MODUL 01
2018
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-
Modul 1 Peraturan Perundangan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
Modul Peraturan Perundangan sebagai salah satu mata Pelatihan dalam
Pelatihan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
tersebar di beberapa unit organisasi bidang sumber daya air di lingkungan
Kementerian PUPR.
Modul Peraturan Perundangan ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi atas
pendahuluan, materi pokok, dan penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
pengelolaan SDA terpadu. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini
lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan
Kementerian PUPR.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................vi
PETUNJUK PENGGUNAAN..................................................................................vii
PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat................................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran.........................................................................................2
E. Estimasi Waktu...................................................................................................2
1.3.1 Definisi/Pengertian..............................................................................7
1.5 Latihan........................................................................................................17
1.6 Rangkuman................................................................................................18
2.1 Latihan........................................................................................................53
2.2 Rangkuman................................................................................................53
3.3 Latihan........................................................................................................59
3.4 Rangkuman................................................................................................59
PENUTUP...............................................................................................................61
A. Simpulan...........................................................................................................61
B. Tindak Lanjut....................................................................................................61
EVALUASI FORMATIF..........................................................................................63
A. Soal...................................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 1 Peraturan Perundangan
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 - Persandingan UU No. 7 Tahun 2004 dengan UU No. 11 Tahun 1974..9
DAFTAR GAMBAR
PETUNJUK PENGGUNAAN
Deskripsi
Modul Peraturan Perundangan ini terdiri dari 3 (tiga) materi pokok. Materi pokok
pertama membahas UU No. 11 Tahun 1974. Materi pokok kedua membahas
Peraturan-peraturan pelaksanaan dari UU No. 11 Tahun 1974. Selanjutnya, materi
pokok ketiga membahas UU Lainnnya terkait sumber daya air.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan
baik materi yang merupakan wawasan umum dari Pelatihan Pengelolaan Sumber
Daya Air Terpadu. Selain dari pada itu untuk menambah wawasan tersebut,
peserta juga diharapkan dapat membaca terlebih dahulu materi yang berkaitan
dengan peraturan perundang-undangan dalam ruang lingkup pengelolaan sumber
daya air terpadu dan sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan brainstorming dan diskusi.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, modul dan/atau bahan ajar serta
film/visualisasi.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 1 Peraturan Perundangan
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan
mampu mengetahui dan memahami peraturan perundangan dalam ranah
pengelolaan sumber daya air terpadu.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka pelaksanaan bidang sumber daya air pada umumnya dan
pengelolaan Sumber Daya Air terpadu pada khususnya, maka perlu dilakukan
pembinaan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki integritas dan profesional
dalam bidangnya. Tuntutan untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan memiliki ASN
yang mempunyai integritas dan profesional tentunya membutuhkan kesungguhan
dan kesiapan sumber daya manusia yang baik melalui penyaringan penerimaan
ASN yang baik dan selektif. Juga tidak bisa diabaikan adalah pentingnya
pembinaan, pendidikan dan pelatihan sumber daya ASN untuk membentuk dan
mengkader aparatur yang berintegritas dan profesional.
Kesiapan sumber daya aparatur yang baik dan berkualitas tentunya akan
memudahkan berlangsungnya proses reformasi birokrasi yang sedang dijalankan.
Sehubungan dengan hal tersebut faktor kesiapan dan kemauan untuk mengubah
pola pikir, sikap dan perilaku sebagai PNS yang berintegritas dan profesional
menjadi pondasi dan esensi strategis yang ikut menentukan keberhasilan
pelaksanaan pengelolaan sumber daya air terpadu.
Salah satu upaya untuk menciptakan aparatur yang profesional adalah dengan
mengikuti pelatihan ini. Dengan keikutsertaan pada pelatihan tersebut maka
diharapkan seorang ASN akan mampu untuk melaksanakan tugas dan fungsi
dengan sebaik-baiknya khususnya ASN yang akan menjalankan kegiatan
pengelolaan sumber daya air terpadu.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membahas materi yang berkaitan dengan peraturan
perundangan dalam ruang lingkup pengelolaan sumber daya air terpadu, yang
disajikan dengan menggunakan metode brainstorming, ceramah interaktif dan
diskusi. Keberhasilan peserta pelatihan dinilai dari kemampuan memahami dan
menerapkan peraturan perundangan dalam pengelolaan sumber daya air terpadu.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan
mampu memahami dan menerapkan peraturan perundangan dalam
pengelolaan sumber daya air terpadu.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu :
a) Menerapkan UU No. 11 Tahun 1974 dalam Ruang Lingkup Pengelolaan
Sumber Daya Air Terpadu;
b) Menerapkan Peraturan-Peraturan Pelaksanaan Dari UU No. 11 Tahun
1974 dalam Ruang Lingkup Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu;
c) Menerapkan UU Lainnya Terkait Sumber Daya Air.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Peraturan Perundangan” ini adalah 4 (empat) jam pelajaran (JP)
atau sekitar 180 menit.
MATERI POKOK 1
UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 1974 TENTANG PENGAIRAN
1.1 Pendahuluan
Undang-undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan dan Peraturan
Pelaksanaannya telah mengatur sedemikian rupa tentang bagaimana dan siapa
yang seharusnya dan atau yang dapat melakukan perencanaan, mengusahakan,
menggunakan, melakukan perlindungan dan pengembangan suatu sumber air,
meskipun diakui bahwa beberapa peraturan pelaksanaan dari Undang-undang
tersebut masih ada yang perlu disusun, termasuk standar dan pedoman yang
diperlukan.
Peraturan Pemerintah No. 27/Th. 1991 tentang Rawa menetapkan Rawa sebagai
salah satu sumber air, juga komponen penting dari ekosistem yang
menyeimbangkan aspek pelestarian dan aspek pengembangan. Peraturan
Pemerintah No. 35/1991 tentang Sungai, yang antara lain mengatur pemanfaatan
bantaran sungai agar dampak banjir yang terjadi tidak merugikan masyarakat
disisi sungai. Walaupun berbagai hal positif tersebut telah dicapai, namun sejalan
dengan pergeseran paradigma diperlukan perubahan dan penambahan UU No.
11/1974 agar dapat lebih akomodatif terhadap aspirasi masyarakat. Dengan
adanya reformasi segala bidang (pada tahun 1990-an) maka dibidang
penanganan pengairan telah diadakan identifikasi adanya beberapa tuntutan
Tuntutan atau permasalahan yang telah diidentifikasi tersebut antara lain sebagai
berikut :
a) Banyak masalah di bidang pengairan yang berkembang dewasa ini tidak
dapat diselesaiakan dengan landasan UU No. 11/Th. 1974.
b) Perkembangan peristilahan yang belum tertampung.
c) Obyek pengaturan yang masih sempit.
d) Belum jelasnya pembagian peran (role sharing) dari para stakeholder
bidang pengairan.
e) Belum terselenggaranya dengan baik koordinasi dari bidang Pengairan.
f) Belum terwujudnya penegakan hukum secara efektif, dll.
Sumberdaya yang terdapat dalam air juga diperlukan manusia untuk memenuhi
kebutuhan lainnya, seperti untuk pengairan, pertanian, pembangkit tenaga listrik,
industri dan lain-lain, yang mepunyai andil penting bagi manusia untuk hidup
layak. Jaminan bahwa negara masih memegang hak penguasaannya atas air itu
menjadi syarat yang tidak dapat ditiadakan dalam menilai konstitusionalnya UU
SDA tersebut.
b) Negara harus memenuhi hak rakyat atas air sebagai salah satu hak azasi
manusia.
c) Pengelolaan air pun harus mengingat kelestarian lingkungan.
d) Sebagai cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang
banyak harus dalam pengawasan dan pengendalian oleh negara secara
mutlak.
e) Hak pengelolaan air mutlak milik Negara, maka prioritas utama yang
diberikan pengusahaan atas air adalah BUMN/BUMD.
f) Prinsip Penerima Manfaat Jasa PSDA wajib menanggung biaya
“Pengelolaan” harus dilaksanakan secara fleksibel dengan tidak
menggunakan perhitungan secara sama tanpa mempertimbangkan macam
pemanfaat sumber daya air.
Pembatalan UU No. 7/Th. 2004 tentang SDA (oleh MK) dikarenakan adanya
permohonan dari PP Muhammadiyah, perkumpulan Vana Prastha dan beberapa
perseorangan kepada MK untuk melakukan pengujian terhadap materi UU No. 7
tersebut, dengan alasan :
a) Terdapat penyelewengan terhadap pertimbangan MK dalam putusan
perkara No. 8/PUU – III/2005 dan bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar 1945.
b) Penyelewengan tersebut, berdampak dalam pelaksanaan yang cenderung
membuka peluang “Privatisasi dan Komersialisai” yang merugikan
masyarakat. Penyelewengan terlihat sejak terbitnya PP No. 16/Th. 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (PPSPAM).
c) Gejala diatas menunjukkan bahwa peran swasta dalam Pengelolaan air
semakin kuat, padahal UU SDA menegaskan bahwa pengembangan
SPAM merupakan tanggung jawab Pemerintah (Pusat dan Daerah),
sehingga penyelenggaraannya mestinya dilakukan oleh BUMN atau BUMD.
Undang-Undang SDA No. 7/Th. 2004 agar tidak terjadi kekosongan hukum hingga
adanya pembentukan Undang-Undang Sumber Daya Air yang baru, Mahkamah
Konstistusi memberlakukan kembali Undang-Undang No. 11/ Th. 1974 tentang
Pegairan beserta Peraturan Pelaksanaannya. Undang-Undang No. 11/Th. 1974
tentang Pengairan terdiri atas 12 Bab dengan 17 Pasal.
Walaupun demikian, Undang-Undang No. 11/Th. 1974 ini sudah berperan cukup
lama (30 tahun) dan memberikan andil besar bagi peri kehidupan ekonomi dan
sosial masyarakat sampai berlakunya UU No. 7 Tahun 2004. Berbagai infra
struktur keairan telah dibangun guna memenuhi kebutuhan penduduk yang terus
meningkat, bahkan pembangunan infrastruktur tersebut pernah mencapai
puncaknya di bidang pertanian, yaitu Indonesia pernah mengalami “swa-sembada
pangan” pada tahun 1984.
1.3.1 Definisi/Pengertian
Istilah-istilah yang lazim dipergunakan di bidang Pengairan ini adalah :
a) Air adalah semua air yang terdapat didalam dan atau berasal dari sumber-
sumber air, baik yang terdapat diatas maupun dibawah permukaan tanah,
tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat dilaut.
b) Sumber-sumber air adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air, baik
yang terdapat diatas, maupun dibawah permukaan tanah.
c) Pengairan adalah suatu bidang pembinaan atas air dan atau sumber air
termasuk kekayaan alam bukan hewani yang terkandung didalamnya, baik
yang alamiah maupun yang telah diusahakan oleh manusia.
d) Tata Pengaturan air adalah segala usaha untuk mengatur pembinaan
seperti pemilikan, penguasaan, pengelolaan, penggunaan, pengusahaan,
dan pengawasan atas air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan
alam bukan hewani yang terkandung didalamnya guna mencapai manfaat
yang sebesar-besarnya dalam memenuhi hajat hidup dan peri kehidupan
rakyat.
e) Tata Pengairan adalah susunan dan letak sumber-sumber air dan atau
bangunan-bangunan pengairan menurut ketentuan-ketentuan teknik
pembinaannya disuatu wilayah pengairan tertentu.
Persoalan sumber daya air yang perlu segera ditangani adalah menyangkut
ketersediaan air dan kebutuhan. Dengan alih fungsi lahan yang pesat dan
perusakan lingkungan maka terjadi degradasi lingkungan yang pada hakekatnya
juga mempengaruhi kuantitas dan kualitas sumber daya air. Dilain pihak, akibat
dari perkembangan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang semakin
meningkat, maka terjadi peningkatan kebutuhan sumber daya air. Oleh karena itu
UU tentang Pengairan perlu disesuaikan menjadi UU Sumber Daya Air sebagai
wujud antisipasi cepatnya perkembangan.
Peran Masyarakat
12. Koordinasi 3 7. Exploitasi & 12. E&P
Pemeliharaan
13. Penyelesaian 2 8. Perlindungan 13. Perlindungan
Sengketa air
14. Gugatan 3 9. Pembiayaan 14. Pembiayaan
masyarakat &
organisasi
15. Penyidikan 1 10. Ketentuan Pidana 15. Ketentuan
Pidana
16. Ketentuan Pidana 3 11. Ketentuan 16. Peralihan
Peralihan
17. Ketentuan 2 12. Ketentuan 17. Berlakunya UU
Peralihan Penutup
18. Ketentuan 2 - -
Penutup
Total Jumlah 100 Total Jumlah 17
Pasal Pasal
b) Bab II : Fungsi
Untuk mencapai fungsi sosial bagi kepentingan rakyat, air beserta sumber-
sumbernya diperuntukkan memenuhi kebutuhan hidup dan peri kehidupan
manusia dalam segala bidang, baik keduniawian maupun kerokhanian.
(b) Prioritas B :
(1) Pertanian, Pertanian Rakyat
(2) Peternakan
(3) Perkebunan
(4) Perikanan
(c) Prioritas C :
(1) Ketenagaan
(2) Pertambangan
(3) Lalu-lintas
(4) Rekreasi
2) Pembangunan Pengairan disusun atas dasar Perencanaan dan
Perencanaan Teknis yang ditunjukkan untuk kepentingan umum serta
disusun untuk keperluan rakyat di segala bidang dan dengan
memperhatikan prioritas seperti tersebut pada point a).
3) Sebagai dasar perencanaan, pengembangan dan pemanfaatan-nya,
diselenggarakan penelitian dan inventarisasi guna menentukan arah dasar
dalam melakukan kegiatan tersebut.
e) Bab V. Pembinaan
Tata Cara Pembinaan atas kegiatan pengairan, diatur menurut bidangnya
masing-masing sesuai fungsi dan peranannya, meliputi :
1) Menetapkan syarat-syarat dan mengatur Perencanaan, Perencanaan
Teknis, penggunaan, pengusahaan, pengawasan dan perijinan
pemanfaatan air/sumber-sumber airnya.
2) Melaksanakan pengelolaan serta pengembangan sumber-sumber air
secara lestari dan untuk mencapai daya guna yang sebesar-besarnya.
3) Melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air yang dapat
merugikan lingkungan.
4) Melakukan pengamanan & pengendalian daya rusak air.
5) Menyelenggarakan penelitian dan penyelidikan Sumber Air.
6) Menjalin dan menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan khusus
dalam bidang pengairan.
f) Bab VI : Pengusahaan
1) Pengusahaan air dan sumber-sumber air yang ditujukan untuk
meningkatkan kemanfaatannya bagi kesejahteraan rakyat dilakukan oleh
Pemerintah, baik Pusat/Daerah.
2) Badan Hukum, Badan Sosial dan atau perorangan yang melakukan
pengusaan air dan atau sumber air, harus memperoleh ijin dari Pemerintah,
dengan berpedoman pada azas usaha bersama dan kekeluargaan (Usaha
dalam bentuk Koperasi).
i) Bab IX : Pembiayaan
1) Segala pembiayaan untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka Tata
pengaturan air dan Pembangunan Pengairan akan diatur lebih lanjut oleh
Pemerintah.
2) Masyarakat yang mendapat manfaat langsung dari adanya bangunan
pengairan (baik untuk keperluan sendiri atau diusahakan lebih lanjut) dapat
diikut sertakan menanggung pembiayaan sebagai pengganti Jasa
Pengelolaan.
3) Badan Hukum, Badan Sosial dan atau perorangan yang mendapat manfaat
dari adanya bangunan-bangunan pengairan (baik untuk kebutuhan sendiri
atau diusahakan lebih lanjut) wajib ikut menanggung pembiayaan dalam
bentuk iuran iuran yang diberikan kepada Pemerintah.
1.5 Latihan
1. Jelaskan latar belakang pencabutan Undang-Undang
No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air Oleh Mahkamah Konstitusi (MK)!
2. Jelaskan perbedaaan antara tata pengaturan air dan tata
pengairan!
1.6 Rangkuman
Undang-undang No. 11/Th 1974 tentang Pengairan yang telah ditindak-lanjuti
dengan peraturan Pemerintah No. 22/Th. 1982 tentang Tata Pengaturan Air,
terciptalah pola pembagian air yang holistik, Peraturan Pemerintah No. 23/Th
1982 tentang Irigasi telah berhasil memberikan dukungan yang signifikan terhadap
swa sembada pangan (1984) dan bertambahnya lahan sawah dengan irigasi
teknis.
Undang-undang No. 7/Th. 2004 tentang Sumber Daya Air yang diterbitkan
Pemerintah sejak 18 Maret 2004, oleh Mahkamah Konstitusi telah dicabut atau
dibatalkan berlakunya dengan Surat Keputusan No. 85/PUU-XII/2013 pada hari
Rabu tanggal 18 Februari 2015.
b) Bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar nya
kemakmuran rakyat secara adil dan merata.
c) Bahwa Algemen Water reglement tahun 1936 belum berlaku untuk seluruh
Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan
dengan pengairan dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan pada dewasa ini.
MATERI POKOK 2
PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAAN DARI UU NO. 11
TAHUN 1974
.
Gambar II.3 - Pohon Peraturan Pelaksanaan PP No. 35/Th. 1991
2.3.1 Peraturan Pemerintah (PP) No. 22 /Th. 1982 tentang “Tata Pengaturan
Air “
2.3.1.1 Umum
Untuk maksud tersebut perlu ditetapkan lebih terperinci dalam rangka tata
Pengaturan air secara menyeluruh, baik yang menyangkut segi penggunaan
maupun perlindungan atas air beserta sumbernya.
Setiap pembayaran atas penggunaan air dan/atau sumber air bukan merupakan
harga air atau sumber air itu sendiri tetapi sebagai ganti jasa pengelolaan dan
pendaya gunaan air dan/atau sumber air dapat berfungsi secara lestari dan tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan keuangan.
b) Administrasi Pemerintahan.
Wewenang yang timbul dari hak penguasaan negara atas wilayah sungai
atau bagian'bagiannya di dalam suatu Daerah dilimpahkan dalam rangka
tugas pembantuan kepada pemerintah Dacrah, sesuai dengan jiwa yang
tercanturn pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974, kecuali
ditetapkan lain oleh suatu Peraturan Pemerintah, misalnya kepada badan
hukum yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah yang diberi tugas
mengelola, membina, dan mengembangkan sunrber-sumber air di dalam
rvilayah sungai yang bersangkutan.
c) Perencanaan :
Walaupun wilayah sungai sebagai kesatuan wilayah hidrografis yang
wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam butir 4.2 berada pada
Pemerintah Daerah, namun agar supaya tercapai keseimbangan antara
keperluan air disatu pihak dan tersedianya air di lain pihak untuk memenuhi
Dalam peraturan pemerintah ini Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang
pengairan diberi wewenang dan tanggung jawab untuk koordinasi perencanaan
dan pelaksanaan tata pengaturan air berdasarkan ketentuan Pasal 5 Undang-
undang Nomor 11 Tahun 1974.
Wewenang ini dapat dilimpahkan dalam rangka tugas pembantuan kepada
Pemerintah Daerah untuk wilayah-wilayah sungai yang berada di dalam daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 (c) Undang-undang Nomor 5 Tahun
1974.
Selanjutnya dalam tata pengaturan air ini digunakan pendekatan dari 2 (dua) hal
pokok yang bersama-sama ditangani, ialah :
a) Tata pengaturan atas sumbernya, yang sifatnya melindungi demi
kelestarian fungsinya serta mengembangkannya untuk berbagai
keperluan masyarakat;
b) Tata pengaturan penggunaan airnya, yang sifatnya mengatur penggunaan
sesuai dengan bidang keperluan masyarakat masing-masing.
Mengingat air beserta sumbernya mempunyai fungsi sosial maka penggunaan air
dibagi menjadi dua golongan:
a) Penggunaan air dan/atau sumber air tanpa izin.
b) Penggunaan air dan/atau sumber air dengan izin.
Penggunaan air dan/atau sumber air tanpa izin dari pihak yang berwenang
dimaksudkan terutama untuk memenuhi keperluan yang bersifat sosial, ialah
untuk memenuhi keperluan pokok kehidupan sehari-hari di dalam rumah tangga
dengan ketentuan tidak menimbulkan kerusakan pada sumber air serta tanah
lingkungannya maupun bangunan umum yang bersangkutan.
Ketentuan tersebut berlaku juga untuk pengambilan kerikil, pasir, batu dan
sebagainya yang terdapat di dalam sumber air. Penggunaan air dan/atau sumber
air dengan izin dari pihak berwenang dimaksudkan untuk semua penggunaan air
dan atau sumber air yang tidak termasuk kriteria yang tersebut di atas, terutama
yang sifatnya untuk mengusa-hakan air atau sumber air/atau sumber daya alam,
misalnya untuk pembangkitan tenaga, untuk keperluan lalu lintas air dan
sebagainya.
Pengambilan air bawah tanah memerlukan izin dari pejabat yang diberi wewenang
oleh Menteri yang berwenang dalam bidang pertambangan yang pelaksanaannya
diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur hal
tersebut, sedang penggunaannya tunduk pada ketentuan-ketentuan tersebut
pada Peraturan Pemerintah ini atau peraturan perundang-undangan lain dalam
bidang pengairan.
Agar penggunaan air dan/atau sumber air mencapai sasaran sesuai dengan
keperluan serta dengan diusahakan secara tepat guna, maka perlu adanya
pertimbangan berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan dalam Undang-undang
Nomor 11 Tahun 1974 disesuaikan dengan keperluan masyarakat pada setiap
tempat dan keadaan.
6) Bab VI : Perlindungan
Untuk bab Perlindungan ini ada 2 (dua) bagian :
(a) Pengamanan Wilayah Tata Pengairan
(1) Luas wilayah pengamanan untuk pemeliharaan kelestarian
Fungsi Sumber Air ditetapkan oleh Menteri.
(2) Menteri dengan pertimbangan Menteri yang bersangkutan
menetapkan daerah suaka dalam wilayah tata pengairan.
(3) Pembangunan, perubahan, dan lain-lain di sempadan sumber
air harus berdasarkan ijin dari pihak yang berwenang.
(b) Perlindungan atas Air, Sumber Air dan Bangunan Pengairan
(1) Pemerintah (Pusat/Daerah) sesuai kewenangan-nya
menyelenggarakan usaha pengendalian daya rusak air
terhadap Sumber Air dan lingkungannya.
(2) Masyarakat wajib membantu dan dapat diikut sertakan dalam
pengendalian daya rusak air dan bahaya banjir.
(3) Idem untuk terjadinya pencemaran air.
(4) Masyarakat wajib//ikut melindungi, mengamankan, memperta-
hankan kelangsungan fungsi bangunan pengairan serta
dilarang melakukan kegiatan yang dapat merusak
kelangsungan fungsi air dan/atau sumber air.
ekosistem sumber air. Hal ini sejalan dengan asas kemanfaatan umum,
keseimbangan, dan kelestarian yang digunakan dalam pengaturan air dan
sumber air.
(a) Sumber Daya alam yang berfungsi “Serba Guna” bagi kehidupan
dan penghidupan manusia.
(b) Rawa tersebut harus dilindungi dan dijaga kelestariannya serta
ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya.
5) Perlindungan, Pengawetan dan Pemanfaatan
(a) Perlindungan Rawa dimaksudkan untuk memelihara keles-tarian
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistem pada
wilayah konservasi Rawa.
(b) Pengawetan Rawa dimaksudkan untuk memelihara kelestarian
keaneka-ragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistem pada
wilayah konservasi Rawa.
(c) Pemanfaatan tumbuhan dan satwa serta sumber daya alam lainnya
dari wilayah konservasi Rawa, wajib memperoleh ijin terlebih dahulu
dari Menteri lain yang terkait sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa air semakin langka sedangkan
permintaan akan pelayanan air semakin meningkat sebagai akibat adanya
perkembangan penduduk dan teknologi ditambah dengan menurunnya mutu
air beserta sumber-sumbernya. Oleh karena itu, perlu ada pengaturan yang
mendukung usaha-usaha pelestarian fungsi sungai sebagai sumber air.
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 dinyatakan bahwa
Pemerintah menetapkan tata cara pembinaan dalam rangka kegiatan
pengairan menurut bidangnya masing-masing sesuai dengan fungsi dan
peranannya.
Selain sungai merupakan salah satu sumber daya air, juga memiliki potensi
yang lain yaitu sebagai sumber bahan galian khususnya bahan galian berupa
pasir dan batu.
Perlu kiranya dikaji, sejauh mana pelaksanaan selama ini dari kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan penyusunan rencana tersebut; seberapa
jauh yang telah dilakukan dan apa saja yang masih belum dilaksanakan
Dengan batasan yang " longgar " tersebut, maka kesempatan pihak swasta
unfuk berperan dalam pembangunan bangunan sungai yang mempunyai
tujuan-tujuan tertentu maupun yang bersifat dwiguna atau serbaguna
cukup terbuka lebar.
Sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat
penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat, sehingga perlu
dijaga kelestarian dan kelangsungan fungsinya dengan melakukan
pengamanan sungai dan daerah sekitarnya yang antara lain meliputi :
(a) pengelolaan daerah pengaliran sungai,
(b) pengendalian daya rusak air,
(c) pengendalian pengaliran sungai,
(d) pengaturan daerah sekitar sungai, yaitu daerah sempadan sungai,
daerah penguasaan sungai dan daerah manfaat sungai,
(e) pengamanan bangunan sungai,
(f) pengendalian penambangan bahan galian golongan C.
Pasal 28: Mengambil dan menggunakan air sungai selain untuk keperluan
pokok sehari hari hanya dapat dilakukan setelah memperoleh
izin terlebih dahulu dsri pejabat yong berwenang.
Pasal 29: (l) Melakukan pengerukan atau penggalian serta pengambilan
bahan bahan galian pada sungai hanya dapat dilakukan di
tempat yqng telah ditentukan oleh Pejabat yang berwenang.
Agar dapat dicapai hasil yang optimal dari kegiatan eksploitasi dan
pemeliharaan sungai, dan sejalan dengan penyusunan standar teknis
bangunan sungai, nampak dirasa perlu untuk segera menyusun pedoman
eksploitasi dan pemeliharaan sungai sebagaimana yang diamanatkan
dalam penjelasan pasal 13 - PP 35/1991 jo. pasal 39 – PP. 22/1982
demikian berarti bahwa perlu diatur juga bidang irigasi dalam suatu
Peraturan Pemerintah tersendiri.
Adanya pergeseran nilai air dari sumberdaya milik bersama (public goods)
yang melimpah dan dapat dikonsumsi tanpa biaya menjadi sumberdaya
ekonomi (economic goods) yang mempunyai fungsi sosial, terjadinya
kerawanan ketersediaan air secara nasional, adanya persaingan
pemanfaatan air antara irigasi dengan pengguna oleh sektor-sektor lain,
dan konversi lahan nbneririgasi untuk kepentingan lainnya, memerlukan
adanya kebijakan pengelolaan irigasi yang efektif sehingga keberlanjutan
sistem irigasi dan hak-hak atas air bagi semua pengguna dapat terjamin.
Badan hukum, badan sosial, perorangan, dan pemakai air irigasi untuk
keperluan lainnya yang mempunyai usaha dalam pertanian dan atau
perkebunan yang memerlukan air irigasi diwajibkan membiayai pengelolaan
irigasi dan mengelola jaringan irigasi setelah memperoleh izin penggunaan air
irigasi dengan tata cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah ini dan peraturan pelaksanannya.
2.1 Latihan
1. Uraikan Pohon Peraturan Pelaksanaan dari PP No. 22/Th.982 tentang: Tata
Pengaturan Air!
2. Kemukakan pendapat anda mengenai hal-hal yang perlau dilakukan dalam
pengamanan sungai dan daerah sekitarnya!
3. Uraikan Peraturan Pemerintah No. 27 /Th. 1991 tentang rawa yang berkaitan
dengan perlindungan rawa!
2.2 Rangkuman
Upaya-Uapaya Kemenerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
dalam mengoperasionalkan kelengkapan Kelembagaan Sumber Daya Air yang
ada beserta program-programnya, dikeluarkanlah Peraturan-Peraturan Menteri
PUPR sebanyak 21 Permen (per Juni 2018) sebagaimana terlihat pada daftar
terlampir.
Wilayah negara kita memiliki bcberapa daerah rawa yang sangat luas, terutama
terdapat di pulau-puiau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan lrian Jaya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang
merupakan landasan pokok untuk menyelenggarakan pengaturan mengenai air
dan sumber air, ditetapkan rawa merupakan salah satu sumber air. Karena rawa
MATERI POKOK 3
UNDANG-UNDANG LAINNYA
3.3 Latihan
1. Sebutkan UU yang terkait dengan SDA!
2. Terdapat landasan pokok usaha perlindungan, pengembangan dan
penggunaan air dan/atau sumber air secara nasional, Jelaskan!
3. Mengapa lebar penebangan pohon di kawasan hutan yang ditepi waduk lebih
lebar daripada di bantaran sungai?
3.4 Rangkuman
Air beserta sumber-sumber airnya berfungsi untuk menunjang pertumbuhan
beberapa sektor Industri, Pariwisata, sektor Enerji, dll, sehingga cukup banyak
Undang-undang lainnya yang terkait dengan Sumber Daya Air.
Undang-undang tersebut, diantaranya :
a) Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
b) Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c) Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
PENUTUP
A. Simpulan
Menyimak perkembangan yang terjadi dimasa lalu sampai saat ini berkaitan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air di Indonesia, maka
keberadaan peraturan perundangan yang telah ada telah memberikan dukungan
yang sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebagai
salah satu contoh dapat digambarkan bahwa Undang-undang No. 11/Th 1974
tentang Pengairan yang telah ditindak-lanjuti dengan peraturan Pemerintah No.
22/Th. 1982 tentang Tata Pengaturan Air, terbukti telah menciptakan pola
pembagian air yang holistik, Peraturan Pemerintah No. 23/Th 1982 tentang Irigasi
telah berhasil memberikan dukungan yang signifikan terhadap swa-sembada
pangan (1984) dan bertambahnya lahan sawah dengan irigasi teknis.
Walaupun berbagai hal positif tersebut telah dicapai, namun sejalan dengan
pergeseran paradigma yang terjaadi dalam beberapa dekade belakangan ini,
termasuk adanya reformasi segala bidang (pada tahun 1990 an) maka dibidang
penanganan pengairan, terutama setelah disahkannya undang undang tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah, dimana tuntutan demokrasi, transparansi dan
desentralisasi memerlukan adanya kebijakan baru yang bersifat Nasional dibidang
pengairan (Sumber Daya Air).
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas
lanjutan untuk dapat memahami detail Pelatihan Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu dalam tata kelola dan ruang lingkup bidang sumber daya air dan
EVALUASI FORMATIF
A. Soal
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari petanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. Undang-undang No. 7/Th. 2004 tentang Sumber Daya Air yang diterbitkan
Pemerintah sejak 18 Maret 2004, oleh Mahkamah Konstitusi telah dicabut
atau dibatalkan melalui …
a. Surat Keputusan No. 58/PUU-XII/2013
b. Surat Keputusan No. 85/PUU-XIII/2013
c. Surat Keputusan No. 85/PUU-XII/2013
d. Surat Keputusan No. 58/PUU-XII/2015
e. Surat Keputusan No. 58/PUU-XIII/2013
2. Berikut ini merupakan latar belakang disahkanya UU No. 11 Tahun 1974,
kecuali …
a. Bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk salah satu kekayaan
alam yang terkandung didalamnya, merupakan karunia Tuhan yang
mempunyai manfaat serbaguna dan dibutuhkan manusia sepanjang
masa, baik dibidang ekonomi, sosial maupun budaya.
b. Berbagai hal positif tersebut telah dicapai, namun sejalan dengan
pergeseran paradigma yang terjaadi dalam beberapa dekade belakangan
ini, termasuk adanya reformasi segala bidang (pada tahun 1990 an) maka
dibidang penanganan pengairan, terutama setelah disahkannya undang
undang tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
c. Bahwa Algemen Waterreglement tahun 1936 belum berlaku untuk seluruh
Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
mengetahui dan memahami peraturan Perundangan. Proses berbagi dan diskusi
dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi Peraturan Perundangan dan
juga perlu dipelajari tentang pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari latihan-latihan dalam materi pokok adalah sebagai
berikut :
Latihan Materi Pokok 1
1. Latar belakang pencabutan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang
Sumber Daya Air:
Sumberdaya yang terdapat dalam air juga diperlukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan lainnya, seperti untuk pengairan, pertanian, pembangkit
tenaga listrik, industri dan lain-lain, yang mepunyai andil penting bagi manusia
untuk hidup layak. Jaminan bahwa negara masih memegang hak
penguasaannya atas air itu menjadi syarat yang tidak dapat ditiadakan dalam
menilai konstitusionalnya UU SDA tersebut.
Pembatalan UU No. 7/Th. 2004 tentang SDA (oleh MK) dikarenakan adanya
permohonan dari PP Muhammadiyah, perkumpulan Vana Prastha dan
beberapa perseorangan kepada MK untuk melakukan pengujian terhadap
materi UU No. 7 tersebut, dengan alasan :
a) Terdapat penyelewengan terhadap pertimbangan MK dalam putusan
perkara No. 8/PUU – III/2005 dan bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar 1945.
b) Penyelewengan tersebut, berdampak dalam pelaksanaan yang
cenderung membuka peluang “ Privatisasi dan Komersialisai” yang
merugikan masyarakat. Penyelewengan terlihat sejak terbitnya PP No.
16/Th. 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(PPSPAM).
c) Gejala diatas menunjukkan bahwa peran swasta dalam Pengelolaan air
semakin kuat, padahal UU SDA menegaskan bahwa pengembangan
SPAM merupakan tanggung jawab Pemerintah (Pusat dan Daerah),
sehingga penyelenggaraannya mestinya dilakukan oleh BUMN atau
BUMD.
b) Administrasi Pemerintahan.
Wewenang yang timbul dari hak penguasaan negara atas wilayah sungai
atau bagian'bagiannya di dalam suatu Daerah dilimpahkan dalam rangka
tugas pembantuan kepada pemerintah Dacrah, sesuai dengan jiwa yang
tercanturn pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974, kecuali
ditetapkan lain oleh suatu Peraturan Pemerintah, misalnya kepada badan
hukum yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah yang diberi tugas
mengelola, membina, dan mengembangkan sunrber-sumber air di dalam
rvilayah sungai yang bersangkutan.
c) Perencanaan :
Walaupun wilayah sungai sebagai kesatuan wilayah hidrografis yang
wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam butir 4.2 berada pada
Pemerintah Daerah, namun agar supaya tercapai keseimbangan antara
keperluan air disatu pihak dan tersedianya air di lain pihak untuk
memenuhi kepentingan berbagai bidang kehidupan dilihat dari ruang
lingkup nasional, perencanaan perlindungan, pengembangan dan
penggunaan air dan/atau sumber air harus disusun secara terpadu dan
menyeluruh pembangunannya dan dimasukkan ke dalam rencana
pengembangan sumber- sumber air nasionat sebagai bagian dari rencana
pembangunan nasional.
1. Permen PUPR Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai
2. Permen PUPR Nomor 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan
Bangunan Pengairan
3. Permen PUPR Nomor 07/PRT/M/2015 tentang Pengamanan Pantai
4. Permen PUPR Nomor 08/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Jaringan Irigasi
5. Permen PUPR Nomor 09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan SDA
6. Permen PUPR Nomor 10/PRT/M/2015 tentang Rencana dan Rencana Teknis Pengaturan Air
dan Tata Pengairan
7. Permen PUPR Nomor 11/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan
Reklamasi Rawa Pasang Surut
8. Permen PUPR Nomor 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
9. Permen PUPR Nomor 13/PRT/M/2015 tentang Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya
Rusak Air
10. Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi
11. Permen PUPR Nomor 16/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Rawa Lebak
12. Permen PUPR Nomor 17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi
13. Permen PUPR Nomor 18/PRT/M/2015 tentang Iuran Eksploitasi Dan Pemeliharaan Bangunan
Pengairan
14. Permen PUPR Nomor 21/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Tambak
15. Permen PUPR Nomor 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi
16. Permen PUPR Nomor 26/PRT/M/2015 tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan
Ruas Bekas Sungai
17. Permen PUPR Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan
18. Permen PUPR Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis
Sempadan Danau
19. Permen PUPR Nomor 29/PRT/M/2015 tentang Rawa
20. Permen PUPR Nomor 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi
21. Permen PUPR Nomor 01/PRT/M/2016 Tata Cara Perizinan Pengusahaan SDA dan
Penggunaan SDA