Anda di halaman 1dari 12

STUDI KASUS

JARINGAN IRIGASI BENDUNG CIPAMINGKIS

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Lokasi
Bendung Cipamingkis terletak di Desa Sukasirna Kecamatan Jonggor Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, dengan sumber air utama berasal dari Sungai Cipamingkis. Bendung ini mengairi Jaringan Irigasi Cipamingkis yang

merupakan bagian dari Daerah Irigasi selatan Jatiluhur, dengan menyalurkan air melalui saluran sekunder Cibarusah untuk daerah Cipamingkis kiri dan saluran sekunder Mengker untuk daerah Cipamingkis kanan. Sedangkan secara administrasi D.I Cipamingkis berada di Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor serta Kecamatan Cibarusah, Kecamatan Bojongmanggu, Kecamatan Cikarang Selatan dan Kecamatan Serang Baru di Kabupaten Bekasi.

1.2

Latar Belakang Masalah


Mayoritas penduduk yang berada sekitar daerah tersebut adalah masyarakat petani sehingga banyak terdapat lahan pertanian. Tetapi lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dikarenakan distribusi air ke lahan mereka terganggu.

1.3

Identifikasi Masalah
Kondisi saluran irigasi pada daerah irigasi Cipamingkis sudah mengalami penurunan fungsi dan hampir tiap ruas saluran induk banyak terjadi sedimentasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu kegiatan operasi dan pemeliharaan yang kurang berjalan sebagaimana mestinya, serta tidak berfungsinya pintu penguras di bendung sedangkan kondisi bendung sendiri sudah dipenuhi sedimen. Selain itu pasangan batu kali pada talud saluran banyak mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh gerusan air.

1.4

Batasan Masalah
Kegiatan O & P yang selama ini dilakukan di jaringan irigasi Cipamingkis berjalan kurang baik terutama dalam hal operasi, hal ini terbukti dengan kondisi saluran yang tidak berfungsi dengan baik dan distribusi air yang kurang lancar. Sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan, ditinjau dari segi sumber daya manusianya sangat kurang memadai, hal tersebut dapat terlihat dari minimnya personil atau petugas OP yang ada.

Fasilitas yang tersedia untuk mendukung kegiatan OP di kepengamatan Cibarusah selama ini kurang memadai, baik ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Wadah organisasi petani (P3A) tidak berjalan dengan baik, tugas dan tanggungjawab dalam pengelolaan jaringan irigasi, khususnya ditingkat tersier masih dilakukan petani secara perseorangan.

1.5

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dari studi kasus ini untuk memberikan gambaran mengenai kondisi saluran pada jaringan irigasi Cipamingkis yang sekarang sudah mengalami penurunan fungsi sehingga bisa diketahui bagian mana dari jaringan irigasi tersebut yang harus diberikan prioritas untuk dilakukan perbaikan. Sedangkan manfaat dari studi kasus ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan perbaikan jaringan irigasi baik secara teknis maupun non teknis.

BAB II LANDASAN TEORI

Seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum No 32 Tahun 2007 bahwa Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Jaringan irigasi yang dimaksud adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Pelaksanaan O & P suatu jaringan irigasi harus didukung adanya SDM ( staf atau personil ) yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing, serta memenuhi kualitas dan kuantitasnya. Adapun SDM yang dimaksud meliputi :

Kepala ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas/Korwil : 1 orang + 5 orang per 5000 7500 Ha.

Mantri/ juru pengairan

: 1 orang per 750 1500 Ha

Petugas Operasi Bendung ( POB ) : 1 orang per bendung, dapat ditambah beberapa pekerja untuk bendung besar

Petugas Pintu Air ( PPA )

: 1 orang per 3 5 bangunan sadap dan bangunan

bagi pada saluran berjarak 2 3 km atau daerah layanan 150 500 ha Pekerja/Pekarya Saluran : 1 orang 2 3 km panjang saluran

Untuk mendapatkan hasil pemeliharaan yang maksimal, diperlukan tata cara/prosedur yang tepat dengan mengacu pada tahapan sebagai berikut : 1. Inventarisasi jaringan irigasi pada setiap daerah irigasi 2. Perencanaan pemeliharaan jaringan irigasi 3. Pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi 4. Pemantauan dan evaluasi pemeliharaan jaringan irigasi Untuk perencanaan pemeliharaan jaringan irigasi dilakukan survei identifikasi permasalahan dan kebutuhan secara pertisipatif, dan dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala prioritas serta uraian pekerjaan pemeliharaan. Dalam menentukan kriteria pemeliharaan dilihat dari kondisi kerusakan phisik jaringan irigasi. Pemeliharaan jaringan irigasi dilakukan untuk kegiatan pemeliharaan yang

dilaksanakan sendiri secara swakelola ataupun dikontrakan, baik untuk pengamanan jaringan irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan

penanggulangan/perbaikan darurat.

BAB III PENGAMATAN DAN PENGUMPULAN DATA

3.1. BANGUNAN PADA JARINGAN IRIGASI


Berdasarkan hasil survei inventarisasi jaringan mengenai kondisi bendung Cipamingkis sudah tertutup sedimen sedangkan motor penggerak pintu penguras hilang, kondisi bangunan air yang masih berfungsi terletak pada saluran induk Cibarusah, saluran induk Mengker, bangunan sadap maupun bangunan bagi sadap dapat dikatakan ringan, kondisi pintu air sudah rusak atau hilang, sedangkan bangunan sadap maupun bagi sadap pada saluran sekunder sudah rusak dengan tingkat kerusakan dari sedang sampai berat bahkan sudah ada yang hilang. Kondisi bangunan pelengkap seperti : talang pembawa, gorong-gorong pembuang, jembatan jalan raya dan tangga cuci umumnya masih cukup baik, sedangkan bangunan terjun dan got miring rusak ringan sampai dengan berat.

3.2. SALURAN

Saluran irigasi Cipamingkis kiri yang terdiri dari saluran sekunder Cibarusah, sekunder Sampora, sekunder Pegadungan, sekunder Jati, sekunder Cikoronjo, sekunder Tegal Panjang, sekunder Leuwi Malang dengan panjang total 50.884 km. Saluran irigasi Cipamingkis kanan yang terdiri dari saluran induk Mengker, sekunder Pasir Limus, sekunder Tegal Mangga, sekunder Rawa Bogo dengan panjang total 67,232 km.

3.3. PETAK TERSIER


Luas areal irigasi yang ada dan diperoleh dari hasil pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Luas areal daerah irigasi Cipamingkis kiri adalah 3.555,93 ha, dengan debit yang diperlukan sebesar 5,832 m/detik sedang kapasitas saluran hanya bisa menyalurkan air sebesar 3,00 m/detik, karena sudah terjadi pendangkalan. 2. Luas areal daerah irigasi Cipamingkis kanan adalah 1.510,77 ha, dengan debit yang diperlukan sebesar 2,478 m/detik.

3.4. JALAN INSPEKSI


Kondisi jalan inspeksi ada yang sudah diaspal dan dibeton, sedangkan yang masih jalan tanah dan lapisan batu/makadam kondisinya dari rusak ringan sampai berat dikarenakan dilalui truk batu/pasir dan batu bata.

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENGAMATAN

4.1. BANGUNAN PADA JARINGAN IRIGASI


Bangunan-bangunan pada saluran yang rusak berat agar dibongkar dan dibuat bangunan baru. Tidak menutup kemungkinan adanya bangunan sadap yang arealnya sudah beralih fungsi menjadi perumahan dihilangkan atau ditutup. Memperbaiki bangunan pelengkap yang rusak. Membuat/mengganti bangunan ukur tersier dengan tipe yang sesuai dengan ketersediaan tinggi energi ( head loss ).

4.2. SALURAN
Untuk mengembalikan fungsi dan kondisi saluran pada daerah irigasi Cipamingkis seperti semula maka perlu dilakukan pemeliharaan jaringan irigasi yang dapat dilakukan secara rutin dan berkala baik secara kontraktual maupun swakelola.

Lebih mengintensifkan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan agar saluran dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

tersebut

Untuk meminimalisasi sedimentasi yang banyak terjadi di ruas saluran induk maka perlu perhatian khusus untuk memfungsikan kembali pintu penguras pada bangunan bendung, sedangkan untuk pintu-pintu air pada saluran pembagi dan sadap agar dilakukan pemeliharaan secara rutin seperti : pelumasan, pengecatan, dan melakukan perbaikan/penggantian pada bagian-bagian pintu yang rusak/hilang.

4.3. PETAK TERSIER


Petak tersier yang memiliki luas areal > 100 ha akan dikembangkan untuk dibagi menjadi beberapa petak tersier yang lebih kecil, agar meringankan dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan.

4.4. JALAN INSPEKSI


Untuk memudahkan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi, beberapa tanggul saluran dijadikan sebagai jalan inspeksi dengan lebar 3,00 meter sampai dengan 5,00 meter.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Jaringan irigasi yang ada ( existing ) belum mendapatkan pengelolaan yang baik, hal ini terlihat dari hasil pengamatan lapangan dan data-data sekunder sebagai pendukung studi kasus ini, sehingga fungsi dan manfaat yang diharapkan belum bisa tercapai.

5.2. SARAN
Dalam pengelolaan jaringan irigasi agar bisa mendapatkan fungsi dan manfaat seperti yang diharapkan maka diperlukan kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi. Kegiatan tersebut hendaknya dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat pengguna air secara langsung sehingga dengan adanya kegiatan partisipatif diharapkan pencapaian outcome dari pengelolaan jaringan irigasi bisa optimal.

Anda mungkin juga menyukai