TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Berat
Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan
alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan faktor penting di
dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi maupun pertambangan dan
kegiatan lainnya dengan skala yang besar. Tujuan dari penggunaan alat-alat berat
tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya,
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu
yang relatif lebih singkat ( Rochmanhadi, 1985 ).
Setiap perusahaan atau organisasi dalam menjalankan aktivitas / usahanya,
pasti dihadapkan pada teknologi yang akan mencerminkan kekuatan perusahaan
dalam mencapai tujuan. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba dalam
hal teknologi salah satunya penggunaan alat berat guna mencapai sasaran.
Menurut Ir. Susy Fatena Rostyanti Msc dalam bukunya Alat Berat Untuk
Proyek konstruksi (2008) menyebutkan bahwa bonafiditas suatu perusahaan
konstruksi tergantung dari aset-aset teknologi yang dimiliknya, salah satunya
adalah alat berat. Alat berat yang dimiliki sendiri oleh perusahaan konstruksi akan
sangat menguntungkan dalam memenangkan tender proyek konstruksi secara
otomatis hal tersebut akan mencerminkan kekuatan perusahaan tsb.
Menurut ( Rohman, 2003 ) melaksanakan suatu proyek konstruksi berarti
menggabungkan berbagai sumber daya untuk menghasilkan produk akhir yang
diinginkan, pada proyek konstruksi kebutuhan untuk peralatan antara 7 15 %
dari biaya proyek, Peralatan konstruksi yang dimagsud adalah alat/perlalatan yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan konstruksi secara mekanis. Artinya
pemanfaatan alat berat pada suatu proyek konstruksi dapat memberikan insentif
pada efisiensi dan efektifitas pada tahap pelaksanaan maupun hasil yang dicapai.
2.2 Fungsi Alat Berat
Alat berat terdiri dari beberapa fungsi diantaranya :
-
Alat Penggali
Alat pemadat
pada
penghamparan.
2.2.1 Excavator
Excavator atau sering disebut dengan Backhoe termasuk dalam alat
penggali hidrolis memiliki bucket yang dipasangkan di depannya. Alat
penggeraknya traktor dengan roda ban atau crawler. Backhoe bekerja dengan cara
menggerakkan bucket ke arah bawah dan kemudian menariknya menuju badan
alat. Sebaliknya front shovel bekerja dengan cara menggerakkan bucket ke arah
atas dan menjauhi badan alat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa backhoe
menggali material yang berada di bawah permukaan di mana alat tersebut berada,
sedangkan front shovel menggali material di permukaan dimana alat tersebut
berada. Pengoperasian backhoe umumnya untuk penggalian saluran, terowongan,
atau basement. Backhoe beroda ban biasanya tidak digunakan untuk penggalian,
tetapi lebih sering digunakan untuk pekerjaan umum lainnya. Backhoe digunakan
pada pekerjaan penggalian di bawah permukaan serta untuk penggalian material
keras. Dengan menggunakan backhoe maka akan didapatkan hasil galian yang
rata. Pemilihan kapasitas bucket backhoe harus sesuai dengan pekerjaan yang
akan dilakukan.
Gambar 2. 1 Backhoe
Backhoe terdiri dari enam bagian utama, yaitu struktur atas yang dapat
berputar, boom, lengan (arm), bucket, slewing ring, dan struktur bawah. Boom,
lengan dan bucket digerakkan oleh sistem hidrolis. Struktur bawah adalah
penggerak utama yang dapat berupa roda ban atau roda crawler. Ada enam
gerakan dasar yang mencakup gerakan 24 gerakan pada masing-masing bagian,
yaitu :
a) Gerakan boom : merupakan gerakan boom yang mengarahkan
bucket menuju tanah galian.
b) Gerakan bucket menggali : merupakan gerakan bucket saat
menggali material.
c) Gerakan bucket membongkar : adalah gerakan bucket yang
arahnya berlawanan dengan saat menggali.
d) Gerakan lengan : merupakan gerakan mengangkat lengan dengan
radius sampai 100.
e) Gerakan slewing ring : gerakan pada as yang bertujuan agar
bagian atas backhoe dapat berputar 360.
f) Gerakan struktur bawah : dipakai untuk perpindahan tempat jika
area telah selesai digali.
Namun, alat ini juga memiliki kekurangan dibanding alat lain karena truk
memerlukan alat lain untuk pemuatan. Dalam pemilihan ukuran dan konfigurasi
truk ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu material yang akan diangkut
dan excavator atau loader pemuat. Truk tidak hanya digunakan untuk
pengangkutan tanah tetapi 40 juga material-material lain. Untuk pengangkutan
material tertentu, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
a) Untuk batuan, dasar bak dialasi papan kayu agar tidak mudah rusak.
7
b) Untuk aspal, bak dilapisi oleh solar agar aspal tidak menempel pada
permukaan bak.
c) Untuk material lengket seperti lempung basah, pilih bak bersudut bulat.
Dalam pengisian baknya, truk memerlukan alat lain seperti excavator dan loader.
Karena truk sangat tergantung pada alat lain, untuk pengisian material tanah perlu
memperhatikan hal-hal berikut :
a) Excavator merupakan penentu utama jumlah truk, sehingga tentukan
jumlah truk agar excavator tidak idle.
b) Jumlah truk yang menunggu jangan sampai lebih dari 2 unit.
c) lsi truk sampai kapasitas maksimumnya.
d) Untuk mengangkutan material beragam, material paling berat diletakkan
di bagian belakang (menghindari terjadinya kerusakan pada kendali
hidrolis).
e) Ganjal ban saat pengisian.
Volume material yang diangkut harus sesuai dengan kapasitas truck. Jika
pengangkutan material oleh truk dilaksanakan melampaui batas kapasitasnya
maka hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, seperti :
a) Konsumsi bahan bakar bertambah.
b) Umur ban berkurang.
c) Kerusakan pada bak.
d) Mengurangi produktivitas.
Kapasitas dan ukuran truk sangat bervariasi. Oleh karena itu, pemilihan ukuran
truk sangat penting karena truk besar atau kecil akan memberikan beberapa
keuntungan dan kerugian.
1. Kelebihan truck kecil terhadap truk besar :
a) Bergerak lebih leluasa dan kecepatan lebih tinggi.
b) Kerugian dalam produktivitas akan lebih kecil jika salah satu truk tidak
dapat beroperasi.
c) Kemudahan dalam memperhitungkan jumlah truck untuk setiap alat
pemuat.
2. Kerugian truck kecil terhadap truck besar :
a) Kesulitan bagi alat pemuat dalam memuat material.
b) Jumlah truck yang banyak maka waktu antrean (ST) akan besar.
c) Memerlukan lebih banyak supir.
d) Meningkatkan investasi karena jumlah truck yang banyak.
3. Keuntungan truk besar terhadap truk kecil :
a) Jumlah truck yang sedikit menyebabkan investasi berkurang (bensin,
perbaikan, dan perawatan).
b) Kebutuhan supir yang tidak banyak.
c) Memudahkan alat pemuat dalam memuat material.
d) Waktu antre (ST) akan berkurang.
4. Kerugian truck besar terhadap truck kecil :
a) Bila alat pemuat kecil maka akan memperbesar waktu muat (LT).
b) Beban yang besar dari truk dan muatannya akan mempercepat
kerusakan jalan.
c) Jumlah truck yang seimbang dengan alat pemuat akan sulit didapat.
d) Larangan pengangkutan di jalan raya dapat diberlakukan pada
truck besar.
2.2.3 Wheel Loader
Wheel Loader adalah alat pemuat beroda karet (ban), penggunaannya
hampir sama dengan Dozer Shovel.
Perbedaannya terletak pada landasan
adalah
untuk
memuat material
ke
dalam
alat
pengangkut di- mana hampir sama dengan dozer shovel yang berfungsi untuk
mengangkut dari stock pile ke atas dump truck,
1
0
Gambar 2. 4 Compactor
2.2.3 PNEUMATIC TIRED ROLLER
Pneumatic
asphalt
atau
dipompa
asphalt
Tire Roller
tanah
adalah
yang
tanah.
Susunan
alat
untuk
menggu- nakan
permukaan
dari roda
roda
yang
bagian
mema- datkan
ban
menggilas
karet
lapisan
yang
permukaan
1
1
(2.1)
Jadi kondisi peralatan saat penilaian sesuai dengan jam operasi yang
sudah dicapai adalah :
1
2
(2.2)
= 100-((100-60)UE) x t (%)
(2.3)
Dimana :
UE = Umur ekonomis alat dalam jam t
= Jam operasi yang sudah tercapai
Tabel 2.1 Klasifikasi kondisi peralatan
No
1
2
3
4
Klasifikasi Kondisi
Prima
Baik
Cukup
Sedang
Kriteria
IDEAL
RINGAN
SEDANG
BERAT
Lingkungan bebas
Lingkungan Bebas
Lingkungan bebas
Lingkungan terbatas
No
1
2
3
4
Kondisi
Medan
Kondisi Alat
Prima
Ideal
Ringan
Sedang
Berat
0,95
0,90
0,85
0,80
Baik
0,90
0,852
0,805
0,715
Cukup
0,85
0,805
0,760
0,715
Sedang
0,80
0,757
0,715
0.673
dikerjakan, hal ini dapat terlihat dari isi bucket apakah terisi penuh atau terdapat
rongga, yang akan berpengaruh terhadap maksimal muat dalam bucket. Volume
tanah dari keadaan tanah asli menjadi lepas atau padat berbeda untuk berat yang
sama dan perbedaan itu disebut Faktor konversi atau Conversion factor. Berikut
fill faktor / faktor pengisian dan conversion factor yang dapat digunakan untuk
perhitungan pengerjaan penggali Excavating dan muat Loading
Tabel 2.4 Faktor material (Em)
Pekerjaan
Dozing
Tingkat
Faktor
Kesulitan
material
Mudah
1,10
Sedang
0,90
Agak Sulit
0,70
Sulit
0,60
Excavating
Mudah
1,20
Sedang
1,10
Agak sulit
0,90
Sulit
0,80
Loading
Mudah
1,00-
1,10
Sedang
0,85-
0,95
Agak sulit
Sulit
0,80-
0,85
0,75-
0,80
dilakukan dengan kebijakan dari seorang manajer. Sejak tahap awal atau tahap
kegiatan belum dimulai sudah ada kepercayaan bahwa seluruh kegiatan akan
terlaksana dengan tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya.
Tabel 2.5 Faktor manajemen (EM)
Klasifikasi
Curiculum Vitae
Nilai faktor
(%)
Sangat Baik
Pendidikan,
0.95
a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Large Project Management
2. Management Audit
3. Project Administration
Pengalaman
1. Proyek dengan nilai 1 M
2. Proyek dengan nilai 1.5 M
Baik
Pendidikan,
0.90
a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Cotraction Management
2. Engineering Management
3. SimiliarProject Management
Pengalaman
3. Proyek dengan nilai 0.5 M
4. Proyek dengan nilai 1 M
1
7
Cukup
Pendidikan,
0.85
a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Large Project Management
2. Similar Project Management
3. ..
Pengalaman
5. Proyek dengan nilai 0.25 M
6. Proyek dengan nilai 0.5 M
Sumber : Rochmanhadi (1992)
Jenis Roda
Ban Karet
0,55
Roda Kelabang
0,90
Lempung
Liat Lempung
0,55
0,90
Tanah Kering
0,55
0,90
0,56
0,90
0,45
0,70
0,45
0,70
0,45
0,70
0,65
0,55
Pasir basah
0,40,
0,50
10
0,36
0,50
11
0,20
0,30
1
8
12
0,20
0,25
peralatan, maka secara tidak langsung owner maupun rekanan harus mampu
menentukan klasifikasi operator dan mekanik, ini dapat ditinjau dari tingkat
kesulitan dan resiko keamanan di lokasi pekerjaan.
2.3.6 Faktor Cuaca
Cuaca merupakan suatu dampak yang tidak dapat diprediksi, secara tidak
langsung cuaca akan berpengaruh terhadap kondisi operator itu sendiri, seperti
waktu untuk istirahat sementara makin banyak untuk keperluan pemulihan
stamina dari operator itu sendiri. Untuk setiap 1 Jam kerja yang tersedia akan
terdapat waktu yang hilang sebagai akibat dari cuaca. Prestasi operator akibat dari
pengaruh cuaca dapat diukur dalam satuan menit/jam atau % yakni perbandingan
antara waktu efektif kerja dari tiap jam kerja dengan tiap jam waktu yang tersedia.
Untuk keperluan perhitungan, faktor pengaruh cuaca terhadap prestasi operator
perlu ditetapkan seperti matrik sebagai berikut :
1
9
Cuaca
Terampil
Baik
Cukup
Sedang
Terang, cerah
0,90
0,85
0,80
0,75
0,83
0,783
0,737
0,691
0,75
0,708
0,666
0,624
Gelap
0,666
0,629
0,592
0,555
Eam + Eco + Em + EM
(2.4)
dimana :
Eam
Eco
Em
EM
(2.5)
2
0
(2.6)
(2.7)
Kedalaman galian
(2.8)
Kemampuan alat
Sehingga waktu siklus yang diperhitungkan adalah :
Cta = Ct x R ( Menit )
(2.9)
2
1
Kapasitas Bucket
buang
0,25
0,40
0,45
0,50
0,55
0,60
0,70
0,80
0,90
1,00
1,20
1,50
1,70
90
0,20
0,20
0,23
0,23
0,23
0,26
0,26
0,26
0,26
0,28
0,30
0,31
0,33
180
0,25
0,25
0,28
0,28
0,28
0,31
0,31
0,31
0,31
0,33
0,35
0,36
0,38
Mudah
Sedang
Agak Sulit
Sulit
< 40
0.70
0,90
1,10
1,40
40 75
0,80
1,00
1,30
1,60
>75
0,90
1,10
1,50
1,80
2
2
- Tanah lunak
- Galian dangkal
b. Sedang
- Pembuangan bebas
- Tanah Biasa
- Kedalaman sedang
c. Agak Sulit
- Pembuangan tertentu
- Tanah keras / tanah liat
- Perlu kehati-hatian menggali
d. Sulit
- Pembuangan tertentu
- Tanah Keras dan membatu
- Galian kedalaman maksimum
- Perlu kehati-hatian extra
Waktu muat
Waktu berangkat
Waktu pembongkaran
Waktu antri
(Sjachdirin M.et al,1998)
Ql
Cms
V1
V2
t1
= Waktu buang
t2
Kondisi
Waktu buang,
Waktu tunggu ,
Tb ( menit )
tt ( menit )
Baik
0,50 0,70
0,10 0,20
Sedang
1,00 1,30
0,25 0,35
Kurang
1,50 2,00
0,40 0,50
Pembuangan bebas
Pembuangan bebas
2
4
Perlu manuver
V/ (We.S.Q)
(2.26)
dimana :
n
We
( Rp/jam )
(2.25)
Dimana :
N
= Tenaga alat
Hbbm
( Rp / jam )
(2.26)
Dimana :
C = 0,13 liter / HP
T = Pergantian minyak pelumas = 250 jam operasi
S = kehilangan karena penguapan dan rembesan melalui seal
dengan besaran 0,0005 liter /
Hp jam
( Rp / jam )
(2.27)
Dimana :
C = Kapasitas transfer sesuai spesifikasi alat, C = 0.223 liter /Hp
T = interval waktu penggantian minyak pelumas = 1000 jam
S = Hilangnya penguapan atau rembesan pada seal = 0,0003 liter / Hp
E
( Rp / liter )
( Rp/jam )
(2.28)
Jenis Alat
Excavator
C (liter/HP)
2,875
2
6
Dump Truck
0.62
( Rp / Liter )
( Rp/ Jam )
(2.29)
( Rp / jam )
(2.30)
( Rp / jam )
(2.31)
Dimana :
Hbbp = harga bahan pokok
= umur ekonomis bahan pokok
( Rp )
( Jam )
(2.32) T
(2.33) Untuk
jenis alat Dump truck pada kondisi sedang dalam satuan T ( jam ) adalah
2500 jam.
g. Biaya operator
Untuk biaya operator mengikuti hasil survey.
h. Biaya pemeliharaan
perbaikan yang dimagsud disini adalah untuk pemeliharaan, biaya
pemeliharaan / perbaikan ditentukan sebagai berikut :
2
7
( Rp / jam )
(2.34)
Dimana :
HP
( Rp )
( Rp )
( Rp / jam )
(2.35)
Dimana :
B = Biaya penggunaan alat
( Rp / jam)
Q = Produksi alat
( m3 / jam )
3.Kondisi kurang :
-
(2.14)
Ws
= ql x K
(2.15)
Dimana :
Q
Cm
= Job faktor
ql
= kapasitas bucket
= faktor bucket
(Rochmanhadi, 1985)
Klasifikasi
Ringan
Kondisi Pemuatan
Faktor
2
9
Sedang
Agak sulit
pasir
campur
kerikil,
tanah
3
0
Sulit
x M
(2.16)
Cmt
Dimana :
P
Cmt
= Job faktor
= faktor bucket
= kapasitas bucket
( Sjachdirin M. et.al,1998 )
C = n x ql x K
(2.17)
(2.18)
Dimana :
Q
= efisiensi kerja
(Rochmanhadi, 1985)
2.5.4 Produksi Motor Grader
Produksi Motor Grader di hitung menurut luas operasi per-jam (m/jam) :
QA
= V x ( Le Lo ) x1000 x E
(2.19)
Dimana :
QA = Luasoperasi per-jam (m/jam)
V = Kecepatan kerja (km/jam)
Le = Panjang blade efektif (m)
Lo = Lebar tumpang-tindih (overlap) (cm)
E = Efisiensi kerja
Catatan : Grader biasanya kerja pada jalur-jalur panjang, jadi waktu yang
diperlukan untuk pindah porsneling atau balik diabaikan.
1.Kecepatan kerja (V) untuk :
-
2 6 km/jam
Pembuatan Trens
1,6 4 km/jam
Perapihan Tebing
Pengusuran Salju
7 25 km/jam
Perataan Medan
1,6 4 km/jam
Leveling
2 8 km/jam
2. Panjang efektif blade (Le), lebar tumpang tindih (Lo). Karena blade
biasanya miring pada waktu memotong maupun untuk meratakan maka
panjang efektif akan sangat tergantung pada sudut kemiringanmnya.
Lebar tumpang-tindih biasanya = 0,3 m
3
2
(2.20)
Ws
Dimana :
Q
q1
= faktor bucket
Ws
= waktu siklus
V/ (We.S.Q)
(2.21)
dimana :
n
We
(2.22)
n2 = R x n1 (unit) dst
(2.23)
dimana:
R
R =
R2 =
Q
Q1
(2.24)
Q1
Q2
(2.25)
3
4