Anda di halaman 1dari 58

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN
3.1 Data Perencanaan
Berikut ini data debit air (Q) yang terjadi pada setiap saluran :
1.
3.

5.
7.
9.

Saluran Primer
2. Q
= 2,407 m3/dtk
Saluran Sekunder 1
4. Q
=
2,3580
m3/dtk
Saluran Sekunder 2
6. Q
= 2,061 m3/dtk
Saluran Sekunder 3
8. Q
= 1,926 m3/dtk
Saluran Tersier 1
10.Q
=
0,03899

11.

m3/dtk
Saluran Tersier 2
12.Q
=
0,0195

13.

m3/dtk
Saluran Tersier 3
14.Q
=
0,0195

15.

m3/dtk
Saluran Tersier 4
16.Q
=
0,0426

17.

m3/dtk
Saluran Tersier 5
18.Q
=
0,0213

19.

20.Q

0,0213

21.

m3/dtk
Saluran Tersier 7
22.Q
=
0,1097

23.

m3/dtk
Saluran Tersier 8
24.Q
=
0,0549

25.

m3/dtk
Saluran Tersier 9
26.Q
=
0,0549

27.

m3/dtk
Saluran Tersier 10
28.Q
=
0,1699

29.

m3/dtk
Saluran Tersier 11
30.Q
=
0,0566

31.

m3/dtk
Saluran Tersier 12
32.Q
=
0,0566

33.

m3/dtk
Saluran Tersier 13
34.Q
=
0,0566

m3/dtk
Saluran Tersier 6

Tugas Irigasi dan Bangunan Air

m3/dtk
35.
36.

27

37.

(Gambar Skema Jaringan Irigasi dan Bangunan pelengkap dan

pendukung terlampir)
3.2 Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Utama dan Pelengkap
3.2.1 Perencanaan Petak Sawah
1. Petak irigasi adalah petak-petak atau daerah-daerah yang
akan diairi dari suatu sumber air. Baik yang berasal dari waduk
maupun langsung dari satu atau beberapa sungai melalui suatu
bangunan pengambilan yang dapat berupa bendungan, rumah pompa,
ataupun pengambilan bebas. Perencanaan petak sawah yang
ditugaskan adalah perencanaan luas dan batas petak sekunder serta
tempat penyadapan airnya. Peta petak irigasi dapat dibagi dalam tiga
jenis.
1. Petak primer Yaitu petak atau gabungan petak-petak sekunder
yang mendapat air langsung dari saluran induk. Petak primer
dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya
langsung dari sumber air. Daerah di sepanjang saluran primer
sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara
menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer
melewati sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang
berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.
2. Petak sekunder Yaitu kumpulan dari beberapa petak tersier yang
mendapat air langsung dari saluran sekunder. Biasanya petak
sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di
saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada
umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, misalnya
saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda
tergantung dari situasi daerah. Saluran sekunder sering terletak
di punggung medan, mengairi kedua sisi saluran hingga saluran
pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga
direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lerenglereng medan yang lebih rendah saja.
3. Petak tersier Yaitu petak-petak sawah yang mendapat air dari
bangunan sadap. Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit

tanah adalah petak tersier. Petak ini menerima air irigasi yang
dialirkan dan diukur pada bangunan sadap tersier yang menjadi
tanggung jawab dinas pengairan, Bangunan sadap tersier
mengalirkan airnya ke saluran tersier.
2. Di petak sekunder, pembagian air, eksploitasi dan
pemeliharaan menjadi tanggung jawab petani yang bersangkutan,
dibawah bimbingan pemerintah. Hal ini juga menentukan ukuran
petak sekunder. Petak yang terlampau besar akan mengakibatkan
pembagian air tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah
jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman dan topografi. Di
daerah-daerah yang ditanami padi, luas petak ideal adalah 50 sampai
100 hektar kadang-kadang sampai 150 hektar . Petak sekunder dibagi
menjadi petak-petak kwarter, masing-masing seluas 8 sampai 15
hektar.
3.

Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan

saluran sekunder atau primer. Perkecualian kalau petak-petak tersier


tidak secara langsung terletak di sepanjang jaringan irigasi utama yang
dengan demikian memerlukan saluran muka tersier yang membatasi
petak-petak tersier lainnya, hal ini harus dihindari. Panjang saluran
tersier sebaiknya kurang dari 1500 meter, tetapi dalam kenyataan
kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2500 meter. Panjang
saluran kuarter lebih baik dibawah 500 meter, tetapi pada prakteknya
kadang-kadang sampai 800 meter.
4. Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan petak adalah :
5.
Petak mempunyai batas yang jelas pada tiap petak sehingga
terpisah dari petak sekunder yang lain dan sebagai batas petak
6.

adalah saluran drainase.


Bentuk petak sedapatnya bujur sangkar, uasaha ini untuk

7.

meningkatkan efisiensi.
Tanah dalam suatu petak sekunder sedapat mungkin harus dapat

8.
9.

dimiliki oleh satu desa atau paling banyak tiga desa.


Desa, jalan, sungai diusahakan menjadi batas petak
Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, dan gerak
pembagi ditempatkan di tempat tertinggi.

10.

Petak sekunder harus diletakkan sedekat mungkin dengan


saluran pembawa ataupun bangunan pembawa.
11.
12.
13. Namun, pada perencanaan petak tersier pada laporan ini,

luas petak tidak berada pada range 50 ha-100 ha karena luas terairinya
relatif kecil. Luas petak tersier yang digunakan adalah 20 ha, 32 ha,
dan 50 ha. Petak berjumlah 3 buah dengan luas terairi 102.4931 ha.
14.
3.2.2 Perencanaan Saluran
15. Air irigasi akan dialirkan dari sumber air ke petak sawah
melalui saluran pembawa, kemudian air buangan dari petak sawah
keluar melalui saluran pembuangan. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam perencanaan saluran :
1. Dimensi saluran berdasarkan pada kapasitas terbesar yakni
kapasitas saat musim kemarau.
2. Saluran pembawa sedapat mungkin dipisahkan dari saluran
pembuang. Hal ini karena kecepatan pada saluran pembawa
kecil, sedangkan kecepatan pada saluran pembuang besar.
3. Saluran primer harus memiliki panjang maksimum 5 kilometer,
kemiringannya kecil, dan lurus.
Saluran Pembawa
16.
Saluran pembawa terdiri dari 3 macam :
1. Saluran Primer
17.
Saluran ini berfungsi membawa air dari sumber dan
mengalirkannya ke saluran sekunder. Air yang dibutuhkan
untuk saluran irigasi diperoleh dari sungai, danau, atau
waduk. Air dari sungai mengandung banyak zat lumpur yang
biasanya merupakan pupuk bagi tanaman sehingga dapat
menjaga tanaman tidak mati kekeringan di musim kemarau.
Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke
saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi.
Batas ujung saluran primer adalah bangunan bagi yang
terakhir
Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke
petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder

tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan


sadap terakhir.
Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber lain
(bukan sumber yang memberi air pada bangunan utama
proyek) ke jaringan irigasi primer.
Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap
tersier ke petak tersier yang terletak di seberang petak
tersier lainnya.
2. Saluran Sekunder
18.
Saluran sekunder menyadap air dari saluran primer
untuk mengairi daerah di sekitarnya.
3. Saluran Tersier
19.
Saluran ini berfungsi untuk membawa air dari
saluran sekunder dan membagikannya ke petak-petak sawah
dengan luas maksimum 150 hektar.
Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier
di jaringan utama ke dalam petak tersier, lalu ke saluran
kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter
yang terakhir.
Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter
melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawahsawah.
Saluran Pembuang
20.
Saluran ini berfungsi untuk membuang air berlebihan dari
petak-petak sawah ke sungai.
Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang
primer atau langsung ke jaringan pembuang alamiah ke luar
daerah irigasi.
Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer
sering berupa saluran
pembuang alamiah adalah saluran alami yang mengalirkan
kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai, atau ke laut

Saluran pembuang tersier


Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut
ke dalam saluran pembuang tersier.
Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak
tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan
menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari
sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang
sekunder.
21.Setiap saluran memiliki efisiensi irigasi, yaitu :
Saluran tersier : 80%
Saluran sekunder : 90%
Saluran primer : 65%
22.
3.2.3 Pendimensian Saluran
23. Setelah pembuatan petak-petak sawah, kemudian dilakukan
perhitungan dimensi saluran. Perhitungan dimensi saluran ini
didasarkan atas perhitungan petak-petak tersier. Air akan mengalir
terlebih dahulu melalui saluran primer, kemudian masuk ke saluran
sekunder, selanjutnya mengaliri petak-petak sawah melalui saluran
tersier. Perhitungan dimensi saluran dilakukan dengan langkah
berikut:
1. Perhitungan luas kumulatif
24. Luas kumulatif untuk

saluran

sekunder

merupakan

penjumlahan dari luas petak-petak tersier yang mendapat aliran


air dari saluran sekunder tersebut. Luas kumulatif untuk saluran
primer merupakan penjumlahan dari luas petak-petak tersier
yang mendapat aliran air dari saluran primer yang kemudian
mengalir ke saluran sekunder tersebut. Luas kumulatif dapat
dihitung dengan menjumlakan luas petak untuk tiap saluran
2. Perhitungan debit (Q)
DR A
Q=
25.
1000
26. dimana :
27. DR
= kebutuhan pengambilan air = 2.77 l/dt.ha

28. A
= luas (ha)
29.
= efisiensi irigasi
3. Perhitungan kecepatan rencana (V)
30. Didapat dari tabel b/h dan kemiringan talud seperti
terlampir sebagai berikut:
31. Tabel 3.1
Nilai b/h dan Kemiringan Talud Sesuai
Kecepatan
32.

Rencana
33.

35.

V (m/det)
42.
34.

37.

38.

36.
40.

41.

49.
44.

45.

46.

47.

48.

50.

56.
51.

52.

53.

54.

55.

57.

63.
58.

59.

60.

61.

62.

64.

70.
65.

66.

67.

68.

69.

72.

73.

74.

75.

76.

71.

77.

78.

84.
79.

80.

81.

82.

83.

85.

91.
86.

87.

88.

89.

90.

92.

98.
94.

93.

95.

96.

97.

99.

105.
100.

101.

108.

107.

114.

115.

121.

122.

128.

129.

135.

136.

102.

109.

116.

123.

130.

137.

142. dimana :
143. Q

= debit (m3/s)

103.

104.

110.

111.

117.

118.

124.

125.

131.

132.

138.

139.

106.

112.

119.

126.

133.

140.

113.

120.

127.

134.

141.

144. m
= kemiringan talud
145.
4. Perhitungan luas penampang basah (A)
146. = /
147. dimana :
148. Q
= debit (m3/s)
149. V
= kecepatan (m/s)
5. Perhitungan kemiringan talud (m)
150. Kemiringan talud ditentukan sebagai berikut :
151. Tabel 3.2 Kemiringan Talud
152. Q
154. (m3/dt)
156. 0,15 0,30
158. 0,30 0,50
160. 0,50 0,75
162. 0,75 1,00
164. 1,00 1,50
166. 1,50 3,00
168. 3,00 4,50
170. 4,50 5,00
172. 5,00 6,00
174. 6,00 7,50
176. 7,50 9,00
178. 9,00 10,00
180. 10,00 11,00
182. 11,00 15,00
184. 15,00 25,00
186. 25,00 40,00
6. Perhitungan nilai perbandingan n (b/h)
188. Didapat dari tabel 3.1
189.
7. Perhitungan ketinggian air (h)
A
190. h= m+n

153.

157.
159.
161.
163.
165.
167.
169.
171.
173.
175.
177.
179.
181.
183.
185.
187.

1
1
1
1
1
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
2
2
2
2

191. dimana :
192. A
= Luas penampang basah
193. m
= kemiringan talud
194. n
= perbandingan b/h
8. Perhitungan lebar dasar saluran (b)
195. = h
196. Dimana :
197. h
= ketinggian air
9. Perhitungan lebar dasar saluran di lapangan (b)
198. Nilai b dilakukan pembulatan ke 5 cm terdekat.

10. Perhitungan luas basah rencana (A)


199. = ( + h) h
200. dimana :
201. b
= pembulatan lebar dasar saluran
202. m
= kemiringan talud
203. h
= ketinggian air
11. Perhitungan keliling basah (P)
204. = + 2 h (1 + 2)0,5
205. dimana :
206. b
= pembulatan lebar dasar saluran
207. m
= kemiringan talud
208. h
= ketinggian air
12. Perhitungan jari-jari hidrolik (R)
209. = /
210. dimana :
211. A
= luas basah rencana (m2)
212. P
= keliling basah (m)
13. Perhitungan koefisien Strickler (k)
213. Koefisien Strickler ditentukan sebagai berikut:
214. Tabel 3.3 Koefisien Strickler
215. Q
217. (m3/dt)
219. 0,15 0,30
221. 0,30 0,50
223. 0,50 0,75
225. 0,75 1,00
227. 1,00 1,50
229. 1,50 3,00
231. 3,00 4,50
233. 4,50 5,00
235. 5,00 6,00
237. 6,00 7,50
239. 7,50 9,00
241. 9,00 10,00
243. 10,00 11,00
245. 11,00 15,00
247. 15,00 25,00
249. 25,00 40,00

216.
220.
222.
224.
226.
228.
230.
232.
234.
236.
238.
240.
242.
244.
246.
248.
250.

k
35
35
35
35
40
40
40
40
42,5
42,5
42,5
42,5
45
45
45
45

251.
14. Perhitungan kecepatan aliran rencana (V)
252. = /
253. dimana :
254. Q
= debit rencana (m3/s)
255. A
= luas basah rencana (m2)
15. Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (i)

256.

i=

2
4
3

(k R )
2

257. dimana :
258. V* = kecepatan aliran rencana (m/s)
259. k =koefisien Strickler
260. R = jari-jari hidrolik (m)
16. Perhitungan freeboard (W)
261. Berdasarkan tabel, freeboard ditentukan sebagai berikut :
262. Tabel 3.4 Freeboard
263.
Q
265.
(m3/dt)
267.
0,00
0,50
269.
0,50
1,50
271.
1,50
5,00
273.
5,00
10,00
275.
10,00
15,00

264.
266.

W
(m)

268.

0,4

270.

0,5

272.

0,6

274.

0,75

276.

0,85

277.
>

278.

279.
17. Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
280. = h +
281. dimana :
282. h = ketinggian air (m)
283. W = freeboard (m)
18. Perhitungan lebar saluran yang ditambah freeboard (B)
( h+W )
'
284. B=b + 2 m

285. dimana :
286. h = ketinggian air (m)
287. W = freeboard (m)
288. b = pembulatan lebar dasar saluran
3.2.4 Bangunan Utama
289. Bangunan utama didefinisikan sebagai suatu kompleks
bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk

membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk


keperluan irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi kandungan
sedimen yang berlebihan dan mengukuru banyaknya air masuk.
290. Bangunan utama terdiri dari bangunan-bangunan pengelak
dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan utama, pintu bilas,
kolam olak, kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan
bangunan-bangunan

pelengkap.

Bangunan

utama

dapat

diklasifikasikan ke dalam sejumlah kategori, bergantung kepada


perencanaanya.
Bangunan Bendung
291.
Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan
utama yang benar-benar dibangun di dalam air. Bangunan ini
diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke
jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau
dengan memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe
bendung saringan bawah (bottom rack weir).
292.
Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk
mengatur elevasi air di sungai, maka ada dua tipe yang dapat
digunakan, yakni:
(1) bendung pelimpah dan
(2) bendung gerak (barrage)
293.
Bendung adalah bangunan pelimpah melintang
sungai yang memberikan tinggi muka air minimum kepada
bangunan
merupakan

pengambilan
penghalang

untuk
selama

keperluan
terjadi

irigasi.
banjir

Bendung

dan

dapat

menyebabkan genangan luas di daerah-daerah hulu bendung


tersebut.
294.

Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang

dibuka selama aliran besar; masalah yang ditimbulkannya selama


banjir kecil saja. Bendung gerak dapat mengatur muka air di depan
pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan
irigasi. Bendung gerak mempunyai kesulitan-kesulitan eksploitasi

karena pintunya harus tetap dijaga dan dioperasikan dengan baik


dalam keadaan apa pun.
295.
Bendung saringan bawah adalah tipe bangunan yang
dapat menyadap air dari sungai tanpa terpengaruh oleh tinggi muka
air. Tipe ini terdiri dari sebuah parit terbuka yang terletak tegak
lurus terhadap aliran sungai.
296.
Untuk keperluan-keperluan irigasi, bukanlah selalu
merupakan keharusan untuk meninggikan muka air di sungai. Jika
muka air sungai cukup tinggi, dapat dipertimbangkan pembuatan
pengambilan bebas; bangunan yang dapat mengambil air dalam
jumlah yang cukup banyak selama waktu pemberian air irigasi,
tanpa membutuhkan tinggi muka air tetap di sungai.
297.
Dalam hal ini pompa dapat juga dipakai untuk
menaikkan air sampai elevasi yang diperlukan. Akan tetapi, karena
biaya pengelolannya tinggi, maka harga air irigasi mungkin
menjadi terlalu tinggi pula. Lokasi bangunan bendung dan
pemilihan tipe yang paling cocok dipengaruhi oleh banyak faktor,
yaitu:
Tipe, bentuk dan morfologi sungai
Kondisi hidrolis anatara lain elevasi yang diperlukan untuk

irigasi
Topografi pada lokasi yang direncanakan,
Kondisi geologi teknik pada lokasi,
Metode pelaksanaan
Aksesibilitas dan tingkat pelayanan
298.
Faktor-faktor yang disebutkan

di

atas

akan

dibicarakan dalam pasal-pasal berikut. Pasal terakhir akan


memberikan tipe-tipe bangunan yang cocok untuk digunakan
sebagai bangunan bendung dalam kondisi yang berbeda-beda.
Syarat-syarat Penentuan Lokasi Bendung
299.
Aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi
bendung adalah :
1. Pertimbangan topografi
2. Kemantapan geoteknik fondasi bendung
3. Pengaruh hidraulik

4. Pengaruh regime sungai


5. Tingkat kesulitan saluran induk
6. Ruang untuk bangunan pelengkap bendung
7. Luas layanan irigasi
8. Luas daerah tangkapan air
9. Tingkat kemudahan pencapaian
10. Biaya pembangunan
11. Kesepakatan stakeholder
300.
(1) Pengaruh Hidraulik
301.
Keadaan hidraulik yang paling ideal bila ditemukan
lokasi bendung pada sungai yang lurus. Pada lokasi ini arah
aliran sejajar, sedikit arus turbulen, dan kecenderungan
gerusan dan endapan tebing kiri kanan relatif sedikit. Dalam
keadaan terpaksa, bila tidak ditemukan bagian yang lurus,
dapat ditolerir lokasi bendung tidak pada bagian sungai yang
lurus betul. Perhatian khusus harus diberikan pada posisi
bangunan pengambilan yang harus terletak pada tikungan
luar sungai. Hal ini dimaksudkan agar pengambilan air irigasi
bisa lancar masuk ke intake dengan mencegah adanya
endapan didepan pintu pengambilan. Maksud ini akan lebih
ditunjang apabila terdapat bagian sungai yang lurus pada hulu
lokasi bendung.
(2) Pengaruh regime sungai
302.
Regime sungai mempunyai pengaruh yang cukup
dominan dalam pemilihan lokasi bendung. Salah satu
gambaran karakter regime sungai yaitu adanya perubahan
geometri sungai baik. secara horizontal ke kiri dan ke kanan
atau secara vertikal akibat gerusan dan endapan sungai.
Bendung di daerah pegunungan dimana kemiringan sungai
cukup besar, akan terjadi kecenderungan gerusan akibat gaya
seret aliran sungai yang cukup besar. Sebaliknya di daerah
dataran dimana kemiringan sungai relatif kecil akan ada
pelepasan sedimen yang dibawa air menjadi endapan tinggi
di sekitar bendung. Jadi dimanapun kita memilih lokasi

bendung tidak akan terlepas dari pengaruh endapan atau


gerusan sungai. Kecuali di pegunungan ditemukan lokasi
bendung dengan dasar sungai dari batuan yang cukup kuat,
sehingga mempunyai daya tahan batuan terhadap gerusan air
yang sangat besar, maka regime sungai hampir tidak
mempunyai pengaruh terhadap lokasi bendung. Yang perlu
dihindari adalah lokasi dimana terjadi perubahan kemiringan
sungai yang mendadak, karena ditempat ini akan terjadi
endapan atau gerusan yang tinggi. Perubahan kemiringan dari
besar menjadi kecil akan mengurangi gaya seret air dan akan
terjadi pelepasan sedimen yang dibawa air dari hulu. Dan
sebaliknya perubahan kemiringan dari kecil ke besar akan
mengkibatkan gerusan pada hilir bendung. Meskipun
keduanya dapat diatasi dengan rekayasa hidraulik, tetapi hal
yang demikan tidak disukai mengingat memerlukan biaya
yang tinggi. Untuk itu disarankan memilih lokasi yang relatif
tidak ada perubahan kemiringan sungai.
(3) Pertimbangan Topografi
303.
Lembah sungai yang sempit berbentuk huruf V dan
tidak terlalu dalam adalah lokasi yang ideal untuk lokasi
bendung, karena pada lokasi ini volume tubuh bendung dapat
menjadi minimal. Lokasi seperti ini mudah didapatkan pada
daerah pegunungan, tetapi di daerah datar dekat pantai tentu
tidak mudah mendapatkan bentuk lembah seperti ini. Di
daerah

transisi

(middle

reach)

kadang-kadang

dapat

ditemukan disebelah hulu kaki bukit. Sekali ditemukan lokasi


yang secara topografis ideal untuk lokasi bendung, keadaan
topografi di daerah tangkapan air juga perlu dicek. Apakah
topografinya terjal sehingga mungkin terjadi longsoran atau
tidak. Topografi juga harus dikaitkan dengan karakter
hidrograf banjir, yang akan mempengaruhi kinerja bendung.
Demikian juga topografi pada daerah calon sawah harus

dicek. Yang paling dominan adalah pengamatan elevasi


hamparan tertinggi yang harus diairi. Analisa ketersediaan
selisih tinggi energi antara elevasi puncak bendung pada
lokasi terpilih dan elevasi muka air pada sawah tertinggi
dengan keperluan energi untuk membawa air ke sawah
tersebut akan menentukan tinggi rendahnya bendung yang
diperlukan. Atau kalau perlu menggeser ke hulu atau ke hilir
dari lokasi yang sementara terpilih. Hal ini dilakukan
mengingat tinggi bendung sebaiknya dibatasi 6-7 m.
Bendung yang lebih tinggi akan memerlukan kolam olak
ganda (double jump)
(4) Kemantapan geoteknik
304.
Keadaan geoteknik fondasi bendung harus terdiri
dari formasi batuan yang baik dan mantap. Pada tanah aluvial
kemantapan fondasi ditunjukkan dengan angka standar
penetration test (SPT)>40. Bila angka SPT<40 sedang batuan
keras jauh dibawah permukaan, dalam batas-batas tertentu
dapat dibangun bendung dengan tiang pancang. Namun kalau
tiang

pancang

terlalu

dalam

dan

mahal

sebaiknya

dipertimbangkan pindah lokasi.


305.
(5) Tingkat Kesulitan Saluran Induk
306.
Lokasi bendung akan membawa akibat arah trace
saluran induk. Pada saat lokasi bendung dipilih dikaki bukit,
maka saluran induk biasanya berupa saluran kontur pada kaki
bukit yang pelaksanaannya tidak terlalu sulit. Namun hal ini
biasanya elevasi puncak bendung sangat terbatas, sehingga
luas layanan irigasi juga terbatas. Hal ini disebabkan karena
tinggi bendung dibatasi 6-7 m saja.
307.
Untuk mengejar ketinggian

dalam

rangka

mendapatkan luas layanan yang lebih luas, biasanya lokasi


bendung digeser ke hulu. Dalam keadaan demikian saluran
induk harus menyusuri tebing terjal dengan galian yang

cukup tinggi. Sejauh galian lebih kecil 8 m dan timbunan


lebih kecil 6 m, maka pembuatan saluran induk tidak terlalu
sulit. Namun yang harus diperhatikan adalah formasi batuan
di lereng dimana saluran induk itu terletak. Batuan dalam
volume besar dan digali dengan teknik peledakan akan
mengakibatkan biaya yang sangat mahal, dan sebisa mungkin
dihindari. Kalau dijumpai hal yang demikian, lokasi bendung
digeser sedikit ke hilir untuk mendapatkan solusi yang
kompromistis antara luas area yang didapat dan kemudahan
pembuatan saluran induk.
(6) Ruang untuk bangunan pelengkap bendung
308.
Meskipun dijelaskan dalam butir 1 bahwa lembah
sempit adalah pertimbangan topografis yang paling ideal,
tetapi juga harus dipertimbangkan tentang perlunya ruangan
untuk keperluan bangunan pelengkap bendung. Bangunan
tersebut adalah kolam pengendap, bangunan kantor dan
gudang, bangunan rumah penjaga pintu, saluran penguras
lumpur, dan komplek pintu penguras, serta bangunan
pengukur debit. Kolam pengendap dan saluran penguras
biasanya memerlukan panjang 300 500 m dengan lebar 40
60 m, diluar tubuh bendung. Lahan tambahan diperlukan
untuk satu kantor, satu gudang dan 2-3 rumah penjaga
bendung.
(7) Luas layanan irigasi
309.
Lokasi bendung harus dipilih sedemikian sehingga
luas layanan irigasi agar pengembangan irigasi dapat layak.
Lokasi bendung kearah hulu akan mendapatkan luas layanan
lebih besar bendung cenderung dihilirnya. Namun demikian
justifikasi dilakukan untuk mengecek hubungan antara tinggi
luas layanan irigasi. Beberapa bendung yang sudah definitip,
kadang-kadang dijumpai penurunan 1 m, yang dapat
menghemat beaya pembangunan hanya mengakibatkan

pengurangan luas beberapa puluh Ha saja. Oleh karena itu


kajian tentang kombinasi tinggi bendung dan luas layanan
irigasi perlu dicermati sebelum diambil keputusan final.
(8) Luas daerah tangkapan air
310.
Pada sungai bercabang lokasi bendung harus dipilih
sebelah hulu atau hilir cabang anak sungai. Pemilihan sebelah
hilir akan mendapatkan daerah tangkapan air yang lebih
besar, dan tentunya akan mendapatkan debit andalan lebih
besar, yang muaranya akan mendapatkan potensi irigasi lebih
besar. Namun pada saat banjir elevasi deksert harus tinggi
untuk menampung banjir 100 tahunan ditambah tinggi jagaan
(free board) atau menampung debit 1000 tahunan tanpa tinggi
jagaan. Lokasi di hulu anak cabang sungai akan mendapatkan
debit andalan dan debit banjir relatip kecil, namun harus
membuat bangunan silang sungai untuk membawa air di
hilirnya. Kajian teknis, ekonomis, dan sosial harus' dilakukan
dalam memilih lokasi bendung terkait dengan luas daerah
tangkapan air.
311.
(9) Biaya pembangunan
312.
Dalam pemilihan lokasi bendung, perlu adanya
pertimbangan

pemilihan

beberapa

alternatif,

dengan

memperhatikan adanya faktor dominan. Faktor dominan


tersebut ada yang saling memperkuat dan ada yang saling
melemahkan. Dari beberapa alternatip tersebut selanjutnya
dipertimbangkan metode pelaksanaannya serta pertimbangan
lainnya antara lain dari segi O & P. Hal ini antara lain akan
menentukan besarnya beaya pembangunan. Biasanya beaya
pembangunan ini adalah pertimbangan terakhir untuk dapat
memastikan lokasi bendung dan layak dilaksanakan.
3.2.5 Perencanaan Bangunan Bagi dan Bangunan Pelengkap
a. Bendung (Weir)

313. Bendung (Weir) dipakai untuk meninggikan muka air di


sungai sampai ketinggian yang diperlukan agar air dapat
dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.
b. Bangunan Bagi
314. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada
suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara
dua saluran atau lebih.
c. Bangunan Bagi Sadap
315. Bangunan bagi sadap mangalirkan air dari saluran primer
atau sekunder ke saluran tersier penerima. Bangunan bagi dan
sadap mungkin digabung menjadi suatu rangkaian bangunan.
d. Bangunan Tersier
316. Bangunan Tersier berfungsi membagi langsung pada petakpetak sawah.
317.
318.
319.
320.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Bangunan Bagi dan Pelengkap

321.

322.

323.

Nam

325.
324.

Jemb

329.
328.

Bend

332.

333.
Bang

327.
326.

331.

330.

334.

335.

337.
336.

Bang

341.
340.

Bang

339.

338.

343.

342.

344.
3.3 Perhitungan Penampang Saluran
1. Saluran primer
Debit Rencana
1.
Q = 2,407 m3/dt
Asumsi Kecepatan Rencana V = 0,55 0,6 m/dt ; (data dari tabel
3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
2.
n = b / h = 2,5 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
3. Talud = 1 : 1,5 ; (1 : m) (m = 1,5 = data dari tabel 3.2);
Perhitungan Luas Penampang Basah (A)
3
2,407 m /dt
4.
A = Q/V = 0,55 m/dt
= 4,38 m2
Perhitungan Ketinggian Air (h)
5. A = (b + mh) h = 4h2
6.

4h2= 4,38 m2

7. h =

4,38 m2
4

= 1,095 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


8. b = 2,5 h = 2,5*1,095 m = 2,738 m 2,75 m
Perhitungan Luas basah rencana (A)
9.
A = 4h2 = 4*1,0952 = 2,756 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)

10.

2,407 m3/dt
2,756 m2

V = Q/A =

= 0,873 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


11.

m2 +1

P = b + 2h

= 2,738 m + 2*1,095 m

12.

= 2,738 m + 3,097 m

13.

= 5,84 m

12+1

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


14.

2,756 m2
5,84 m

R = A/P =

= 0,472 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 45 karena Q dibawah 5

15.
m

/dt

16.

0,873 m/dt = 45*0,4722/3 m *I1/2

17.

I1/2 =

V
K . R2 /3

0,873 m/dt
45.0,4722/ 3 m

0,873m/dt
27,28 m

0,032
18.

I = 0,032

= 0,0001024

Perhitungan freeboard (W)


19.
Q = 2,407 m3/s, maka W = 0,6 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
20.
H = h + W = 1,095 + 0,6 = 1,695 m 1,70 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
21.
m

22.

B = 2,75 + 2

( 1,7 )
1,5

23.
B = 5.01667 m 5.05 m
Kesimpulan :
24.

Q = 2,407 m3/dt

25.

h = 1,095 m

26.

b = 2,738 m

27.

V = 0,873 m/dt

28.

I = 0,0001024

29.

t = 1:1,5 (talud)

30.

W = 0,6 m

31.

H = 1,70 m

32.

B = 5,05 m

33.
2. Saluran tersier 1
Debit Rencana
34.

Q = 38,99 L/dt = 0,03899 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


35.
V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
36.
n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
37.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


38.

A = Q/V =

0,03899m3 /dt
0,25 m/dt

= 0,156 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


39.

A = (b + mh) h = 2h2

40.

2h2=0,156 m2

41.

h=

0,156 m 2
2

= 0,28 m 0,30 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


42.

b = n . h = 1*0,28 m = 0,28 m 0,30 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


43.
A = 2h2 = 2*0,302 = 0,180 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)

44.

0,03899m 3/dt
0,180 m2

V = Q/A =

= 0,2166 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


45.

P = b + 2h

m2 +1

= 0,3 m + 2* 0,3 m

46.

= 0,3 m + 0,849 m

47.

= 1,149 m

12+1

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


48.

R = A/P =

0,180 m2
1,149 m

= 0,15666 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


49.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

50.

0,2166 m/dt = 40*0,156662/3 m *I1/2

51.

I1/2 =

52.

I = 0,000347

V
2 /3
K.R

0,2166 m/dt
2 /3
40.0,15666 m

0,2166 m/dt
6.266 m

Perhitungan freeboard (W)


53.
Q = 0.03899 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
54.
H = h + W = 0,3 + 0,4 = 0,7 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
55.
m

56.

B = 0,3 + 2

57.
B = 1,7 m
Kesimpulan :
58.
Q= 0,03899 m3/dt
59.
h = 0,30 m
60.
b = 0,30 m
61.
V =0,217 m/dt
62.
I = 0,000347
63.
t = 1:1 (talud)

( 0,7 )
1

64.

W = 0,4 m

65.

H = 0.7 m

66.

B = 1.7 m

67.
3. Saluran tersier 2
Debit Rencana
68.

Q = 19,495 L/dt = 0,0195 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


69.
V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
70.
n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
71.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


72.

A = Q/V =

0,0195m3 /dt
0,25 m/dt

= 0,078 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


73.

A = (b + mh) h = 2h2

74.

2h2=0,078 m2

75.

h=

0,078 m2
2

= 0,197 m 0,30 m ( pakai nilai hmin)

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


76.

b = n . h = 1*0,2 m = 0,20 m 0,30 m ( pakai nilai bmin)

Perhitungan Luas basah rencana (A)


77.
A = 2h2 = 2*0,302 = 0,180 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
78.

V = Q/A =

0,0195m 3/dt
0,180 m2

= 0,108 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


79.

P = b + 2h

m2 +1

= 0,3 m + 2* 0,3 m

12+1

80.

= 0,3 m + 0,849 m

81.

= 1,149 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


82.

R = A/P =

0,180 m2
1,149 m

= 0,157 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


83.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

84.

0,108 m/dt = 40*0,1572/3 m *I1/2


1/2

V
K . R2 /3

85.

I =

86.

I = 0,000087

0,108 m/ dt
40.0,1572 /3 m

Perhitungan freeboard (W)


87.
Q = 0.0195 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
88.
H = h + W = 0,3 + 0,4 = 0,7 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
89.
m

90.

B = 0,3 + 2

91.
B = 1,7 m
Kesimpulan :
92.
Q= 0,0195 m3/dt
93.
h = 0,30 m
94.
b = 0,30 m
95.
V =0,108 m/dt
96.
I = 0,000087
97.
t = 1:1 (talud)
98.

W = 0,4 m

99.

H = 0.7 m

100.

B = 1.7 m

101.
4. Saluran tersier 3

( 0,7 )
1

Debit Rencana
102.

Q = 19,495 L/dt = 0,0195 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


103. V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
104. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
105.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


106.

A = Q/V =

0,0195m3 /dt
0,25 m/dt

= 0,078 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


107.

A = (b + mh) h = 2h2

108.

2h2=0,078 m2

109.

h=

0,078 m2
2

= 0,197 m 0,30 m ( pakai nilai hmin)

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


110.

b = n . h = 1*0,3 m = 0,30 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


111. A = 2h2 = 2*0,302 = 0,180 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
112.

V = Q/A =

0,0195m 3/dt
0,180 m2

= 0,108 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


113.

P = b + 2h

m2 +1

= 0,3 m + 2* 0,3 m

114.

= 0,3 m + 0,849 m

115.

= 1,149 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)

12+1

116.

R = A/P =

0,180 m2
1,149 m

= 0,157 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


117.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

118.

0,108 m/dt = 40*0,1572/3 m *I1/2

119.

I1/2 =

120.

I = 0,000087

V
K . R2 /3

0,108 m/ dt
40.0,1572 /3 m

121.
Perhitungan freeboard (W)
122. Q = 0.0195 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
123. H = h + W = 0,3 + 0,4 = 0,7 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
124.
m

125.

B = 0,3 + 2

126. B = 1,7 m
Kesimpulan :
127. Q= 0,0195 m3/dt
128. h = 0,30 m
129. b = 0,30 m
130. V =0,108 m/dt
131. I = 0,000087
132. t = 1:1 (talud)
133.

W = 0,4 m

134.

H = 0.7 m

135.

B = 1.7 m

136.
5. Saluran sekunder 1
Debit Rencana
137.

Q = 2.3580 m3/dt

( 0,7 )
1

Asumsi Kecepatan Rencana


138. V = 0,55 0,60 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
139. n = b / h = 2,5 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
140.

Talud = 1 : 1,5 ; (1 : m) (m = 1,5 = data dari tabel 3.2);

141.
Perhitungan Luas Penampang Basah (A)
142.

A = Q/V =

2,3580 m3 /dt
0,60 m/dt

= 3,930 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


143.

A = (b + mh) h = 4h2

144.

4h2= 3,930 m2

145.

h=

3,930 m 2
4

= 0,991 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


146.

b = n . h = 1,5*0,991 m = 2,478 m 2,5 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


147. A = 2h2 = 2*0,9912 = 1,965 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
148.

V = Q/A =

2,3580 m 3/dt
1,965 m2

= 1,2 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


149.

P = b + 2h

m2 +1
150.

= 2,5 m + 2* 0,991 m

1,52+1

= 6,074 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


151.

R = A/P =

1,965 m 2
6,074 m

= 0,324 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)

152.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 45 untuk saluran tersier

153.

1,20 m/dt = 45*0,3242/3 m *I1/2


1/2

V
K . R2 /3

154.

I =

155.

I = 0,003202

1.20 m/ dt
45.0,3242 /3 m

Perhitungan freeboard (W)


156. Q = 2,3580 m3/s, maka W = 0,6 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
157. H = h + W = 0,991 + 0,6 = 1,591 m 1,60 m
158.
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
159.
m

160.

B = 2,5 + 2

( 1,6 )
1,5

161. B = 4,622 m 4,65 m


Kesimpulan :
162. Q= 2,3580 m3/dt
163. h = 0,991 m
164. b = 2,5 m
165. V = 1,20 m/dt
166. I = 0,003202
167. t = 1:1,5 (talud)
168.

W = 0,6 m

169.

H = 1,6 m

170.

B = 4,65 m

6. Saluran tersier 4
Debit Rencana
171.

Q = 42,58 L/dt = 0,0426 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


172. V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
173. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
174.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


175.

0,0426 m3 /dt
0,25 m/dt

A = Q/V =

= 0,170 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


176.

A = (b + mh) h = 2h2

177.

2h2=0,170 m2

178.

h=

0,170 m2
2

= 0,292 m 0,30 m ( pakai nilai hmin)

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


179.

b = n . h = 1*0,30 m = 0,30 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


180. A = 2h2 = 2*0,302 = 0,180 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
181.

0,0426 m3/dt
0,180 m2

V = Q/A =

= 0,237 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


182.

P = b + 2h

m2 +1

= 0,3 m + 2* 0,3 m

183.

12+1

= 1,149 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


184.

R = A/P =

0,180 m2
1,149 m

= 0,157 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


185.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

186.

0,237 m/dt = 40*0,1572/3 m *I1/2


1/2

V
K . R2 /3

187.

I =

188.

I = 0,000414

0,237 m/ dt
40.0,1572 /3 m

Perhitungan freeboard (W)


189. Q = 0.0426 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
190. H = h + W = 0,3 + 0,4 = 0,7 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
'
B
=
b
+
2

191.
m

192.

B = 0,3 + 2

( 0,7 )
1

193. B = 1,7 m
194.
Kesimpulan :
195. Q= 0,0426 m3/dt
196. h = 0,30 m
197. b = 0,30 m
198. V = 0,237 m/dt
199. I = 0,000414
200. t = 1:1 (talud)
201.

W = 0,4 m

202.

H = 0.7 m

203.

B = 1.7 m

204.
7. Saluran tersier 5
Debit Rencana
205.

Q = 21,29 L/dt = 0,0213 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


206. V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
207. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
208.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


3

209.

A = Q/V =

0,0213m /dt
0,25 m/dt

Perhitungan Ketinggian Air (h)

= 0,085 m2

210.

A = (b + mh) h = 2h2

211.

2h2 = 0,085 m2

212.

h=

0,085 m 2
2

= 0,206 m 0,30 m ( pakai nilai hmin)

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


213.

b = n . h = 1*0,3 m = 0,30 m 0,30 m ( pakai nilai bmin)

214.
Perhitungan Luas basah rencana (A)
215. A = 2h2 = 2*0,302 = 0,180 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
216.

0,118 m3 /dt
0,180 m2

V = Q/A =

= 0,118 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


217.

P = b + 2h

m2 +1

= 0,3 m + 2* 0,3 m

218.

12+1

= 1,149 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


219.

R = A/P =

0,180 m2
1,149 m

= 0,157 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


220.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

221.

0,118 m/dt = 40*0,1572/3 m *I1/2


1/2

V
K . R2 /3

222.

I =

223.

I = 0,000103

0,118 m/ dt
40.0,1572 /3 m

Perhitungan freeboard (W)


224. Q = 0.0213 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
225. H = h + W = 0,3 + 0,4 = 0,7 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)

226.
227.

( 2 m( H ) )
( 0,7 )
B = 0,3 + (2
1 )
'

B = b+

228. B = 1,7 m
Kesimpulan :
229. Q= 0,0213 m3/dt
230. h = 0,30 m
231. b = 0,30 m
232. V = 0,118 m/dt
233. I = 0,000103
234. t = 1:1 (talud)
235.

W = 0,4 m

236.

H = 0.7 m

237.

B = 1.7 m

238.
8. Saluran tersier 6
Debit Rencana
239.

Q = 21,29 L/dt = 0,0213 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


240. V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
241. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
242.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


243.

A = Q/V =

0,0213m3 /dt
0,25 m/dt

= 0,085 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


244.

A = (b + mh) h = 2h2

245.

2h2 = 0,085 m2

246.

h=

0,085 m 2
2

= 0,206 m 0,30 m ( pakai nilai hmin)

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


247.

b = n . h = 1*0,3 m = 0,30 m 0,30 m ( pakai nilai bmin)

Perhitungan Luas basah rencana (A)


248. A = 2h2 = 2*0,302 = 0,180 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
249.

0,118 m3 /dt
0,180 m2

V = Q/A =

= 0,118 m/dt

250.
Perhitungan Keliling Basah (P)
251.

P = b + 2h

m2 +1

= 0,3 m + 2* 0,3 m

252.

12+1

= 1,149 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


253.

R = A/P =

0,180 m2
1,149 m

= 0,157 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


254.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

255.

0,118 m/dt = 40*0,1572/3 m *I1/2


1/2

V
K . R2 /3

256.

I =

257.

I = 0,000103

0,118 m/ dt
40.0,1572 /3 m

Perhitungan freeboard (W)


258. Q = 0.0213 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
259. H = h + W = 0,3 + 0,4 = 0,7 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
260.
m

261.
262.

B = 0,3 + 2

B = 1,7 m

( 0,7 )
1

Kesimpulan :
263. Q= 0,0213 m3/dt
264. h = 0,30 m
265. b = 0,30 m
266. V = 0,118 m/dt
267. I = 0,000103
268. t = 1:1 (talud)
269.

W = 0,4 m

270.

H = 0.7 m

271.

B = 1.7 m

9. Saluran sekunder 2
Debit Rencana
272.

Q = 2.061 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


273. V = 0,55 0,60 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
274. n = b / h = 2,5 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
275.

Talud = 1 : 1,5 ; (1 : m) (m = 1,5 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


276.

A = Q/V =

2,0610 m3 /dt
0,60 m/dt

= 3,435 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


277.

A = (b + mh) h = 4h2

278.

4h2= 3,435 m2

279.

h=

3,435 m 2
4

= 0,927 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


280.

b = n . h = 1,5*0,927 m = 2,317 m 2,35 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


281. A = 2h2 = 2*0,9272 = 1,718 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)

282.

2,0610 m 3/dt
1,718 m2

V = Q/A =

= 1,20 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


283.

P = b + 2h

m2 +1

= 2,35 m + 2* 0,927 m

284.

1,52+1

= 5,691 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


285.

R = A/P =

1,718 m 2
5,691 m

= 0,302 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


286.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 45 untuk saluran tersier

287.

1,20 m/dt = 45*0,3022/3 m *I1/2

288.

I1/2 =

289.

I = 0,003513

V
K . R2 /3

1.20 m/dt
45.0,3022/ 3 m

Perhitungan freeboard (W)


290. Q = 2,0610 m3/s, maka W = 0,6 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
291. H = h + W = 0,927 + 0,6 = 1,527 m 1,55 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
'
B
=
b
+
2

292.
m

293.

B = 2,35 + 2

294. B = 4,386 m 4,40 m


Kesimpulan :
295. Q= 2,0610 m3/dt
296. h = 0,927 m
297. b = 2,35 m
298. V = 1,20 m/dt
299. I = 0,003513
300. t = 1:1,5 (talud)
301.

W = 0,6 m

( 1,55 )
1,5

302.

H = 1,55 m

303.

B = 4,40 m

304.
10. Saluran tersier 7
Debit Rencana
305.

Q = 109,71 L/dt = 0,1097 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


306. V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
307.
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
308. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
309.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


3

310.

A = Q/V =

0,1097 m /dt
0,25 m/dt

= 0,439 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


311.

A = (b + mh) h = 2h2

312.

2h2 = 0,439 m2

313.

h=

0,439 m 2
2

= 0,468 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


314.

b = n . h = 1*0,468 m = 0,468 m 0,5 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


315. A = 2h2 = 2*0,4682 = 0,439 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
316.

V = Q/A =

0,1097 m3/dt
0,439 m2

= 0,250 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


317.

P = b + 2h

m2 +1

= 0,5 m + 2* 0,439 m

12+1

318.

= 1,825 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


319.

R = A/P =

0,439m 2
1,825 m

= 0,240 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


320.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

321.

0,250 m/dt = 40*0,2402/3 m *I1/2

322.

I1/2 =

323.

I = 0,000216

V
2 /3
K.R

0,250 m/ dt
2 /3
40.0,24 m

324.
Perhitungan freeboard (W)
325. Q = 0.1097 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
326. H = h + W = 0,468 + 0,4 = 0,868 m 0,90 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
327.
m

328.

B = 0,5 + 2

329. B = 2,3 m
Kesimpulan :
330. Q= 0,1097 m3/dt
331. h = 0,468 m
332. b = 0,5 m
333. V = 0,250 m/dt
334. I = 0,000261
335. t = 1:1 (talud)
336.

W = 0,4 m

337.

H = 0,9 m

338.

B = 2,3 m

339.
11. Saluran tersier 8

( 0,9 )
1

Debit Rencana
340.

Q = 54.855 L/dt = 0,0549 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


341. V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
342. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
343.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


344.

A = Q/V =

0,0549m3 /dt
0,25 m/dt

= 0,219 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


345.

A = (b + mh) h = 2h2

346.

2h2 = 0,219 m2

347.

h=

0,219 m 2
2

= 0,331 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


348.

b = n . h = 1*0,331 m = 0,331 m 0,35 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


349. A = 2h2 = 2*0,3312 = 0,219 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
350.

V = Q/A =

0,0549m 3/dt
0,219 m2

= 0,250 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


351.

P = b + 2h

m2 +1
352.

= 0,35 m + 2* 0,331 m
= 1,287 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


353.

R = A/P =

0,219m 2
1,287 m

= 0,171 m

12+1

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


354.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

355.

0,25 m/dt = 40*0,1712/3 m *I1/2


1/2

V
K . R2 /3

356.

I =

357.

I = 0,000413

0,25 m/dt
40.0,1712/ 3 m

Perhitungan freeboard (W)


358. Q = 0.0549 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
359. H = h + W = 0,331 + 0,4 = 0,731 m 0,75 m
360.
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
'
B
=
b
+
2

361.
m

362.

B = 0,35 + 2

( 0,7 5 )
1

363. B = 1,850 m
Kesimpulan :
364. Q= 0,0549 m3/dt
365. h = 0,331 m
366. b = 0,35 m
367. V = 0,25 m/dt
368. I = 0,000413
369. t = 1:1 (talud)
370.

W = 0,4 m

371.

H = 0.75 m

372.

B = 1.85 m

373.
12. Saluran tersier 9
Debit Rencana
374.

Q = 54.855 L/dt = 0,0549 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


375. V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)

376. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)


Asumsi Kemiringan Talud (m)
377.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


3

378.

A = Q/V =

0,0549m /dt
0,25 m/dt

= 0,219 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


379.

A = (b + mh) h = 2h2

380.

2h2 = 0,219 m2

381.

h=

0,219 m 2
2

= 0,331 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


382.

b = n . h = 1*0,331 m = 0,331 m 0,35 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


383. A = 2h2 = 2*0,3312 = 0,219 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
384.

V = Q/A =

0,0549m 3/dt
0,219 m2

= 0,250 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


385.

P = b + 2h

m2 +1
386.

= 0,35 m + 2* 0,331 m

12+1

= 1,287 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


387.

R = A/P =

0,219m 2
1,287 m

= 0,171 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


388.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

389.

0,25 m/dt = 40*0,1712/3 m *I1/2

1/2

V
K . R2 /3

390.

I =

391.

I = 0,000413

0,25 m/dt
40.0,1712/ 3 m

Perhitungan freeboard (W)


392. Q = 0.0549 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
393. H = h + W = 0,331 + 0,4 = 0,731 m 0,75 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
'
B = b+ 2
394.
m

395.

B = 0,35 + 2

( 0,7 5 )
1

396. B = 1,850 m
Kesimpulan :
397. Q= 0,0549 m3/dt
398. h = 0,331 m
399. b = 0,35 m
400. V = 0,25 m/dt
401. I = 0,000413
402. t = 1:1 (talud)
403.

W = 0,4 m

404.

H = 0.75 m

405.

B = 1.85 m

406.
13. Saluran sekunder 3
Debit Rencana
407.

Q = 1,926 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


408. V = 0,55 0,60 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
409. n = b / h = 2,5 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
410.

Talud = 1 : 1,5 ; (1 : m) (m = 1,5 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)

411.

1,926 m /dt
0,60 m/dt

A = Q/V =

= 3,210 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


412.

A = (b + mh) h = 4h2

413.

4h2= 3,210 m2

414.

h=

3,210 m 2
4

= 0,896 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


415.

b = n . h = 1,5*0,896 m = 2,240 m 2,25 m

416.
Perhitungan Luas basah rencana (A)
417. A = 2h2 = 2*0,8962 = 1,605 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
418.

1,9260 m 3/dt
1,605 m2

V = Q/A =

= 1,20 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


419.

P = b + 2h

m2 +1

= 2,25 m + 2* 0,896 m

420.

1,52+1

= 5,480m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


421.

R = A/P =

1,605 m 2
5,480 m

= 0,293 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


422.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 45 untuk saluran tersier

423.

1,20 m/dt = 45*0,2932/3 m *I1/2

424.

I1/2 =

425.

I = 0,003656

V
2 /3
K.R

Perhitungan freeboard (W)

1.20 m/ dt
2/ 3
45.0,293 m

426. Q = 1,9260 m3/s, maka W = 0,6 m (tabel 3.4)


Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
427. H = h + W = 0,896 + 0,6 = 1,496 m 1,50 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
'
B = b+ 2
428.
m

429.

B = 2,25 + 2

( 1,50 )
1,5

430. B = 4,250 m
Kesimpulan :
431. Q = 1,9260 m3/dt
432. h = 0,896 m
433. b = 2,25 m
434. V = 1,20 m/dt
435. I = 0,003656
436. t = 1:1,5 (talud)
437.

W = 0,6 m

438.

H = 1,50 m

439.

B = 4,25 m

440.
14. Saluran tersier 10
Debit Rencana
441.

Q = 169,881 L/dt = 0,1699 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


442. V = 0,35 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
443. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
444.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


445.

A = Q/V =

0,1699m3 /dt
0,35 m/dt

Perhitungan Ketinggian Air (h)


446.

A = (b + mh) h = 2h2

= 0,485 m2

447.

448.

2h2 = 0,485 m2
h=

0,485 m 2
2

= 0,493 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


449.

b = n . h = 1*0,493 m = 0,493 m 0,5 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


450. A = 2h2 = 2*0,4932 = 0,485 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
451.

0,1699m 3/dt
0,485 m2

V = Q/A =

= 0,350 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


452.

P = b + 2h

m2 +1

= 0,50 m + 2* 0,493 m

453.

12+1

= 1,893 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


454.

R = A/P =

0,485m 2
1,893 m

= 0,256 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


455.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

456.

0,35 m/dt = 40*0,2562/3 m *I1/2

457.

I1/2 =

458.

I = 0,000470

V
K . R2 /3

0,35 m/ dt
40.0,2562 /3 m

Perhitungan freeboard (W)


459. Q = 0.1699 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
460. H = h + W = 0,493 + 0,4 = 0,893 m 0,90 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
461.
m

462.

B = 0,50 + 2

( 0,90 )
1

463. B = 2,30 m
Kesimpulan :
464. Q= 0,1699 m3/dt
465. h = 0,493 m
466. b = 0,50 m
467. V = 0,35 m/dt
468. I = 0,000470
469. t = 1:1 (talud)
470.

W = 0,4 m

471.

H = 0,90 m

472.

B = 2,30 m

473.
15. Saluran tersier 11
Debit Rencana
474.

Q = 56,627 L/dt = 0,0566 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


475. V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
476. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
477.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


3

478.

A = Q/V =

0,0566 m /dt
0,25 m/dt

= 0,227 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


479.

A = (b + mh) h = 2h2

480.

2h2 = 0,227 m2

481.

h=

0,227 m2
2

= 0,337 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


482.

b = n . h = 1*0,337 m = 0,337 m 0,35 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


483. A = 2h2 = 2*0,3372 = 0,227 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
484.

0,0566 m3/dt
0,227 m2

V = Q/A =

= 0,250 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


485.

P = b + 2h

m2 +1

= 0,35 m + 2* 0,337 m

486.

12+1

= 1,302 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


487.

R = A/P =

0,227 m2
1,302 m

= 0,174 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


488.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

489.

0,25 m/dt = 40*0,1742/3 m *I1/2

490.

I1/2 =

491.

I = 0,000402

V
K . R2 /3

0,25 m/ dt
40.0,1742 /3 m

Perhitungan freeboard (W)


492. Q = 0.0566 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
493. H = h + W = 0,337 + 0,4 = 0,737 m 0,75 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
494.
m

495.

B = 0,35 + 2

496. B = 1,850 m
Kesimpulan :
497. Q= 0,0566 m3/dt
498. h = 0,337 m
499. b = 0,35 m

( 0,7 5 )
1

500.
501.
502.

V = 0,25 m/dt
I = 0,000402
t = 1:1 (talud)

503.

W = 0,4 m

504.

H = 0.75 m

505.

B = 1.85 m

506.
16. Saluran tersier 12
Debit Rencana
507.

Q = 56,627 L/dt = 0,0566 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


508. V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
509. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
510.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


511.

A = Q/V =

0,0566 m3 /dt
0,25 m/dt

= 0,227 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


512.

A = (b + mh) h = 2h2

513.

2h2 = 0,227 m2

514.

h=

0,227 m2
2

= 0,337 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


515.

b = n . h = 1*0,337 m = 0,337 m 0,35 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


516. A = 2h2 = 2*0,3372 = 0,227 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
517.

V = Q/A =

0,0566 m3/dt
0,227 m2

= 0,250 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


518.

P = b + 2h

m2 +1

= 0,35 m + 2* 0,337 m

519.

12+1

= 1,302 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)


520.

R = A/P =

0,227 m2
1,302 m

= 0,174 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


521.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

522.

0,25 m/dt = 40*0,1742/3 m *I1/2

523.

I1/2 =

524.

I = 0,000402

V
2 /3
K.R

0,25 m/ dt
2 /3
40.0,174 m

Perhitungan freeboard (W)


525. Q = 0.0566 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
526. H = h + W = 0,337 + 0,4 = 0,737 m 0,75 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
527.
m

528.

B = 0,35 + 2

529. B = 1,850 m
Kesimpulan :
530. Q= 0,0566 m3/dt
531. h = 0,337 m
532. b = 0,35 m
533. V = 0,25 m/dt
534. I = 0,000402
535. t = 1:1 (talud)
536.

W = 0,4 m

537.

H = 0.75 m

538.

B = 1.85 m

( 0,7 5 )
1

539.
17. Saluran tersier 13
Debit Rencana
540.

Q = 56,627 L/dt = 0,0566 m3/dt

Asumsi Kecepatan Rencana


541. V = 0,25 m/dt ; (data dari tabel 3.1)
Asumi Nilai Perbandingan n (b/h)
542. n = b / h = 1 ; (data dari tabel 3.1)
Asumsi Kemiringan Talud (m)
543.

Talud = 1 : 1 ; (1 : m) (m = 1 = data dari tabel 3.2);

Perhitungan Luas Penampang Basah (A)


544.

A = Q/V =

0,0566 m3 /dt
0,25 m/dt

= 0,227 m2

Perhitungan Ketinggian Air (h)


545.

A = (b + mh) h = 2h2

546.

2h2 = 0,227 m2

547.

h=

0,227 m2
2

= 0,337 m

Perhitungan Lebar dasar saluran (b)


548.

b = n . h = 1*0,337 m = 0,337 m 0,35 m

Perhitungan Luas basah rencana (A)


549. A = 2h2 = 2*0,3372 = 0,227 m2
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V)
550.

V = Q/A =

0,0566 m3/dt
0,227 m2

= 0,250 m/dt

Perhitungan Keliling Basah (P)


551.

P = b + 2h

m2 +1
552.

= 0,35 m + 2* 0,337 m
= 1,302 m

Perhitungan Jari-jari Hidrolik (R)

12+1

553.

R = A/P =

0,227 m2
1,302 m

= 0,174 m

Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (I)


554.

V = K *R2/3*I1/2, dengan nilai K = 40 untuk saluran tersier

555.

0,25 m/dt = 40*0,1742/3 m *I1/2

556.

I1/2 =

557.

I = 0,000402

V
K . R2 /3

0,25 m/ dt
40.0,1742 /3 m

Perhitungan freeboard (W)


558. Q = 0.0566 m3/s, maka W = 0,4 m (tabel 3.4)
Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)
559. H = h + W = 0,337 + 0,4 = 0,737 m 0,75 m
Perhitungan lebar saluran yang freeboard (B)
(H)
B = b' + 2
560.
m

561.

B = 0,35 + 2

( 0,7 5 )
1

562. B = 1,850 m
Kesimpulan :
563. Q= 0,0566 m3/dt
564. h = 0,337 m
565. b = 0,35 m
566. V = 0,25 m/dt
567. I = 0,000402
568. t = 1:1 (talud)
569.

W = 0,4 m

570.

H = 0.75 m

571.

B = 1.85 m

572. Keterangan Model Penampang Saluran


573.
574.
575.
576.
577.

578.
579.
580.
581.
582.
583.
584.
585.
586.
587.
588.
589.
590.

Gambar 3.1 Detail Penampang Saluran

Tabel 3.6 Rekapitulasi Dimensi Penampang Saluran


592.
601.

591.
Sal

609.
1

594.

595.

596.

597.

598.

599.

607.
602.

610.

603.

604.

612.

605.

606.

614.

608.

616.

617.
626.

619.
618.
Sal

620.

621.

625.
622.

623.

624.

635.
628.
627.
Sal

629.

630.

634.
631.

632.

633.

644.
637.
636.
Sal

645.
Sal

646.

638.

639.

647.

648.

643.
640.

641.

642.

649.

650.

651.

652.

653.

662.
655.
654.
Sal

656.

657.

661.
658.

659.

660.

671.
664.
663.
Sal

665.

666.

670.
667.

668.

669.

680.
673.
672.
Sal

674.

675.

679.
676.

677.

678.

689.
682.
681.
Sal

683.

684.

688.
685.

686.

687.

698.
691.
690.
Sal

692.

693.

697.
694.

695.

696.

707.
700.
699.
Sal

708.
Sal

709.

701.

702.

710.

711.

706.
703.

704.

705.

712.

713.

714.

715.

716.

725.
718.
717.
Sal

719.

720.

724.
721.

722.

723.

734.
727.
726.
Sal

728.

729.

733.
730.

731.

732.

743.
736.
735.
Sal

737.

738.

742.
739.

740.

741.

752.
745.
744.
Sal

746.

747.

751.
748.

749.

750.

761.
754.
753.
Sal

755.

756.

760.
757.

758.

762.
763.

Kesimpulan:

a. Semakin besar Debit Air (Q) maka:


Ketinggian Air (h) akan semakin tinggi
Tinggi Saluran (H) Semakin tinggi
Lebar Dasar Penampang (b) semakin besar
Lebar Penampang Atas (B) Semakin besar

759.

Freboard (W) akan semakin tinggi.


b. Bila Semakin kecil Debit Air (Q) maka:
Ketinggian Air (h) akan semakin rendah
Tinggi Saluran (H) Semakin rendah
Lebar Dasar Penampang (b) semakin kecil
Lebar Penampang Atas (B) Semakin kecil
Freboard (W) akan semakin rendah
764.
765.
3.4 Rotasi Pembagian Air
3.4.1 Perhitungan Jam Rotasi
Rotasi I
1.
Semua petak mendapat air secara terus menerus
Rotasi II
2.
Dua golongan dialiri dan satu golongan tidak dialiri dalam
kurun waktu dua minggu.
1. Golongan 1 + 2 dialiri, golongan 3 tidak dialiri
3. 1 + 2 = [(50,13 + 79,50) / (50,13 + 79,50 + 123,10 ) x
336] / 2
4.

6.

= 88 jam = 3 hari 17 jam


2. Golongan 1 + 3 dialiri, golongan 2 tidak dialiri
5. 1 + 3 = [(50,13 + 123,10) / (50,13 + 79,50 + 123,10 ) x
336] / 2
= 116 jam = 4 hari 21 jam
3. Golongan 2 + 3 dialiri, golongan 1 tidak dialiri
7. 2 + 3 = [(50,13 + 79,50) / (50,13 + 79,50 + 123,10 ) x
336] / 2
= 130 jam = 5 hari 10 jam

8.
9.
Rotasi III
10.

Satu golongan dialiri dan dua golongan tidak dialiri dalam

kurun waktu dua minggu.


1. Golongan 1 dialiri, golongan 2 dan 3 tidak dialiri
11. 1

= [(50,13) / (50,13 + 79,50 + 123,10 ) x 168] / 1

12.
= 37 jam = 1 hari 14 jam
2. Golongan 2 dialiri, golongan 1 dan 3 tidak dialiri
13.
2
= [(79,50) / (50,13 + 79,50 + 123,10 ) x 168] / 1
14.
= 51 jam = 2 hari 3 jam
3. Golongan 3 dialiri, golongan 1 dan 2 tidak dialiri
15.
3
= [(123,10) / (50,13 + 79,50 + 123,10 ) x 168] / 1
16.
= 79 jam = 3 hari 7 jam

3.4.2

17.
18.
Tabel Rotasi Pembagian Air
19.Tabel 3.5 Rotasi Pembagian Air
20.

21.

24.

27.

Rot

Rota

Rotasi

22.

25.

28.

26.

29.

Q=

Q=<

Pe
23.
Q=
30.

31.

Hari

40.

32.

34.

Gol.

35.

37.

38.

Gol.

Gol.

33.

36.

39.

diairi

diair

diair

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

Selasa
54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

Rabu
61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

73.

74.

Senin

Kamis

68.

1+2

69.

70.

71.

72.

Jumat
75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

Sabtu
82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

92.

93.

94.

95.

101.

102.

Mingg
89.

Se

1+2
90.

91.

nin
97.

98.

99.

1+3
100.

103.

104.

105.

106.

107.

108.

109.

Rabu
110.

111.

112.

113.

114.

115.

116.

Kamis
117.

118.

119.

120.

121.

122.

123.

Jumat
124.

125.

126.

127.

2+3
128.

129.

130.

Sabtu
131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

139.

140.

141.

142.

143.

144.

96.
Selasa

Mingg
138. Se
nin

145.
146.

Kesimpulan :

Rotasi I
147. Semua petak sawah mendapat air secara terus menerus
apabila ketersediaan debit air (Q) diatas 65% sampai 100%.
148.

149.
Rotasi II
150. Satu golongan diberikan air dan dua golongan tidak
diberikan dalam kurun waktu satu minggu. Apabila ketersediaan
debit air (Q) kurang dari 35%.
1. Apabila Golongan 1 + 2 dialiri, golongan 3 tidak dialiri, dan
membutuhkan waktu 3 hari 17 jam
2. Apabila Golongan 1 + 3 dialiri, golongan 2 tidak dialiri, dan
membutuhkan waktu 4 hari 21 jam
3. Apabila Golongan 2 + 3 dialiri, golongan 1 tidak dialiri, dan
membutuhkan waktu 5 hari 10 jam
Rotasi III
151. Satu golongan diberikan air dan dua golongan tidak
diberikan dalam kurun waktu satu minggu. Apabila ketersediaan
debit air (Q) kurang dari 35%.
1. Golongan 1 dialiri, golongan 2 dan 3 tidak dialiri, dan
membutuhkan waktu 1 hari 14 jam
2. Golongan 2 dialiri, golongan 1 dan 3 tidak dialiri, dan
membutuhkan waktu 2 hari 3 jam
3. Golongan 3 dialiri, golongan 1 dan 2 tidak dialiri, dan
membutuhkan waktu 3 hari 7 jam
152.
153.

Anda mungkin juga menyukai