diambil dari nama bangunan
sadapnya, dengan membuang huruf b dan menambah huruf (ka) untuk kanan,
(ki) untuk kiri, dan (tg) untuk tengah.
warna Jaringan IRIGASI
• Biru untuk jaringan irigasi garis
penuh untuk saluran yang
sudah ada garis-titik-garis
untuk saluran primer &
sekunder rencana garis putus-
putus untuk saluran tersier.
• Merah untuk sungai & jaringan
pembuang garis penuh untuk
saluran pembuang yang sudah
ada garis putus-putus untuk
saluran pembuang rencana.
warna dalam PETA IKHTISAR IRIGASI
Ω COKLAT : UNTUK JARINGAN JALAN
Ω KUNING : UNTUK DAERAH YANG TIDAK DIAIRI (DATARAN
TINGGI, RAWA-RAWA)
Ω HIJAU : UNTUK PERBATASAN KABUPATEN, KECAMATAN,
DESA DAN KAMPUNG.
Ω MERAH : UNTUK NAMA / KODE BANGUNAN.
Ω HITAM : UNTUK JALAN KERETA API.
Ω ARSIRAN : BAYANGAN UNTUK BATAS PETAK SEKUNDER,
BATAS PETAK TERSIERNYA AKAN DIARSIR DENGAN
WARNA YANG SAMA TETAPI LEBIH MUDA
Peta Ikhtisar Daerah Irigasi
Peta Ikhtisar Daerah Irigasi
TAHAPAN PERENCANAAN
daerah IRIGASI

Petak Irigasi

Bangunan Irigasi

Saluran Irigasi
SYARAT ADMINISTRATIF

PETAK TERSIER

• Tergantung dari kondisi topografi baik itu batas petak dapat berupa
saluran pembuang,sungai,jalan dan batas desa.
• Terletak pada batas administrasi desa (hindari satu petak tersier
berada pada dua desa)
• Diusahakan batas petak tersier adalah sama dengan batas hak milik.
SYARAT TEKNIS
• ukuran optimum PETAK TERSIER diatur
antara (50-100) ha (maksimum 150 ha
jika keadaan memaksa)
• luas PETAK KWARTER antara (8-15) ha.
• bentuk optimum petak tersier adalah
BUJUR SANGKAR, namun dapat
disesuaikan dengan kondisi topografi
lokasi rencana.
• Panjang saluran tersier < 1500 m
• Panjang saluran kuarter < 500 m
• Jarak antar saluran & pembuang < 300 m
SYARAT TEKNIS
• kriteria kondisi medan berdasarkan
topografi Daerah Irigasi
PETAK TERSIER medan terjal
• Medan terjal sangat rawan terhadap
bahaya erosi oleh aliran air yang
tidak terkendali.
• Saluran dibuat mengikuti kemiringan
lahan.
• saluran tersier paralel dengan
saluran sekunder pada satu sisi dan
memberikan aimya ke saluran
kuarter garis tinggi melalui box bagi
disisi lainnya.
PETAK TERSIER medan terjal
• saluran tersier dapat memberikan
airnya ke saluran kuarter di kedua
sisi.
• Sebaiknya saluran tersier ini sama
jauhnya dari batas-batas petak
tersier, sehingga memungkinkan luas
petak kuarter dibuat kira-kira sama
PETAK TERSIER medan agak terjal

• Petak tersier mengambil aimya


sejajar dengan saluran sekunder
yang akan merupakan batas petak
tersier di satu sisi.
• Saluran tersier kedua yang mengikuti
kemiringan medan.
PETAK TERSIER
medan bergelombang

trase saluran tersier pada kaki


bukit utama dan memberikan
air dari salah satu sisi saluran
kuarter yang mengalir paralel
atau dari kedua sisi saluran
kuarter yang mungkin
keaarah bawah punggung
medan
Tugas 1 :
Rencanakan
Petak Tersier
Saluran IRIGASI
Klasifikasi Jaringan Irigasi
• Jaringan Irigasi Primer, Saluran primer
membawa air dari jaringan utama ke saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi.
• Jaringan Saluran Irigasi Tersier, Saluran irigasi
tersier membawa air dari bangunan sadap
tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier
lalu di saluran kuarter. Batas ujung saluran ini
adalah box bagi kuarter yang terakhir.
Klasifikasi Jaringan Irigasi
• Jaringan Saluran Pembuang Utama, Saluran
pembuang primer mengalirkan air lebih dari
saluran pembuang sekunder keluar daerah
irigasi. Saluran pembuang primer sering
berupa saluran pembuang alam yang
mengalirkan kelebihan air ke sungai, anak
sungai atau ke laut.
Klasifikasi Jaringan Irigasi
• Jaringan Saluran Pembuang Tersier, Saluran
pembuang tersier terletak di dan antara petak-
petek tersier yang termasuk dalam unit irigasi
sekunder yang sarna dan menampung air, baik dari
pembuangan kuarter maupun dari sawah-sawah.
Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang
sekunder. Saluran pembuang sekunder menerima
buangan air dari saluran pembuangkuarter yang
menampung air langsung dari
Nomenklatur SALURAN Irigasi
Perencanaan Dimensi
SALURAN IRIGASI
• saluran tanah berpenampung
trapesium adalah bangunan
pembawa yang paling umum dipakai
dan ekonomis.
• saluran pasangan lebih mahal namun
memiliki efisiensi pengaliran yang
lebih baik dibandingkan saluran
tanah.
• Perhitungan Kapasitas Saluran/ Kebutuhan Air mengacu
pada buku KP-03 hal 4, dimana Debit didefinisikan sebagai
jumlah air yang mengalir pada suatu penampang per satuan
waktu ( detik ) dan dinyatakan dengan notasi (Q).
• Secara matematis dihitung dengan :
C * NFR * A
QRENC =
e
Q = Debit Rencana (lt/dt); C = Koef. pengurangan karena adanya sistem
golongan; NFR = Kebutuhan bersih (netto) air sawah (1,58 lt/dt/ha); A =
Luas yang diairi (ha) ; e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan
Kehilangan air dijaringan irigasi (e) berdasarkan KP 03 hal 6, dapat
dibedakan sebagai berikut :
• Saluran Tersier = 1,5 – 22,5%, diambil 20%
• Saluran Sekunder = 7,5 – 12,5%, diambil 10%
• Saluran Primer = 7,5 – 12,5%, diambil 10%
• Efisiensi secara keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut,
– Efisiensi Sal. Tersier (et) = et = 0,8
– Efisiensi Sal. Sekunder (es) = et x es = 0,8 x 0,9 =0,72
– Efisiensi Sal. Total (intake) = et x es x ep
= 0,8 x 0,9 x 0,9
= 0,648
Contoh P E R H I T U N G A N

Luas Areal Saluran Tersier


No Nama Saluran
( ha ) C * NFR * A 1*1,58 * A
1 J4.Ki 149   1,975A(lt/dt)
e 0.8
2 J4.Ka 144
3 J2 88 Saluran Sekunder
4 J3.Ka 110
C * NFR * A 1*1,58 * A
5 J3.Ki 90   2,194 A(lt/dt)
e 0.72

Saluran Primer
C * NFR * A 1 * 1,58 * A
  2,44
e 0.648
A(lt/dt)
Perencanaan H I D R O L I S Saluran Irigasi

• Perencanaan aliran
didasarkan pada asumsi
aliran merupakan aliran
tetap (steady).
• Mengacu pada
persamaan Strickler.
Keterangan :
V = kecepatan aliran (m/dt)
K = koefisien kekasaran “Strikler”
R = jari-jari Hidrolis (m)
I = kemiringan Saluran
A = luas potongan melintang aliran (m2)
P = keliling Basah (m)
Q = debit Saluran (m3/dt)
h = tinggi air (m)
b = lebar dasar saluran(m)
m = kemiringan talud
n = rasio lebar dasar sal. dan tinggi Air
T = lebar puncak saluran
W = tinggi jagaan
Tabel Karakteristik S A L U R A N

Kemiringan
Perbandingan b/h Faktor Kekasaran
Debit (m3/dt) Talud
1:m n K
0,15 – 0,30 1,00 1,0 35
0,30 – 0,50 1,00 1,0 – 1,2 35
0,50 – 0,75 1,00 1,2 – 1,3 35
0,75 – 1,00 1,00 1,3 – 1,5 35
1,00 – 1,50 1,00 1,5 – 1,8 40
1,50 – 3,00 1,50 1,8 – 2,3 40
3,00 – 4,50 1,50 2,3 – 2,7 40
4,50 – 5,00 1,50 2,7 – 2,9 40
Tabel KE C E P A T AN A L I R A N dan T I N G G I J A G A A N

Jenis Kecepatan Aliran (V)


Saluran M/detik
Kwarter 0.20 – 0.30 Debit (m3/dt) Tinggi jagaan (m)
Tersier 0.30 – 0.50 < 0,5 0,40
Sekunder 0.50 – 0.70 0,5 – 1,5 0,50
Primer 0.70 – 0.90 1,5 – 5,0 0,60
5,0 – 10,0 0,75
10,0 - 15,0 0,85
> 15,0 1,00
ELEVASI MUKA AIR rencana
Muka air rencana adalah muka air pada Q70% ditambah dengan
variannya (0.18 x h100%).
Tahapan penentuan muka air rencana
1. Tentukan muka air tertinggi (P) pada bangunan bagi yang
paling hilir = muka air hilir (Q70%) pada ruas saluran tersebut
2. Hitung dimensi saluran untuk memperoleh kedalaman air (h)
pada debit rencana = h100%
3. Hitung varian (V) = (0.18 x h100%) sehingga,
MAR : P + V
ELEVASI MUKA AIR rencana
4. Hitung muka air di ujung hilir ruas saluran MAud
MAud = MAR + Ia x L +∆Ha
Dimana ∆Ha = kehilangan tinggi energi di bangunan
5. Tentukan muka air tertinggi yang diperlukan pada bangunan
bagi berikutnya dengan menghitung varian (V)=(0.18 x
h100%)
6. Bandingkan muka air yang diperlukan di bangunan
bangunan udik pada Q100% dengan muka air hulu di hilir
bangunan berikutnya ditambah dengan kehilangan energi
di bangunan bagi (0.05m), ambil elevasi yang tertinggi.
7. Untuk ruas-ruas lainnya ikuti langkah-langkah no. 4,5,6
8. Plotkan muka air yang diperoleh pada potongan
memanjang
penentuan ELEVASI MUKA AIR
P = A+a+b+c+d+e+f+g+∆h+Z
Keterangan:
P = muka air di saluran sekunder
A = elevasi tertinggi di sawah
a = lapisan air di sawah=10 cm
b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter ke sawah = 5cm
c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter = 5cm/boks
d = kehilangan tinggi energi slm pengaliran di saluran irigasi= IxL
e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier = 10 cm
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong =5 cm
g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier
∆h = variasi tinggi muka air = 0.18 h100%
Z = kehilangan tinggi energi di bangunan tersier lainnya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai