Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Berat
Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan
alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan faktor penting di
dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi maupun pertambangan dan
kegiatan lainnya dengan skala yang besar. Tujuan dari penggunaan alat-alat berat
tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya,
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu
yang relatif lebih singkat ( Rochmanhadi, 1985 ).
Setiap perusahaan atau organisasi dalam menjalankan aktivitas / usahanya,
pasti dihadapkan pada teknologi yang akan mencerminkan kekuatan perusahaan
dalam mencapai tujuan. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba dalam
hal teknologi salah satunya penggunaan alat berat guna mencapai sasaran.
Menurut Ir. Susy Fatena Rostyanti Msc dalam bukunya Alat Berat Untuk
Proyek konstruksi (2008) menyebutkan bahwa bonafiditas suatu perusahaan
konstruksi tergantung dari aset-aset teknologi yang dimiliknya, salah satunya
adalah alat berat. Alat berat yang dimiliki sendiri oleh perusahaan konstruksi akan
sangat menguntungkan dalam memenangkan tender proyek konstruksi secara
otomatis hal tersebut akan mencerminkan kekuatan perusahaan tsb.
Menurut ( Rohman, 2003 ) melaksanakan suatu proyek konstruksi berarti
menggabungkan berbagai sumber daya untuk menghasilkan produk akhir yang
diinginkan, pada proyek konstruksi kebutuhan untuk peralatan antara 7 15 %
dari biaya proyek, Peralatan konstruksi yang dimagsud adalah alat/perlalatan yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan konstruksi secara mekanis. Artinya
pemanfaatan alat berat pada suatu proyek konstruksi dapat memberikan insentif
pada efisiensi dan efektifitas pada tahap pelaksanaan maupun hasil yang dicapai.
2.2 Fungsi Alat Berat
Alat berat terdiri dari beberapa fungsi diantaranya :
-

Alat Pengolah Lahan


4

Alat Penggali

Alat pengangkut material

Alat pemindahan material

Alat pemadat

Alat pemroses material


Dari ke Tujuh fungsi dasar alat berat tersebut yakni akan menganalisa

pada

jenis fungsi alat untuk penggali, pemindah,pengangkut,pemadat dan

penghamparan.
2.2.1 Excavator
Excavator atau sering disebut dengan Backhoe termasuk dalam alat
penggali hidrolis memiliki bucket yang dipasangkan di depannya. Alat
penggeraknya traktor dengan roda ban atau crawler. Backhoe bekerja dengan cara
menggerakkan bucket ke arah bawah dan kemudian menariknya menuju badan
alat. Sebaliknya front shovel bekerja dengan cara menggerakkan bucket ke arah
atas dan menjauhi badan alat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa backhoe
menggali material yang berada di bawah permukaan di mana alat tersebut berada,
sedangkan front shovel menggali material di permukaan dimana alat tersebut
berada. Pengoperasian backhoe umumnya untuk penggalian saluran, terowongan,
atau basement. Backhoe beroda ban biasanya tidak digunakan untuk penggalian,

tetapi lebih sering digunakan untuk pekerjaan umum lainnya. Backhoe digunakan
pada pekerjaan penggalian di bawah permukaan serta untuk penggalian material
keras. Dengan menggunakan backhoe maka akan didapatkan hasil galian yang
rata. Pemilihan kapasitas bucket backhoe harus sesuai dengan pekerjaan yang
akan dilakukan.

Gambar 2. 1 Backhoe
Backhoe terdiri dari enam bagian utama, yaitu struktur atas yang dapat
berputar, boom, lengan (arm), bucket, slewing ring, dan struktur bawah. Boom,
lengan dan bucket digerakkan oleh sistem hidrolis. Struktur bawah adalah
penggerak utama yang dapat berupa roda ban atau roda crawler. Ada enam
gerakan dasar yang mencakup gerakan 24 gerakan pada masing-masing bagian,
yaitu :
a) Gerakan boom : merupakan gerakan boom yang mengarahkan
bucket menuju tanah galian.
b) Gerakan bucket menggali : merupakan gerakan bucket saat
menggali material.
c) Gerakan bucket membongkar : adalah gerakan bucket yang
arahnya berlawanan dengan saat menggali.
d) Gerakan lengan : merupakan gerakan mengangkat lengan dengan
radius sampai 100.
e) Gerakan slewing ring : gerakan pada as yang bertujuan agar
bagian atas backhoe dapat berputar 360.
f) Gerakan struktur bawah : dipakai untuk perpindahan tempat jika
area telah selesai digali.

Cara kerja backhoe pada saat penggalian adalah sebagai berikut :


a) Boom dan bucket bergerak maju.
b) Bucket digerakkan menuju alat.
c) Bucket melakukan penetrasi ke dalam tanah.
d) Bucket yang telah penuh diangkat.
e) Struktur atas berputar.
f) Bucket diayun sampai material di dalamnya keluar.
2.2.2 Dump Truck
Seperti yang telah diketahui bahwa truk sangat efisien untuk pengangkutan
jarak jauh. Kelebihan truk dibanding alat lain :
a) Kecepatan lebih tinggi.
b) Kapasitas besar.
c) Biaya operasional kecil.
d) Kebutuhannya dapat disesuaikan dengan kapasitas alat gali.

Gambar 2. 2 Dump Truck

Namun, alat ini juga memiliki kekurangan dibanding alat lain karena truk
memerlukan alat lain untuk pemuatan. Dalam pemilihan ukuran dan konfigurasi
truk ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu material yang akan diangkut
dan excavator atau loader pemuat. Truk tidak hanya digunakan untuk
pengangkutan tanah tetapi 40 juga material-material lain. Untuk pengangkutan
material tertentu, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
a) Untuk batuan, dasar bak dialasi papan kayu agar tidak mudah rusak.
7

b) Untuk aspal, bak dilapisi oleh solar agar aspal tidak menempel pada
permukaan bak.
c) Untuk material lengket seperti lempung basah, pilih bak bersudut bulat.
Dalam pengisian baknya, truk memerlukan alat lain seperti excavator dan loader.
Karena truk sangat tergantung pada alat lain, untuk pengisian material tanah perlu
memperhatikan hal-hal berikut :
a) Excavator merupakan penentu utama jumlah truk, sehingga tentukan
jumlah truk agar excavator tidak idle.
b) Jumlah truk yang menunggu jangan sampai lebih dari 2 unit.
c) lsi truk sampai kapasitas maksimumnya.
d) Untuk mengangkutan material beragam, material paling berat diletakkan
di bagian belakang (menghindari terjadinya kerusakan pada kendali
hidrolis).
e) Ganjal ban saat pengisian.
Volume material yang diangkut harus sesuai dengan kapasitas truck. Jika
pengangkutan material oleh truk dilaksanakan melampaui batas kapasitasnya
maka hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, seperti :
a) Konsumsi bahan bakar bertambah.
b) Umur ban berkurang.
c) Kerusakan pada bak.
d) Mengurangi produktivitas.
Kapasitas dan ukuran truk sangat bervariasi. Oleh karena itu, pemilihan ukuran
truk sangat penting karena truk besar atau kecil akan memberikan beberapa
keuntungan dan kerugian.
1. Kelebihan truck kecil terhadap truk besar :
a) Bergerak lebih leluasa dan kecepatan lebih tinggi.
b) Kerugian dalam produktivitas akan lebih kecil jika salah satu truk tidak
dapat beroperasi.
c) Kemudahan dalam memperhitungkan jumlah truck untuk setiap alat
pemuat.
2. Kerugian truck kecil terhadap truck besar :
a) Kesulitan bagi alat pemuat dalam memuat material.

b) Jumlah truck yang banyak maka waktu antrean (ST) akan besar.
c) Memerlukan lebih banyak supir.
d) Meningkatkan investasi karena jumlah truck yang banyak.
3. Keuntungan truk besar terhadap truk kecil :
a) Jumlah truck yang sedikit menyebabkan investasi berkurang (bensin,
perbaikan, dan perawatan).
b) Kebutuhan supir yang tidak banyak.
c) Memudahkan alat pemuat dalam memuat material.
d) Waktu antre (ST) akan berkurang.
4. Kerugian truck besar terhadap truck kecil :
a) Bila alat pemuat kecil maka akan memperbesar waktu muat (LT).
b) Beban yang besar dari truk dan muatannya akan mempercepat
kerusakan jalan.
c) Jumlah truck yang seimbang dengan alat pemuat akan sulit didapat.
d) Larangan pengangkutan di jalan raya dapat diberlakukan pada
truck besar.
2.2.3 Wheel Loader
Wheel Loader adalah alat pemuat beroda karet (ban), penggunaannya
hampir sama dengan Dozer Shovel.
Perbedaannya terletak pada landasan

kerjanya, dimana landasan kerja untuk

whell loader relatif rata, kering dan kokoh.


Dipergunakan terutama pada pengoperasian yang dituntut agar tidak merusak
landasan kerja.
Fugsi utamanya

adalah

untuk

memuat material

ke

dalam

alat

pengangkut di- mana hampir sama dengan dozer shovel yang berfungsi untuk
mengangkut dari stock pile ke atas dump truck,

Gambar 2. 3 Wheel Loader


2.2.3 COMPACTOR
Compactor adalah alat yang digunakan untuk memadatkan tanah atau
material agar dapat dicapai suatu nilai kepadatan yang diinginkan sesuai dengan
beban atau muatan serta frekuensi lintasan yang akan dilalui oleh material yang
dipadatkan tadi. Compactor yang dilengkapi dengan vibro atau getaran akan mampu
lebih cepat mencapai kepadatan material yang diinginkan. Smooth drum dipakai
untuk memadatkan material yang bersifat lepas dimana kandungan airnya (moisture
content) kecil atau untuk pemadatan/finishing. Sedangkan kelengkapan pad drum
dipakai untuk material atau tanah yang bersifat liat dengan kandungan air cukup
besar.dipadatkan semaksimal mungkin.
Pekerjaan pemadatan tanah dalam skala kecil pemadatan tanah dapat
dilakukan dengan cara menggenangi dan membiarkan tanah menyusust dengan
sendirinya, namun cara ini perlu waktu lama dan hasilnya kurang sempurna; agar
tanah benar-benar mampat secara sempurna diperlukan cara-cara mekanis untuk
pemadatan tanah. Pemadatan tanah secara mekanis umumnya dilakukan dengan
menggunakan mesin penggilas (Roller); klasifikasi Roller yang dikenal antara lain
adalah:
1. Berdasarkan cara geraknya; ada yang bergerak sendiri, tapi ada juga yang harus
ditarik traktor.
2. Berdasarkan bahan roda penggilasnya, ada yang terbuat dari baja (SteelWheel) dan
ada yang terbuat dari karet (pneumatic).
3. Dilihat dari bentuk permukaan roda; ada yang punya permukaan halus (plain),
bersegmen, berbentuk grid, berbentuk kaki domba, dan sebagainya.
4. Dilihat dari susunan roda gilasnya; ada yang dengan roda tiga (Three Wheel), roda

dua (Tandem Roller), dan Three Axle Tandem Roller.


5. Alat pemadat yang menggunakan penggetar (vibrator).

1
0

Gambar 2. 4 Compactor
2.2.3 PNEUMATIC TIRED ROLLER
Pneumatic
asphalt

atau

dipompa
asphalt

Tire Roller
tanah

adalah

yang

(pneumat- ic) sebagai


atau

tanah.

Susunan

alat

untuk

menggu- nakan
permukaan
dari roda

roda
yang

bagian

mema- datkan
ban
menggilas

karet

lapisan
yang

permukaan

depan dan roda bagian

belakang diatur secara selang-seling, sehingga seluruh permukaan yang dilintasi


akan menjadi rata. Bagian yang tidak dilintasi roda depan akan dilintasi oleh roda
belakang.
Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat diatur
tekanannya dengan cara merubah tekanan ban, makin besar tekanannya pada ban,
maka makin besar pula tekanan pada tanah.
Pneumatic Tire Roller baik sekali digunakan pada penggilas lapisan hot mix
sebagai Penggilas Antara. Pada tire roller ini beratnya dapat ditingkatkan seperti
juga pada tandem roller, degan mengisi zat cair atau pasir pada dinding-dinding
mesin.

1
1

Gambar 2. 4 Oneumatic Tired Roller


2.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat
Kemampuan alat dalam manghasilkan produksi sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Ketelitian dalam menentukan faktor faktor yang mempengaruhi
kemampuan produksi alat akan memberikan nilai atas faktor-faktor tersebut.
Diantaranya yakni akan menghasilkan ketepatan perhitungan produksi peralatan
sekaligus memberikan ketepatan waktu penyelesaian dan ketepatan biaya
produksi . Berikut merupakan faktor-faktor tersebut.
2.3.1 Faktor Kondisi Peralatan
Produksi suatu peralatan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dari alat
tersebut, hal ini terjadi akibat penurunan kondisi mesin akibat dari adanya keausan
komponen mesin. Semakin tinggi jumlah jam operasional maka, potensi
terjadinya kerusakan komponen-komponen mesin. Kondisi peralatan layak
operasi ditinjau dari aspek ekonomi yakni sebagai berikut:
K = 100% sebagai kondisi umum
K = 60 % sebagai kondisi minimum
Pada pengoperasian normal 2000 jam per tahun, maka penurunan kondisi
peralatan per jam secara garis lurus ( straight Line ) yakni :
K = ( 100 60 ) / UE( % jam )

(2.1)

Jadi kondisi peralatan saat penilaian sesuai dengan jam operasi yang
sudah dicapai adalah :
1
2

= 100 -K.t (%)

(2.2)

= 100-((100-60)UE) x t (%)

(2.3)

Dimana :
UE = Umur ekonomis alat dalam jam t
= Jam operasi yang sudah tercapai
Tabel 2.1 Klasifikasi kondisi peralatan
No
1
2
3
4

Klasifikasi Kondisi
Prima
Baik
Cukup
Sedang

Nilai Kondisi (%)


100 - 90
90 80
80 70
70 60

Sumber : Dept. PU (1998)

2.3.2 Faktor Kondisi Medan dan Faktor Material


Kemampuan alat untuk memproduksi secara optimal akan sangat
dipengaruhi oleh kondisi medan di lapangan. Salah satunya yakni kondisi tanah,
yakni meliputi :
- Keadaan asli yakni : keadaan tanah sebelum diadakan pengerjaan,
dinyatakan dalam ukuran alam Bank measure (BM)
- Kondisi lepas, yakni : keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan, yag
dinyatakan dengan istilah Loose Measure ( LM)
- Kondisi padat, yaitu keadaan tanah setelah ditimbun kembali dan
dipadatkan, dimana volume tanah setelah dipadatkan mungkin lebih
besar atau sebaliknya lebih kecil dari volume keadaan Bank Measure
(BM), hal ini sangat dipengaruhi oleh usaha dalam pemadatan tersebut.
Faktor tanah berikutnya yang dapat mempengaruhi produktifitas alat berat
diantaranya :
1. Berat material, per M3 yakni berpengaruh terhadap volume yang diangkut,
hubungannya terhadap alat adalah tenaga tarik alat tersebut.
2. Kekerasan yakni makin keras tanah akan makin sukar untuk dikerjakan
oleh alat, sehingga sangat berpengaruh terhadap produktifitas alat tersebut,
dilain sisi alat tersebut akan bekerja ekstra dan akan berdampak pula
terhadap kebutuhan biaya penggunaan alat tersebut.
3. Kohesivitas / daya ikat, yakni merupakan kemampuan ikat butir tanah
1
3

tersebut, tiap-tiap jenis tanah mempunyai kohesivitas yang berbeda pula,


sehingga akan berdampak kembali terhadap produktifitas alat tersebut.
4. Bentuk butir / Material, yakni besar kecilnya rongga, sehingga akan
berpengaruh terhadap pengembangan dan penyusutan tanah yang pada
akhirnya akan mempengaruhi produktifitas alat.
Jadi suatu medan disebut Ideal, Ringan, Sedang dan berat bergantung pada
jenis peralatan yang dioperasikan dilapangan. Berikut adalah daftar kondisi
klasifikasi kondisi lapangan.
Tabel 2.2 Kondisi medan
Klasifikasi

Kriteria

IDEAL

RINGAN

SEDANG

BERAT

Lapangan datar kering

Jalan hantar lurus, keras / aspal ,datar

Ruang gerak luas

Lingkungan bebas

Lapangan datar lembab

Jalan hantar lurus

Ruang gerak luas

Lingkungan Bebas

Lapangan kering bergelombang

Jalan hantar tidak lurus, bergelombang

Ruang gerak luas

Lingkungan bebas

Lapangan bergelombang dan becek

Jalan hantar berbelok-belok tajam

Ruang gerak sempit

Lingkungan terbatas

Sumber : Dept. PU (1998)

Dari gabungan Faktor alat dan Medan yakni sebagai berikut :


Tabel 2.3 Alat dan medan
1
4

No
1
2
3
4

Kondisi
Medan

Kondisi Alat
Prima

Ideal
Ringan
Sedang
Berat

0,95
0,90
0,85
0,80

Baik
0,90
0,852
0,805
0,715

Cukup
0,85
0,805
0,760
0,715

Sedang
0,80
0,757
0,715
0.673

Sumber : Dept. PU (1998)

Untuk faktor material ( Em ) merupakan kapasitas atau Pay Load actual


per siklus suatu peralatan tidak selalu sama dengan kapasitas spesifikasi yang
dinyatakan pabrik.

Hal ini disebabkan oleh sifat kondisi material yang akan

dikerjakan, hal ini dapat terlihat dari isi bucket apakah terisi penuh atau terdapat
rongga, yang akan berpengaruh terhadap maksimal muat dalam bucket. Volume
tanah dari keadaan tanah asli menjadi lepas atau padat berbeda untuk berat yang
sama dan perbedaan itu disebut Faktor konversi atau Conversion factor. Berikut
fill faktor / faktor pengisian dan conversion factor yang dapat digunakan untuk
perhitungan pengerjaan penggali Excavating dan muat Loading
Tabel 2.4 Faktor material (Em)
Pekerjaan

Dozing

Tingkat

Faktor

Kesulitan

material

Mudah

1,10

Kondisi dan jenis


Material
Dapat digusur secara sempurna
penuh blade,kadar air rendah, bukan
tanah pasir dipadatkan, tanah biasa,
onggokan material.

Sedang

0,90

Tanah lepas tapi tidak digusur


sepenuh blade, tanah kerikil,pasir
batu pecah halus.

Agak Sulit

0,70

Kadar air tinggi,liat lengket,tanah


liat keras kering,pasir kerikil.

Sulit

0,60

Batu hasil ledakan atau batu


berukuran kasar dan lumpur.
1
5

Excavating

Mudah

1,20

Kondisi alam, tanah biasa, atau


tanah lunak

Sedang

1,10

Kondisi alam tanah liat, tanah liat,


tanah pasir atau pasir kering.

Agak sulit

0,90

Kondisi alam tanah pasir, dengan


kerikil

Sulit

0,80

Onggokan batu hasil peledakan,


batuan karang atau kapur, dan
lumpur

Loading

Mudah

1,00-

Onggokan material, pasir, tanah

1,10

berpasir, tanah liat dengan kadar air


sedang

Sedang

0,85-

Onggokan tanah material dengan

0,95

proses pengambilan diforsir , pasir


kering, batu pecah dan kerikil halus

Agak sulit

Sulit

0,80-

Batu pecah halus, tanah liat keras,

0,85

sirtu, tanah pasir dan lumpur

0,75-

Batu pecah kasar, hasil peledakan,

0,80

batu kali, sirtu, tanah pasir, tanah


liat legit dan lumpur

Sumber : Rochmanhadi (1992)

2.3.3 Faktor Manajemen


Manaejemen merupakan seni untuk mendapatkan seluruh kegiatan dalam
suatu sistem agar dapat berjalan lancar, sesuai arah / tujuan, efektif, ekonomis,
aman, dan terkoordinir. Manajemen yang baik tergantung dari sistem yang
1
6

dilakukan dengan kebijakan dari seorang manajer. Sejak tahap awal atau tahap
kegiatan belum dimulai sudah ada kepercayaan bahwa seluruh kegiatan akan
terlaksana dengan tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya.
Tabel 2.5 Faktor manajemen (EM)
Klasifikasi

Curiculum Vitae

Nilai faktor
(%)

Sangat Baik

Pendidikan,

0.95

a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Large Project Management
2. Management Audit
3. Project Administration
Pengalaman
1. Proyek dengan nilai 1 M
2. Proyek dengan nilai 1.5 M
Baik

Pendidikan,

0.90

a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Cotraction Management
2. Engineering Management
3. SimiliarProject Management
Pengalaman
3. Proyek dengan nilai 0.5 M
4. Proyek dengan nilai 1 M

1
7

Cukup

Pendidikan,

0.85

a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Large Project Management
2. Similar Project Management
3. ..
Pengalaman
5. Proyek dengan nilai 0.25 M
6. Proyek dengan nilai 0.5 M
Sumber : Rochmanhadi (1992)

2.3.4 Koefisien Traksi


Koefisien traksi adalah suatu faktor yang harus dikalikan pada berat total
kendaraan untuk mendapatkan tenaga maksimum yang boleh dikerahkan agar
roda tidak terjadi selip. Tenaga atau traksi yang boleh dikerahkan agar roda tidak
selip disebut traksi kritis , besarnya traksi tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2.6 Besaran traksi
NO

Jenis Roda

Type dan Jenis Alat

Ban Karet
0,55

Roda Kelabang
0,90

Lempung

Liat Lempung

0,55

0,90

Tanah Kering

0,55

0,90

Jalan Datar tanpa perkerasan

0,56

0,90

Lempung liat basah

0,45

0,70

Lempung liat becek

0,45

0,70

Tanah pertanian basah

0,45

0,70

Tempat pengambilan batu

0,65

0,55

Pasir basah

0,40,

0,50

10

Jalan kerikil gembur

0,36

0,50

11

Pasir kering gembur

0,20

0,30
1
8

12

Tanah basah berlumpur

0,20

0,25

Sumber : Dept. PU (1998)

2.3.5 Faktor Operator dan Mekanik


Prestasi kerja suatu peralatan sangat tergantung pada kemampuan operator
dalam menggunakan alat dan mekanik sebagai teknisi yang berperan aktif dalam
mengontrol kondisi alat agar dapat bekerja secara optimal. Untuk klasifikasi
operator dan mekanik akan dibagi dalam 4 klasifikasi berdasarkan Curriculum
Vitae (CV) yakni :
-

Terampil yakni pendidikan STM / sederajat, memiliki sertifikat SIMP/


SIPP (III) dan pengalaman kerja lebih dari 6000 jam

Baik yakni Pendidikan STM /sederajat / memiliki sertifikat SIMP/SIPP


(II) dan pengalaman kerja 4000-6000 jam

Cukup yakni pendidikan STM/ sederajat, memiliki sertifikat SIMP/SIPP


(I) dan pengalaman kerja 2000 4000 jam

Sedang yakni pendidikan STM/sederajat , pengalaman kerja kurang dari


3000 jam
Mengingat tugas yang dilaksanakan oleh operator dengan menggunakan

peralatan, maka secara tidak langsung owner maupun rekanan harus mampu
menentukan klasifikasi operator dan mekanik, ini dapat ditinjau dari tingkat
kesulitan dan resiko keamanan di lokasi pekerjaan.
2.3.6 Faktor Cuaca
Cuaca merupakan suatu dampak yang tidak dapat diprediksi, secara tidak
langsung cuaca akan berpengaruh terhadap kondisi operator itu sendiri, seperti
waktu untuk istirahat sementara makin banyak untuk keperluan pemulihan
stamina dari operator itu sendiri. Untuk setiap 1 Jam kerja yang tersedia akan
terdapat waktu yang hilang sebagai akibat dari cuaca. Prestasi operator akibat dari
pengaruh cuaca dapat diukur dalam satuan menit/jam atau % yakni perbandingan
antara waktu efektif kerja dari tiap jam kerja dengan tiap jam waktu yang tersedia.
Untuk keperluan perhitungan, faktor pengaruh cuaca terhadap prestasi operator
perlu ditetapkan seperti matrik sebagai berikut :
1
9

Tabel 2.7 Prestasi operator dan mekanik terhadap cuaca


Operator dan Mekanik
No

Cuaca

Terampil

Baik

Cukup

Sedang

Terang, cerah

0,90

0,85

0,80

0,75

Terang Panas, berdebu

0,83

0,783

0,737

0,691

Dingin, mendung, gerimis

0,75

0,708

0,666

0,624

Gelap

0,666

0,629

0,592

0,555

Sumber : Dept. PU (1998)

2.3.7 Job Faktor


Job faktor merupakan job efisiensi yang sebenarnya. Job efisiensi dapat
diartikan perbandingan antara besaran sumber daya yang dikerahkan dengan
keluaran sember daya yang nilainya baru dapat diketahui setelah pekerjaan
selesai. Sebagai penggantinya digunakan Job Faktor ( ETOT) yang artinya
kombinasi dari faktor-faktor yang telah diuraikan secara bersama-sama dan saling
terikat mempengaruhi produksi perlalatan. Besarnya nilai gabungan tersebut dapat
dinyatakan dengan :
Etotal

Eam + Eco + Em + EM

(2.4)

dimana :
Eam

Faktor gabungan alat dan medan

Eco

Faktor gabungan cuaca dan operator

Em

Faktor sifat dan kondisi material

EM

Faktor kondisi manajemen

2.3.8 Pengaruh Kelandaian ( Grade Resisten )


Pada saat alat berat bergerak di permukaan yang menanjak, maka selain
tahanan gelinding terdapat gaya yang menahan alat tersebut. Gaya tersebut
dinamakan tahanan kelandaian. Yang dimaksud dengan kenaikan permukaan
sebanyak 1 % adalah kenaikan sebanyak 1 m untuk setiap 100 m jarak horizontal.
Untuk kenaikan 1 % diperlukan tahanan sebesar 10 kg untuk setiap 1 ton berat
alat agar alat tersebut dapat bergerak naik . Rumus :
GR = 10 Kg x 1% x Berat Kendaraan ( ton).

(2.5)

2
0

2.3.9 Pengaruh Ketinggian ( Altitude )


Makin tinggi suatu tempat , maka akan berpengaruh terhadap kepadatan
lapisan oksigen, dimana hal ini akan berdampak langsung terhadap kinerja mesin
alat berat. Pada mesin

4 langkah akan mengalami pengurangan tenaga mesin

sebesar 3 % pada setiap kenaikan 100 m diatas ketinggian 750 m diatas


permukaan air laut. Jadi sebelum diatas 750 m diatas permukaan air laut tenaga
atau torsi mesin masih belum berkurang. Pengaruh ketinggian tersebut dapat
dinyatakan dengan rumus :
[ 3% x Tenaga Mesin Hp x ((3000 -750)/100)]

(2.6)

2.4 Waktu Siklus


Waktu siklus adalah waktu muat yang dibutuhkan alat untuk 1 kali
produksi. Perhitungan waktu siklus diberlakukan hanya untuk alat-alat yang tidak
setiap saat berproduksi secara terus menerus. Perhitungan waktu siklus berbeda
untuk setiap jenis alat menurut fungsinya, yakni sebagai berikut.
2.4.1 Waktu Siklus Excavator
Waktu siklus terdiri dari 4 komponen yakni :
-

Waktu muat bucket ( digging time ) tm

Waktu Putar bermuatan ( Swing Loaded time ), tpb

Waktu buang muatan ( Dumping time ), tb

Waktu putar kosong / kembali ( Swing Empty time ), tpk


Waktu siklus cycle time adalah : Ct = tm + tpb + tb + tp (menit)

(2.7)

Waktu siklus masih dipengaruhi oleh kedalaman galian yaitu :


R = ( Digging depth / Max.spec digging depth )
R=

Kedalaman galian

(2.8)

Kemampuan alat
Sehingga waktu siklus yang diperhitungkan adalah :
Cta = Ct x R ( Menit )

(2.9)
2
1

Cta adalah waktu siklus awal dan kapasitas bucket


Dari rumus waktu siklus diatas terlihat bahwa :
1. Waktu muat sangat mempengaruhi jenis material lunak atau keras dan
kondisi galian
2. Waktu putar sangat dipengaruhi oleh beban dan jarak buang ( 90 180)
3. Waktu buang sangat dipengaruhi oleh cara pembuangan
Jadi dapat disimpulkan waktu siklus cukup rumit dan besarnya nilai waktu
siklus berbeda untuk alat yang berbeda merek walaupun kapasitas bucket sama.
Oleh karena itu diperlukan tabel waktu siklus dan tabel faktor R sebagai pegangan
untuk keperluan perhitungan dalam perancanaan yakni sebagai berikut :
Tabel 2.8 Waktu siklus
Sudut

Kapasitas Bucket

buang
0,25

0,40

0,45

0,50

0,55

0,60

0,70

0,80

0,90

1,00

1,20

1,50

1,70

90

0,20

0,20

0,23

0,23

0,23

0,26

0,26

0,26

0,26

0,28

0,30

0,31

0,33

180

0,25

0,25

0,28

0,28

0,28

0,31

0,31

0,31

0,31

0,33

0,35

0,36

0,38

Sumber : Dept. Pu, 1998

Tabel 2.9 Faktor kedalaman galian


R%

Mudah

Sedang

Agak Sulit

Sulit

< 40

0.70

0,90

1,10

1,40

40 75

0,80

1,00

1,30

1,60

>75

0,90

1,10

1,50

1,80

Sumber : Dept. PU (1998)

2
2

Pada tabel R diatas , yang dimagsud dengan :


a. Mudah

- Tanah lunak
- Galian dangkal

b. Sedang

- Pembuangan bebas
- Tanah Biasa
- Kedalaman sedang

c. Agak Sulit

- Pembuangan tertentu
- Tanah keras / tanah liat
- Perlu kehati-hatian menggali

d. Sulit

- Pembuangan tertentu
- Tanah Keras dan membatu
- Galian kedalaman maksimum
- Perlu kehati-hatian extra

2.4.2 Waktu Siklus Dump Truck


Untuk waktu siklus dump truck terdiri dari 5 komponen waktu yaitu :
-

Waktu muat

Waktu berangkat

Waktu kembali ( kosong )

Waktu pembongkaran

Waktu antri
(Sjachdirin M.et al,1998)

Jadi waktu siklus adalah :


Dimana :
Cmt

= Waktu siklus dump truck


2
3

= Jml siklus yang diperlukan excavator untuk mengisi dump truck

= Kapasitas rata-rata dump truck (m3)

Ql

= Kapasitas bucket (m3)

= Faktor bucket dari excavator

Cms

= Waktu siklus excavator ( menit)

= Jarak angkut dump truck (m)

V1

= Kecepatan rata-rata truck bermuatan (m/menit)

V2

= Kecepatan rata-rata kosong (m/menit)

t1

= Waktu buang

t2

= Waktu tunggu dan tunda yaitu waktu yang diperlukan untuk

posisi pengisian dan untuk excavator mulai mengisi.


posisi pengisian dan untuk excavator mulai mengisi.
Secara lebih ringkas untuk memudahkan perhitungan maka untuk
perhitungan waktu buang dan waktu tunggu dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut :
Tabel 2.10 Waktu buang dan waktu tunggu
No

Kondisi

Waktu buang,

Waktu tunggu ,

Tb ( menit )

tt ( menit )

Baik

0,50 0,70

0,10 0,20

Sedang

1,00 1,30

0,25 0,35

Kurang

1,50 2,00

0,40 0,50

Sumber : Dept. PU (1998)

Kriteria kondisi adalah :


1. Kondisi Baik :
-

Pembuangan bebas

- Tidak perlu manuver


- Antrian tidak terjadi
2.Kondisi Sedang :
-

Pembuangan bebas
2
4

Perlu manuver

- Antrean tidak lebih dari satu unit


n, n1, n2, dst, adalah jumlah unitperjenis alat yang sesuai dengan jenis kegiatan.
(Ir. Susy Fatena Rostiyanti, 2002)
2.6.2 Compactor
Untuk menghitung kebutuhan peralatan compactor perjam untuk Luas
Tanah dapat dirumuskan sebagai berikut ( Rochmanhadi, 1985 ) :
n

V/ (We.S.Q)

(2.26)

dimana :
n

= jumlah unit peralatan perjenis (unit)

= volume perjenis pekerjaan (m3)

We

= waktu efektif hari kerja (hari)

= standar jam kerja perhari sesuai peraturan ( jam/hari)

= produksi peralatan persatuan-satuan waktu (m3/jam)

2.7 Biaya Operasional


Biaya operasional adalah merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan
agar alat dapat bekerja, berikut adalah biaya yang harus dikeluarkan :
a. Biaya bahan bakar
BBM = ( 0,80 .N .S / E) x H bbm

( Rp/jam )

(2.25)

Dimana :
N

= Tenaga alat

= kebutuhan spesifik bahan bakar

S = 0,22 Liter /HP .jam Untuk mesin Bensin

S= 0.55 Liter /Hp. Jam Untuk mesin solar

Hbbm

= Harga BBM non subsidi, harga industry

= job faktor alat yang dipengaruhi pengoperasian alat, nilainya


sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan
produksi.
2
5

b. Biaya Oli pelumas


Untuk Mesin
BB. Om = [ (C/T) + ( S / E) ] N x Hbop

( Rp / jam )

(2.26)

Dimana :
C = 0,13 liter / HP
T = Pergantian minyak pelumas = 250 jam operasi
S = kehilangan karena penguapan dan rembesan melalui seal
dengan besaran 0,0005 liter /

Hp jam

Untuk Transmisi, meliputi Tarque Converter, main cluth, stering cases,


differential, final drive.
BBOt = [(C/T) + ( S / E)] x N.Hbop

( Rp / jam )

(2.27)

Dimana :
C = Kapasitas transfer sesuai spesifikasi alat, C = 0.223 liter /Hp
T = interval waktu penggantian minyak pelumas = 1000 jam
S = Hilangnya penguapan atau rembesan pada seal = 0,0003 liter / Hp
E

= faktor pengaruhi beban dan jam operasional, dimana nilainya


sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan
produksi.

= Tenaga yang tersedia pada spesifikasi alat ( HP ).

Hbop = Harga bahan pelumas

( Rp / liter )

c. Biaya bahan hidroulic


Dimana ditentukan sebagai berikut :
BBH = [(C/T) + (S/E)] x N.Hbbh

( Rp/jam )

(2.28)

Dimana, C adalah Kapasitas tangki persediaan bahan hydraulic dengan


nilai seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.13 Kapasitas bahan hydraulic alat alat berat


No.
1

Jenis Alat
Excavator

C (liter/HP)
2,875

2
6

Dump Truck

0.62

Sumber : Dept. PU (1998)

= interval waktu pergantian = 2000 jam operasional

= Spesifik penggantian minyak yang hilang akibat penguapan atau

kebocoran seal dengan nilai sebagai berikut :


= 0,0003 liter / HP untuk alat Dump Truck
= 0,00064 liter / HP untuk ekskavator
E = Job faktor mempengaruhi beban dan jam operasi
N = Tenaga mesin HP
Hbbh = Harga bahan hidrolik

( Rp / Liter )

d. Biaya bahan gemuk


Ditentukan sebagai berikut :
BBG = S/E x N x Hbbg

( Rp/ Jam )

(2.29)

e. Biaya filter filter


Ditentukan berdasarkan biaya biaya bahan bakar, pelumas dan Hidraulic
serta grease yaitu :
BBF =0,50 ( BBM + BBO + BBH + BBG )

( Rp / jam )

(2.30)

f. Biaya bahan pokok


Yang dimaksudkan disini biaya ban, selang, atau pipa - pipa
Biaya bahan pokok ditentukan sebagai berikut :
BBP = Hbbp / T

( Rp / jam )

(2.31)

Dimana :
Hbbp = harga bahan pokok
= umur ekonomis bahan pokok

( Rp )
( Jam )

(2.32) T
(2.33) Untuk

jenis alat Dump truck pada kondisi sedang dalam satuan T ( jam ) adalah
2500 jam.
g. Biaya operator
Untuk biaya operator mengikuti hasil survey.
h. Biaya pemeliharaan
perbaikan yang dimagsud disini adalah untuk pemeliharaan, biaya
pemeliharaan / perbaikan ditentukan sebagai berikut :

2
7

BPP = f x [(Hp Hbbp) / UE ]

( Rp / jam )

(2.34)

Dimana :
HP

= Harga pokok peralatan

( Rp )

Hbbp = Harga ban


UE

( Rp )

= Umur ekonomis alat

i. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi


Biaya mobilisasi dan demobilisasi adalah biaya yang harus dibayarkan
untuk mendatangkan alat dan mengembalikan kembali alat apabila tidak
digunakan, biasanya pengangkutan ini menggunakan truk Lowbed Trealer
mengenai biaya mengikuti hasil survey untuk wilayah Denpasar.
2.8 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Alat
Hasil kerja atau produksi peralatan adalah equivalen dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan dalam penggunaan peralatan. Maka dari itu harga hasil kerja per
satu satuan volume yang disebut Harga Satuan Pekerjaan ( HSP ) alat adalah
hasil bagi antara biaya penggunaan alat dengan hasil kerja atau produksi alat.
HSP .A = B / Q

( Rp / jam )

(2.35)

Dimana :
B = Biaya penggunaan alat

( Rp / jam)

Q = Produksi alat

( m3 / jam )

3.Kondisi kurang :
-

Pembuangan tidak terbatas

Perlu manuver extra

- Antrean menumpuk lebih dari dua unit

2.5 Produktifitas Alat Berat


Langkah pertama dalam membuat estimasi kapasitas alat adalah
menghitung kapasitas operasi alat-alat berat. Hasil perhitungan tersebut kemudian
dibandingkan dengan pengalaman yang nyata dari pekerjaan-pekerjaan yang
pernah dilakuakan dari pekerjaan-pekerjaan sejenis. Atas dasar perbandingan itu,
terutama pada efesiensi kerjanya, kita dapat menentukan haga besaran estimasi
kapasitas alat yng paling sesuai untuk proyek bersangkutan, sehingga estimasi
2
8

kapasitas biaya proyek tidak terlalu besar.


2.5.1 Produksi Excavator
Produksi perjam dari excavator dapat dihitung dengan rumus berikut :
Q = q x 60 x E

(2.14)

Ws

Produksi persiklus (q) :


q

= ql x K

(2.15)

Dimana :
Q

= produksi perjam (m3/jam)

= produksi per siklus (m3)

Cm

= waktu siklus (menit)

= Job faktor

ql

= kapasitas bucket

= faktor bucket

(Rochmanhadi, 1985)

Tabel 2.12 Faktor bucket


NO
1

Klasifikasi
Ringan

Kondisi Pemuatan

Faktor

Menggali dan memuat dari stock pile atau 1,0 - 0,8


material yang telah dikeruk oleh excavator lain,
yang tidak membutuhkan gaya gali dan dapat
dibuat munjung dalam bucket.
Tanah berpasir, pasir, tanah koloidal,dengan
kadar air sedang.

2
9

Sedang

Menggali dan memuat dari stockpile lepas dari 0,8


tanah yang lebih sulit untuk digali dan dikeruk 0,6

tetapi dapat dimuat hamper munjung.


Pasir kering,tanah berpasir, tanah campuran
tanah, tanah liat, gravel yang belum disaring,
pasir yang telah memadat dan sebagainya, atau
menggali dan membuat gravel langsung dari
gravel asli.
3

Agak sulit

Menggali dan memuat batu-batu pecah, tanah 0,6-0,5


yang keras,

pasir

campur

kerikil,

tanah

berpasir, tanah koloidal liat, tanah liat dengan


kadar air tinggi, yang telah di stockpile oleh
excavator lain.
Suli untuk mengisi bucket dengan material
tersebut.

3
0

Sulit

Bongkahan, batuan besar dengan tak teratur 0,5-0,4


dengan ruangan diantaranya batuan hasil
ledakan, batu bundar, pasir campur batu-batu
bundar, tanah berpasir tanah campur tanah liat,
tanah liat yang sulit dikeruk dengan bucket.

Sumber: Rochmanhadi (1985)

2.5.2 Produksi Dump Truck


Produksi perjam dari dump truck dapat dihitung dengan rumus berikut :
C x 60 x Et
P=

x M

(2.16)

Cmt

Dimana :
P

= produksi perjam (m3/jam)

= produksi per siklus (m3)

Cmt

= waktu siklus dump truck (menit)

= Job faktor

= jumlah siklus dari excavator mengisi dump truck ql

= faktor bucket

= kapasitas bucket

( Sjachdirin M. et.al,1998 )
C = n x ql x K

(2.17)

2.5.3 Produksi Compactor


Produksi perjam dari Compactor dapat dihitung dengan rumus berikut :
Q=WXVVHX1000X
NE

(2.18)

Dimana :
Q

= produksi perjam (m3/jam)


3
1

kecepatan kerja (km/jam)


W

= lebar pemadatan efektif per lintasan(m)

= jumlah lintasan pemadatan

= efisiensi kerja

(Rochmanhadi, 1985)
2.5.4 Produksi Motor Grader
Produksi Motor Grader di hitung menurut luas operasi per-jam (m/jam) :
QA

= V x ( Le Lo ) x1000 x E

(2.19)

Dimana :
QA = Luasoperasi per-jam (m/jam)
V = Kecepatan kerja (km/jam)
Le = Panjang blade efektif (m)
Lo = Lebar tumpang-tindih (overlap) (cm)
E = Efisiensi kerja
Catatan : Grader biasanya kerja pada jalur-jalur panjang, jadi waktu yang
diperlukan untuk pindah porsneling atau balik diabaikan.
1.Kecepatan kerja (V) untuk :
-

Perbaikan Jalan Biasa

2 6 km/jam

Pembuatan Trens

1,6 4 km/jam

Perapihan Tebing

1,6 2,6 km/jam

Pengusuran Salju

7 25 km/jam

Perataan Medan

1,6 4 km/jam

Leveling

2 8 km/jam

2. Panjang efektif blade (Le), lebar tumpang tindih (Lo). Karena blade
biasanya miring pada waktu memotong maupun untuk meratakan maka
panjang efektif akan sangat tergantung pada sudut kemiringanmnya.
Lebar tumpang-tindih biasanya = 0,3 m
3
2

2.5.4 Produksi Wheel Loader


Produksi perjam dari Compactor dapat dihitung dengan rumus berikut :
Q = q x 60 x E

(2.20)

Ws
Dimana :
Q

= produksi alat per jam (m/jam)

= produksi tiap siklus (m3) = q1 x k

q1

= kapasitas bucket (m3)

= faktor bucket

= faktor efisiensi kerja total

Ws

= waktu siklus

2.6 Jumlah Kebutuhan Peralatan


2.6.1 Excavator
Untuk menghitung kebutuhan peralatan excavator dapat dirumuskan
sebagai berikut ( Rochmanhadi, 1985 ) :
n

V/ (We.S.Q)

(2.21)

dimana :
n

jumlah unit peralatan perjenis (unit)

volume perjenis pekerjaan (m3)

We

waktu efektif hari kerja (hari)

standar jam kerja perhari sesuai peraturan (jam/hari)

produksi peralatan persatuan-satuan waktu (m3/jam)

Untuk pekerjaan berseri, maka rumusan kebutuhan peralatan perseri


kegiatan adalah:
n1 = R x n (unit)

(2.22)

n2 = R x n1 (unit) dst

(2.23)

dimana:
R

= perbandingan produksi peralatan pada kegiatan seri 1 dengan


produksi peralatan pada kegiatan seri 2.
3
3

R =

R2 =

Q
Q1

(2.24)

Q1
Q2

(2.25)

3
4

Anda mungkin juga menyukai