NIDN. 0210018102 Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik PEMELIHARAAN DRAINASE Lanjutan……….. TIPE-TIPE DRAINASE JALAN
Terdapat dua tipe drainase untuk perkerasan jalan,
yaitu : 1. Drainase permukaan (surface drainage) 2. Drainase bawah permukaan (subdrain atau under drain) Gambar 5.4 Air permukaan mengalir dari permukaan jalan (Bruce dan Clarkeson, 1956) 1. Drainase Permukaan Drainase permukaan berfungsi untuk membuang air dari permukaan perkerasan dan area pembebasannya. Drainase air permukaan harus dapat mengalirkan air hujan dan membuangnya ke saluran pembuang. Pada prinsipnya, drainase jalan harus mampu mengalirkan air permukaan ke dalam system saluran yang telah ada, sehingga perkerasan dapat terhindar dari akibat buruk dari problem yang ditimbulkan oleh air 2. Drainase bawah permukaan Drainase bawah permukaan adalah drainase yang diletakkan di bawah permukaan struktur jalan. Drainase bawah ini digunakan untuk menampung dan mengalirkan air yang merembes ke struktur perkerasan dan tanah di sekitarnya.
Kemungkinan air masuk ke struktur perkerasan adalah melalui :
1. Retakan dan sambungan terbuka 2. Permukaan perkerasan yang lolos air 3. Bahu jalan atau pinggir perkerasan atau area median 4. Gerakan air tanah merembes dari bawah tanah menuju ke atas Sumber-sumber air bawah tanah yang dapat mengganggu perkerasan berasal dari :
1. Air bebas dari area jalan yang berpenetrasi ke bawah
permukaan akibat gaya gravitasi 2. Air tanah yang berasal dari daerah yang lebih tinggi yang berada di kanan-kiri jalan 3. Air kapiler yang bergerak ke atas oleh aksi kapiler 4. Gerakan uap air ke atas, lewat lapisan tanah dasar (subgrade) sebagai akibat gradien termal (beda suhu) Sistem drainase bawah permukaan berfungsi untuk mengumpulkan dan membuang air dari sumber-sumber air tersebut. Kecuali itu drainase bawah permukaan juga berfungsi untuk : 1. Menurunkan muka air tanah agar dapat mencegah gangguan dukungan tanah pondasi jalan. 2. Memotong dan mengalirkan rembesan dari lereng tebing galian dan mata air. Dalam perancangan atau perbaikan system drainase bawah tanah, maka harus mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut : 1. Permeabilitas tanah atau agregat material urugan 2. Lokasi area rembesan 3. Macam material filter yang dibutuhkan 4. Tipe dan ukuran pipa drainase bawah tanah Terdapat dua metoda pemakaian drainase bawah permukaan, yaitu (RRI, 1968) :
1. Jika zona rembesan dangkal dengan kedalaman antara 0,6
– 0,9 m dari permukaan, maka caranya dengan memasang drainase pemotong yang bertumpu pada lapisan kedap air di bawahnya (Gambar 5.5) 2. Jika zona rembesan tebal atau lapisan kedap air sangat dalam, maka drainase bawah dipasang pada kedalaman yang cukup baik untuk pemotongan muka air tanah, yaitu dengan mempertimbangkan kemungkinan penurunan yang dapat dicapai muka air tanah di bawah drainase agar jarak muka air tanah dengan struktur perkerasan cukup jauh (Gambar 5.6) Gambar 5.5 Pemotongan muka air tanah pada zona rembesan yang dangkal (RRI, 1968) Gambar 5.6 Pemotongan muka air tanah pada zona rembesan yang dalam (RRI, 1968) Gambar 5.7 Pemasangan drainase bawah ke arah memanjang dan arah melintang (Asphalt Institute, MS-15) Drainase bawah permukaan umumnya diletakkan dikedua sisi jalan dalam arah memanjang (Gambar 5.7). Untuk pembuangan air yang berkumpul di bawah struktur perkerasan, maka dipasang drainase melintang yang mengalirkan air menuju drainase memanjang. Drainase melintang dapat di pasang dalam posisi menyudut (biasanya sekitar 600 ) atau tegak lurus sumbu jalan. MASALAH UMUM DALAM DRAINASE JALAN Drainase yang terkait dengan masalah tanah dasar harus dipertimbangkan dalam rehabilitasi perkerasan. Hal ini kadang-kadang muncul di sepanjang area drainase yang luas, namun kadang-kadang hanya lokal saja. Hal yang paling sering timbul dalam masalah drainase jalan raya, meliputi : 1. Pendangkalan parit samping 2. Pintu masuk dan keluar air dari gorong-gorong tersumbat 3. Gorong-gorong rusak atau pecah 4. Bahu jalan dan median mudah meloloskan air 5. Lapisan-lapisan agregat pondasi (base) Gambar 5.9 Sambungan gorong-gorong terpisah akibat penurunan timbunan. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya rongga-rongga di sekitar pipa yang dapat menyebabkan timbunan ambles Gambar 5.10 Gorong-gorong terlalu kecil mengakibatkan genangan air dan kecepatan air sangat tinggi di dalam gorong-gorong Gambar 5.11 Gerusan akibat pembuangan air dari pipa drainase yang menimpa permukaan lereng (FHWA, 1988) MASALAH TANAH DASAR (SUBGRADE) YANG TERKAIT DENGAN DRAINASE Saat musim hujan, air tanah mengalir ke luar pada titik di bawah perkerasan dan menjenuhkan tanah dasar. Akibat pelunakan tanah dasar yang disertai dengan beban lalu lintas kendaraan berat, perkerasan menjadi rusak. Bila perkerasan di dekat puncak bukit tersebut rusak, sering kali terlihat rembesan air yang keluar lewat retakan dan sambungan pada perkerasan, bahkan di musim kemarau. Kondisi ini harus diperbaiki dengan membuat drainase bawah permukaan di kedua sisi perkerasan di sepanjang area galian. Gambar 5.12 Perkerasan rusak akibat rembesan air dari bukit yang terpotong oleh perkerasan jalan (Bruce dan Clarkeson, 1956) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Inspeksi periodik saluran drainase permukaan
2. Membersihkan parit samping 3. Menutup area genangan 4. Memeriksa aliran air lewat gorong-gorong Menurut Asphalt Institute MS-15 dalam evaluasi drainase permukaan dan drainase bawah tanah jalan, diperlukan : 1. Cek perancangan asli apakah sudah memperhitungkan drainase jalan lama yang telah ada dengan baik. 2. Perubahan perancangan macam apa yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa drainase tidak cukup (yang mengakibatkan kerusakan struktur perkerasan), sehingga perlu diperbaiki. 3. Jika system drainase asli cukup baik, apakah telah terjadi perubahan lingkungan atau struktur sejak perkerasan tersebut dibangun, sehingga diperlukan pembangunan ulang system drainasenya ? 4. Apakah akibat dari adanya proyek-proyek pembukaan lahan di sekitarnya, mengindikasikan adanya perubahan pola drainase yang mungkin dapat menyebabkan fasilitas drainase yang ada menjadi tidak cukup 5. Akankah perbaikan jalan mengakibatkan kenaikan volume lalu lintas, sehingga membuat system drainase asli menjadi tidak mampu lagi menanggulangi kerusakan dini yang terjadi pada perkerasan yang telah direhabilitasi tersebut Gambar 5.13 Tipe-tipe parit yang dindingnya diperkeras (Bruce dan Clarkeson, 1956) Gambar 5.14 Penggalian parit terlalu dalam mengganggu stabilitas lereng SISTEM DRAINASE UNTUK PELEBARAN JALAN Gambar 5.15 Drainase melintang/lateral untuk membuang air terperangkap di bawah perkerasan beton sebelum ditutup lapis tambahan (Asphalt Institute, MS-15) Gambar 5.16 Sistem drainase untuk pelebaran parsial dan lapis tambahan (Asphalt Institute, MS-15)