Anda di halaman 1dari 36

SISTEM DAN

BANGUNAN
IRIGASI

Monica Rina Tutkey, S.T., M.Eng.


monicatutkey@gmail.com
Telp./WA 082238427411
SISTEM ROTASI DAN
NOMENKLATUR

1. Pendahuluan
2. Pola Tanam
3. Rotasi Teknis
4. Nomenklatur

2
1. Pendahuluan
Jika rata-rata kebutuhan air
irigasi sebesar 1 liter/detik/ha
dengan umur padi 100 hari
dengan hasil panen beras
rata-rata 3.000 kg/ha,
kebutuhan air irigasi per 1 kg
beras sebesar 2.880 liter di
lahan sawah. (Nurrochmad,
2011)
ADD A FOOTER 3
4
Keberhasilan dalam Sistem Irigasi dapat
diketahui jika kebutuhan air sama
dengan ketersediaan air, atau dikenal
juga dengan nilai faktor K =1.

Faktor K adalah faktor yang


menunjukkan perbandingan antara
debit inflow dan debit kebutuhan.
5
LUAS DAERAH
IRIGASI
DEBIT SUNGAI
MELIMPAH
=
LUAS MAX
DAERAH
LAYANAN

• DEBIT SUNGAI TIDAK MELIMPAH / KADANG KEKURANGAN DEBIT


•LUAS DAERAH IRIGASI DIKURANGI
•sebagian daerah irigasi tidak diairi

•MODIFIKASI POLA TANAM


•perubahan pemilihan tanaman atau tanggal tanam

•ROTASI TEKNIS GOLONGAN


•Luas max daerah layanan diairi secara bergiliran

6
2. Pola Tanam

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, penentuan pola tanam


merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.
Ketersediaan air untuk jaringan irigasi Pola tanam dalam dalam satu tahun
1. Tersedia banyak air Padi – Padi – Palawija
2. Tersedia cukup air Padi – Padi – Bero
Padi – Palawija - Palawija
3. Cenderung kekurangan air Padi – Palawija – Bero
Palawija – Padi – Palawija

7
3. Rotasi Teknis

8
9
Keuntungan rotasi teknis:
1. Berkurangnya debit/ kebutuhan pengambilan puncak
2. Kebutuhan pengambilan bertambah secara berangsur-angsur
pada awal waktu pemberian air irigasi (pada periode
penyiapan lahan).

Kerugian rotasi teknis:


1. Timbulnya konflik sosial
2. Eksploitasi lebih rumit
3. Kehilangan air akibat ekspoitasi sedikit lebih tinggi
4. Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama,
akibatnya lebih sedikit waktu tersedia untuk tanaman kedua
5. Daur/siklus gangguan serangga, pemakaian insektisida 10
ADD A FOOTER 11
ADD A FOOTER 12
ADD A FOOTER 13
ADD A FOOTER 14
ADD A FOOTER 15
ADD A FOOTER 16
a

ADD A FOOTER 17
a

ADD A FOOTER 18
ADD A FOOTER 19
ADD A FOOTER 20
ADD A FOOTER 21
ADD A FOOTER 22
ADD A FOOTER 23
ADD A FOOTER 24
ADD A FOOTER 25
Nomenklatur
(Aturan Tata Nama)

26
6. Nomenklatur (Aturan Tata Nama)

Definisi:

Nomenklatur adalah nama-nama yang diberikan untuk saluran


irigasi, saluran pembuang, bangunan-bangunan dan daerah
irigasi.

27
Ketentuan:

• Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi,


pembuang, bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus
jelas dan logis.

• Nama harus pendek dan tidak punya tafsiran ganda


(ambigu).

• Nama harus dibuat dan dipilih sedemikian sehingga jika


dibuat bangunan baru tidak perlu mengubah semua nama
yang sudah ada.
28
Kesepakatan Standar Tata Nama

Daerah Irigasi : mengambil nama daerah setempat/daerah penting


yang terletak dekat dengan jaringan bangunan utama.
Saluran Primer : sesuai nama daerah irigasi yang dilayani.
Saluran Sekunder : sesuai nama desa yang terletak di petak
sekunder.
Petak Sekunder : sesuai dengan nama saluran sekundernya.
Petak Tersier: sesuai dengan nama bangunan sadap tersier dari
jaringan utama.
Bangunan Irigasi : meliputi bangunan bagi dengan pintu sadap,
bangunan sadap, gorong-gorong, talang, sipon, bangunan terjun,
jembatan, dan jembatan orang. Bangunan irigasi diberi nama
sesuai diberi nama sesuai dengan nama ruas dimana bangunan
tersebut terletak, dimulai dengan huruf besar B (bangunan) lalu
diikuti dengan huruf kecil bagi bangunan yang terletak di ujung hulu
29
mulai dengan huruf “a”, selanjutnya b, c, dan seterusnya untuk
bangunan yang berada di hilir.
Standar Sistem Tata Nama untuk Skema Irigasi

30
Standar SistemTata Nama untuk Bangunan-Bangunan
Irigasi

31
Kesepakatan Standar Tata Nama

Tata nama jaringan tersier sebagai berikut.


• Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang
terletak di antara kedua boks. misalnya (T1 - T2), (T3 - K1).
• Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2 dan
sebagainya.
• Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan
nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan
seterusnya menurut arah jarum jam.
• Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier dengan nomor
urut tertinggi: K1, K2 dan seterusnya.
• Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
32

dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1,a2 dan seterusnya.


Kesepakatan Standar Tata Nama

33
Kesepakatan Standar Tata Nama

• Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter


yang dibuang airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk,
misalnya dka1, dka2 dan seterusnya.
• Saluran pembuang tersier, diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah
jarum jam sesuai gambar di bawah ini.

34
THANK YOU
BENDUNG SAMAL, PULAU SERAM

THANK YOU 35
36

Anda mungkin juga menyukai