Anda di halaman 1dari 27

Mata Kuliah :

Pelaksanaan dan
Pemeliharaan Jalan

Pertemuan 7
Senin 08 Mei 2023

Dosen Pengampu : Leni Sriharyani, S.T., M.T.


NIDN. 0210018102
Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik
PEMELIHARAAN DRAINASE
Lanjutan………..
TIPE-TIPE DRAINASE JALAN

Terdapat dua tipe drainase untuk perkerasan jalan,


yaitu :
1. Drainase permukaan (surface drainage)
2. Drainase bawah permukaan (subdrain atau under
drain)
Gambar 5.4 Air permukaan mengalir dari permukaan jalan (Bruce dan Clarkeson, 1956)
1. Drainase Permukaan
 Drainase permukaan berfungsi untuk membuang air dari
permukaan perkerasan dan area pembebasannya.
 Drainase air permukaan harus dapat mengalirkan air hujan
dan membuangnya ke saluran pembuang.
 Pada prinsipnya, drainase jalan harus mampu mengalirkan
air permukaan ke dalam system saluran yang telah ada,
sehingga perkerasan dapat terhindar dari akibat buruk
dari problem yang ditimbulkan oleh air
2. Drainase bawah permukaan
 Drainase bawah permukaan adalah drainase yang diletakkan di bawah
permukaan struktur jalan. Drainase bawah ini digunakan untuk
menampung dan mengalirkan air yang merembes ke struktur
perkerasan dan tanah di sekitarnya.

 Kemungkinan air masuk ke struktur perkerasan adalah melalui :


1. Retakan dan sambungan terbuka
2. Permukaan perkerasan yang lolos air
3. Bahu jalan atau pinggir perkerasan atau area median
4. Gerakan air tanah merembes dari bawah tanah menuju ke atas
Sumber-sumber air bawah tanah yang dapat
mengganggu perkerasan berasal dari :

1. Air bebas dari area jalan yang berpenetrasi ke bawah


permukaan akibat gaya gravitasi
2. Air tanah yang berasal dari daerah yang lebih tinggi yang
berada di kanan-kiri jalan
3. Air kapiler yang bergerak ke atas oleh aksi kapiler
4. Gerakan uap air ke atas, lewat lapisan tanah dasar
(subgrade) sebagai akibat gradien termal (beda suhu)
Sistem drainase bawah permukaan berfungsi untuk
mengumpulkan dan membuang air dari sumber-sumber air
tersebut. Kecuali itu drainase bawah permukaan juga
berfungsi untuk :
1. Menurunkan muka air tanah agar dapat mencegah
gangguan dukungan tanah pondasi jalan.
2. Memotong dan mengalirkan rembesan dari lereng tebing
galian dan mata air.
Dalam perancangan atau perbaikan system drainase
bawah tanah, maka harus mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut :
1. Permeabilitas tanah atau agregat material urugan
2. Lokasi area rembesan
3. Macam material filter yang dibutuhkan
4. Tipe dan ukuran pipa drainase bawah tanah
Terdapat dua metoda pemakaian drainase
bawah permukaan, yaitu (RRI, 1968) :

1. Jika zona rembesan dangkal dengan kedalaman antara 0,6


– 0,9 m dari permukaan, maka caranya dengan memasang
drainase pemotong yang bertumpu pada lapisan kedap air
di bawahnya (Gambar 5.5)
2. Jika zona rembesan tebal atau lapisan kedap air sangat
dalam, maka drainase bawah dipasang pada kedalaman
yang cukup baik untuk pemotongan muka air tanah, yaitu
dengan mempertimbangkan kemungkinan penurunan yang
dapat dicapai muka air tanah di bawah drainase agar jarak
muka air tanah dengan struktur perkerasan cukup jauh
(Gambar 5.6)
Gambar 5.5 Pemotongan muka air tanah pada zona rembesan yang dangkal (RRI, 1968)
Gambar 5.6 Pemotongan muka air tanah pada zona rembesan yang dalam (RRI, 1968)
Gambar 5.7 Pemasangan drainase bawah ke arah memanjang dan arah melintang (Asphalt
Institute, MS-15)
 Drainase bawah permukaan umumnya diletakkan dikedua
sisi jalan dalam arah memanjang (Gambar 5.7). Untuk
pembuangan air yang berkumpul di bawah struktur
perkerasan, maka dipasang drainase melintang yang
mengalirkan air menuju drainase memanjang.
 Drainase melintang dapat di pasang dalam posisi
menyudut (biasanya sekitar 600 ) atau tegak lurus sumbu
jalan.
MASALAH UMUM DALAM DRAINASE JALAN
Drainase yang terkait dengan masalah tanah dasar harus
dipertimbangkan dalam rehabilitasi perkerasan. Hal ini
kadang-kadang muncul di sepanjang area drainase yang luas,
namun kadang-kadang hanya lokal saja.
Hal yang paling sering timbul dalam masalah drainase jalan
raya, meliputi :
1. Pendangkalan parit samping
2. Pintu masuk dan keluar air dari gorong-gorong tersumbat
3. Gorong-gorong rusak atau pecah
4. Bahu jalan dan median mudah meloloskan air
5. Lapisan-lapisan agregat pondasi (base)
Gambar 5.9 Sambungan gorong-gorong terpisah akibat penurunan timbunan. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya rongga-rongga di sekitar pipa yang dapat menyebabkan timbunan
ambles
Gambar 5.10 Gorong-gorong terlalu kecil mengakibatkan genangan air dan kecepatan air
sangat tinggi di dalam gorong-gorong
Gambar 5.11 Gerusan akibat pembuangan air dari pipa drainase yang menimpa permukaan
lereng (FHWA, 1988)
MASALAH TANAH DASAR (SUBGRADE)
YANG TERKAIT DENGAN DRAINASE
 Saat musim hujan, air tanah mengalir ke luar pada titik di bawah
perkerasan dan menjenuhkan tanah dasar. Akibat pelunakan tanah
dasar yang disertai dengan beban lalu lintas kendaraan berat,
perkerasan menjadi rusak.
 Bila perkerasan di dekat puncak bukit tersebut rusak, sering kali
terlihat rembesan air yang keluar lewat retakan dan sambungan pada
perkerasan, bahkan di musim kemarau. Kondisi ini harus diperbaiki
dengan membuat drainase bawah permukaan di kedua sisi perkerasan
di sepanjang area galian.
Gambar 5.12 Perkerasan rusak akibat rembesan air dari bukit yang terpotong oleh
perkerasan jalan (Bruce dan Clarkeson, 1956)
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Inspeksi periodik saluran drainase permukaan


2. Membersihkan parit samping
3. Menutup area genangan
4. Memeriksa aliran air lewat gorong-gorong
Menurut Asphalt Institute MS-15 dalam evaluasi drainase permukaan dan drainase
bawah tanah jalan, diperlukan :
1. Cek perancangan asli apakah sudah memperhitungkan drainase jalan lama
yang telah ada dengan baik.
2. Perubahan perancangan macam apa yang dibutuhkan untuk meyakinkan
bahwa drainase tidak cukup (yang mengakibatkan kerusakan struktur
perkerasan), sehingga perlu diperbaiki.
3. Jika system drainase asli cukup baik, apakah telah terjadi perubahan
lingkungan atau struktur sejak perkerasan tersebut dibangun, sehingga
diperlukan pembangunan ulang system drainasenya ?
4. Apakah akibat dari adanya proyek-proyek pembukaan lahan di sekitarnya,
mengindikasikan adanya perubahan pola drainase yang mungkin dapat
menyebabkan fasilitas drainase yang ada menjadi tidak cukup
5. Akankah perbaikan jalan mengakibatkan kenaikan volume lalu lintas, sehingga
membuat system drainase asli menjadi tidak mampu lagi menanggulangi
kerusakan dini yang terjadi pada perkerasan yang telah direhabilitasi tersebut
Gambar 5.13 Tipe-tipe parit yang dindingnya diperkeras (Bruce dan Clarkeson, 1956)
Gambar 5.14 Penggalian parit terlalu dalam mengganggu stabilitas lereng
SISTEM DRAINASE UNTUK PELEBARAN JALAN
Gambar 5.15 Drainase melintang/lateral untuk membuang air terperangkap di bawah
perkerasan beton sebelum ditutup lapis tambahan (Asphalt Institute, MS-15)
Gambar 5.16 Sistem drainase untuk pelebaran parsial dan lapis tambahan (Asphalt
Institute, MS-15)

Anda mungkin juga menyukai