Anda di halaman 1dari 88

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DINAS BINA MARGA DAN BINA KONSTRUKSI


BIDANG BINA KONSTRUKSI

PELATIHAN DAN UJI SERTIFIKASI


AHLI MUDA TEKNIK IRIGASI
Sub Topik:
LAY OUT DAERAH IRIGASI
Medan, 29 Okt - 3 Nov 2018
(Fave Hotel Medan)

Dibawakan oleh :
Ivan Indrawan, ST., MT.
(Dept. Teknik Sipil – FT USU)
LAY OUT DAERAH IRIGASI
Out lines : Bagian II
1. Penetapan Tata Letak Bangunan
Bagian I Irigasi dan Nomenklatur
1. Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi a. Letak bangunan bagi dan sadap
a. Identifikasi lokasi b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap
b. Identifikasi daerah Yang tidak dialiri c. Jenis dan tipe bangunan ukur
c. Identifikasi bangunan atau lokasi d. Bangunan Box tersier dan kwarter
eksisting e. Tata nama / Nomenklatur

2. Perencanaan Petak Irigasi 2. Penetapan layout definitif daerah


a. Pembuatan trase saluran irigasi dan irigasi
pembuang a. Konsultasi rancangan kepada pihak
b. Bentuk petak tersier terekait
c. Persyaratan luas petak tersier b. Pemeriksaan rancangan lay out ke
d. Petak kwarter dan pencetakan lapangan
sawah c. Penyempurnaan rancangan lay out

Bagian III (Tambahan) :


Pengenalan Daerah Irigasi
BAGIAN I
I. 1. Pemeriksaan Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi
a. Identifikasi Lokasi Daerah Irigasi
Irigasi :
“Irigasi dalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang kegiatan pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan,
irigas irawa, irigasi bawah tanah, irigasi pompa/air tanah dan irigasi springkler”

Daerah Irigasi :
“Kesatuan lahan yang mendapat air dari suatu jaringan irigasi”
Jaringan Irigasi :
“saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu
kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan dan pembuangan air irigasi”

Rawa :
“suatu daerah yang tergenang air sepanjang waktu atau sementara akibat
drianase yang tidak berfungsi”
I. 1. Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi
a. Identifikasi Lokasi Daerah Irigasi
Lay Out Irigasi :
“ Tata letak suatu objek yang akan ditangani, dikelola ke dalam suatu bentuk
peta untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan tujuan yaitu untuk keperluan
sistem irigasi”
Peta Ikhtisar :
Cara penggambaran berbagai macam bagian dari suatu jaringan irigasi yang
saling berhubungan. Didalamnya diperlihatkan :
- Bangunan-bangunan utama
- Jairngan dan trase saluran irigasi
- Jaringan dan trase saluran pembuang
- Petak-petak primer, sekunder, dan tersier
- Lokasi bangunan
- Batas daerah irigasi
- Jaringan dan trase jalan
- Daerah yang tidak dialiri (pemukiman, tanah jelek, dataran tinggi
I. 1. Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi
a. Identifikasi Lokasi Daerah Irigasi

Persyaratan penetapan lokasi daerah irigasi :

1. Lokasi jaringan irigasi


2. Perkiraan luas daerah irigasi
3. Garis besar rencana pertanian
4. Sumber air irigasi dengan penilaian alokasi pemanfaatan air (PDAM, PLTA
Industri, dll)
5. Deskripsi ttg pekerjaan prasarana infrastruktur
6. Program pelaksanaan dan skala prioritas
7. Dampaknya terhadap sosial ekonomi pembangunan
I. 1. Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi
a. Identifikasi Lokasi Daerah Irigasi
Peta ikhtisar dibuat berdasarkan peta topografi
• Skala 1: 25000 => peta iktisar umum, peta topografi lokasi jaringan irigasi
• Skala 1 : 5000 => Peta iktisar detail atau Peta Petak. Peta lokasi BM
• Skala 1 : 2000 => Petak tersier, peta situasi trase saluran, kontur 0,5 – 1 m
Profil memanjang pada skala horizontal
• Skala < 1:200 // 100 => Peta perencanaan detail jaringan irigasi tersier dan
pembuang , dapat menunjukkan gambaran muka tanah yang ada. Potongan
memanjang dan meintang.
Informasi pada peta :
1. Garis2 kontur
2. Batas petak sawah (kalau ada peta ortofoto)
3. Tata guna lahan
4. Saluran irigasi, pembuang, jalan, bangunan eksisting
5. Batas adminitrasi (desa, kampung)
6. Rawa-rawa, infrastruktur publik, kuburan
I. 1. Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi

a. Identifikasi Lokasi Daerah Irigasi

Skala Peta dan Interval garis kontur


I. 1. Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi
b. Identifikasi daerah yang tidak dialiri

Daerah yang tidak bisa dialiri (survey dan analisis):


a. Tanah rawa
b. Perkampungan / desa/ pemukiman
c. Fasilitas umum (perkuburan, perkantoran, rumah
ibadah)
d. Dataran tinggi
e. Tanah yang tidak cocok untuk pertanian Dianalisa apakah
f. Muka tanah terlalu tinggi (tak ada petani sementara atau
penggarap) ada perbaikan
g. Tergenang air dimasa depan
I. 1. Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi
b. Identifikasi daerah yang tidak dialiri

Batasan pengembangan sawah:


a. Laju perkolasi lebih dari 10 mm/hari
b. Lapisan tanah atas tebalnya kurang dari 30 cm
c. Kemiringan tanah lebih dari 5% (tergantung pada tekstur dan
kedalaman tanah atas)
d. Pembuang jelek yang tak dapat diperbaiki ditijau dari segi ekonomis
e. Biaya pelaksanaan jaringan irigasi tersier terlampu tinggi
I. 1. Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi
c. Identifikasi bangunan atau lokasi eksisting

Dapat berupa
a. Jalan, jembatan
b. Batas wilayah adminitrasi
c. Sungai
d. Fasilitas umum (pemakaman, rumah ibadah, dll)
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi

a. Pembuatan trase saluran irigasi dan pembuang


a.1. Saluran Irigasi
Jaringan Irigasi Utama
a. Saluran Primer : Bendung –> Sal. Sekunder, petak tersier, batas ujung
bangunan bagi terakhir.
b. Saluran Sekunder : Sal. Primer -> petak tersier. Batas ujung bangunan
sadap terakhir
c. Saluran Inlet / Pembawa lain

Jaringan Saluran Irigasi tersier


a. Saluran Tersier : Bangunan sadap-> petak tersier dan sal. Kuarter. Batas
ujung box tersier terakhir
b. Saluran Kuarter : box bagi tersier -> sawah / parit sawah
c. Jalan petani
d. Pembangunan sanggar tani
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
a. Pembuatan trase saluran irigasi dan pembuang
a.1. Saluran Irigasi

Saluran Primer dan Saluran Sekunder


I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
a. Pembuatan trase saluran irigasi dan pembuang

Susunan saluran
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
a. Pembuatan trase saluran irigasi dan pembuang
a.1. Saluran Irigasi
Syarat Pembuatan Saluran:
a. Sedapat mungkin ikuti batas-batas sawah
b. Rencanakan saluran irigasi pada punggung medan dan saluran
pembuang pada daerah lembah
c. Hindari persilangan dengan pembuang
d. Saluran irigasi sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan
e. Saluran irigasi tidak boleh melewati petak2 tersier yang lain
f. Hindari pekerjaan taah yang berat
g. Batasi jumlah bangunan
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
a. Pembuatan trase saluran irigasi dan pembuang
Ketinggian yang diperlukan:
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
a. Pembuatan trase saluran irigasi dan pembuang
Ketinggian yang diperlukan:

P = A + a + b + c + d + e + f + g + Dh + Z

P = muka air di saluran primer atau sekunder


D = elevasi di sawah
a = lapisan air di sawah, ≈ 10 cm
b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter kesawah ≈ 5 cm
c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter ≈ 5 cm/boks
d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi = kemiringan
kali panjang atau I x L (disaluran tersier; lihat Gambar 51)
e = kehilangan tinggi energi di boks bagi, ≈ 5 cm/boks
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong, ≈ 5 cm per bangunan
g = kehilangan tinggi eriergi di bangunan sadap
Δh = variasi tinggi muka air, 0,10 h100 (kedalaman rencana)
Z = kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang lain (misal
jembatan)
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
a. Pembuatan trase saluran irigasi dan pembuang
Ketinggian yang diperlukan:

P = A + a + b + c + d + e + f + g + Dh + Z

P = muka air di saluran primer atau sekunder


D = elevasi di sawah
a = lapisan air di sawah, ≈ 10 cm
b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter kesawah ≈ 5 cm
c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter ≈ 5 cm/boks
d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi = kemiringan
kali panjang atau I x L (disaluran tersier; lihat Gambar 51)
e = kehilangan tinggi energi di boks bagi, ≈ 5 cm/boks
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong, ≈ 5 cm per bangunan
g = kehilangan tinggi eriergi di bangunan sadap
Δh = variasi tinggi muka air, 0,10 h100 (kedalaman rencana)
Z = kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang lain (misal
jembatan)
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
a. Pembuatan trase saluran irigasi dan pembuang
Situasi bangunan sadap tersier

- a dan b tanah bukit


- c , dua bangunan sadap atau lebih
- d , do pemecahan sadap
- e, f irigasi aliran melingkar
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
a. Pembuatan trase saluran irigasi dan pembuang
a.1. Saluran Irigasi
Trase Saluran :
1. Dibuat garis-garis lurus sejauh mungkin, yang dihubungkan oleh lengkung-
lengkung bulat
2. Tinggi muka air yang mendekati tinggi medan, atau sedikit diatas tinggi medan
guna mengairi sawh-sawah disebelahnya
3. Perencanaan potongan berimbang antara galian dan timbunan
4. Untuk kondisi pada medan yang tidak teratur, gunakan pintasan
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
a. Pembuatan trase saluran irigasi dan pembuang
a.2. Saluran Pembuang
Saluran Pembuang Tersier:
a. Saluran pembuang tersier, berasal dari pembuang kuarter dan sawah
b. Saluran pembuang kuarter, berasal dari sawah dan menuju pembuang
tersier

Saluran Pembuang Utama:


a. Saluran pembuang sekunder
b. Saluran pembuang primer, umumnya sungai

• Saluran pembuang direncanakan di tempat-tempat terendah atau


daerah depresi dengan pengaturan kecepatan rencana.
• Umumnya direncanakan sempit dan dalam
• Kemiringan dsara saluran mengecil di hilir
• Usahakan tidak mengubah trase saluran pembuang alamiah
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
b. Bentuk Petak Tersier
Bentuk petak tersier dibuat sesuai dengan kondisi aerah yang akan diairi
berdasarkan peta topografi.

Aspek rencana Lay out Petak tresier :


a. Luas petak tersier
b. Batas-batas petak tersier
c. Bentuk yang optimal
d. Kondisi medan
e. Jaringan irigasi yang ada
f. Eksploitas jaringan
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
c. Persyaratan Luas Petak Tersier
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi

c. Persyaratan Luas Petak Tersier

Petak Tersier Ideal :


• 6-8 dari pemilikan sawah yang ada
diorganisasimenjadi alur jalur/strip
• Air diberikan dari saluran kuarter dan
kelebihan air dibuang melalui
pembuang kuarter
• Jalan petani dibangun sepanjang
saluran kuarter
• Pembagian air proporsional dengan
box bagi dilengkapi pintu
• Masing-masing petani punya
pengambilan dan pembuangan serta
jalan
I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
c. Persyaratan Luas Petak Tersier

Petak tersier optimal


I.2. Perencanaan Peta Petak Irigasi
d. Petak Kwarter dan Pencetakan Sawah
• Dibuat secara proporsional sesuai kriteria
• Bergantung pada ukuran sawah, topografi, teknologi, kebiasaan bercocok
tanam, sistem pembagian air dan efisiensi
• Jumlah petani tidak lebih 30 orang
• Ukuran luas 8 -15 ha
• Panjang saluran kuarter 500 – 800 m
• Aliran antar petak dibatasi 8 sawah atau 300 m panjang maksimum
BAGIAN II
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

Tata letak bangunan menunjukan:


1. Lokasi Bangunan utama
2. Trase jaringan irigasi dan pembuang
3. Batas-batas dan perkiraan luas (ha) jaringan irigasi dengan petak primer,
sekunder dan tersier, serta daerah2 yang tidak bisa diairi
4. Bangunan-bangunan utama jaringan irigasi dan pembuang lengkap dengan
type dan fungsinya
5. Konstruksi lindungan terhadp banjir dan tanggul
6. Jaringan jalan dan bangunan2nya
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
Sistem tata nama petak rotasi dan petak kwarter :
- Nama-nama yang diberikan untuk saluran irigasi dan pembuang, bangunan dan
daerah irigasi harus jelas dan logis
- Nama harus pendek dan tidak ambigu
- Nama dipilih sedemikian ruapa sehingg jika dibuat bangunan baru tidak perlu
merubah semua nama yang sudah ada
- Box tersier diberi kode T, diikuti kode urut nomor menurut arah jarum jam mulai
dari box pertama di hilir bangunan sadap tersier, T1, T2 dst.
- Box Kuarter diberi kode K, diikuti nomor urut jarum jam, mulai dari box kuarter
pertama di hilir box nomor urut tertiggi K1, K2 dst.
- Ruas-ruas tersier diberi nama sesuai dengan nama box yang terletak diantara
kedua box (T1-T2), (T3-K1)
- Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut
menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dst.
- Saluran irigasi diberi nama sesuai dengan petak tersier yang dilayanitetapi dengan
huruf kecil (a1, a2, dst).
- Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dibuang
airnya diawali dk (dka1, dka2dst)
- Saluran pembuang tersier diberi kode dt1, dt2, menurut arah jarum jam
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

Sistem tata nama petak rotasi dan petak kwarter :


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

a. Letak bangunan bagi dan sadap


• Letak bangunan bagi dan sadap sesuia kondisi daerah yang diairi
• Dilengkapi pintu dan alat pengukur debit sesuai kebutuhan dan waktu
• Terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang untuk membagi
debit
• Bangunan sadap tersier membagi air dari saluran primer dan sekunder ke saluran
tersier pertama
• Bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan
• Box-box bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atu lebih (tersier,
kuarter)
• Sedapat mungkin terletak di penggung bukit. Kontur tinggi.
• Mempertimbangkan panjang saluran ke box tersier
• Jika tida ada pintu pada bangunan bagi / sadap:
- Elevasi ambang ke semua arah sama
- Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama
- Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi


Bangunan Pelengkap
- Bangunan pembawa (saluran)
- Gorong-gorong
- Bangunan terjun
- Talang
- Sipon
- Drianase inlet
- Tangga cuci
- Tempat mandi hewan
- Pasangan
- Got miring
- Jalan inspeksi
- Bangunan akhir
- Box bagi
- Bangunan pembuang /pelimpah samping
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi

Bangunan bagi dan sadap


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi


Bangunan bagi dan sadap
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi


Bangunan bagi dan sadap
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi


Gorong-gorong dan jembatan:
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi


Bangunan terjun dan got miring:

Bangunan Terjun

Got Miring
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi


Bangunan terjun dan got miring:

Bangunan Terjun

Got Miring
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi


Bangunan terjun dan got miring:

Talang

Siphon
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi

Drainase inlet :
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi

Tangga Cuci :
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi

Tempat mandi hewan :


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)

b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi

Tempat mandi hewan :


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi

Saluran pasangan :
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
b. Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi

Bagian akhir saluran kwarter:


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
c. Jenis dan tipe bangunan ukur

• Dapat berfungsi mengukur


(bangunan pengukur saja) atau
mengukur dan mengatur
(bngunan pengatur)
• Aliran akan diukur dui hulu
saluran primer, cabang saluran,
bangunan bagi dan sadap.
• Ada bangunan ukur aliran atas
bebas (free overflow), dan aliran
bawah (underflow)
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
c. Jenis dan tipe bangunan ukur
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
c. Jenis dan tipe bangunan ukur

Ambang lebar
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
c. Jenis dan tipe bangunan ukur

Alat ukur flume


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
c. Jenis dan tipe bangunan ukur

Alat ukur Parshal Flume :


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
c. Jenis dan tipe bangunan ukur

Alat ukur Chipoleti :


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
c. Jenis dan tipe bangunan ukur

Alat ukur Pintu Romijn :


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
c. Jenis dan tipe bangunan ukur

Alat ukur Pintu Romijn :


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
c. Jenis dan tipe bangunan ukur

Alat ukur Orifice Constant head:


II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
d. Box tersier dan quarter
Box tersier
II. 1. Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
e. Tata nama dan nomenklatur pra lay out daerah irigasi
Kriteria dan sistem tata nama:
- Nama harus jelas dan singkat dan punya arti
- Saluran tersier berdasarkan temapt dimana bangunan sadapnya
- Sebaiknya terdiri dari 1 huruf
- Tidak boleh mendua (kembar)
- Dibuat sedemikian sehingga tidak menyulitkan adanya
penambahan suatu saat
- Saluran induk /primer diberi sesuai nama sungai
- Saluran sekunder menurut desa tempat salurannya
- Saluran tersier menurut bangungan sadapnya
II. 2. Penetapan Lay Out Definitif Daerah irigasi

Lay out pendahuluan:


- Terwujudnya sistem saluran pembawa dan pembuang yang jelas
- Layout sedapatnya mengakomodir penggunaan teknologi alat
untuk pengolahan lahan
- Mengakomodir jalan inspeksi dan jalan usaha tani di tingkat tersier
- Melibatkan isntansi terkait seperti Pemda, Agraria, pertanian,
transmigrasi dll.
II. 2. Penetapan Lay Out Definitif Daerah irigasi

a. Konsultasi hasil rancangan kepada pihak terkait:

Konsultasi dan pengecekan lay out :


- Konsultasi dengan Dinas pengairan
- Konsultasi dengan P3A
- Pengecekan di lapangan

Final Layout jika :


- Semua trase saluran pembawa dan pembuang sudah terplotkan
dengan jelas dan terpisah
- Tata letak bangunan irigasi dan pelengkapnya sudah sesuai dengan
kriteria perencanaan
- Peletakan bangunan utama sudah sesuai persyaratan
- Luas dan bentuk petak sesuai topografi
- Nomenklatur jelas
- Daerah tidak terairi diberi tanda jelas
II. 2. Penetapan Lay Out Definitif Daerah irigasi

b. Pemeriksaan rancangan lay out ke lapangan

Melibatkan perencana, instansi terkait dan kelompok tani/masyarakat


Untuk memperoleh kepastian lay out.

c. Penyempurnaan rancangan lay out

- Peta lengkap untuk seluruh bangunan utama, pelengkap, saluran,


petak tersier.
- Nomenklatur final
- Disetujui oleh wakil para petani / P3A dan kepala desa
Bagian III
Pengenalan Irigasi
Irigasi :
• Usaha penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kebutuhan
Pertanian.
• Air irigasi bisa juga digunakan untuk keperluan lain seperti untuk air baku,
penyediaan air minum, Pembangkit tenaga listrik, keperluan Industri,
Perikanan, untuk penggelontoran riol-riol didalam kota
(Teknikpenyehatan)dll.

Menurut sumber airnya:


1. Air permukaan : sungai, danau, waduk
2. Airtanah : akuifer
3. Air Hujan
Menurut cara pengambilan airnya:
1. Pengambilan gravitasi
2. Pompa
Menurut cara pengalirannya:
1. Saluran terbuka (open channel)
2. Jaringan pipa (pipe network)
Menurut cara distribusi di lahan:
1. Irigasi permukaan
2. Irigasi curah
3. Irigasi tetes

Menurut Sistem :
• Sistem Sederhana
Bendung bronjong, sungai kecil, tidak ada pintu pengatur
• Sistem Setengah Teknis
Pintu skot balok
• Sistem Teknis
Bangunan pengatur lengkap
Fungsi utama:
Memenuhi kebutuhan air tanaman

Fungsi spesifik:
1. mengambil air dari sumber (diverting)
2. Membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying)
3. mendistribusikan air kepada tanaman (distributing)
4. mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring)
Kenapa &
Bagaimana
Ada Irigasi?
Irigasi Alur (Furrow)
Irigasi Alur (Furrow)

alur alur

Pola
pembasahan
Irigasi Semprotan / Curah
• Membentuk tetesan mirip hujan ke lahan
• Fungsi:
– memenuhi kebutuhan air tanaman
– mencegah pembekuan
– mengurangi erosi angin
– memberikan pupuk

Keuntungan Curah
• pengukuran air lebih mudah
• tidak mengganggu pekerjaan pertanian dan hemat lahan
• efisiensi air tinggi
• investasi dengan mempertimbangkan kebutuhan
• jaringan distribusi luwes dan memungkinkan otomasi sehingga O&P lebih
murah
Komponen Irigasi Semprotan / Curah

pompa mainline

sumber
lateral

sprinkler
Irigasi Tetes / Drip

• Definisi: suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam
tanah melalui suatu pemancar (emiter / dripper)
• Debit kecil dan konstan serta tekanan rendah.
• Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena gaya
kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergantung jenis tanah,
kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman
• Tanaman
– Biasanya cocok untuk tanaman semak, pohon, dan menjalar
– Tanaman dengan nilai ekonomi tinggi
• Topografi
– Bisa dipakai di semua jenis slope
• Tanah
– Bisa dipakai di semua jenis tanah
• Air
– Harus menggunakan air yang bersih untuk mencegak mampet di emiter
– Air harus bebas sedimen, ganggang, endapan pupuk, dll.
Sistem Irigasi
Sistem Irigasi
Sistem Irigasi
Contoh Rencana Daerah Irigasi

Kecamatan Simeulue Barat


PETA LOKASI D.I. SIGULAI (1983,55 Ha)

D.I. Sigulai Kanan


(736,30 Ha)

D.I. Sigulai Kiri


(1.247,25 Ha.)
Total = 1983,55 Ha
PETA LAYOUT D.I. SIGULAI (1983,55 Ha)

Bendung Lamamek (Eksisting)


2°48'33.78“N
95°57'14.84"E

D.I. Sigulai Kiri


1.247,25 Ha Sungai Sigulai

Bendung D.I Sigulai


2°46'45.50" N,
95°55'36.40" E
D.I Sigulai Kanan
736,30 Ha

Sungai Sigulai
SKEMA BANGUNAN
SKEMA JARINGAN
PETA LAYOUT D.I. SIGULAI (1983,55 Ha)

Bendung Lamamek (Eksisting)


2°48'33.78“N
95°57'14.84"E

D.I. Sigulai Kiri


1.247,25 Ha Sungai Sigulai

Bendung D.I Sigulai


2°46'45.50" N,
95°55'36.40" E
D.I Sigulai Kanan
736,30 Ha

Sungai Sigulai
DESKRIPSI RENCANA D.I. SIGULAI

4
1 PEKERJAAN
PEKERJAAN SALURAN
SUNGAI

2
PEKERJAAN
BENDUNG
5
PETAK TERSIER

3
BANGUNAN
PELENGKAP
1. PEKERJAAN SUNGAI

ASPEK HIDROLOGI

Debit Andalan Q80%

Debit Banjir Rencana :


Q 100 -500 tahun

Catchment Area
52,4 Km2 Sungai Sigulai

Sungai Sigulai
1. PEKERJAAN SUNGAI

ASPEK HIDROLOGI
Tanggul
4.00

+11.66

1 1
1 1

+7.22 +7.22

24.88

Akibat pembangunan
bendung maka terjadi
kenaikan elevasi muka
air sungai pada saat
normal dan banjir.

Untuk mengantisipasi
meluapnya air ke luar
badan sungai maka
direncanakan tanggul.
2. PEKERJAAN BENDUNG

2.1 RENCANA AREA


KERJA BENDUNG Area kerja bendung merupakan konstruksi khusus
yang dibuat dalam rangka mempermudah pekerjaan
bendung yang dibangun melintang Sungai Sigulai

2. Metode Diversion Channel


2. PEKERJAAN BENDUNG

2.2 KONSTRUKSI
BENDUNG
INTAKE KIRI SIPHON KANTONG LUMPUR

SUNGAI SIGULAI

JEMBATAN

BENDUNG KOLAM OLAK


Diskusi ……

….. Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai