Anda di halaman 1dari 130

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

LAPORAN TUGAS BESAR

SI-4231 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS SUNGAI CIASEM-CURUG AGUNG

Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SI-4231 PSDA

Dosen:

Dr. Ir. Agung Wiyono, M.S. M.Eng

Dr. Eng. Widyaningtias

Asisten:

Winda Diana Sari, S.T

Asrini Chrysanti, S.T

Dian Purwo, S.T

Disusun oleh:

Medina Winandyani 15013098

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016

MEDINA WINANDYANI 15013098 i


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Besar sebagai berikut:

Judul : PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS SUNGAI CIASEM


CURUG AGUNG

Dosen : Dr. Ir. Agung Wiyono, M.S. M.Eng/Dr. Eng. Widyaningtias

Penyusun : Medina Winandyani 15013098

telah diperiksa dan disetujui memenuhi ketentuan serta layak untuk dinilai sebagai syarat
kelulusan mata kuliah SI-4231 Pengembangan Sumber Daya Air semester II tahun ajaran
2016/2017.

Bandung. 28 November 2016

Asisten Tugas Besar

MEDINA WINANDYANI 15013098 ii


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

FORMULIR TUGAS

NO HARI, TANGGAL PROGRESS ISI


1 Rabu, 26 Oktober 2016 Progress I Pengumpulan Bab 1-2
2 Rabu, 2 November 2016 Progress II Pengumpulan Bab 3-4
3 Rabu, 16 November 2016 Progress III Pengumpulan Bab 5
4 Rabu, 22 November 2016 Progress IV Pengumpulan Bab 6-7

MEDINA WINANDYANI 15013098 iii


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

KESAN SELAMA PENYUSUNAN TUGAS BESAR

Berikut adalah kesan yang dirasakan penulis selama penyusunan Tugas Besar Pengembangan
Sumber Daya Air DAS Ciasem-Curug Agung Jawa Barat:

1. Air adalah salah satu sumber daya yang dikaruniai Tuhan yang memiliki manfaat yang
sangat besar bagi keberlangsungan dan kesejahteraan bagi umat manusia bila manusia
dapat memanfaatkan dan melestarikannya dengan baik dan tepat. Namun, air juga bisa
berdampak buruk dan menimbulkan bencana bagi umat manusia, seperti kekeringan,
banjir bandang, dan tanah longsor bila manusia tidak bisa memanfaatkan dan tidak
mau merawatnya dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa pengelolaan
dan pengembangan sumber daya air sangatlah penting untuk meningkatkan
kesejahteraan umat manusia dan mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan kepada
ciptaan-Nya.
2. Dari pengerjaan tugas besar ini, penulis menyadari bahwa sebagai mahasiswa-generasi
penerus bangsa, seyogyanya tidak cukup hanya menguasai ilmu pengetahuan di satu
bidang, misalnya hanya teknik sipil. Sebagai mahasiswa, kita harus mau membuka
fikiran untuk mempelajari ilmu-ilmu lain juga, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan teknik
lainnya karena di jenjang karier berikutnya, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan
di segala bidang agar dapat bekerja sama dengan berbagai pihak dan tidak mudah
ditipu oleh oknum-oknum pihak terkait.
3. Selain 2 poin di atas, penulis juga merasakan bahwa pengembangan sumber daya air
di Indonesia masih cukup rendah bila dibandingkan dengan negara-negara maju,
seperti Singapura, Jepang, Korea, dan lain-lain. Oleh karena itu, dibutuhkan generasi
penerus yang tidak hanya ahli di bidangnya, tetapi juga inovatif dan berwawasan luas.
Selain itu, dibutuhkan juga pemupukan karakter cinta tanah air dan kemampuan
bergotong royong pada generasi penerus bangsa agar secara bersama-sama senantiasa
dapat membangun tanah air menuju masa depan yang lebih makmur dan sejahtera,
minimal dari sisi sumber daya airnya.

MEDINA WINANDYANI 15013098 iv


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

ABSTRAK

Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA) mempunyai pengertian sebagai ilmu yang
mempelajari tentang Teknik Sumber Daya Air yaitu: tentang caracara memahami kuantitas,
kualitas, jadwal ketersediaan dan kebutuhan sumber daya air serta penanggulangan
permasalahan yang ada, sehingga dapat dikembangkan pemanfaatan, kelestarian dan
pengelolaan sumber daya air tersebut untuk kesejahteraan kehidupan manusia beserta alamnya.

Dalam tugas besar ini, daerah kajian yang akan direncanakan pengembangan sumber daya
airnya adalah DAS Sungai Ciasem-Curug Agung yang terletak di Kecamatan Sagalaherang,
Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan ini memiliki lahan pertanian
seluas 1669,06 ha, perkebunan seluas 8667 ha, dan penduduk sebanyak 29.363 jiwa. Alternatif
skenario pengembangan yang diajukan penulis adalah waduk multiguna yang dapat memenuhi
kebutuhan PLTA, air baku, dan irigasi di daerah kajian tersebut.

Dalam perhitungan dan analisis ketersediaan dan kebutuhan, penulis menggunakan pemodelan
dengan Metode Rasional, NRECA, dan F.J. Mock. Setelah itu, dilakukan simulasi operasi
waduk dan optimasi kinerja waduk agar dicapai kelayakan teknis. Penulis juga melakukan
analisis kelayakan finansial untuk menilai kelayakan alternatif yang direncanakan secara
finansial. Analisis kelayakan teknis dan finansial tersebut selanjutnya digunakan penulis untuk
menyusun rekomendasi mengenai langkah yang harus diambil pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan sumber daya air DAS Ciasem-Curug Agung.

Kata kunci : Ciasem, Curug Agung, Finansial, PSDA, Teknis

MEDINA WINANDYANI 15013098 v


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

PETA LOKASI STUDI

Lokasi Sungai Ciasem-Curug


Agung yang ditinjau

(*sumber: Google Eearth Maps, Citra Satelit 2016)

MEDINA WINANDYANI 15013098 vi


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

LEMBAR KOREKSI

NO HARI, TANGGAL PROGRESS ISI KOREKSI HASIL

Rabu, 2 November
1 Progress I Pengumpulan Bab 1-2
2016

Rabu, 9 November
2 Progress II Pengumpulan Bab 3-4
2016

Rabu, 16
3 Progress III Pengumpulan Bab 5
November 2016

Sudah
Perhitungan routing reservoir diperbaiki,
Rabu, 28
4 Progress IV Pengumpulan Bab 6-7 diperbaiki agar mendapat nilai didapat
November 2016
tinggi waduk yang lebih baik tinggi waduk
22 meter.

MEDINA WINANDYANI 15013098 vii


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya tugas besar mata kuliah SI-4231 Pengembangan Sumber Daya Air ini dapat
diselesaikan.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada asisten, Asrini Chrysanti, S.T., Winda Diana Sari,
S.T., dan Dian Purwo, S.T., yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
sehingga penyelesaian tugas besar ini dapat berjalan lancar. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada dosen mata kuliah SI-4231 Pengembangan Sumber Daya Air, Dr. Ir. Agung
Wiyono, M.S. M.Eng, dan Dr. Eng. Widyaningtias atas bimbingan dan ilmunya dalam mata
kuliah serta pengerjaan tugas besar ini.

Penulis menyadari bahwa tugas besar ini masih memiliki kekurangan baik dari segi isi maupun
penyajiannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sebagai bahan masukan untuk ke depannya. Semoga tugas besar ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Bandung. 28 November 2016

Medina Winandyani

15013098

MEDINA WINANDYANI 15013098 viii


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................ii


FORMULIR TUGAS............................................................................................................... iii
KESAN SELAMA PENYUSUNAN TUGAS BESAR ........................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................................. v
PETA LOKASI STUDI ............................................................................................................ vi
LEMBAR KOREKSI...............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xvi
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Pengertian PSDA.............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan PSDA ................................................................................................................... 1
1.3 Kendala yang Dihadapi dalam PSDA .............................................................................. 2
1.4 Pihak-Pihak yang Berkepentingan ................................................................................... 2
1.5 Pihak-Pihak yang Mungkin Mengalami Konflik ............................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 6
DAERAH ALIRAN SUNGAI CIASEM-CURUGAGUNG ..................................................... 6
2.1 Lokasi DAS Sungai Ciasem-CurugAgung....................................................................... 6
2.2 Luas DAS Sungai Ciasem-Curug Agung ......................................................................... 8
2.3 Stasiun Pengukuran Curah Hujan .................................................................................. 11
2.4 Data Hidrometorologi DAS Sungai Ciasem-CurugAgung ............................................ 11
BAB III .................................................................................................................................... 16
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PADA DAS SUNGAI CIASEM-
CURUGAGUNG ..................................................................................................................... 16
3.1 Tata Guna Lahan pada DAS Sungai Ciasem-Curug Agung .......................................... 16
3.2 Alternatif Skenario Pengembangan Sumber Daya Air DAS Ciasem-Curug Agung ..... 18
BAB IV .................................................................................................................................... 19

MEDINA WINANDYANI 15013098 ix


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

PERHITUNGAN KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR SUNGAI CIASEM-


CURUG AGUNG .................................................................................................................... 19
4.1 Perhitungan Ketersediaan Air Sungai Ciasem Curug-Agung ........................................ 19
4.1.1 Metode Rasional ...................................................................................................... 19
4.1.2 Metode NRECA ........................................................................................................ 2
4.1.3 Metode F.J. Mock .................................................................................................... 10
4.2 Perhitungan Kebutuhan Air ............................................................................................ 22
4.2.1 PLTA ....................................................................................................................... 22
4.2.2 Air Minum ............................................................................................................... 25
4.2.3 Irigasi ....................................................................................................................... 26
4.3 Water Balance ................................................................................................................ 26
4.4 Kebutuhan Prasarana Bangunan Air .............................................................................. 27
4.4.1 Dead Storage............................................................................................................ 27
4.4.2 Life Storage.............................................................................................................. 33
4.4.3 Umur Guna Waduk .................................................................................................. 35
BAB V ..................................................................................................................................... 36
OPTIMASI PEMANFAATAN AIR........................................................................................ 36
5.1 Alternatif Tata Letak Bangunan Air............................................................................... 36
5.2 Operasi Waduk ............................................................................................................... 39
5.3 Optimasi Waduk............................................................................................................. 44
5.4 Routing Reservoir ........................................................................................................... 46
BAB VI .................................................................................................................................... 49
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ............................................................................... 49
6.1 Net Present Value (NPV) ............................................................................................... 49
6.2 Benefit Cost Ratio (BCR) ............................................................................................... 53
6.3 Internal Rate of Return (IRR) ........................................................................................ 53
BAB VII ................................................................................................................................... 55
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................ 55
6.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 55
6.2 Saran ............................................................................................................................... 56
BAB VIII ................................................................................................................................. 57
STUDI KASUS ........................................................................................................................ 57
8.1 Gerakan Pungut dan Manfaatkan Sampah (GPMS)....................................................... 57

MEDINA WINANDYANI 15013098 x


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

8.1.1 Jepang ...................................................................................................................... 57


8.1.2 Singapura ................................................................................................................. 58
8.1.3. Bandung .................................................................................................................. 63
8.2 Pengelolaan Bantaran Sungai ......................................................................................... 67
8.2.1 Peraturan Bantaran/Sempadan Sungai..................................................................... 67
8.2.2 Jepang ...................................................................................................................... 69
8.2.3 Singapura ................................................................................................................. 71
8.2.4 Bandung ................................................................................................................... 71
8.3 DISC-TPB-OB sebagai Salah Satu Solusi .................................................................. 72
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 75

MEDINA WINANDYANI 15013098 xi


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang ....................................................... 6


Gambar 2. 2 Peta Topografi Kecamatan Sagalaherang ............................................................. 7
Gambar 2. 3 Peta Lalu Lintas Kecamatan Ciasem .................................................................... 7
Gambar 2. 4 Peta Kondisi Geografi Kecamatan Ciasem ........................................................... 7
Gambar 2. 5 Desa di Kecamatan Sagalaherang ......................................................................... 8
Gambar 2. 6 Visualisasi Daerah pada WMS 8.1 ....................................................................... 9
Gambar 2. 7 Hasil Delineasi DAS Sungai Ciasem-CurugAgung pada Aplikasi WMS 8.1 .... 10

Gambar 3. 1 Tata Guna Lahan DAS Ciasem-Curug Agung .................................................... 16


Gambar 3. 2 Kondisi Tata Guna Lahan Kecamatan Ciasem ................................................... 16

Gambar 4. 1 Bangkitan Debit Sintetis dengan Metode Rasional............................................. 21


Gambar 4. 2 Debit vs Probabilitas dengan Metode Rasional .................................................. 22
Gambar 4. 3 Bangkitan Debit Sintetis hasil Metode NRECA ................................................... 6
Gambar 4. 4 Grafik Q vs P Debit Sintetis dengan Metode NRECA ......................................... 9
Gambar 4. 5 Debit Sebelum Kalibrasi ..................................................................................... 16
Gambar 4. 6 Solver Parameters ............................................................................................... 18
Gambar 4. 7 Grafik Debit Hasil Kalibrasi ............................................................................... 18
Gambar 4. 8 Bangkitan Debit SIntetis dengan Metode F.J. Mock .......................................... 19
Gambar 4. 9 Probabilitas Debit Rendah, Debit Sintetis Vs Probabilitasnya ........................... 21
Gambar 4. 10 Perkiraan Lokasi Waduk ................................................................................... 23
Gambar 4. 11 Skema Turbin PLTA ......................................................................................... 24
Gambar 4. 12 Topografi yang Dipilih untuk Turbin................................................................ 24
Gambar 4. 13 Water Balance DAS Ciasem-Curug Agung dan Daerah Layannya .................. 27
Gambar 4. 14 Ilustrasi Dead Storage ....................................................................................... 28
Gambar 4. 15 Ilustrasi Life Storage ......................................................................................... 33
Gambar 4. 16 Hubungan Kebutuhan dan Ketersediaan Air .................................................... 35

Gambar 5. 1 PP No. 22 tahun 1982 tentang Prioritas Penggunaan Air/Sumber Air ............... 36
Gambar 5. 2 Alternatif Tata Letak Bangunan Air Waduk Ciasem-Curug Agung................... 37
Gambar 5. 3 Skema Tata Letak Bangunan Air Waduk Ciasem-Curug Agung ....................... 38
Gambar 5. 4 Elevasi vs Q Bendung ......................................................................................... 47
Gambar 5. 5 Volume Storage vs Elevasi ................................................................................. 47
Gambar 5. 6 Inflow vs Outflow ............................................... Error! Bookmark not defined.

Gambar 6. 1 Cashflow Pembangunan Waduk Ciasem-Curug Agung ..................................... 52

Gambar 8. 1 Petugas Pengambil Sampah ................................................................................ 59


Gambar 8. 2 Lubang Sampah di HDB Singapura .................................................................... 59

MEDINA WINANDYANI 15013098 xii


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 8. 3 Sector Map Waste Management ......................................................................... 60


Gambar 8. 4 Truk Sampah Singapura ...................................................................................... 60
Gambar 8. 5 Pemilahan Sampah .............................................................................................. 61
Gambar 8. 6 Waste to Energy Plant ......................................................................................... 62
Gambar 8. 7 Semakau Landfill ................................................................................................ 63
Gambar 8. 8 Struktur Organisasi PD Kebersihan Kota Bandung ............................................ 64
Gambar 8. 9 Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Bandung .................................................. 65
Gambar 8. 10 Ilustrasi Garis Sempadan untuk Sungai Tidak Bertanggul dalam Kota dengan
Kedalaman Tanggul 3 meter .................................................................................................... 68
Gambar 8. 11 Ilustrasi Garis Sempadan untuk Sungai Bertanggul dalam Kota ...................... 69
Gambar 8. 12 Pengelolaan Sempadan di Jepang ..................................................................... 70
Gambar 8. 13 Pengelolaan Sempadan di Singapura ................................................................ 71
Gambar 8. 14 Kondisi Sempadan yang Sudah Dikelola dengan Benar (Sempadan Sungai
Cikapundung) ........................................................................................................................... 72
Gambar 8. 15 Kondisi Sempadan yang Belum Dikelola dengan Benar .................................. 72

MEDINA WINANDYANI 15013098 xiii


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Fungsi Instansi Terkait Pengelolaan Sumber Daya Air ............................................ 3

Tabel 2. 1 Koordinat Stasiun Pengukuran Hujan..................................................................... 11


Tabel 2. 2 Jarak Masing-Masing Stasiun Hujan ...................................................................... 11
Tabel 2. 3 Jarak Masing-Masing Stasiun Hujan ke Titik Tinjauan ......................................... 11
Tabel 2. 4 Data Curah Hujan Mentah Stasiun Ciracas ............................................................ 12
Tabel 2. 5 Data Curah Hujan Mentah Stasiun Ciherang Kalijati ............................................. 12
Tabel 2. 6 Data Curah Hujan Mentah Stasiun Lembang ......................................................... 12
Tabel 2. 7 Hasil Pengisian Data Hujan yang Hilang di Stasiun Ciracas ................................. 13
Tabel 2. 8 Hasil Pengisian Data Hujan yang Hilang di Stasiun Ciherang Kalijati .................. 13
Tabel 2. 9 Hasil Pengisian Data Hujan yang Hilang di Stasiun Lembang .............................. 13
Tabel 2. 10 Data Curah Hujan Rerata ...................................................................................... 14
Tabel 2. 11 Data Temperatur Bulanan Kalijati-Subang 1978-1987 ........................................ 14
Tabel 2. 12 Data Kelembaban Bulanan Kalijati-Subang 1978-1987 ....................................... 15
Tabel 2. 13 Data Intensitas Sinar Matahari Bulanan Kalijati-Subang 1978-1987 ................... 15
Tabel 2. 14 Data Kecepatan Angin Bulanan Kalijati-Subang 1978-1987 ............................... 15

Tabel 3. 1 Luas Kawasan Perkebunan Kabupaten Subang 17


Tabel 3. 2 Tata Guna Lahan DAS Ciasem-Curug Agung 17

Tabel 4. 1 Nilai Koefisien Limpasan (Pengaliran) oleh Imam Subarkah 20


Tabel 4. 2 Nilai Koefisien Limpasan (Pengaliran) Mononobe 21
Tabel 4. 3 Debit Andalan dengan Metode Rasional 22
Tabel 4. 4 Debit Hasil Perhitungan dengan Metode Rasional 22
Tabel 4. 5 Parameter Debit Sintetis NRECA 6
Tabel 4. 6 Tabel Penentuan Debit Andalan dengan Metode Weibull 8
Tabel 4. 7 Debit Andalan Hasil Metode NRECA 9
Tabel 4. 8 Curah Hujan Terkalibrasi 10
Tabel 4. 9 Nilai Radiasi Matahari Pada Permukaan Horizontal di Luar Atmosfer (mm.hari) 11
Tabel 4. 10 Hubungan Temperatur Rata-Rata dengan Parameter Evapotranspirasi A, B, dan
ea 12
Tabel 4. 11 Perbandingan Q dengan Q observasi serta error antara keduanya 16
Tabel 4. 12 Debit Hasil Kalibrasi Variabel 18
Tabel 4. 13 Perhitungan Debit Andalan dengan Metode Weibull 20
Tabel 4. 14 Debit Andalan Hasil Metode F.J. Mock 21
Tabel 4. 15 Jumlah Rumah dan Penduduk Kabupaten Subang Akhir Tahun 2013 22
Tabel 4. 16 Kebutuhan Daya Listrik Total 22
Tabel 4. 17 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Kecamatan Sagalaherang 25
Tabel 4. 18 Penentuan Debit Andalan 80% 26

MEDINA WINANDYANI 15013098 xiv


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Tabel 4. 19 Kebutuhan dan Ketersediaan Air Ciasem-Curug Agung 26


Tabel 4. 20 Koefisien Erodibilitas Tanah 29
Tabel 4. 21 Faktor Vegetasi dan Pengolahan Lahan (CP) 31
Tabel 4. 22 Parameter dalam Perhitungan Life Storage 33

Tabel 5. 1 Tabel Operasional Waduk Ciasem-Curug Agung .................................................. 43


Tabel 5. 2 Tabel Operasi Waduk Hasil Optimasi .................................................................... 45
Tabel 5. 3 Tabel Parameter Routing Reservoir ........................................................................ 46
Tabel 5. 4 Tabel Hasil Perhitungan Routing Reservoir ........................................................... 47
Tabel 5. 5 Tabel Hasil Perhitungan Debit Outflow Routing Reservoir ................................... 48

Tabel 6. 1 Biaya Investasi Awal .............................................................................................. 49


Tabel 6. 2 Pendapatan dari Irigasi............................................................................................ 50
Tabel 6. 3 Biaya Operasi dan Pemeliharaan Waduk................................................................ 50
Tabel 6. 4 Pendapatan dari Air Baku ....................................................................................... 50
Tabel 6. 5 Rekapitulasi Cashflow ............................................................................................ 50
Tabel 6. 6 Pemasukan dan Pengeluaran Pembangunan Waduk Ciasem-Curug Agung ......... 51

MEDINA WINANDYANI 15013098 xv


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

DAFTAR LAMPIRAN

A. 1 Debit Sintetis Hasil Perhitungan dengan Metode NRECA Tahun 1978-1979 ................ 77
A. 2 Debit Sintetis Hasil Perhitungan dengan Metode NRECA Tahun 1980-1982 ................ 77
A. 3 Debit Sintetis Hasil Perhitungan dengan Metode NRECA Tahun 1983-1985 ................ 77
A. 4 Debit Sintetis Hasil Perhitungan dengan Metode NRECA Tahun 1986-1987 ................ 77
A. 5 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1978 ........................................................ 77
A. 6 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1979 ........................................................ 77
A. 7 Debit Sintetis Hasil Metode F.J.Mock Tahun 1980 ......................................................... 77
A. 8 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1981 ........................................................ 77
A. 9 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1982 ........................................................ 77
A. 10 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1983 ...................................................... 77
A. 11 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1984 ...................................................... 77
A. 12 Debit Sintetis Hasil Metode F.J.Mock Tahun 1985 ....................................................... 77
A. 13 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1986 ...................................................... 77
A. 14 Debit Sintetis Hasil Metode F.J.Mock Tahun 1987 ....................................................... 77

B. 1 Tabel Perhitungan Life Storage........................................................................................ 77

MEDINA WINANDYANI 15013098 xvi


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian PSDA


Pengembangan Sumber Daya Air mempunyai pengertian sebagai ilmu yang mempelajari
tentang Teknik Sumber Daya Air yaitu: tentang caracara memahami kuantitas, kualitas,
jadwal ketersediaan dan kebutuhan sumber daya air serta penanggulangan permasalahan yang
ada, sehingga dapat dikembangkan pemanfaatan, kelestarian dan pengelolaan sumber daya air
tersebut untuk kesejahteraan kehidupan manusia beserta alamnya.

Pelaksanaan pengembangan sumber daya air dilakukan melalui konsultasi publik,melalui


tahapan survei, investigasi, dan perencanaan, serta berdasarkan pada kelayakan teknis,
lingkungan hidup, dan ekonomi. Potensi dampak yang mungkin timbul akibat dilaksanakannya
pengembangan sumber daya air harus ditangani secara tuntas dengan melibatkan berbagai
pihak yang terkait pada tahap penyusunan rencana. Pengembangan sumber daya air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) meliputi:

a. air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya;

b. air tanah pada cekungan air tanah;

c. air hujan; dan

d. air laut yang berada di darat.

1.2 Tujuan PSDA


Berikut adalah tujuan diadakannya pengembangan sumber daya air:

1. Menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi SDA.
2. Memanfaatkan SDA secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara adil.
3. Mencegah, menanggulangi, dan memulihkan akibat kerusakan kualitas lingkungan
yang diakibatkan oleh daya rusak air.

MEDINA WINANDYANI 15013098 1


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

1.3 Kendala yang Dihadapi dalam PSDA


Penerapan konsepsi pengembangan sumber daya air hingga saat ini belum menyeluruh dan
justru mengalami pasang surut. Dari sisi perencanaan, baru sebagian kecil satuan wilayah
sungai yang telah mempunyai master plan, dari master plan-master plan tersebut
cakupannyapun bervariasi. Pada umumnya, semua master plan itu meliputi unsur irigasi dan
pengendalian banjir, tetapi unsur-unsur yang lain seperti penyediaan air baku, pembangkit
tenaga listrik, pengendalian kualitas air, pengelolaan DAS, drainase, dan sebagainya tidak
selalu tercakup. Salah satu masalah utama dimana pelaksanaan program dalam master plan
tidak selalu mulus adalah hambatan sosial dan keuangan. Kendala-kendala tersebut terutama
dipengaruhi (Mochtar, 2002) oleh :

1. Luas wilayah Indonesia dengan keberanekaragamnya. Terdapat wilayah sungai yang


penduduknya sangat padat, pertumbuhan ekonominya sangat pesat dan potensi
sumberdaya airnya hampir terkuras habis, tetapi ada pula wilayah sungai yang
penduduknya masih sangat sedikit, pertumbuhan ekonominya masih rendah dan hampir
tidak ada tuntutan untuk menjamah potensi sumber daya air yang berlimpah.
2. Keterbatasan sistem pendanaan. Pengembangan sumber daya air membutuhkan dana
yang besar.
3. Kelembagaan. Dalam praktiknya, master plan perencanaannya disusun berdasarkan
sektor instansi terkait, tidak secara terpadu.
4. Kendala sosial. Kendala utama adalah pembebasan tanah, analisis sensitivitas yang
biasa diperhitungkan seringkali tidak memadai untuk mewadahi kenyataan yang
sebenarnya harus dihadapi.

1.4 Pihak-Pihak yang Berkepentingan


Pola pengelolaan sumber daya air menurut UU No. 7 tahun 2004 merupakan dasar dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi,
pendayagunaan dan pengendalian kerusakan SDA sehingga pola ini perlu disusun secara
terkoordinasi diantara instansi-instansi terkait berdasarkan azas kelestarian, keseimbangan
fungsi sosial ekonomi lingkungan serta azas manfaat umum dan melibatkan peran
masyarakat yang selanjutnya dituangkan dalam rencana penyusunan program pengelolaan
sumber daya air.

MEDINA WINANDYANI 15013098 2


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya air adalah pemerintah baik
pusat, provinsi, kabupaten / kota dan desa berdasarkan Satuan Wilayah Sungai (SWS). Masing-
masing wilayah mempunyai tugas menetapkan kebijakan, pola, rencana melaksanakan
pengelolaan SDA dan memelihara, melindungi kawasan serta memberikan rekomendasi teknis
kepada pengambil kebijakan dalam pengambilan dan pemanfaatan air. Berikut adalah pihak-
pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya air:

1. Aspek Konservasi: Kehutanan, Pertanian, LH, PU (Penataan Ruang, SDA),


Perindustrian, DN, ESDM, dsb.
2. Aspek Pendayagunaan: Pertanian, PU (SDA, Cipta Karya), ESDM, Kesehatan, DN,
LH, Perindustrian, Perhubungan,
3. Aspek Pengendalian Daya Rusak: PU (SDA, Penataan Ruang, Cipta Karya), DN,
ESDM.

Berikut adalah fungsi dari setiap instansi terkait dalam pengelolaan sumber daya air:
Tabel 1. 1 Fungsi Instansi Terkait Pengelolaan Sumber Daya Air

MEDINA WINANDYANI 15013098 3


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Terlihat pada Tabel 1.1 bahwa masing-masing institusi mempunyai fungsi yang berbeda baik
instansi teknis maupun non teknis, tetapi ada juga instansi yang saling terkait. Seperti
BPSDAWS, PJT yang merupakan instansi teknis dalam pengambilan dan pemanfaatan air di
mana dalam fungsi pengelolaan mempunyai tugas yang berbeda namun saling terkait dimana
izin pengambilan dan pemanfaatan tidak akan diterbitkan oleh Dinas PSDA apabila tidak ada
rekomendasi teknis hasil survey lapangan yang dilakukan kedua instansi tersebut, sehingga
kedua instansi ini merupakan Primary Stakeholder. PDAM sebagai instansi pengguna baik air
baku maupun air permukaan untuk tenaga listrik atau untuk pemakaian beberapa sektor
termasuk untuk rumah tangga merupakan Secondary Stakeholder karena dalam fungsi
pengelolaan SDA hanya sebagai pemanfaat dan penyedia sapras. Instansi yang merupakan Key
Stakeholder antara lain Dinas PU Pengairan / PSDA provinsi, Dinas PSDA Kabupaten karena
dalam fungsi pengelolaannya instansi tersebut sebagai pemberi/penerbit izin pemanfaatan air.

1.5 Pihak-Pihak yang Mungkin Mengalami Konflik


Dalam pelaksanaannya, pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air adalah instansi
yang telah disebutkan pada subbab 1.4 sebagai penyelenggara dan masyarakat sebagai
pengguna. Oleh karena itu, terdapat tiga kemungkinan pihak yang mengalami konflik, yakni:

1. Konflik antarpengguna (antarmasyarakat).


2. Konflik antarpenyelenggara (antarinstansi).
3. Konflik antara pengguna dan penyelenggara (masyarakat dan instansi pemerintah).

Berikut adalah penjabaran kemungkinan konflik yang terjadi antarkomponen di atas:

1. Konflik antarpengguna (antarmasyarakat).


- Konflik Kepentingan dalam Pemanfaatan Air
Persaingan menjurus ke arah konflik kepentingan dalam pemanfaatan air antara
berbagai sektor terutama antara sektor pertanian dan non-pertanian cenderung
meningkat di masa-masa mendatang. Hal ini dapat dipahami karena air yang
sebelumnya dimanfaatkan lebih banyak untuk pertanian, sekarang dan di
masa mendatang harus dialokasikan juga ke sektor non-pertanian.
2. Konflik antarinstansi
Seperti yang telah dijabarkan, instansi yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya
air adalah: Depertemen Pekerjaan Umum (DPU); Depertemen Pertanian;

MEDINA WINANDYANI 15013098 4


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Departemen Kehutanan; Departemen Kesehatan; Departemen Pertambangan;


Departemen Pariwisata; Pos dan Telekomunikasi; Departemen Perhubungan;
Kantor Menteri Negara dan Lingkungan Hidup. Masing-masing departemen
merencanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri secara parsial dan sektoral.
Dengan kata lain, hampir tidak ada koordinasi antara satu dengan lainnya. Akibatnya,
kegiatan sering tumpang tindih dan bahkan ada kalanya tidak saling mendukung.
(Martius,1997; dan Mahar, 1999).

Seperti dicontohkan oleh Mahar (1999), perencanaan pengelolaan sungai oleh DPU
tidak sinkron dengan perencanaan pengelolaan daerah tangkapan (catchment area)
yang dilakukan oleh Departemen Kehutanan, sehingga tidak mustahil bahwa
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang seharusnya perlu segera diberikan penanganan
khusus, justru terjadi sebaliknya karena pengelolaannya masih parsial.

3. Konflik antara masyarakat dan instansi pemerintah


- Ketidakjelasan Hak Penguasaan Air
Pemerintah memang sebenarnya telah menetapkan susunan prioritas penggunaanair
dengan urutan kepentingan sebagai berikut:
1. Air minum, rumah tangga, pertahanan/keamanan, peribadatan, dan usaha
perkotaan;

2. Pertanian dalam arti luas yaitu termasuk peternakan, perkebunan dan


perikanan;

3. Ketenagaan, industri, pertambangan, lalu lintas dan rekreasi.

Akan tetapi pada kenyataannya, urutan prioritas yang kedua yakni pertanian, sering
dikalahkan oleh urutan prioritas ketiga seperti misalnya untuk kebutuhan
pembangunan industri. Dalam hal seperti ini, keberlanjutan pertanian di hilir
sungai bisa terancam akibat pemberian izin oleh pemerintah atas pengambilan air
di hulu sungai untuk keperluan industri yang tidak jarang menimbulkan
pencemaran sungai.

MEDINA WINANDYANI 15013098 5


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

BAB II

DAERAH ALIRAN SUNGAI CIASEM-CURUGAGUNG

2.1 Lokasi DAS Sungai Ciasem-CurugAgung


Sagalaherang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Kecamatan Sagalaherang terletak sebelah tenggara DKI Jakarta. Topografi Sagalaherang
adalah pegunungan dengan ketinggian 300 meter (Desa Curug Agung) - 1000 meter (desa
cicadas) (mdpl) diatas permukaan laut.

Kecamatan Sagalaherang memiliki penduduk sekitar 30.289 jiwa dengan kepadatan penduduk
600 jiwa/km2. Jumlah penduduk Desa Sagalaherang Kaler menjadi yang terbanyak 5.714 jiwa
dan desa ini sekaligus menjadi pusat perdaganan dan jasa di wilayah Kecamatan Sagalaherang
maupun di Kecamatan Serang Panjang.

- Batas Utara : Kecamatan Kalijati

- Batas Selatan : Kecamatan Ciater

- Batas Timur : Kecamatan Jalan Cagak

- Batas Barat : Kecamatan Serang Panjang

Berikut adalah peta Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang:

Gambar 2. 1 Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang

MEDINA WINANDYANI 15013098 6


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 2. 3 Peta Lalu Lintas Kecamatan Ciasem


Gambar 2. 4 Peta Kondisi Geografi Kecamatan Ciasem

(sumber: Google Maps)


Gambar 2. 2 Peta Topografi Kecamatan Sagalaherang

Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa lalu lintas Kecamatan Sagalaherang dilalui jalan alternatif
dan beberapa jalan lokal (Jalan Rajapolah dan jalan lokal lainnya yang belum diketahui
namanya (unnamed)). Dari Gambar 2.2, dapat dilihat kondisi topografi Sagalaherang adalah
pegunungan dengan ketinggian 300 meter (Desa Curug Agung) - 1000 meter (Desa Cicadas)
(mdpl) diatas permukaan laut.

Wilayah Sagalaherang meliputi desa:

1. Cicadas
2. Curugagung
3. Dayeuhkolot
4. Leles
5. Sagalaherang

MEDINA WINANDYANI 15013098 7


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

6. Sagalaherang Kaler
7. Sukamandi

Gambar 2. 5 Desa di Kecamatan Sagalaherang

2.2 Luas DAS Sungai Ciasem-Curug Agung


Delineasi DAS adalah penggambaran atau penjelasan aliran-aliran sungai yang terhubung satu
sama lain yang membentuk suatu wilayah. Delineasi DAS dilakukan untuk menentukan luas
DAS (catchment area). Luasan ini didapat dengan cara memplot suatu outlet aliran DAS yang
akan dicari pada aplikasi WMS 8.1. Adapun penempatan outlet ini disesuaikan dengan luas
DAS yang kita hendak amati (data didapat dari referensi Teknik Kelautan ITB). Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Buka aplikasi Global Mapper, lalu buka file peta yang sesuai dengan lokasi yang
hendak kita tinjau (dalam kasus Sungai Ciasem digunakan peta Jawa Barat).

MEDINA WINANDYANI 15013098 8


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

2. Setelah map terbuka, klik Tools pada toolbar lalu pilih menu configure. Setelah itu,
atur projection menjadi UTM.
3. Cari perkiraan DAS yang hendak ditinjau dengan menggunakan koordinat stasiun awal
yang diketahui. Adapun cara mencarinya yakni secara manual (mengarahkan kursor
dan mengatur zoom pada layar agar didapat koordinat yang sesuai ataupun
memasukkan koordinatnya pada menu). Setelah menemukan letak koordinat, catat
UTM yang tampil di layar lalu buka File pilih menu Export and Raster Elevation Data
kemudian pilih Export DEM.
4. Pilih toolbox Export Bounds kemudian pilih Draw a Box. Setelah itu, buatlah suatu
kotak yang mengelilingi titik koordinat yang kita peroleh. Adapun kotak ini adalah
perkiraan DAS sungai yang kita amati.
5. Save as gambar tersebut. Lalu, buka aplikasi WMS 8.1.
6. Aktifkan Drainage Module pada toolbar. Setelah itu, klik File -> Open -> pilih file
yang telah kita buat di aplikasi Globar Mapper tadi.
7.

Gambar 2. 6 Visualisasi Daerah pada WMS 8.1

Kemudian, arahkan kursor untuk mencari koordinat UTM yang sesuai dengan
koordinat stasiun yang kita miliki. Setelah itu, aktifkan ikon create outlet point.
Atur letak outlet sedemikian rupa sehingga DAS yang terukur di WMS 8.1
mendekati data luas sebenarnya.

MEDINA WINANDYANI 15013098 9


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

8. Pilih menu DEM lalu klik Compute TOPAZ Flow Data.


9. Klik DEM lalu pilih DEM -> Stream Arcs.
10. Pilih menu DEM lalu klik Define Basins. Pada tahap ini, kita dapat melihat DAS dari
outlet yang kita pilih.
11. Pilih menu DEM lalu klik Basins Polygon.
12. Untuk mengetahui luas DAS yang kita bentuk, pilih menu DEM kemudian klik
compute basin data. Setelah itu, pilih data yang kita perlukan (luas DAS dan panjang
daerah pengaliran).
13. Setelah selesai, maka akan terbentuk suatu DAS dengan luas tertentu.
Dari langkah kerja di atas, didapat Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciasem seluas 94.281 km2,
dengan koordinat UTM outlet 795269.0000, 9266300.0000, 291.3565 (X, Y, Z).

Gambar 2. 7 Hasil Delineasi DAS Sungai Ciasem-CurugAgung pada Aplikasi WMS 8.1

MEDINA WINANDYANI 15013098 10


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

2.3 Stasiun Pengukuran Curah Hujan


Stasiun pengukur curah hujan yang digunakan dalam analisis Sungai Ciasem-CurugAgung
adalah Stasiun Ciherang Kalijati, Stasiun Ciracas, dan Stasiun Lembang. Berikut adalah
koordinat masing-masing stasiun pengukuran hujan yang digunakan dalam analisis:

Tabel 2. 1 Koordinat Stasiun Pengukuran Hujan

(*sumber: DAFTAR INVENTARIS JARINGAN POS KERJASAMA DI JAWA BARAT TAHUN 2010)

Koordinat
No Nama Stasiun
LS BT
1 Ciherang-Kalijati 6,52 107,64
2 Ciracas 6,65 107,58
3 Lembang 6,49 107,36

Setelah itu, dengan menggunakan aplikasi AutoCAD, didapat jarak antarstasiun sebagai
berikut:

Tabel 2. 2 Jarak Masing-Masing Stasiun Hujan

Jarak (km)
Kalijati K-C 12,98
Ciracas K-L 28,19
Lembang C-L 28,09

Kemudian, dengan menggunakan aplikasi Google Maps, didapat jarak antarstasiun ke lokasi
tinjauan (Kecamatan Ciasem) sebagai berikut:

Tabel 2. 3 Jarak Masing-Masing Stasiun Hujan ke Titik Tinjauan

Jarak (km)
Kalijati K-C 25.10
Ciracas C-C 38.89
Lembang L-C 53.95

2.4 Data Hidrometorologi DAS Sungai Ciasem-CurugAgung


Data hidrometeorologi yang dibutuhkan untuk analisis diantaranya adalah data curah hujan dan
iklim. Pertama, penulis melakukan pengumpulan data curah hujan untuk stasiun dipilih yang
bersumber dari data di Laboratorium Mekanika Fluida ITB. Berikut adalah data curah hujan

MEDINA WINANDYANI 15013098 11


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

bulanan mentah dari stasiun yang dipilih yakni Stasiun Ciherang Kalijati, Stasiun Ciracas, dan
Stasiun Lembang:

Tabel 2. 4 Data Curah Hujan Mentah Stasiun Ciracas


Nomor 135a, Wanayasa
Stasiun Ciracas
Curah Hujan (mm) Bulan
Total Rerata
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978
1979 235 560 537 234 114 234 427 299 506 639 3785 378,5
1980 382 273 515 404 143 43 263 111 72 517 678 509 3910 325,8
1981 524 322 797 516 232 271 284 262 229 363 406 306 4512 376,0
1982 686 357 367 757 146 88 50 0 89 182 621 3343 303,9
1983 597 630 478 232 495 31 89 16 0 449 440 442 3899 324,9
1984 495 424 498 657 386 167 474 509 467 377 385 4839 439,9
1985 558 434 281 327 212 430 315 280 368 319 442 428 4394 366,2
1986 485 480 764 620 125 416 304 245 255 616 594 547 5451 454,3
1987 525 486 477 336 202 166 107 332 487 74 100 519 3811 317,6

Tabel 2. 6 Data Curah Hujan Mentah Stasiun Lembang

Nomor 156a, Priangan


Stasiun Lembang
Curah Hujan (mm) Bulan
Total Rerata
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978 206 63 239 69 125 129 82 116 178 134 279 337 1957 163,1
1979 50 169 103 377 187 14 40 21 51 53 136 162 1363 113,6
1980 248 165 68 38 62 73 216 367 237 1474 163,8
1981 104 61 380 305 120 56 19 79 38 103 132 163 1560 130,0
1982 194 44 127 265 0 59 0 0 0 60 38 52 839 69,9
1983 150 408 213 278 288 79 61 8 5 337 235 2062 187,5
1984 239 276 328 52 0 28 98 321 1342 167,8
1985 169 190 125 219 176 879 175,8
1986 195 306 269 110 88 114 203 255 111 198 1849 184,9
1987 205 298 185 24 4 233 256 16 82 325 1628 162,8

Tabel 2. 5 Data Curah Hujan Mentah Stasiun Ciherang Kalijati

Nomor 154a, Subang


Stasiun Kalijati
Curah Hujan (mm) Bulan
Total Rerata
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978 332 336 248 206 208 112 234 78 160 175 491 296 2876 239,7
1979 283 293 259 158 3 249 299 249 1793 224,1
1980 461 200 378 267 9 53 390 1758 251,1
1981 541 69 352 280 194 41 79 97 142 290 388 196 2473 224,8
1982 157 286 343 22 52 0 0 295 1155 144,4
1983 323 574 451 345 3 0 378 254 190 2518 279,8
1984 0 222 325 232 67 27 0 182 1055 131,9
1985 350 198 285 171 57 59 224 321 230 1895 210,6
1986 303 249 475 67 175 121 58 1448 206,9
1987 333 90 423 211,5

MEDINA WINANDYANI 15013098 12


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Selanjutnya, dilakukan pengisian data hujan yang hilang dan pengujian konsistensi data.
Berikut adalah tabel hasil pengisian data hujan yang hilang:

Tabel 2. 7 Hasil Pengisian Data Hujan yang Hilang di Stasiun Ciracas

Nomor 135a
Stasiun Ciracas
Curah Hujan (mm) Bulan
Total Rerata
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978 309,831466 287,96818 246,41653 181,896118 193,39692 114,991 207,257 84,68575 163,1669334 167,7864295 453,7005622 303,2135705 2714,310456 226,2
1979 242,005807 271,18335 235 560 537 234 114 234 427 299 506 639 4298,189154 358,2
1980 382 273 515 404 143 43 263 111 72 517 678 509 3910 325,8
1981 524 322 797 516 232 271 284 262 229 363 406 306 4512 376,0
1982 686 357 367 757 146 88 50 0 0 89 182 621 3343 278,6
1983 597 630 478 232 495 31 89 16 0 449 440 442 3899 324,9
1984 495 424 498 657 386 64,36089 167 474 509 467 377 385 4903,360889 408,6
1985 558 434 281 327 212 430 315 280 368 319 442 428 4394 366,2
1986 485 480 764 620 125 416 304 245 255 616 594 547 5451 454,3
1987 525 486 477 336 202 166 107 332 487 74 100 519 3811 317,6

Tabel 2. 9 Hasil Pengisian Data Hujan yang Hilang di Stasiun Lembang

Nomor 156a
Stasiun Lembang
Curah Hujan (mm) Bulan
Total Rerata
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978 206 63 239 69 125 129 82 116 178 134 279 337 1957 163,1
1979 50 169 103 377 187 14 40 21 51 53 136 162 1363 113,6
1980 421,358261 236,63097 248 165 68 38 326,2721 62 73 216 367 237 2458,261375 204,9
1981 104 61 380 305 120 56 19 79 38 103 132 163 1560 130,0
1982 194 44 127 265 0 59 0 0 0 60 38 52 839 69,9
1983 150 408 213 278 288 79 61 8 5 413,6273861 337 235 2475,627386 206,3
1984 239 276 360,49519 491,595664 328 52 97,25118 0 28 98 321 283,8642165 2575,206256 214,6
1985 454,373187 316,42342 282,99282 169 191,57356 244,1692 190 125 214,0543986 219 176 329,3552457 2911,941866 242,7
1986 195 391,81757 306 269 96,104062 110 88 114 203 255 111 198 2336,92163 194,7
1987 205 409,77451 298 185 146,20095 24 4 233 256 16 82 325 2183,975455 182,0
Tabel 2. 8 Hasil Pengisian Data Hujan yang Hilang di Stasiun Ciherang Kalijati

Nomor 154a
Stasiun Kalijati
Curah Hujan (mm) Bulan
Total Rerata
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978 332 336 248 206 208 112 234 78 160 175 491 296 2876 239,7
1979 283 293 259 527,992816 475,78407 158 3 196,7457 361,236606 249 299 249 3355 279,6
1980 461 200 378 267 9 53 390 102,4298 72,17490264 464,3543043 623,6052779 461,426481 3482 290,2
1981 541 69 352 280 194 41 79 97 142 290 388 196 2669 222,4
1982 599,947899 157 286 343 22 52 0 0 0 83,92782334 156,8140193 295 1996 166,3
1983 323 574 431,6508 451 345 39,39533 84,10273 3 0 378 254 190 3073 256,1
1984 551,50898 0 222 325 232 67 27 0,524708 0 135,3618244 173,8121043 182 1916 159,7
1985 350 198 285 299,365382 171 57 293,1372 252,8901 59 224 321 230 2740 228,4
1986 434,278233 303 249 475 67 175 121 58 245,9050625 552,8601457 509,5220232 485,9589774 3677 306,4
1987 469,031154 333 445,69243 309,589701 90 141,1638 88,98503 314,6846 446,5974894 63,85564668 96,85175242 485,0688872 3285 273,7

MEDINA WINANDYANI 15013098 13


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Setelah mengisi data hujan yang hilang, penulis menghitung curah hujan rerata bulanan
menggunakan Metode Aritmatik dan Metode Poligon Thiessen. Dari data Tugas Besar SI-2231
Rekayasa Hidrologi, didapat hasil error yang lebih kecil untuk Metode Poligon Thiessen,
sehingga, data curah hujan rerata yang digunakan adalah hasil dari metode tersebut. Kemudian,
dilakukan pemeriksaan konsistensi data untuk mengetahui tingkat konsistensi data curah hujan
pada suatu daerah. Selain itu, hal ini juga berfungsi untuk menguji kebenaran dan validitas
data. Data hujan disebut konsisten jika data yang terukur dan dihitung adalah teliti dan benar
serta sesuai dengan keadaan ketika terjadi hujan. Pengujian konsistensi data dilakukan dengan
metode kurva massa ganda. Berikut adalah curah hujan rerata hasil Metode Poligon Thiessen
dan yang telah diuji konsistensinya:

Tabel 2. 10 Data Curah Hujan Rerata


Curah Hujan (mm) Bulan
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978 286,60 237,63 244,76 156,64 178,09 118,13 179,23 91,69 166,49 160,23 414,61 310,77
1979 199,04 248,32 203,20 480,60 385,13 118,24 28,84 141,58 263,85 188,49 268,47 266,15
1980 438,10 221,16 350,29 248,79 45,05 46,71 353,18 89,74 72,43 386,39 543,06 390,98
1981 390,70 96,56 414,75 316,72 173,44 73,61 83,17 110,64 117,13 235,29 303,30 197,97
1982 472,52 142,59 241,75 366,08 29,37 58,68 5,98 0,00 0,00 76,42 119,52 251,57
1983 297,09 524,38 363,02 366,10 343,61 51,83 76,85 6,25 1,70 398,58 304,42 235,42
1984 383,92 144,38 302,01 421,25 283,00 61,60 67,59 268,33 70,41 306,89 352,70 240,85
1985 410,30 266,42 283,84 258,44 182,89 165,14 260,76 212,74 148,58 233,67 286,28 287,40
1986 359,17 354,31 329,96 422,46 83,81 181,79 131,70 99,38 232,44 459,36 384,42 395,57
1987 386,15 377,36 399,33 270,48 122,47 104,39 62,31 289,04 386,77 48,83 92,19 434,82
Rerata 10 tahunan (mm) 362,36 261,31 313,29 330,76 182,69 98,01 124,96 130,94 145,98 249,42 306,90 301,15

Berikut adalah data klimatologi yang penulis peroleh dari Laboratorium Mekanika Fluida ITB
untuk daerah Kalijati-Subang:

Tabel 2. 11 Data Temperatur Bulanan Kalijati-Subang 1978-1987


o
Temperatur ( C) Bulan
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978
1979 25,3 25,6 25,8 25,9 - 25,5 - - 26,4 27,1 26,4 25
1980 25,2 25,2 25,5 26,2 26,5 26,5 - - - - - -
1981 24,4 25,5 25,7 26 26,2 26,3 26 25,8 - 26,7 25,8 27,4
1982 - 25,9 25,5 26 26,5 25,8 24,9 25,4 26,5 27,2 27,6 -
1983 25,6 26 26,4 26,6 26,1 26,1 25,4 25,7 27,1 26,7 26,3 25,9
1984
1985 25,3 25,7 25,8 25,8 26,1 25,8 24,2 25,6 26,3 26,7 26,5 26
1986 - 25,3 24,7 26 26,4 25,8 25,5 - 25,6 26,5 - 26,1
1987 25,2 25,2 25,6 26,5 26,1 26,1 26 26 27,4 28,4 - -
Rata-rata bulanan 25,17 25,55 25,63 26,13 26,27 25,99 25,33 25,70 26,55 27,04 26,52 26,08

MEDINA WINANDYANI 15013098 14


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Tabel 2. 14 Data Kecepatan Angin Bulanan Kalijati-Subang 1978-1987


Kecepatan Angin (knot) Bulan
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978
1979 5 3 4 3 - 2 - - 3 2 2 3
1980 6 5 2 1 1 2 - - - - - -
1981 6 7 2 2 2 2 2 3 - 3 3 6
1982 - 7 3 2 2 2 3 3 3 3 3 -
1983 4 3 3 2 2 2 2 4 3 3 4 4
1984
1985 4 3 3 2 2 2 3 2 3 4 5 7
1986 - 5 3 2 2 4 2 - 5 4 - 5
1987 6 10 4 2 2 2 3 5 5 4 4 5
Rata-rata bulanan 5,17 5,38 3,00 2,00 1,86 2,25 2,50 3,40 3,67 3,29 3,50 5,00

Tabel 2. 12 Data Kelembaban Bulanan Kalijati-Subang 1978-1987

Kelembaban (%) Bulan


Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978
1979 88 88 85 87 - 81 - - 76 75 83 87
1980 87 87 84 83 81 79 - - - - - -
1981 90 86 86 85 83 82 80 78 - 75 85 84
1982 - 87 89 85 80 82 78 73 69 65 71 -
1983 87 86 86 85 87 81 78 73 68 78 82 83
1984
1985 88 86 86 86 86 85 84 78 77 71 84 83
1986 - 86 87 86 78 84 83 - 81 79 - 84
1987 88 88 85 84 83 83 78 70 70 70 -
Rata-rata bulanan 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20

Tabel 2. 13 Data Intensitas Sinar Matahari Bulanan Kalijati-Subang 1978-1987

Sinar Matahari (%) Bulan


Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1978
1979 50 - - - - - - - - - - -
1980 - - - - - 80 - - - - - -
1981 21 57 62 61 60 66 66 80 - 75 33 37
1982 - 61 39 61 70 63 78 82 88 80 68 -
1983 41 56 56 54 50 74 79 91 85 62 44 54
1984
1985 50 - 48 47 74 70 87 79 79 50 44 -
1986 - 87 40 - - - - - - - - -
1987 - - - - - - - - - - - -
Rata-rata bulanan 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50

MEDINA WINANDYANI 15013098 15


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

BAB III

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PADA DAS SUNGAI CIASEM-


CURUGAGUNG

3.1 Tata Guna Lahan pada DAS Sungai Ciasem-Curug Agung


Penggunaan lahan di Kabupaten Subang, pengklasifikasiannya sama seperti yang sudah baku
digunakan secara nasional yaitu dibedakan menjadi 2 (dua) klasifikasi besar, lahan sawah dan
lahan kering (darat). Lahan sawah dibedakan menurut jenis pengairan yang digunakan
sedangkan lahan kering dirinci menurut status penggunaan lahannya. Memperhatikan data luas
lahan lebih jauh ternyata kualitas sawah di Kabupaten Subang sebagian besar sudah merupakan
sawah berpengairan irigasi teknis dan setengah teknis. Hal ini merupakan peluang yang cukup
besar untuk dapat lebih meningkatkan produksi dan produktivitas lahan lebih tinggi lagi
melalui penerapan pola sapta usaha tani secara lebih intensif.

Gambar 3. 2 Kondisi Tata Guna Lahan Kecamatan Ciasem

(sumber: Google Earth Maps)

Gambar 3. 1 Tata Guna Lahan DAS Ciasem-Curug Agung

MEDINA WINANDYANI 15013098 16


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Dari Gambar 3.1, terlihat bahwa tata guna lahan di Kecamatan Sagalaherang sebagian besar
terdiri dari area persawahan dan pemukiman.

Jika dibandingkan antar kecamatan, maka Kecamatan Sagalaherang merupakan Kecamatan


yang memiliki areal sawah berpengairan teknis terluas yaitu sekitar 1669,06 hektar atau 10 %
dari seluruh sawah berpengairan teknis di Kabupaten Subang. Desa ini memiliki luas 50,45
km2 dan jumlah penduduk 29.363 jiwa (2012) dengan kepadatan 600 jiwa/km2
(https://id.wikipedia.org/wiki/Sagalaherang_Subang).

Setelah pertanian dan pemukiman, lahan di kecamatan ini juga digunakan sebagai area
perkebunan. Berikut adalah rinciannya:
Tabel 3. 1 Luas Kawasan Perkebunan Kabupaten Subang

(sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Subang Tahun 2010)

Dari tabel di atas, diperoleh luas perkebunan di kecamatan ini seluas 8.667 hektar.

Dengan data tersebut, tata guna lahan kawasan DAS Ciasem-Curug Agung dapat dirangkum
dalam tabel berikut:

Tabel 3. 2 Tata Guna Lahan DAS Ciasem-Curug Agung

No Fungsi Lahan Jumlah Satuan


1 Pertanian 1669,06 ha
2 Pemukiman 29.363 jiwa
3 Perkebunan 8667 ha

MEDINA WINANDYANI 15013098 17


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

3.2 Alternatif Skenario Pengembangan Sumber Daya Air DAS Ciasem-Curug Agung
Dari tata guna lahan yang telah dijelaskan pada subbab 3.1, skenario yang penulis ajukan untuk
pengembangan sumber daya air DAS Ciasem-Curug Agung adalah pembangunan satu waduk
multiguna yang dapat memenuhi kebutuhan pertanian, air minum, industri, dan perkebunan di
DAS Ciasem-Curug Agung.

MEDINA WINANDYANI 15013098 18


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

BAB IV

PERHITUNGAN KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR SUNGAI CIASEM-


CURUG AGUNG

4.1 Perhitungan Ketersediaan Air Sungai Ciasem Curug-Agung


4.1.1 Metode Rasional
Metode rasional merupakan salah satu dari beberapa metode empiris yang sering
digunakan untuk memperkirakan debit puncak (peak discharge). Asumsi dasar dari
metode ini adalah bahwa curah hujan terjadi secara merata di seluruh daerah aliran dan
waktu konsentrasi sama dengan durasi hujan.

Metode Rasional menyatakan bahwa puncak limpasan pada suatu DAS akan diperoleh
pada intensitas hujan maksimum yang lamanya sama dengan waktu konsentrasi (Tc).
Waktu konsentrasi adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk pengaliran air dari
yang paling ujung dari suatu DAS sampai ke outlet.

Metode Rasional dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut:

Q = C. I . A

3.6

dimana :

Q = Debit Puncak banjir (m 3 / dt)

C = Koefisien Limpasan ( 0 < C < 1 )

koefisien pengaliran yang tergantung pada tata guna lahan, kondisi tanah,
kemiringan dan vegetasi penutup lahan

I = Intensitas hujan maksimum dengan lama hujan sama dengan waktu


konsentrasi (mm / jam)

A = Luas DAS (Km 2)

MEDINA WINANDYANI 15013098 19


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Untuk pendugaan intensitas hujan dengan lama hujan kurang dari 24 jam, digunakan r
umus empirik dari dr. Mononobe :
2/3
R t 24 24
It =
24 T

dengan :
It = Intensitas hujan dengan t jam (mm/ jam),
R24 = Maksimum hujan 24 jam (mm).
T = Lama waktu curah hujan/lama waktu konsentrasi aliran (jam).

Rumus empiris untuk menghitung T dengan persamaan sebagai berikut :

T = L / w (jam)
W = 72 ( h/L ) 0.6 (km / jam)

Tabel 4. 1 Nilai Koefisien Limpasan (Pengaliran) oleh Imam Subarkah

Jenis Tanah
Tata Guna
Kemiringan Loam Lempung Lempung
Lahan
Berpasir Sitloam Padat
Hutan 0% - 5% 0.1 0.3 0.4
5% - 10% 0.25 0.35 0.5
10% - 30% 0.3 0.5 0.6
Padang 0% - 5% 0.1 0.3 0.4
Rumput 5% - 10% 0.15 0.35 0.55
(semak- 10% - 30% 0.2 0.4 0.6
semak)
Tanah 0% - 5% 0.3 0.5 0.6
Pertanian 5% - 10% 0.4 0.6 0.7
10% - 30% 0.5 0.7 0.8
Sumber : Sosrodarsono, S. Kensaku, T. 2006

MEDINA WINANDYANI 15013098 20


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Tabel 4. 2 Nilai Koefisien Limpasan (Pengaliran) Mononobe

Kondisi DAS Harga f

Daerah pegunungan yang curam 0.75 0.90

Daerah pegunungan tersier 0.70 0.80

Tanah bergelombang dan hutan 0.50 0.75

Tanah daratan yang ditanami 0.45 0.60

Persawahan yang diairi 0.70 0.80

Sungai di daerah pegunungan 0.75 0.85

Sungai kecil di dataran 0.45 0.75

Sungai besar yang lebih dari setengah 0.50 0.75


daerah pengalirannya terdiri dari dataran
Sumber : Sosrodarsono, S. Kensaku, T. 2006

Dari Tabel 4.2, diambil nilai koefisien sebesar 0,85 karena daerah DAS merupakan
daerah pegunungan yang curam. Dengan menggunakan rumus metode rasional, dengan
luas DPS 94,35 km2, didapat bangkitan debit sintetis dan debit andalan sebagai berikut:

Gambar 4. 1 Bangkitan Debit Sintetis dengan Metode Rasional

MEDINA WINANDYANI 15013098 21


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 4. 2 Debit vs Probabilitas dengan Metode Rasional

Dengan menggunakan forecast pada Ms. Excel, diperoleh debit andalan dengan
probabilitas 70%, 80%, dan 90% sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Debit Andalan dengan Metode Rasional

P Q (m3/s)
0,7 4,48
0,8 2,84
0,9 1,83

Tabel hasil perhitungan metode rasional dapat dilihat sebagai berikut:


Tabel 4. 4 Debit Hasil Perhitungan dengan Metode Rasional

No. Bulan Ir (mm/jam) Q (sorted)(m3/s) P 25 Januari 0,61 11,33634111 0,206612


1 Januari 0,40 16,81579181 0,008264 26 Februari 0,31 11,33562779 0,214876
2 Februari 0,33 16,2375667 0,016529 27 Maret 0,49 11,24081584 0,22314
3 Maret 0,34 14,88170481 0,024793 28 April 0,35 11,12167338 0,231405
4 April 0,22 14,63160799 0,033058
29 Mei 0,06 10,97136812 0,239669
5 Mei 0,25 14,22415581 0,041322
30 Juni 0,06 10,93632792 0,247934
6 Juni 0,16 13,56574926 0,049587
31 Juli 0,49 10,92144739 0,256198
7 Juli 0,25 13,4643385 0,057851
32 Agustus 0,12 10,8467332 0,264463
8 Agustus 0,13 13,08157077 0,066116
33 September 0,10 10,63996074 0,272727
9 September 0,23 13,04403627 0,07438
10 Oktober 0,22 12,8427722 0,082645 34 Oktober 0,54 10,21739923 0,280992
11 November 0,58 12,83849484 0,090909 35 November 0,75 9,807345039 0,289256
12 Desember 0,43 12,70501696 0,099174 36 Desember 0,54 9,623141008 0,297521
13 Januari 0,28 12,36534146 0,107438 37 Januari 0,54 9,502861565 0,305785
14 Februari 0,34 12,3421921 0,115702 38 Februari 0,13 9,426307245 0,31405
15 Maret 0,28 12,24879201 0,123967 39 Maret 0,58 9,391743325 0,322314
16 April 0,67 12,10668379 0,132231 40 April 0,44 9,35191427 0,330579
17 Mei 0,53 12,09821224 0,140496 41 Mei 0,24 9,199544138 0,338843
18 Juni 0,16 11,97632408 0,14876 42 Juni 0,10 8,950270443 0,347107
19 Juli 0,04 11,96476272 0,157025 43 Juli 0,12 8,899429466 0,355372
20 Agustus 0,20 11,95720104 0,165289 44 Agustus 0,15 8,874582368 0,363636
21 September 0,37 11,92570462 0,173554 45 September 0,16 8,864850384 0,371901
22 Oktober 0,26 11,90373803 0,181818 46 Oktober 0,33 8,789158564 0,380165
23 November 0,37 11,88814677 0,190083 47 November 0,42 8,76307517 0,38843
24 Desember 0,37 11,6848745 0,198347 48 Desember 0,27 8,375462191 0,396694

MEDINA WINANDYANI 15013098 22


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

49 Januari 0,66 8,313177473 0,404959 73 Januari 0,53 5,663096922 0,603306


50 Februari 0,20 8,308843977 0,413223 74 Februari 0,20 5,629028886 0,61157
51 Maret 0,34 8,249670785 0,421488 75 Maret 0,42 5,54990286 0,619835
52 April 0,51 8,241425216 0,429752 76 April 0,59 5,514677143 0,628099
53 Mei 0,04 8,170204158 0,438017 77 Mei 0,39 5,370628636 0,636364
54 Juni 0,08 8,074528546 0,446281 78 Juni 0,09 5,155258483 0,644628
55 Juli 0,01 8,002724305 0,454545 79 Juli 0,09 5,113434171 0,652893
56 Agustus 0,00 7,789807756 0,46281 80 Agustus 0,37 4,96144268 0,661157
57 September 0,00 7,70375839 0,471074 81 September 0,10 4,850241402 0,669421
58 Oktober 0,11 7,689256697 0,479339 82 Oktober 0,43 4,600836487 0,677686
59 November 0,17 7,578938592 0,487603 83 November 0,49 4,470613372 0,68595
60 Desember 0,35 7,485777756 0,495868 84 Desember 0,33 4,415468496 0,694215
61 Januari 0,41 7,457987465 0,504132 85 Januari 0,57 4,38398909 0,702479
62 Februari 0,73 7,358289229 0,512397 86 Februari 0,37 4,078178937 0,710744
63 Maret 0,50 7,289879344 0,520661 87 Maret 0,39 3,792287082 0,719008
64 April 0,51 7,285839098 0,528926 88 April 0,36 3,700881307 0,727273
65 Mei 0,48 7,235673792 0,53719 89 Mei 0,25 3,66129607 0,735537
66 Juni 0,07 7,197443353 0,545455 90 Juni 0,23 3,657773975 0,743802
67 Juli 0,11 6,848350139 0,553719 91 Juli 0,36 3,626836071 0,752066
68 Agustus 0,01 6,587670268 0,561983 92 Agustus 0,30 3,425902757 0,760331
69 September 0,00 6,29217294 0,570248 93 September 0,21 3,232310852 0,768595
70 Oktober 0,55 6,163436832 0,578512 94 Oktober 0,32 3,07719323 0,77686
71 November 0,42 6,13007371 0,586777 95 November 0,40 2,990006063 0,785124
72 Desember 0,33 5,836494612 0,595041 96 Desember 0,40 2,854667679 0,793388

97 Januari 0,50 2,839266691 0,801653


98 Februari 0,49 2,77877017 0,809917
99 Maret 0,46 2,595330749 0,818182
100 April 0,59 2,575509907 0,826446
101 Mei 0,12 2,379691684 0,834711
102 Juni 0,25 2,366255744 0,842975
103 Juli 0,18 2,279387186 0,85124
104 Agustus 0,14 2,242926439 0,859504
105 September 0,32 2,180183807 0,867769
106 Oktober 0,64 2,092838884 0,876033
107 November 0,53 1,929368874 0,884298
108 Desember 0,55 1,907302146 0,892562
109 Januari 0,54 1,81711958 0,900826
110 Februari 0,52 1,604844599 0,909091
111 Maret 0,55 1,512136322 0,917355
112 April 0,38 1,446515373 0,92562
113 Mei 0,17 1,395033843 0,933884
114 Juni 0,14 0,909574786 0,942149
115 Juli 0,09 0,892896859 0,950413
116 Agustus 0,40 0,193593021 0,958678
117 September 0,54 0,185267921 0,966942
118 Oktober 0,07 0,052527924 0,975207
119 November 0,13 0 0,983471
120 Desember 0,60 0 0,991736

MEDINA WINANDYANI 15013098 1


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

4.1.2 Metode NRECA


Model NRECA (National Rural Electric Cooperative Association) diperkenalkan oleh
Norman H. Crawford pada tahun 1985. Model ini merupakan model konsepsi yang
bersifat deterministik. Disebut model konsepsi karena basisnya didasari oleh teori.
Untuk menginterpretasikan fenomena proses fisiknya digunakan persamaan dan rumus
semi empiris. Langkah-langkah perhitungan pendugaan debit dengan metode NRECA,
secara singkat dapat diselesaikan dengan persamaan-persamaan sebagai berikut :
Q = DF + GWF

DF = EM GWS

GWF = P2 x GWS

GWS = P1 x EM

S = WB EM

EM = EMR x WB

WB = Rb AET

AET = AET/PET x PET

Wi = Wo / N

N = 100 + 0.20 Ra

Di mana :

Q = Debit aliran rerata, m3/dt

DF = Aliran langsung (direct flow)

GWF = Aliran air tanah (ground water flow)

EM = Kelebihan kelengasan (excess moist)

GWS = Tampungan air tanah (ground water storage)

MEDINA WINANDYANI 15013098 2


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

P1 = Parameter yang menggambarkan karakteristik tanah permukaan

P2 = Parameter yang menggambarkan karakteristik tanah bagian dalam

WB = Keseimbangan air (water balance)

EMR = Rasio kelebihan kelengasan (excess moist ratio)

Rb = Curah hujan bulanan, mm

AET = Evapotranspirasi aktual, mm

PET = Evapotranspirasi potensial, mm

Wi = Tampungan kelengasan tanah

Wo = Tampungan kelengasan awal

N = Nominal

Ra = Curah hujan tahunan, mm

Contoh perhitungan NRECA bulan Januari 1978:

a. Memasukkan nilai tampungan kelengasasn awal Wo. Nilai awal ini harus
dicoba-coba dan dicek agar nilai pada Januari mendekati nilai pada bulan
Desember. Setelah melakukan beberapa percobaan, maka didapatkan bahwa
nilai Wo awal adalah 2071,838.

b. Perhitungan air hujan tahunan


= rata-rata dari jumlah hujan per tahun selama 10 tahun
=( jumlah hujan 1978+ jumlah hujan 1979)/2
= 4680

c. Nominal
= 100 + 0.2*4680
= 1035,92

MEDINA WINANDYANI 15013098 3


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

d. Ratio = curah hujan/evapot potensial

= 286,6/123 = 2,322

e. Ratio AET/PET
Nilai ration AET/PET ditentukan jika rasio kurang dari 1 dan tampungan
kelengasan awa = 1 0.5
=1
f. AET = Ratio x PET x Koef Evapo
= 1 x 123 x 0.45
= 55,53 mm
g. Neraca air
= Curah hujan - AET
= 286,6 55,53
= 231 mm
h. Ratio kelebihan kelengasan

Bila neraca air positif, maka rasio tersebut dapat diperoleh dengan memasukkan
harga Wi. Bila neraca air negatif, maka rasio = 0. Untuk bulan Januari tahun
1995 didapatkan nilai rasio kelebihan kelengasannya adalah 1.

i. Kelebihan kelengasan

= neraca air x ratio kelebihan kelengasan

= 231 x 1 = 231 mm

j. Perubahan tampungan
= neraca air-kelebihan kelengasan
= 231 231 = 0 mm
k. Tampungan air tanah
= PSUB x kelebihan kelengasan
= 0.9 x 231 = 207,96 mm

MEDINA WINANDYANI 15013098 4


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

l. Tampungan kelengasan awal Wo

Wo (1) merupakan hasil coba-coba untuk mendapatkan hasil Wo1978 Wo1987


= 0 yang berkaitan dengan parameter lain pada tabel perhitungan.

Wo (2) = Wo (1) + perubahan tampungan

= 2071,84 + 0

= 2071,84 mm

m. Tampungan air tanah awal


Merupakan data hasil coba-coba untuk mendapatkan hasil correl yang lebih
besar (mendekati 1) Tampungan air tanah awal yang didapatkan dengan nilai
correl 0,6 adalah 1500.
n. Tampungan air tanah akhir
= Tampungan air tanah awal + tampungan air tanah
= 1500 + 207,96 = 1707,96 mm
o. Aliran air tanah
= GWF x tampungan air tanah akhir
= 0.2 x 1707,96 = 341,59 mm
p. Aliran langsung
= kelebihan kelengasan tampungan air tanah
= 231,07 207,96= 23,11 mm
q. Aliran total
= Aliran air tanah + aliran air langsung
= 341,59 + 23,11
= 364,70 mm
Ubah ke m3/s
= ((364,70*10-3)x Luas DAS)/(Jumlah hari bulan Jan x 24 x 3600)
= ((205.18*10-3)x 94,35 x 106)/(31 x 24 x 3600)
= 12,85 m3/s
r. Aliran real
Data yang didapatkan dari data stasiun debit Ciasem-Curug Agung untuk
tahun 1995-1996 (data debit sebelum tahun 1995 tidak tersedia).

MEDINA WINANDYANI 15013098 5


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Tabel 4. 5 Parameter Debit Sintetis NRECA


Nilai Wo Awal 2071,837688
Tamp. Air Tnh awal 1500
Av Hujan Tahunan 4680
Nominal 1035,918816
Koefisien Evapo 0,45
PSUB 0,90
GWF 0,20
Luas DAS (m2) 9,44E+07

THN Wo Wo' delta


1995 2071,84 2071,84 0,00
1996 2071,84 2047,71 0,00

CORREL 0,60614
TOTAL ERROR
AV DISCH MODEL 6,98
AV DISCH OBSERV 5,141196

Contoh perhitungan untuk air hujan tahunan dan nominal untuk Tabel 4.5.

a. Air hujan tahunan


10
= = 4680

b. Nominal
= 100 + 0.2 x 4680 = 1035,92

Tabel hasil perhitungan debit sintetis dengan metode NRECA untuk tahun 1978-1987
terdapat pada Lampiran. Berikut adalah grafik bangkitan debit sintetis dengan metode
NRECA:

Gambar 4. 3 Bangkitan Debit Sintetis hasil Metode NRECA

MEDINA WINANDYANI 15013098 6


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Setelah mendapat debit sintetis perbulan selama 10 tahun, dilakukan perhitungan debit
andalan dengan menggunakan Metode Weibull. Metode ini dilakukan untuk mengetahui
debit urut sehingga akan diperoleh probabilitas dari masing-masing debit andalan seperti
pada Tabel 4.6. Adapun contoh perhitungan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 sebagai berikut.

a. Urutkan debit (dari data aliran total) dimulai dari yang terbesar ke terkecil atau
sebaliknya. Beri ranking untuk setiap debit, debit terbesar adalah ranking 1.
b. Hitung probabilitas menggunakan rumus Weilbull
Untuk rank 1
P = 1/(120+1) x 100% = 0.83 %
Lakukan proses ini hingga data terakhir
c. Cari debit andalan saat probabilitas 70, 80, 90, 95 % dari data yang telah diurutkan
menggunakan interpolasi data.

MEDINA WINANDYANI 15013098 7


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Tabel 4. 6 Tabel Penentuan Debit Andalan dengan Metode Weibull

No Q urut P No Q urut P No Q urut P

(m3/det) (m3/det) (m3/det)

1 12,85 0,008264 41 7,50 0,338843 81 5,74 0,6694215


2 10,75 0,016529 42 7,48 0,347107 82 5,69 0,677686
3 10,58 0,024793 43 7,46 0,355372 83 5,66 0,6859504
4 10,16 0,033058 44 7,30 0,363636 84 5,51 0,6942149
5 9,73 0,041322 45 7,18 0,371901 85 5,48 0,7024793
6 9,63 0,049587 46 7,01 0,380165 86 5,43 0,7107438
7 9,59 0,057851 47 6,97 0,38843 87 5,40 0,7190083
8 9,38 0,066116 48 6,92 0,396694 88 5,36 0,7272727
9 9,34 0,07438 49 6,91 0,404959 89 5,36 0,7355372
10 9,03 0,082645 50 6,86 0,413223 90 5,16 0,7438017
11 8,99 0,090909 51 6,81 0,421488 91 5,16 0,7520661
12 8,95 0,099174 52 6,75 0,429752 92 5,12 0,7603306
13 8,89 0,107438 53 6,72 0,438017 93 5,08 0,768595
14 8,88 0,115702 54 6,60 0,446281 94 5,05 0,7768595
15 8,80 0,123967 55 6,59 0,454545 95 5,05 0,785124
16 8,78 0,132231 56 6,57 0,46281 96 5,05 0,7933884
17 8,76 0,140496 57 6,52 0,471074 97 4,93 0,8016529
18 8,59 0,14876 58 6,46 0,479339 98 4,85 0,8099174
19 8,52 0,157025 59 6,42 0,487603 99 4,84 0,8181818
20 8,51 0,165289 60 6,38 0,495868 100 4,76 0,8264463
21 8,45 0,173554 61 6,33 0,504132 101 4,74 0,8347107
22 8,32 0,181818 62 6,32 0,512397 102 4,58 0,8429752
23 8,24 0,190083 63 6,28 0,520661 103 4,49 0,8512397
24 8,07 0,198347 64 6,25 0,528926 104 4,48 0,8595041
25 8,06 0,206612 65 6,25 0,53719 105 4,47 0,8677686
26 7,99 0,214876 66 6,24 0,545455 106 4,42 0,8760331
27 7,99 0,22314 67 6,17 0,553719 107 4,39 0,8842975
28 7,86 0,231405 68 6,16 0,561983 108 4,35 0,892562
29 7,84 0,239669 69 6,15 0,570248 109 4,35 0,9008264
30 7,80 0,247934 70 6,12 0,578512 110 4,16 0,9090909
31 7,76 0,256198 71 6,12 0,586777 111 4,03 0,9173554
32 7,73 0,264463 72 6,09 0,595041 112 3,87 0,9256198
33 7,64 0,272727 73 6,08 0,603306 113 3,70 0,9338843
34 7,60 0,280992 74 6,01 0,61157 114 3,37 0,9421488
35 7,58 0,289256 75 6,01 0,619835 115 3,33 0,9504132
36 7,57 0,297521 76 5,98 0,628099 116 3,25 0,9586777
37 7,57 0,305785 77 5,95 0,636364 117 2,69 0,9669421
38 7,54 0,31405 78 5,88 0,644628 118 2,23 0,9752066
39 7,53 0,322314 79 5,77 0,652893 119 2,03 0,9834711
40 7,51 0,330579 80 5,75 0,661157 120 1,80 0,9917355

MEDINA WINANDYANI 15013098 8


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 4. 4 Grafik Q vs P Debit Sintetis dengan Metode NRECA

Tabel 4. 7 Debit Andalan Hasil Metode NRECA

P Q andalan (m3/s)

0,7 5,49
0,8 4,95
0,9 4,35
0,95 3,33

MEDINA WINANDYANI 15013098 9


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

4.1.3 Metode F.J. Mock


Pendugaan data debit aliran sungai dilakukan karena ketersediaan data debit yang
tersedia amat sedikit atau tidak lengkap. Terdapat beberapa model hujan-limpasan yang
sering digunakan untuk menghitung besarnya debit aliran sungai di Indonesia, salah
satunya model F.J Mock. Mock pada tahun 1973 mengusulkan suatu model simulasi
keseimbangan air bulanan untuk daerah pengaliran di Indonesia. Model perhitungan ini
didapat dari hujan, evapotranspirasi, tanah, dan tampungan air tanah. Mock (1973)
menjelaskan metode untuk menduga debit aliran sungai dengan tahapan sebagai
berikut. Karena data debit yang diambil di KL adalah tahun 1994, tahun data yang akan
dikalibrasi debitnya di sini adalah 1987 (paling mendekati). Contoh perhitungan untuk
Januari 1987:

Baris 1

Jumlah tinggi hujan harian dalam satu bulan. Jumlah tinggi hujan atau curah hujan
harian merupakan curah hujan representatif DAS Ciasem yang diperoleh dengan
metode Poligon Thiessen/Aritmatik (bergantung pada error yang lebih kecil). Untuk
bulan Januari, karena error thiessen lebih kecil dari error aritmatik, maka tinggi hujan
harian yang diambil adalah 334. 47 mm.

Tabel 4. 8 Curah Hujan Terkalibrasi

Curah Hujan (mm) Bulan


Rerata
1987 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Ciracas 525 486 477 336 202 166 107 332 487 74 100 519 317.6
Lembang 205 112.6875984 298 185 104.0566851 104.6452 4 441.6238721 256 16 91.47928994 325 178.6
Kalijati 373.5207101 601.0005247 392.2662722 264.5207 90 90.85477 75.6851198 123.4647384 357.7732888 46.5443787 91.47928994 427.1656805 244.5
Rerata Aritmatik 192.84 237.90 230.09 149.84 64.69 65.17 26.56 188.36 204.59 20.85 60.99 250.72 Rerata
Rerata Theissen 334.47 421.57 370.42 246.09 108.17 104.53 55.11 256.36 338.71 39.47 92.50 403.49 Error
Error Aritmatik 0.3919 0.7419 0.3863 0.3925 0.4465 0.4225 2.3471 0.5106 0.4030 0.5245 0.3523 0.3862 0.6088
Error Theissen 0.3663 1.0574 0.1740 0.2225 0.2353 0.1740 4.5116 0.5746 0.2270 0.6951 0.0324 0.1732 0.7036

Baris 2

Jumlah hari hujan dalam satu bulan yang mewakili daerah yang ditinjau. Untuk bulan
Januari 1987 adalah 18 hari.

MEDINA WINANDYANI 15013098 10


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Baris 3

Jumlah hari dalam satu bulan. Jumlah hari untuk Januari 1987 adalah 31 hari.

Baris 4

Rata-rata suhu (temperature) bulanan dalam derajat Celcius untuk bulan Januari 1987
adalah 25,20C.

Baris 5

Rata-rata persentase penyinaran matahari bulanan dalam persen (%). Untuk DAS
Ciasem pada bulan Januari 1987 adalah 40.5%.

Baris 6

Rata-rata kelembaban relatif (relative humidity) bulanan dalam persen (%).Untuk DAS
Ciasem pada bulan Januari 1987 adalah 88%.

Baris 7

Rata-rata kecepatan angin (wind speed) bulanan dalam mil/day untuk DAS Ciasem
pada bulan Januari 1987 adalah 142.72 mil/day. Sebelumnya, konversi dulu data
kecepatan angin untuk Januari 1987 dalam knot menjadi mil/day.

Baris 8

Radiasi matahari (Solar Radiation, R) tergantung pada letak lintang. Lokasi tinjauan
Stasiun Ciasem Curug Agung terletak pada posisi 060 37 00 LS 1070 41 00
sehingga kita perlu melakukan interpolasi 5-10o S Lat seperti berikut:

R = (((15.8-15.2)*1.95)+(5*15.2))/5 = 15.434 mm/hari

Tabel 4. 9 Nilai Radiasi Matahari Pada Permukaan Horizontal di Luar Atmosfer (mm.hari)

MEDINA WINANDYANI 15013098 11


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Baris 9

Seperti disebutkan dalam Baris 4, temperatur rata-rata untuk Januari 1987 adalah
25,20C. Berdasarkan temperatur ini maka nilai A dicari dengan interpolasi suhu 24 dan
26 derajat pada Tabel 3.17 di bawah ini. Untuk lokasi tinjauan DAS Ciasem, diperoleh
A untuk Januari 1987 adalah 0.7933.

Baris 10

Radiasi benda hitam pada suhu udara rata-rata (B, mm H2O/hari). Nilai ini tergantung
pada temperatur rata-rata bulanan. Dengan cara yang sama dengan penentuan nilai A,
nilai B yang diperoleh untuk Januari 1987 adalah 16.033 mm H2O/hari.
Tabel 4. 10 Hubungan Temperatur Rata-Rata dengan Parameter Evapotranspirasi A, B, dan ea

Baris 11

Tekanan uap air jenuh (ea dalam mmHg) pada suhu udara rata-rata bulanan, yakni
25,20C. Untuk Januari 1987, dengan interpolasi data suhu 24 dan 26 derajat didapat ea
= 24.033 mmHg.

Baris 12

Tekanan uap air sebenarnya.

ed = h x ea = 0.88 x 24.033 = 21.149 mmHg

Baris 13

(0.18+0.55) 0.798(0.18+0.55(0.405))
F1 = f (T,S) = = = 0.3
+0.27 0.798+0.27

Baris 14

(0.560.092 ()0.5 ) 0.79816.033(0.560.092 (21.149)0.5 )


F2 = f (T,h) = = = 1.6379
+0.27 0.798+0.27

MEDINA WINANDYANI 15013098 12


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Baris 15

0.270.35() 0.270.35(24.03321.149)
F3 = f (T,h) = = = 0.256
+0.27 0.798+0.27

Baris 16

Koefisien refleksi (r) yang digunakan adalah 0.4.

Baris 17

E1 = F1 X R (1-r) = 0.3 x 15.434 ( 1-0.4) = 2.783

Baris 18

E2 = F2 X (0.1 + 0.9S) = 1.6379 x (0.1+ (0.9x0.4015)) = 0.76

Baris 19

E3 = F3 X (k+0.01w) = 0.256 x (1+0.01x142.72) = 0.621

Baris 20

Ep = E1-E2+E3 = 2.783-0.76+0.621 = 2.644

Baris 21

Epm = Ep x days of month = 2.644 x 31 = 81.965

Baris 22

m = 45 (hampir sebagian wilayahnya tertutupi tumbuhan hijau pada saat musim


kering).

Baris 23

n = jumlah hari hujan dalam satu bulan = 18 hari.

Baris 24

45
= 20 (18 ) = 20 (18 18) = 0

MEDINA WINANDYANI 15013098 13


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Baris 25

45
E = (18 ) = 0 x 20 (18 18) = 0
20

Baris 26

Ea = Epm E = 81.965 0 = 81.965

Baris 27

P Ea = 334.47 81.965 = 252.5

Baris 28

SMS = SMC + (P-Ea) = 200 + 252.5 = 452.5

Baris 29

SMC yang diambil adalah 200 karena nilai P-Ea lebih besar dari nol.

Baris 30

SS = 0 (karena P-Ea bernilai positif atau SMC bernilai 200).

Baris 31

WS = (P-Ea) +SS = 252.5 + 0 = 252.5

Baris 32

Koefisien infiltrasi (if) yang diambil untuk Januari 1987 adalah 0.37.

Baris 33

Infiltrasi = WS x if = 252.5 x 0.37 = 93.426

Baris 34

Konstanta Resesi Aliran (K) yang digunakan untuk Januari 1987 adalah 0.9.

Baris 35

PF yang digunakan untuk Januari 1987 dan bulan lainnya adalah 10%.

MEDINA WINANDYANI 15013098 14


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Baris 36

0.5 x (1+K) x I = 0.5 x (1+0.37) x 93.426 = 88.755

Baris 37

K x Gsom = 0.9 x 200 = 180

Baris 38

GS = 0.5 x (1+K) x I + K x Gsom = 88.755 X 180 = 268.755

Baris 39

GS = GS Gsom = 268.755 200 = 68.755

Baris 40

BF = I - GS = 93.426 68.755 = 24.671

Baris 41

DRO = WS I = 252.5 93.426 = 159.08

Baris 42

SRO = 0 (P 200 mm/bulan)

Baris 43

TRO = BF + DRO + SRO = 24.671 + 159.08 + 0 = 183.75

Baris 44

Luas catchment area untuk DAS Ciasem adalah 94.278 km2

Baris 45

0.001 0.001 183.75


SF = 243600 x luas area x 106 = x 94.278 x 106 = 6.467
31243600

Tabel hasil perhitungan F.J Mock dapat dilihat di Lampiran.

MEDINA WINANDYANI 15013098 15


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Setelah melakukan perhitungan debit kalibrasi dengan metode FJ Mock, bandingkan


hasilnya dengan data debit yang kita dapat dari debit observasi (Q observasi). Selain
itu, kita harus menghitung error antara keduanya untuk melakukan kalibrasi variabel.

| |
Error = 100%

Tabel 4. 11 Perbandingan Q dengan Q observasi serta error antara keduanya

Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Stream Flow (Q) (m3/s) 6.467863 5.064058 8.668439 4.354227 2.983016 3.078398 1.020315 4.155024 8.705379 1.780087 1.522599 8.287627
Q observasi 8.74 10.70 8.16 4.69 4.58 2.13 2.11 2.22 2.19 1.93 2.65 4.07
Error (%) 35.12965 111.293 5.865403 7.71142 53.5359 30.80817 106.7988 46.57071 74.84314 8.421691 74.0445 50.89065

Contoh perhitungan error untuk bulan Januari:

| 6.4678638.74|
Error = 100% = 35.12965%
6.467863

Gambar 4. 5 Debit Sebelum Kalibrasi

MEDINA WINANDYANI 15013098 16


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan antara debit hasil perhitungan dengan debit
hasil observasi. Oleh karena itu, kita perlu mengkalibrasi beberapa variabel yang telah
kita asumsikan sebelumnya, yakni koefisien refleksi (r), exposed surface (m),
infiltration coefficient (if), K, dan percentage factor (PF).

0 Reflection Coefficient (r) 1

0 Exposed surface (m) 50

0.25 Infiltration Coefficient (if) 0.5

0.7 K 0.9

0.05 PF 0.1

Variabel-variabel di atas akan menjadi variabel kendali untuk mengoptimasi nilai


stream flow yang diperoleh sehingga nilainya akan sama/mendekati debit observasi.
Untuk melakukan optimasi ini, kita dapat menggunakan bantuan program solver dari
Ms. Excel. Kalibrasi yang dilakukan untuk bulan Desember 1987:

1. Pilih program solver lalu isi kolom yang ada:


- Set Objective : Nilai debit hasil perhitungan
- To -> Value of : Nilai debit observasi
- By changing variables cells : Pilih nilai yang diatur (r, exposed surface, if, K,
dan PF)
- Subject to constraints : Batasan dari nilai yang akan diatur (pilih add lalu isikan
batasan di bawah ini)
0 Reflection Coefficient (r) 1

0 Exposed surface (m) 50

0.25 Infiltration Coefficient (if) 0.5

0.7 K 0.9

0.05 PF 0.1

- Select a Solving Method : pilih Evolutionary

MEDINA WINANDYANI 15013098 17


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Lalu klik Solve. Setelah itu, variabel-variabel tadi akan berubah dengan sendirinya
sehingga debit hasil perhitungan (stream flow) nilainya akan berubah yakni mendekati
debit hasil observasi:

Gambar 4. 6 Solver Parameters

Tabel 4. 12 Debit Hasil Kalibrasi Variabel

Setelah Kalibrasi
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Stream Flow (Q) (m3/s) 8.74 10.12891 8.16 4.69 4.58 2.13 2.11 2.22 3.320476 1.93 2.65 4.918265
Q observasi 8.74 10.70 8.16 4.69 4.58 2.13 2.11 2.22 2.19 1.93 2.65 4.07
Error (%) 4.24E-07 5.638194 6.4E-07 1.34E-07 1.01E-06 9.73E-07 1.68E-10 2.76E-06 34.0456 6.89E-11 1.6E-06 17.24723

Gambar 4. 7 Grafik Debit Hasil Kalibrasi

MEDINA WINANDYANI 15013098 18


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Dapat dilihat bahwa masih terdapat perbedaan (error) antara debit hasil kalibrasi
dengan debit observasi. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan waktu pengukuran
debit, yakni debit perhitungan yang diamati adalah 1978-1987 sedangkan debit
observasi yang diamati yaitu pada tahun 1994. Berdasarkan hal tersebut, sangat
memungkinkan adanya perbedaan keadaan iklim dan curah hujan di DAS Sungai
Ciasem sehingga menimbulkan perbedaan debit yang didapat.

Selanjutnya, lakukan kalibrasi untuk bulan-bulan lainnya di tahun 1987 sehingga akan
didapat nilai r, exposed surface, if, K, dan PF untuk setiap bulannya. Setelah mendapat
nilai variabel perbulan, lakukan kalibrasi untuk data debit 9 tahun lainnya dengan data
curah hujan terkalibrasi dan jumlah hari hujan masing-masing tahun.

Kemudian, untuk menentukan debit sintetis 10 tahunan, kita dapat membuat grafik
antara debit dengan bulan ke berapa dalam 10 tahun tersebut dengan menggunakan
scatter diagram.

Debit 10 Tahunan
14
12
10
Debit (m3/s)

8
6
4
2
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Bulan ke-

Gambar 4. 8 Bangkitan Debit SIntetis dengan Metode F.J. Mock

MEDINA WINANDYANI 15013098 19


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Untuk mendapat debit andalan, kita harus mengumpulkan data debit 10 tahunan menjadi
satu (terdapat 120 data). Setelah itu, urutkan debit tersebut dari nilai terbesar ke nilai
terkecil. Kemudian, tentukan probabilitas kejadian masing-masing debit dengan
menggunakan Metode Weibull.


P= +1

di mana: m = urutan data dan n = jumlah data

Contoh perhitungan probabilitas untuk debit tertinggi:

1
P= 120+1 = 0.008264

Tabel 4. 13 Perhitungan Debit Andalan dengan Metode Weibull

No Q (m3/s) P No Q (m3/s) P No Q (m3/s) P No Q (m3/s) P


1 12,23639 0,008264 31 4,540654 0,256198 61 2,99032 0,504132 91 1,237359 0,752066
2 12,0949 0,016529 32 4,512869 0,264463 62 2,702389 0,512397 92 1,206043 0,760331
3 11,52061 0,024793 33 4,489063 0,272727 63 2,540047 0,520661 93 1,145476 0,768595
4 11,06343 0,033058 34 4,447184 0,280992 64 2,535956 0,528926 94 1,125117 0,77686
5 10,61163 0,041322 35 4,37459 0,289256 65 2,383474 0,53719 95 1,031809 0,785124
6 9,812969 0,049587 36 4,282178 0,297521 66 2,374408 0,545455 96 1,007011 0,793388
7 9,054521 0,057851 37 4,220804 0,305785 67 2,345316 0,553719 97 0,960971 0,801653
8 8,709091 0,066116 38 4,131385 0,31405 68 2,329691 0,561983 98 0,933505 0,809917
9 8,049174 0,07438 39 4,068497 0,322314 69 2,11447 0,570248 99 0,871 0,818182
10 8,023227 0,082645 40 4,066235 0,330579 70 2,081417 0,578512 100 0,844068 0,826446
11 7,944987 0,090909 41 4,032749 0,338843 71 2,071303 0,586777 101 0,818387 0,834711
12 7,749287 0,099174 42 4,004794 0,347107 72 2,063956 0,595041 102 0,777121 0,842975
13 7,294758 0,107438 43 3,87864 0,355372 73 2,032441 0,603306 103 0,730861 0,85124
14 7,13627 0,115702 44 3,878558 0,363636 74 2,010614 0,61157 104 0,724533 0,859504
15 6,75297 0,123967 45 3,808128 0,371901 75 1,972913 0,619835 105 0,718156 0,867769
16 6,470029 0,132231 46 3,695908 0,380165 76 1,95902 0,628099 106 0,683896 0,876033
17 6,273424 0,140496 47 3,64933 0,38843 77 1,916109 0,636364 107 0,616956 0,884298
18 6,253189 0,14876 48 3,60397 0,396694 78 1,89471 0,644628 108 0,58386 0,892562
19 6,222697 0,157025 49 3,527127 0,404959 79 1,893508 0,652893 109 0,577794 0,900826
20 6,065714 0,165289 50 3,512142 0,413223 80 1,859638 0,661157 110 0,53393 0,909091
21 6,064632 0,173554 51 3,497414 0,421488 81 1,737064 0,669421 111 0,533096 0,917355
22 5,697305 0,181818 52 3,358596 0,429752 82 1,707515 0,677686 112 0,529547 0,92562
23 5,554141 0,190083 53 3,341641 0,438017 83 1,702366 0,68595 113 0,504026 0,933884
24 5,526147 0,198347 54 3,316277 0,446281 84 1,686733 0,694215 114 0,481195 0,942149
25 5,261307 0,206612 55 3,279373 0,454545 85 1,477223 0,702479 115 0,449217 0,950413
26 5,175523 0,214876 56 3,269452 0,46281 86 1,428827 0,710744 116 0,445443 0,958678
27 4,881247 0,22314 57 3,143297 0,471074 87 1,428215 0,719008 117 0,353001 0,966942
28 4,746246 0,231405 58 3,091226 0,479339 88 1,414556 0,727273 118 0,306509 0,975207
29 4,736768 0,239669 59 3,088046 0,487603 89 1,295631 0,735537 119 0,212449 0,983471
30 4,623648 0,247934 60 3,072102 0,495868 90 1,292097 0,743802 120 0,184283 0,991736

MEDINA WINANDYANI 15013098 20


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Setelah dihitung semua probabilitasnya, kita dapat membuat kurva probabilitas debit
rendah seperti berikut:

Probabilitas Debit Rendah


14
12
Debit Sintetis (m3/s)

10
8
6
4
2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Probabilitas Kejadian

Gambar 4. 9 Probabilitas Debit Rendah, Debit Sintetis Vs Probabilitasnya

Dari data dan grafik tersebut, kita dapat menghitung debit Q75, Q80, dan Q90
menggunakan cara interpolasi.
Tabel 4. 14 Debit Andalan Hasil Metode F.J. Mock

P Q andalan (m3/s)
0,7 1,54
0,8 0,97
0,9 0,58
0,95 0,45

MEDINA WINANDYANI 15013098 21


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

4.2 Perhitungan Kebutuhan Air


4.2.1 PLTA
Debit yang dibutuhkan PLTA bergantung pada besarnya daya listrik yang dibutuhkan
rumah penduduk dan industri. Daya listrik dapat ditentukan dari jumlah rumah dan daya
yang dikonsumsi per rumah dan industri. Berikut adalah data jumlah rumah untuk
Kabupaten Subang tahun 2013:
Tabel 4. 15 Jumlah Rumah dan Penduduk Kabupaten Subang Akhir Tahun 2013

Dari Tabel 4.15, di Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang terdapat 9529 rumah.
Dengan asumsi daya per rumah dan industri seperti pada Tabel 4.16, diperoleh
kebutuhan daya listrik untuk Kecamatan Ciasem sebagai berikut:
Tabel 4. 16 Kebutuhan Daya Listrik Total

MEDINA WINANDYANI 15013098 22


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Setelah mendapat besar daya yang dibutuhkan, kita dapat menghitung debit yang
dibutuhkan untuk memenuhi permintaan daya tersebut. Hubungan daya dan debit
secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

- P = Daya (watt)
- = Efisiensi
- = Massa jenis air (kg/m3) = 1000 kg/m3
- g = 9,81 m/s2
- Head = didapat dari beda tinggi intake dengan turbin (google earth pro)
- Q = Debit (m3/s)

Berikut adalah penentuan head dengan google earth pro:

1. Tentukan lokasi waduk

Gambar 4. 10 Perkiraan Lokasi Waduk

Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang memiliki topografi cekungan, untuk
menjamin keberadaan dead storage saat waduk beroperasi. Gambar 4.10
menunjukkan perkiraan lokasi waduk yang dipilih oleh penulis.

MEDINA WINANDYANI 15013098 23


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

2. Tentukan lokasi turbin

Berikut adalah skema penempatan turbin, generator, dan sebagainya menurut


Penstock:

Gambar 4. 11 Skema Turbin PLTA


Dengan menggunakan aplikasi Google Earth Pro, didapat topografi menuju
lokasi turbin yang dipilih penulis sebagai berikut:

Gambar 4. 12 Topografi yang Dipilih untuk Turbin

MEDINA WINANDYANI 15013098 24


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

3. Tentukan Head

Dari Gambar 4.12, diperoleh elevasi intake 331 meter dan elevasi turbin 316
meter, sehingga:,

Head = Elevasi intake Elevasi turbin

Head = 393 283 = 110 meter

Setelah mendapat nilai head, kita dapat menghitung debit yang dibutuhkan untuk
PLTA, yakni:

8,6 106
=
0,85 1000 9,81 110

Q = 9,35 m3/s

4.2.2 Air Minum


Besar kebutuhan air minum bergantung pada jumlah penduduk, kapasitas produksi
eksisting, dan dan kebutuhan ideal untuk suatu kota. Menurut data yang bersumber dari
Direktorat Jenderal Cipta Karya, kebutuhan air minum setiap hari adalah 150
lt/orang/hari.

Dari data tersebut, kita dapat menghitung kebutuhan air bersih untuk Kecamatan
Ciasem sesuai dengan jumlah penduduk yang telah disebutkan di subbab sebelumnya.
Berikut adalah hasil perhitungan kebutuhan air minum:

Kebutuhan air minum = 150 lt/orang/hari x 29.363 x (3600x24)-1

Kebutuhan air minum = 0,051 m3/s

Tabel 4. 17 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Kecamatan Sagalaherang


Standar Kebutuhan Air Minum
150
(lt/org/hari)
Jumlah Penduduk Daerah
29363
Tinjauan (orang)
Kebutuhan Total (lt/hari) 4404450
3
Kebutuhan Air (m /s) 0,0510

MEDINA WINANDYANI 15013098 25


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

4.2.3 Irigasi
Besar kebutuhan air untuk irigasi diambil dari hasil perhitungan Tugas Besar SI-3131
Irigasi dan Drainase, yakni DR sebesar 1,72 liter/detik/ha dengan luas sawah 1669,06
hektar, sehingga setelah dikonversi menjadi 2,87 m3/s.

4.3 Water Balance


Water balance menunjukkan keseimbangan antara inflow (ketersediaan air) yang diperoleh dari
bangkitan debit sintetis NRECA dan outflow (kebutuhan air) yang diperoleh dari hasil
perhitungan penulis. Berikut adalah tabel untuk menentukan debit andalan 80% (Q80):

Tabel 4. 18 Penentuan Debit Andalan 80%

Selanjutnya, hitung debit andalan 80% untuk masing-masing bulan. Dengan bantuan forecast
pada MS. Excel, diperoleh debit andalan 80% per bulan sebagai berikut:
Tabel 4. 19 Kebutuhan dan Ketersediaan Air Ciasem-Curug Agung

MEDINA WINANDYANI 15013098 26


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Setelah itu, plot grafik kebutuhan dan ketersediaan air untuk mengetahui tingkat keseimbangan
ketersediaan dan kebutuhan air, sebagai berikut:

Gambar 4. 13 Water Balance DAS Ciasem-Curug Agung dan Daerah Layannya

Dari Gambar 4.13, dapat dilihat bahwa kebutuhan air selalu lebih besar daripada ketersediaan
air, sehingga diperlukan optimasi waduk untuk meningkatkan water balance. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan di antaranya adalah mempersempit daerah layan, misal dari satu
kecamatan menjadi hanya beberapa desa (daerah layan tidak 100% kecamatan), mengatur
waktu pengaliran sehingga tidak terjadi konflik kepentingan, dan lain-lain yang akan dibahas
pada Bab VI.

4.4 Kebutuhan Prasarana Bangunan Air


4.4.1 Dead Storage
Dead storage adalah storage yang dipakai untuk menampung sedimen yang akan
terjadi pada kurun waktu rencana. Perhitungan dead storage dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan oleh
Wischmeir dan Smith (1978) sebagai berikut:

Keterangan:
A : laju erosi lahan (ton/ha/tahun)
K : koefisian erodibilitas tanah
R : nilai erosivitas hujan

MEDINA WINANDYANI 15013098 27


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Ls : faktor kemiringan lereng


C : faktor vegetasi
P : faktor pengolahan lahan

Gambar 4. 14 Ilustrasi Dead Storage

Setelah mengetahui besarnya laju erosi, maka volume dari dead storage dapat
ditentukan sebagai berikut:


(3 ) =

Koefisien Erodibilitas Tanah (K)

Erodibilitas tanah adalah nilai kepekaan hancurnya tanah pada proses erosi. Perkiraan
nilai K berdasarkan parameter-parameter kohesi, struktur, kandungan bahan organik,
dan permeabilitas tanah. Untuk melakukan analisa lebih lanjut, perlu dilakukan
pengambilan undisturbed sample tanah untuk pemeriksaan di laboratorium mencakup
parameter-parameter berikut ini:
Persentase pasir
Kadar bahan organik
Struktur tanah
Permeabilitas

MEDINA WINANDYANI 15013098 28


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Oleh Weschmeier struktur tanah dibagi ke dalam 4 kelas dan permeabilitas dalam 6
klasifikasi sebagai berikut:
Halus (very granular) tanah berbutir sangat halus.
Agak halus (fine granular) tanah berbutir halus.
Sedang (coarse granular) tanah berbutir kasar.
Kasar (blcky massive) tanah kasar berbentuk blok dan massive.
Data nilai K rata-rata dari beberapa jenis klasifikasi tanah di Indonesia dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. 20 Koefisien Erodibilitas Tanah

Jenis Klasifikasi Tanah


Nilai K Rata-rata (metrik)
Indonesia Amerika Serikat
Latosol Merah Humox 0,12
Latosol Merah Kuning Typic Haplorthox 0,26
Latosol Cokelat Typic Tropodult 0,23
Latosol Epiaquic Tropodult 0,31
Regosol Oxic Dystropept 0.12 - 0.16
Regosol Typic Entropept 0,29
Regosol Typic Dystropept 0,31
Gley Humic TypicTropoquept 0,13
Gley Humic Aquic Entropept 0,26
Gley Humic Tropaquept 0,2
Lithosol Litic Eutropept 0,16
Lithosol Orthen 0,29
Grumosol Chromudert 0,21
Hydromorf Abu-abu Tropofluent 0,2
Erosivitas Hujan (R)

Nilai erosivitas hujan sebanding dengan besar energi kinetik curah hujan (E), yang
didefinisikan sebagai besarnya intensitas hujan maksimum yang terjadi dalam selang
waktu 30 menit (I30), menggunakan data curah hujan regional rata-rata setiap bulannya
selama 10 tahun (1978-1987). Nilai erosivitas hujan didefinisikan sebagai besarnya
nilai EI30 yang dirumuskan sebagai berikut:

12

= (2,21 1.36 )
=1

Keterangan:
Ri : curah hujan bulan (cm)

R : nilai erosivitas hujan

Faktor Kemiringan Lereng (Ls)


Faktor kemiringan lahan dirumuskan sebagai berikut:

MEDINA WINANDYANI 15013098 29


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

1
= ( ) 34.71 ( )1.5 ( ( )5/4 + ( )9/4 )
22 2

Keterangan:
L : Panjang lahan (m)
S : Kemiringan lahan (%)
m : Faktor kemiringan lahan
= 0.50 untuk lereng dengan kemiringan lebih dari 5.0%
= 0.40 untuk lereng dengan kemiringan 3.5% sampai dengan 4.9%
= 0.30 untuk lereng dengan kemiringan kurang dari 3.5%

Faktor Vegetasi dan Pengolahan Lahan (CP)


Faktor pengolahan lahan ditentukan oleh dua unsur, yaitu faktor vegetasi penutup lahan
(C) dan faktor pengolahan lahan (P). Nilai C merupakan perbandingan antara
kehilangan tanah lahan yang tertutup suatu jenis vegetasi dengan kehilangan tanah pada
lahan kosong, sedangkan nilai P merupakan perbandingan antara kehilangan tanah pada
lahan yang diadakan konservasi dan tidak. Untuk faktor pengolahan di sekitar daerah
catchment area Waduk Ciasem, digunakan langsung nilai CP yang tersedia. Data nilai
faktor vegetasi dan pengolahan lahan (CP) dari beberapa jenis klasifikasi tanaman di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

MEDINA WINANDYANI 15013098 30


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Tabel 4. 21 Faktor Vegetasi dan Pengolahan Lahan (CP)

Konservasi dan Pengelolaan Tanaman Nilai CP


Hutan
Tak Terganggu 0,01
Tanpa Tumbuhan Bawah, dengan Seresah 0,05
Tanpa Tumbuhan Bawah, tanpa Seresah 0,5
Semak
Tak Terganggu 0,01
Sebagian Berumput 0,1
Kebun
kebun-Talun 0,02
kebun-Pekarangan 0,2
Perkebunan
Penutupan Tanah Sempurna 0,01
Penutupan Tanah Sebagian 0,07
Perumputan
Penutupan Tanah Sempurna 0,01
Penutupan Tanah Sebagian, ditumbuhi Alang-alang 0,02
Alang-alang; Pembakaran Sekali Setahun 0,06
Serai Wangi 0,65
Tanaman Pertanian
Umbi-umbian 0,51
Biji-bijian 0,51
Kacang-kacangan 0,36
Campuran 0,43
Padi Irigasi 0,02
Perladangan
1 Tahun Tanam-1 Tahun Bero 0,28
1 Tahun Tanam-2 Tahun Bero 0,19
Pertanian dengan Konservasi
Mulsa 0,14
Teras Bangku 0,04
Contour Copping 0,14

Perhitungan Dead Storage

Setelah harga K, R, LS, dan P diperoleh, maka nilai A bisa ditentukan dan besarnya
dead storage dapat dihitung:


(3 ) =

Keterangan:
A : Laju erosi (ton/m2/tahun)
: Berat jenis lumpur = 2,546 ton/m3

Perhitungan dead storage untuk Waduk Ciasem-Curug Agung adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Koefisien Erodibilitas Tanah (K)


Berdasarkan keterangan yang diperoleh, jenis tanah di sekitar daerah catchment
area bendung berjenis lempung (clay) yang tersebar di hampir seluruh daerah

MEDINA WINANDYANI 15013098 31


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Indonesia dan digunakan untuk pertanian. Maka nilai K yang digunakan adalah
sebesar 0.3.

2. Menentukan Nilai Erosivitas Hujan (R)


Besarnya curah hujan diperoleh dari data curah hujan regional rata-rata setiap
bulannya selama 10 tahun (19781987), lalu dihitung menggunakan rumus:

12

= (2,21 1.36 )
=1

Diperoleh nilai erosivitas hujan (R) sebesar 712,51 ton/ha/tahun.

3. Menentukan Faktor Kemiringan Lereng (Ls)

Panjang kemiringan lereng (L) adalah 15.430 meter (dari data WMS). Kemiringan
adalah 1,75% (data WMS). Besarnya nilai Ls dihitung menggunakan rumus:

L m 1 5 9
Ls = ( ) 34.71 (cos )1.5 ( (sin )4 + (sin )4 )
22 2

Diperoleh faktor kemiringan lereng (Ls) sebesar 4,34.


4. Menentukan Faktor Vegetasi dan Pengolahan Lahan (CP)
Nilai C diasumsikan 0.3, sesuai dengan jenis vegetasi di dalam Daerah DAS
Ciasem-Curug Agung

5. Menentukan Laju Erosi Lahan (A)


=
= 0,3 712,51 4,34 0,3 0,75
= 208,58

6. Menentukan Volume Dead Storage
Besarnya volume dead storage dihitung menggunakan rumus:


(3 ) =

MEDINA WINANDYANI 15013098 32


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Dengan berat jenis tanah sedimentasi ( ) sebesar 2,546 kN/m3 dan umur
layan waduk diasumsikan selama 50 tahun, maka besar endapan sedimentasi di
Waduk Ciasem-Curug Agung dapat dihitung sebagai berikut:

208,58 94,35 50
(3 ) = = 38,65x106 3
2,546 (10)4

Diperoleh volume dead storage sebesar ,

4.4.2 Life Storage

Gambar 4. 15 Ilustrasi Life Storage

Life storage adalah storage yang dimanfaatkan untuk menampung air selama masa
layan waduk. Langkah-langkah dalam menentukan volume dari life storage adalah
sebagai berikut.

1. Tentukan data yang diperlukan, seperti luas DAS, luas waduk, dan koefisien
pengaliran (C)
Tabel 4. 22 Parameter dalam Perhitungan Life Storage

Data
Luas DPS 94,35 x 10^6 m2
Luas Waduk 3,35 x 10^6 m2 Luas Genangan pada Google PRO
Koef. Runoff (C) 0,85

MEDINA WINANDYANI 15013098 33


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

2. Tentukan curah hujan bulanan. Curah hujan bulanan yang digunakan dalam
perhitungan ini adalah curah hujan bulanan selama 10 tahun untuk DAS Ciasem-
Curug Agung (1978-1987).
3. Hitung debit DPS. Debit DPS yang digunakan adalah debit hasil perhitungan
metode F.J.Mock pada subbab 4.1.3.
4. Hitung debit waduk. Debit waduk dihitung dengan metode rasional, yakni:

Q = C. I . A

3.6
dimana :
Q = Debit Puncak banjir (m3/dt)
C = Koefisien Limpasan ( 0 < C < 1 )
koefisien pengaliran yang tergantung pada tata guna lahan, kondisi tanah,
kemiringan dan vegetasi penutup lahan
I = Intensitas hujan maksimum dengan lama hujan sama dengan waktu
konsentrasi (mm / jam)
A = Luas DAS (km2)
5. Hitung debit total. Debit total adalah hasil penjumlahan debit DPS dengan debit
waduk.
6. Hitung debit total kumulatif.
7. Hitung debit kebutuhan rerata. Kebutuhan rerata didapat dari rata-rata debit total.
8. Hitung debit kebutuhan rerata kumulatif.
9. Hitung selisih debit tersedia kumulatif dengan kebutuhan rerata kumulatif.
10. Plot grafik Debit vs Bulan.
11. Hitung life storage, yakni nilai selisih maksimum dikurang nilai selisih minimum.

Tabel perhitungan life storage terdapat pada Lampiran.

Dari perhitungan, diperoleh life storage untuk Waduk Ciasem-Curug Agung sebesar
117,43 x 106 m3.

Berikut adalah grafik hubungan antara kebutuhan dan ketersediaan air yang diperoleh
untuk penentuan life storage:

MEDINA WINANDYANI 15013098 34


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 4. 16 Hubungan Kebutuhan dan Ketersediaan Air

Dari Gambar 4.16, dapat dilihat terjadi kekurangan air pada beberapa bulan. Strategi
yang dapat dilaksanakan sama dengan strategi yang diambil pada subbab 4.3.

4.4.3 Umur Guna Waduk


Usia guna waduk adalah masa manfaat waduk dalam menjalankan fungsinya, sampai
terisi penuh oleh sedimen kapasitas tampungan matinya. Metode yang digunakan
penulis untuk memprediksikan usia guna waduk yakni berdasarkan kapasitas
tampungan mati (dead storage). Perhitungan ini berdasarkan pada berapa waktu yang
dibutuhkan oleh sedimen untuk mengisi kapasitas tampungan mati. Dengan diketahui
besarnya kapasitas tampungan mati dan besarnya kecepatan laju sedimen yang
mengendap, maka akan diketahui waktu yang dibutuhkan sedimen untuk mengisi pada
daerah tampungan mati. Semakin bertambah umur maka semakin berkurang kapasitas
tampungan matinya, yang kemudian akan mengganggu pelaksanaan operasional
waduk. Sehingga hal ini merupakan acuan untuk memprediksikan kapan kapasitas
tampungan mati tersebut akan penuh. Berdasarkan hasil perhitungan pada subbab 4.4.1,
didapat umur guna waduk selama 50 tahun.

MEDINA WINANDYANI 15013098 35


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

BAB V

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR

5.1 Alternatif Tata Letak Bangunan Air


Berdasarkan PP No. 22 tahun 1982, prioritas penggunaan air adalah air minum di atas segala
kepentingan penggunaan lainnya. Berikut adalah isi PP No. 22 tahun 1982:

Gambar 5. 1 PP No. 22 tahun 1982 tentang Prioritas Penggunaan Air/Sumber Air

Adapun menurut Urutan prioritas pemanfaatan air menurut UU No. 11 Tahun 1974 tentang
pengairan adalah sebagai berikut:

1. Air Minum (kebutuhan air rumah tangga dan perkotaan).

2. Pertanian (Pertanian rakyat dan usaha pertanian lainnya).

3. Peternakan.

4. Perkebunan.

5. Perikanan.

6. Ketenagaan.

7. Industri.

8. Pertambangan.

9. Lalulintas air (navigasi).

MEDINA WINANDYANI 15013098 36


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

10. Rekreasi.

Oleh karena itu, penulis menjadikan aturan tersebut sebagai pedoman dalam penyusunan
alternatif tata letak bangunan air. Pertama, berdasarkan kebutuhan topografi, penulis
menempatkan PLTA sebagai intake pertama karena membutuhkan head yang besar.
Selanjutnya, berdasarkan aturan dan tata guna lahan, penulis menempatkan Air Minum sebagai
intake kedua dan ketiga. Kemudian, di batas daerah layan (Desa Curug Agung), penulis
menempatkan intake untuk irigasi berdasarkan topografi dan tata guna lahan yang mayoritas
adalah persawahan.

Berikut adalah skema alternatif tata letak bangunan air dari Waduk Ciasem-Curug Agung yang
penulis susun:

Gambar 5. 2 Alternatif Tata Letak Bangunan Air Waduk Ciasem-Curug Agung

MEDINA WINANDYANI 15013098 37


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 5. 3 Skema Tata Letak Bangunan Air Waduk Ciasem-Curug Agung

Adapun perhitungan debit yang digunakan masing-masing intake akan dihitung pada subbab
5.2.

MEDINA WINANDYANI 15013098 38


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

5.2 Operasi Waduk


Operasi waduk mencerminkan hubungan ketersediaan debit dengan kebutuhan debit yang
direncanakan. Hasil yang diperoleh dapat menunjukkan debit berlebih (melimpas) atau kurang.
Berikut adalah contoh perhitungan operasi waduk untuk bulan November:

Kolom : No urut
=1

Kolom 1 : Nama bulan


= November

Kolom 2 : Data curah hujan (I)


= 306,99 mm/hari

Kolom 3 : Debit, inflow dari DPS


= didapat dari hasil pengolahan Metode NRECA

= 20,90 x 106 m3/bulan

Kolom 4 : Debit inflow dari area waduk


= I . Awaduk

= 306,99 x 3,35 x 10-3

= 1,03 x 106 m3/bulan

Kolom 5 : Kebutuhan air minum


= Keb. Air Minum . Jumlah Penduduk

= (150 lt/org/hari) x (29.363 orang) x 30 hari x 10-9

= 0,13 x 106 m3/bulan

Kolom 6 : Kebutuhan air irigasi


= Keb. Irigasi . Luas Sawah

= 1.72 l/s/Ha x 1669,06 Ha x 60 x 60 x 24 x 30 x 10-9

= 7,44 x 106 m3/bulan

MEDINA WINANDYANI 15013098 39


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Kolom 7 : Kebutuhan perikanan


=0

Kolom 9 : Daya PLTA yang dibutuhkan [watt]


= 8,6 x 106 watt

Kolom 20 : Luas permukaan waduk


= a . Vrb

= 2,15 [kol . 17]0,4523

=2,15 [ +
2
0.4523
]

= 21, 206 x 104 m2

Kolom 21 : Head
= (C . Vrd)+ e

= 0,9605 [kol . 17]0,5546 + 0,6214

= 0,9605 [ . +.
2
0.5546
] + 0,6214

= 16,43 m

Kolom 8 : Evaporasi yang terjadi


= Evaporasi x Luas permukaan air waduk

= (4,43 mm/hari) . (21,206 x 104) . 10-5

= 0,03 x 106 m3/bulan

Kolom 12 : Debit turbin [m3/bulan]



=

8,6 60602430
= 0,85 10009,8148,44

= 158,515 x 106 m3/bulan

Kolom 13 : Outflow rencana [m3/bulan]


= Kol (5) + kol (6) + kol (7) + kol (8) + kol (9) + kol (10) + kol (12)

MEDINA WINANDYANI 15013098 40


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

= 0,13 + 7,44 + 0 + 0,03 + 0 + 0 +158,515

= 166,12 x 106 m3/bulan

Kolom 15 :
= Ketersediaan air kebutuhan rencana

= kol (3) + kol (4) kol (13)

= 20,9 + 1,03 166,12

= -144,19 x 106 m3/bulan

Kolom 16 : Tampungan awal bulan total


= Tampungan awal bulan sebelumnya +

= 156,076 + (-144,19)

= 11,89 x 106 m3/bulan

Kolom 17 : Tampungan awal bulan yang terjadi


Diketahui data volume minimum 39 x 106 m3 & volume maksimum 156 x 106 m3,
maka:

- Jika kol 16 < 39 x 106 m3 kol 17 = 39 x 106 m3


- Jika kol 16 > 156 x 106 kol 17 = 156 x 106 m3
- Jika 39 x 106 < kol 16 < 156 x 106 kol 17 = kol 16

Karena Kolom 16 < volume minimum, maka untuk bulan November 39 x 106 m3.

Kolom 18 : Limpasan [m3/bulan]


- Jika kol 16 > Vol. maks waduk kol 18 = kol 16 - Vol. maks waduk
- Jika kol 16 < Vol. maks waduk kol 18 = 0
Karena kolom 16 = 11,89 x 106 m3 < 156 x 106 m3, maka kolom 18 = 0.

Kolom 19 : Kekurangan air [m3/bl]


- Jika kol 16 < Vol. min waduk kol 19 = Vol. min waduk - kol 16
- Jika kol 16 > Vol. min waduk kol 19 = 0
Karena kolom 16 = 11,89 x 106 m3 < 39 x 106 m3, maka kolom 19 = -26,8 x 106 m3

MEDINA WINANDYANI 15013098 41


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Kolom 14 : Out flow aktual [m3/bl]


- Jika terjadi limpasan kol 14 = kol 13 + kol 18
- Jika kekurangan air kol 14 = kol 13 - kol 19
- Jika pas kol 14 = kol 13
Karena kekurangan air dan limpasan= 0, maka kolom 14 = 192,88 x 106 m3

Berikut adalah tabel hasil perhitungan operasional waduk

MEDINA WINANDYANI 15013098 42


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Tabel 5. 1 Tabel Operasional Waduk Ciasem-Curug Agung

A = a*(Vr)b (Ha) a= 2,15 d= 0,5546


d
H = (c*(Vr) + e (m) b= 0,4532 e= 0,6214
P = **g*H*Q (watt) c= 0,9605 eff = 0,87
Vr = Volume waduk rata-rata bulan (dalam 106 m3)
Vr = (Vol waduk akhir bulan sebelumnya + vol waduk akhir bln yg dihitung) / 2 (dalam 106 m3)

MEDINA WINANDYANI 15013098 43


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

5.3 Optimasi Waduk


Dari subbab 5.2, dapat dilihat bahwa skenario operasi waduk yang dipilih penulis ternyata
menghasilkan kekurangan air setiap bulannya. Oleh karena itu, diperlukan perubahan skenario
operasi yakni berupa optimasi. Artinya, skenario dapat menghasilkan volume limpasan dan
volume air kurang sebesar nol (kebutuhan tercukupi dan ketersediaan air tidak berlebih).

Langkah optimasi yang diambil penulis adalah sebagai berikut:

1. Mengubah koefisien pemenuhan kebutuhan daya listrik, dari 100% menjadi 10% dari
kebutuhan perbulannya. Pada bulan Agustus, September, dan Oktober pemenuhan
kebutuhan daya listrik < 10% sesuai dengan debit hasil analisis.
2. Diambil asumsi tampungan air total dan terjadi sebesar volume maksimum waduk, agar
dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
3. Koefisien pemenuhan kebutuhan air minum dan irigasi diambil 100%, sesuai dengan
aturan pemerintah yang terdapat pada subbab 5.1.

Setelah itu, langkah-langkah tersebut disimulasikan kembali menggunakan tabel operasi


waduk. Dari hasil optimasi, didapat volume limpasan dan air kurang sebesar 0, sehingga waduk
yang dirancang sudah optimal. Berikut adalah tabel operasi waduk hasil optimasi:

MEDINA WINANDYANI 15013098 44


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Tabel 5. 2 Tabel Operasi Waduk Hasil Optimasi

Kebutuhan Irigasi = L/s/Ha 1,72 Luas DPS (106) m2 94,4 Volume Min Waduk = 104 m3 39
6 2 4 3
Kebutuhan Air Minum = L/day/orang 150 Luas Area Waduk x10 m 3,35 Volume Maks Waduk = 10 m 156
Kebutuhan Sungai = m3/s 0 Luas Sawah = Ha 1669,06 Volume Waduk Awal Oktober = 104 m3 156
Kebutuhan Industri = L/s/Ha 0,00 Luas Perikanan = Ha 0 Volume Waduk Akhir Oktober= 104 m3 156
Kebutuhan ikan = L/s/Ha 0,00 Luas Industri = Ha 0 Koefisien Run-Off (C) = 0,85
Evaporasi dan losses = mm/day 4,43 Jumlah Penduduk = orang 29363 30 hari

MEDINA WINANDYANI 15013098 45


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

5.4 Routing Reservoir


Tujuan routing reservoir diantaranya:

- mengetahui perubahan hidrograf setelah melalui tampungan/reservoir.


- merencanakan elevasi dan kapasitas pelimpah
- mengetahui luas genangan maksimum sewaktu banjir.

Tabel 5. 3 Tabel Parameter Routing Reservoir

Contoh perhitungan untuk elevasi 52 m:

- Elevasi
52 meter
- Head
6m
- Volume Storage
VS = A x H = 1000000 x 6 = 6000000 m3
- Head Bendung
1 meter
- Q Bendung
Q = 3.3 L H1/3 = 3.3x 3 x 11/3 = 9.9 m3/s
- 2S/t + O
= (2x6000000)/(2x3600) + 9.9 = 1676.5667 m3/s

MEDINA WINANDYANI 15013098 46


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Tabel 5. 4 Tabel Hasil Perhitungan Routing Reservoir

Gambar 5. 5 Volume Storage vs Elevasi

Gambar 5. 4 Elevasi vs Q Bendung

MEDINA WINANDYANI 15013098 47


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Contoh perhitungan debit outflow untuk t = 2 jam:

1. Inflow (didapat dari outflow routing saluran untuk t = 2 jam)


= 3.408 m3/s
2. 2S/t O
= 2 x 1021120.587/ (2x3600) - 0.18907396 = 189.059 m3/s
3. 2S/t + O
= I1+I2+ (2S/t O)1 =3.408 m3/s
4. Outflow
= 0.006*189.059 +0.017 = 0.0374m3/s
5. Volume Storage
= 106 x 51.021 5 x 107 = 1021120.587 m3
6. Elevasi

Tabel 5. 5 Tabel Hasil Perhitungan Debit Outflow Routing Reservoir

Setelah mendapat debit inflow dan outflow, kita dapat mencari tinggi waduk berdasarkan

hubungan matematis berikut:

2
Qmax outflow = 3 2 3/2

dengan Cd = 0,745, lebar spillway = 3 meter, g = 9,81 m/s2, dan Qmax outflow = 33,57 m3/s,

didapat:

H waduk = 22 meter

MEDINA WINANDYANI 15013098 48


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

BAB VI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas,
sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Menurut Husnan
Suswarsono (2000) analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara
biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur
bisnis.

Analisis finansial mengkaji beberapa analisis kelayakan yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio,
Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP), Laba rugi
dan Analisis Sensitivitas. Adapun analisis finansial yang diterapkan dalam tugas besar ini,
adalah Benefit Cost Ratio, Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR).

6.1 Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat netto
tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara nilai
sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger, 1986).

Kriteria penilaian untuk Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut:

- Jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan.
- Jika NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan.
- Jika NPV = 0, maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung.

Berikut adalah langkah perhitungan NPV:

1. Tentukan Arus Kas


Pada subbab 4.2, telah disebutkan bahwa kebutuhan air pada daerah layan Waduk
Ciasem-Curug Agung meliputi PLTA, kebutuhan air minum, dan irigasi. Berdasarkan
data literatur, berikut adalah data biaya yang harus dikeluarkan dan biaya yang diterima
pada pembangunan waduk untuk memenuhi kebutuhan tersebut:
Tabel 6. 1 Biaya Investasi Awal

MEDINA WINANDYANI 15013098 49


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Tabel 6. 3 Biaya Operasi dan Pemeliharaan Waduk

Tabel 6. 4 Pendapatan dari Air Baku

Tabel 6. 2 Pendapatan dari Irigasi

Berikut adalah rekapitulasi perhitungan pendapatan dan pengeluaran di atas:


Tabel 6. 5 Rekapitulasi Cashflow

MEDINA WINANDYANI 15013098 50


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Selanjutnya, dengan umur rencana selama 50 tahun dan waktu konstruksi selama 3
tahun (tahun awal konstruksi = tahun 2017), didapat cashflow sebagai berikut:
Tabel 6. 6 Pemasukan dan Pengeluaran Pembangunan Waduk Ciasem-Curug Agung

Berikut adalah contoh perhitungan cashflow pada Tabel 6.6:


1. Investasi awal
Nilai Investasi PLTA dan Air Minum = $3.000.000 x Daya yang Dihasilkan
Bila nilai $1 adalah Rp 13.500, maka nilai investasi dapat dilihat sebagai berikut:
Nilai Investasi PLTA dan Air Minum = Rp 40.500.000.000 x 1
Nilai Investasi PLTA dan Air Minum = Rp 40.500.000.000
2. Pemasukan dari penjualan air untuk daya listrik
Harga jual listrik = Rp 1.075 x
Harga jual listrik = Rp 1.075 x (dalam kWh)
Harga jual listrik = Rp 1.075 x 10.800 kWh
Harga jual listrik = Rp 11.610.000/tahun
3. Pemasukan dari penjualan air untuk air baku
Harga air baku = Rp 2.000 x volume air minum yang dibutuhkan
3
Harga air baku = Rp 2.000 x 1,59 x 106

Harga air minum = Rp 3.171.204.000/tahun

MEDINA WINANDYANI 15013098 51


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

4. Pemasukan dari irigasi, yakni hasil panen


Sebelum ada proyek waduk, pola tanam daerah layan Waduk Ciasem-Curug Agung
adalah Padi-Padi-Palawija dengan intensitas tanam seperti pada Tabel 6.2 (data
berdasarkan data statistik Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang).
Setelah ada proyek waduk, intensitas tanam meningkat karena daerah pengaliran dan
cadangan air lebih banyak sehingga pendapatan dari hasil panen meningkat. Dari Tabel
6.2, didapat keuntungan sebesar Rp 10.914.667.000 pertahun.

Dari perhitungan tersebut, kita dapat menyusun cashflow untuk Pembangunan Waduk
Ciasem Curug Agung seperti berikut:

Gambar 6. 1 Cashflow Pembangunan Waduk Ciasem-Curug Agung

2. Hitung Net Present Value

Net Present Value dihitung dengan cara menjumlahkan nilai sekarang dari kas yang
ada. Dengan i = 12% dan umur rencana 50 tahun, didapat (P/A, i, n) sebesar 8,3, dan
(P/F,i,n) untuk 2 tahun sebesar 0,797 (Tarquin, 2010). Dengan data tersebut dan data
arus kas seperti di Gambar 6.1, diperoleh NPV sebagai berikut:

NPV = Investasi Awal + Annual Income (P/A, i, n) (P/F, i, n)

NPV = - Rp 40.050.000.000 + Rp 12.982.481.000 (8,3) (0,797)

NPV = Rp 45.447.859.000

Dengan demikian, didapat NPV sebesar Rp 45.447.859.000. Oleh sebab nilai tersebut positif
(lebih besar dari 0, artinya memberi keuntungan), Pembangunan Waduk Ciasem-Curug Agung
layak secara finansial untuk dilaksanakan.

MEDINA WINANDYANI 15013098 52


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

6.2 Benefit Cost Ratio (BCR)

Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value dari net benefit
yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C
ratio > 1, proyek tersebut layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran sebanyak Rp.
1 akan menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1, proyek tersebut tidak layak
untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih
kecil dari pengeluaran. Berikut adalah perhitungan BCR untuk Pembangunan Waduk Ciasem-
Curug Agung:

Pendapatan
BCR =
+ &

93.329.487.926
BCR =
40.500.000.000+ 7.381.629.316

BCR = 1,95

Dari perhitungan di atas, karena BCR yang didapat lebih besar dari 1, maka Pembangunan
Waduk Ciasem-Curug Agung layak untuk dilaksanakan.

6.3 Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh
bisnis untuk sumberdaya yang digunakan karena bisnis membutuhkan dana lagi untuk biaya-
biaya operasi dan investasi dan bisnis baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger,
1986).

Sedangkan menurut Umar (2005) Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mencari
tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang,
atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Apabila IRR sama dengan
tingkat discount maka usaha tidak dapat mendapatkan untung atau rugi, tetapi jika IRR <
tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak diusahakan, sedangkan apabila IRR >
tingkat discount rate maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.

Berikut adalah perhitungan untuk mencari nilai internal rate of return (IRR):

NPV = 0

MEDINA WINANDYANI 15013098 53


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

-Rp 40.500.000.000 + Rp 12.982.481.000 (P/A, i, 50) (P/F, i, 2) = 0

i = 22 %

Dari perhitungan di atas, diperoleh i = 13 % yang nilainya lebih besar dari MARR. Berdasarkan
penjelasan sebelumnya, bila i = 22% > MARR = 12%, artinya Pembangunan Waduk Ciasem-
Curug Agung layak secara finansial.

MEDINA WINANDYANI 15013098 54


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan yang dapat ditarik penulis dari pengerjaan Tugas Besar
Pengembangan Sumber Daya Air di DAS Ciasem-Curug Agung:

1. DAS Ciasem-Curug Agung adalah salah satu daerah aliran sungai di Provinsi Jawa Barat
dengan luas DAS sebesar 94.28 km2.
2. Peruntukkan tata guna lahan DAS Ciasem-Curug Agung adalah permukiman, pertanian,
dan perkebunan.
3. Waduk Ciasem-Curug Agung memiliki volume dead storage dan life storage, masing-
masing sebesar 39 x 106 m3 dan 156 x 106 m3.
4. Waduk Ciasem-Curug Agung direncanakan berfungsi sebagai sumber air untuk
memenuhi kebutuhan air minum sebesar 1.58 x 106 m3 per tahun, PLTA sebesar 10,8
MW per tahun, dan irigasi sebesar 89.29 x 106 m3 per tahun
5. Debit waduk mampu memenuhi 100% total kebutuhan air penduduk dan irigasi. Untuk
PLTA, nilainya bervariasi setiap bulannya dengan range 9-10% kebutuhan tiap bulan.
6. Dengan dead storage dan life storage yang dimiliki, dibutuhkan tinggi Waduk Ciasem-
Curug Agung sebesar 22 meter.
7. Dengan adanya waduk ini, pengelolaan dan pengendalian air sungai terhadap ancaman
banjir dan kekeringan di wilayah Sungai Ciasem-Curug Agung dapat teratasi.
8. Nilai investasi pembangunan Waduk Ciasem-Curug Agung adalah sebesar Rp.
40.500.000.000. Biaya operasi dan pemeliharaan Waduk Ciasem-Curug Agung adalah
Rp 1.115.000.000 pertahun selama 50 tahun.
9. Keuntungan yang dihasilkan dari pemanfaatan Waduk Ciasem-Curug Agung di bidang
pertanian yaitu sebesar Rp. 10.914.667.000 pertahun, pendapatan air baku (PDAM)
sebesar Rp. 3.171.204.000 pertahun, dan pendapatan PLTA sebesar Rp. 11.610.000 per
tahunnya.
10. Hasil analisis parameter-parameter kelayakan finansial mendapatkan NPV sebesar
Rp. 45.447.859.000, BCR sebesar 1,95 dan IRR sebesar 22%.
11. Hasil analisis kelayakan finansial pembangunan Waduk Ciasem-Curug Agung yang
dilakukan pada penelitian ini menunjukan layak untuk diteruskan pada semua alternatif
analisis yang dilakukan, karena pada tingkat suku bunga sebesar 12% menunjukan

MEDINA WINANDYANI 15013098 55


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

indikator kelayakan yaitu nilai NPV positif, BCR lebih dari 1, dan nilai IRR lebih besar
dari 12% (bunga pinjaman investasi).

6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik penulis dan hasil perhitungan, maka penulis
dapat memberikan beberapa saran terhadap pembangunan Waduk Ciasem-Curug Agung di
Kabupaten Subang, Jawa Barat, yaitu :

1. Merekomendasikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta pihak-pihak yang


terkait agar dapat merealisasikan rencana pembangunan Waduk Ciasem-Curug Agung
di Kecamatan Sagalaherang agar manfaatnnya dapat dirasakan masyarakat kecil demi
kesejahteraan yang merata, karena berdasarkan hasil analisa kelayakan investasi pada
tugas besar ini bahwa proyek/usaha pembangunan Waduk Ciasem-Curug Agung layak
dilaksanakan.
2. Analisis teknis dan finansial dalam proyek ini telah diperoleh sebagai alternatif
investasi dengan hasil estimasi aliran kas (cash inflow) berdasarkan asumsi data-data
historis maupun perkiraan masa mendatang. Namun dalam pengerjaan tugas besar ini
tidak memperhatikan resiko penyebaran nilai-nilai yang kemungkinan terjadi. Dengan
demikian, diharapkan selanjutnya perlu dilakukan analisa resiko yaitu untuk mengukur
besarnya resiko (ketidakpastian) di masa mendatang.

MEDINA WINANDYANI 15013098 56


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

BAB VIII

STUDI KASUS

8.1 Gerakan Pungut dan Manfaatkan Sampah (GPMS)


Gerakan pungut dan manfaatkan sampah adalah salah satu upaya konservasi air, yakni agar
sampah tidak menyumbat saluran air dan tidak mencemari aliran air. Gerakan ini juga
menghasilkan manfaat ekonomi dengan pemanfaatannya, seperti daur ulang. Dalam bab ini
akan dijelaskan GPMS dari beberapa negara maju seperti Singapura dan Jepang, dan kota
tinjauan, yakni Kota Bandung.

8.1.1 Jepang

Jepang memproduksi sekitar 52.360.000 ton sampah setiap tahun. Meskipun menjadi
nomor 3 dalam daftar, tingkat daur ulang di Jepang tinggi. Pada tahun 2006, tingkat
daur ulang adalah 95% untuk kaleng baja, 90% untuk botol kaca, 89% untuk
aluminium, 60% untuk kertas, dan 38% untuk kemasan kertas untuk cairan.

Di Jepang, setiap rumah jika hendak buang sampah wajib berlangganan ke perusahaan
pengelola sampah kota, jika sudah berlangganan maka rumah itu boleh meletakkan
sampah di tempat penampungan sampah. Sampah yang dibuang di Jepang harus
dikemas oleh kantong plastik khusus dari kota dan tidak sembarangan.

Bahkan untuk setiap kota pun kantong plastiknya berbeda beda. Jika memakai kantong
plastik lain, sampah akan dibiarkan begitu saja di tempat penampungan sampah. Tidak
diambil sehingga sang pemilik sampah tersebut wajib mengambil lagi sampahnya untuk
dibawa pulang. Lalu, sampah yang diberikan harus dipisah, jika tidak dipisah maka
sampah akan dikembalikan ke rumah pemiliknya, karena petugas kebersihan
memeriksa isi plastik sampah tersebut. Dicek dan jika tidak dipisah, maka akan
ditinggal atau dikembalikan ke pemiliknya, karena memisahkan sampah adalah tugas
dari pemiliknya.

Pemisahan sampah di Jepang tidak hanya dua kategori organik-anorganik, bisa lima
sampai enam kategori. Sampah terbakar, sampah tidak terbakar, sampah dapur, sampah
daur ulang seperti sampah kertas, sampah kaleng, sampah kaca, sampah botol, dan
sampah elektronik. Pemisahan tergantung peraturan pemerintah daerah masing-masing.

MEDINA WINANDYANI 15013098 57


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Di Jepang jarang sekali ditemukan kotak sampah. Namun, lingkungan kota sangat-
sangat bersih. Tidak ada sama sekali sampah berceceran bahkan sampai selokan pun
dapat dihidupi oleh ikan koi karena kebersihannya. Semua ini akibat dari kebiasaan
yang sudah dibudayakan sejak kecil dengan mentalitas untuk membuang sampah
tepat pada tempat-nya. Jika tidak ada tempat sampah, maka akan disimpan terlebih
dahulu, dan dibuang di tempat sampah di rumah jika diperlukan.

8.1.2 Singapura

Proses pengelolaan sampah di Singapura melibatkan pihak pemerintah dan swasta.


Untuk masalah lingkungan, di Singapura terdapat satu badan / organisasi khusus yang
menangani, namanya NEA (National Environment Agency). NEA bukanlah lembaga
resmi pemerintah namun lebih kepada organisasi publik yang mengurusi masalah
lingkungan. Meskipun demikian, organisasi ini mendapat dukungan penuh dari
pemerintah khususnya Menteri Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air (Ministry of
Environment and Water Resources) Singapura, yang saat ini dijabat oleh Masagos
Zulkifli.

Dalam pengelolaan sampah, NEA bekerja sama dengan beberapa perusahaan swasta
yang memiliki peran dan fungsi masing-masing. Perusahan-perusahaan tersebut
bergerak pada tataran teknis atau menjadi pelaksana di lapangan. Jadi dengan demikian,
selain mengatasi permasalahan sampah, juga menjadi sebuah peluang usaha dan solusi
untuk terbukanya lapangan pekerjaan baru.

Untuk lebih jelasnya penulis akan membagi proses pengolahan sampah di Singapura ke
dalam beberapa tahapan, antara lain; pengangkutan, pengumpulan & pemilahan, daur
ulang & pembakaran, dan pembuangan akhir.

- Pengangkutan
Di Singapura, terutama pada bangunan-bangunan HDB atau Housing &
Development Board (di negara kita biasa disebut dengan rumah susun), sudah
memiliki desain standar. Pada masing-masing unit memiliki sebuah lubang
pembuangan sampah yang bermuara pada sebuah bak sampah dengan kapasitas
cukup besar yang biasanya terletak di bawah masing-masing blok rumah susun.

MEDINA WINANDYANI 15013098 58


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 8. 2 Lubang Sampah di HDB Singapura

Setiap hari, sampah yang terkumpul tersebut akan diambil oleh petugas yang
dipekerjakan oleh Town Council, yaitu seorang yang diberi tanggung jawab oleh
pemerintah untuk mengelola sebuah blok HDB (semacam lurah). Sampah dari
masing-masing blok tersebut kemudian dikumpulkan dan dikompres, untuk
kemudian akan diangkut oleh truk sampah.

Gambar 8. 1 Petugas Pengambil Sampah

Dalam hal pengangkutan, NEA menjalin kerja sama dengan beberapa


perusahaan swasta sebagai operator di lapangan. Mereka bekerja sesuai dengan
wilayah yang sudah dibagi oleh NEA. Masing-masing perusahaan tersebut
memiliki armada sendiri dengan spesifikasi teknis dan lisensi yang dikeluarkan
oleh NEA. Perusahaan yang ingin menjadi operator dipilih melalui sistem
bidding atau lelang. Perusahaan yang saat ini terpilih untuk melayani
pengangkutan tersebut antara lain; Veolia ES, SembWaste, Colex, dan 800
Super. Kita bisa membedakan dari warna dan logo yang terpampang pada
truknya

MEDINA WINANDYANI 15013098 59


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 8. 3 Sector Map Waste Management

Truk yang digunakan untuk pengangkutan juga berbeda dengan di Indonesia.


Truk di sini didesain khusus, dengan tutup dan pengait otomatis untuk menarik
dan menuang bak sampah yang ada di tiap-tiap HDB ataupun rumah hunian.
Dengan demikian ketika truk tersebut sedang melintas, tidak akan tercium aroma
tidak sedap seperti yang kita alami ketika berpapasan dengan truk sampah di
Indonesia.

Gambar 8. 4 Truk Sampah Singapura

MEDINA WINANDYANI 15013098 60


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

- Pengumpulan dan Pemilahan

Sampah yang sudah diangkut dari beberapa area tersebut, kemudian akan
dikumpulkan dan dilakukan pemilahan yang bertujuan untuk memisahkan antara
sampah yang dapat didaur ulang dan yang tidak dapat didaur ulang. Sampah yang
dapat didaur ulang misalnya sampah plastik, karet, kayu, kaleng, besi.
Sedangkan sisa-sisa dapur, restoran, dan material lainnya yang sudah tidak dapat
didaur ulang nantinya akan dibakar.

Sampah-sampah yang dapat didaur ulang biasanya dipisahkan dan kemudian


akan dikirimkan ke perusahaan lain yang memang bergerak di bidang usaha
tersebut. Biasanya, sampah plastik akan diolah kembali menjadi biji plastik dan
akan menjadi bahan baku untuk produk yang lainnya

Gambar 8. 5 Pemilahan Sampah

- Daur Ulang dan Pembakaran


Singapura sangat mendorong proses daur ulang. Bahkan mereka membuat
sebuah Singapore Packaging Agreement. Sebuah perjanjian terutama untuk
perusahaan packaging dan makanan agar turut mendukung program daur ulang.
Perusahaan-perusahaan tersebut harus menekan penggunaan material yang tidak
dapat didaur ulang, serta mengutamakan penggunaan material hasil daur ulang
sebagai bahan baku mereka.

MEDINA WINANDYANI 15013098 61


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Banyak perusahaan-perusahaan besar yang sudah menandatangani perjanjian ini


seperti; Nestle, Tetrapack, F&N Food, Seagate Technology, Coca Cola, dan
masih banyak lagi.

Sampah-sampah yang sudah tidak dapat didaur ulang akan dibakar dan menjadi
sumber energi listrik. Singapura mengadopsi sebuah teknologi yang bernama
Waste to Energy / Incineration. Prinsip kerjanya adalah, uap hasil pembakaran
tersebut akan menggerakkan turbin yang berfungsi sebagai pembangkit listrik.
Dengan temperatur yang berkisar antara 800 sampai dengan 1000 derajat
Celcius, sampah akan menjadi abu dengan volume sekitar 10% dari volume
asalnya. Untuk mencegah pencemaran udara dan bau yang tidak sedap, ruang
pembakaran tersebut didesain sedemikian rupa sehingga tekanannya lebih
rendah dari tekanan atmosfer. Selain itu, sebelum gas sisa pembakaran dibuang
keluar melalui sebuah cerobong setinggi 150 m, harus dinetralkan terlebih
dahulu dengan proses Electrostatic Precipitators.

Gambar 8. 6 Waste to Energy Plant

MEDINA WINANDYANI 15013098 62


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

- Pembuangan Akhir
Abu sisa hasil pembakaran pada incinerator kemudian diangkut oleh truk
menuju Tuas Marine Transfer Station dan selanjutnya dikirim ke Semakau
Landfill dengan menggunakan kapal.

Semakau Landfill merupakan tempat pembuangan akhir Singapura yang


diresmikan penggunaannya pada bulan April tahun 1999. Semakau Landfill
dibuat dengan membuat semacam pagar beton yang menghubungkan dua pulau
kecil yaitu Pulau Semakau dan Pulau Sakeng. Area di dalam pagar beton tersebut
kemudian dibagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut dengan
cell. Cell itulah yang kemudian diisi dengan abu sisa hasil pembakaran secara
bertahap. Setelah satu cell tertutup dan rata, maka kemudian di atasnya akan
diberi lapisan organik dan mulai dilakukan vegetasi. Pengisian kemudian
dilanjutkan ke cell berikutnya.

Gambar 8. 7 Semakau Landfill

8.1.3. Bandung

Pengelolaan sampah Kota Bandung dikelola oleh kelembangaan PD Kebersihan kota


Bandung yang secara struktur keorganisasian merupakan salah satu unit pelaksana
dibawah pemerintahan kota Bandung. PD Kebersihan dipimpin oleh satu orang
Direktur yang membawahi dua Direktur yaitu Direktur Umum dan Direktur Teknik dan
Operasional. Adapun struktur oraganisasinya adalah sebagai berikut:

MEDINA WINANDYANI 15013098 63


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 8. 8 Struktur Organisasi PD Kebersihan Kota Bandung

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 (dua) yaitu organik (biasa disebut sebagai
sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah
yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis
ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah
kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dll. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi
secara alami. Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Bandung
merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-75% dari total volume sampah.

Sampah yang dihasilkan Kota Bandung merupakan sampah yang berasal dari beberapa
sektor yaitu: (1) pemukiman, (2) Daerah komersil, (3) Industri, (4) perkantoran dan
lainnya (5) Sapuan jalan. Pengelolaan sampah Kota Bandung masih menggunakan
pengolahan yang sederhana yaitu pengumpulan dan dibuang ke tempat pembuangan
akhir seperti pada gambar 3.3. Pemilahan dilaksanakan tidak pada tingkat rumah
tanggal akan tetapi pada tempat pembuangan sementara dan itupun bukan oleh petugas

MEDINA WINANDYANI 15013098 64


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

kebersihan akan tetapi dilakukan oleh pemulung sehingga tidak optimal. Pengolahan
lebih lanjut dilakukan pada di tempat pembuangan akhir dengan pengolahan
pembakaran dengan insinerator, pengkomposan dan daur ulang.

Gambar 8. 9 Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Bandung

Berikut adalah permasalahan gerakan pungut dan pemanfaatan sampah di Kota


Bandung:

1. Kesadaran masyarakat Bandung yang masih rendah sehingga, dengan tingkat


kesadaran tersebut memberikan dampak yang indikatornya adalah produksi sampah
kota Bandung terus meningkat dari 7500 m3/hari menjadi 8418m3/hari.

2. Kemampuan pelayanan PD kebersihan kota Bandung yang terbatas. Kemampuan


pelayanan penangganan sampah sampai saat ini oleh PD kebersihan masih belum
optimal, hal tersebut terbukti lembaga ini hanya dapat melayani pengelolaan sampah
hanya sekitar 65%.

MEDINA WINANDYANI 15013098 65


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

3. Sampah organik merupakan komposisi terbesar dari sampah kota Bandung.


Permasalahan yang terjadi sampah yang dibuang masyarakat tidak memisahkan antara
sampah organik dan non organik.Hal tersebut menyebabkan pengelolaan sampah
menjadi lebih sulit dan tidak efesien.

4. Lahan TPA yang terbatas. Luas daerah kota Bandung 16730 ha, hal tersebut
menyebabkan tempat penampung sampah akhir yang berada di kota Bandung sangat
terbatas. Hal tersebut mengakibatkan lokasi penampung harus ekspansi melalui kerja
sama dengan pemerintahan daerah tetangganya. Permasalahan koordinasi merupakan
permasalahan utama, apalagi kalau ada konflik di masyarakat.

5. Penegakan hukum (law inforcement) tidak konsisten. Pemerintah kota Bandung dan
DPRD kota Bandung telah mengeluarkan kebijakan yaitu Undang-undang No 11 tahun
2005: perubahan UU No 03 tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Ketertiban,
Kebersihan dan Keindahan. Pada undang-undang tersebut diatur mengenai pengelolaan
sampah dan sanksi-sanksi bagi masyarakat yang melanggarnya. Akan tetapi undang-
undang tersebut tidak dilaksanakan tidak konsisten.

MEDINA WINANDYANI 15013098 66


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

8.2 Pengelolaan Bantaran Sungai


8.2.1 Peraturan Bantaran/Sempadan Sungai

Di Indonesia, bantaran/sempadan sungai diatur pada PP No. 38 Tahun 2011. Berikut


adalah isi PP tersebut yang berkaitan dengan sempadan:

- Pasal 1 ayat 8: Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kaki
tanggul sebelah dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai.
- Pasal 1 ayat 9: Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung
sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
- Pasal 5 ayat 5: Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berfungsi sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, agar
fungsi sungai dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.
- Pasal 8 ayat 1: Sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1
huruf b meliputi ruang di kiri dan kanan palung sungai di antara garis sempadan
dan tepi palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di antara garis
sempadan dan tepi luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul.
- Pasal 8 ayat 2: Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
pada:
a. sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
b. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
c. sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
d. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;
e. sungai yang terpengaruh pasang air laut;
f. danau paparan banjir; dan
g. mata air.
- Pasal 9: Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan
perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2 huruf a ditentukan:
a. paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama
dengan 3 m (tiga meter).
b. paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua
puluh meter).

MEDINA WINANDYANI 15013098 67


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

- Pasal 11: Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2 huruf c ditentukan paling sedikit
berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.
- Pasal 17 ayat 1: Dalam hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
2 menunjukkan terdapat bangunan dalam sempadan sungai maka bangunan
tersebut dinyatakan dalam status quo dan secara bertahap harus ditertibkan untuk
mengembalikan sempadan sungai.
- Pasal 17 ayat 2: Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku
bagi bangunan yang terdapat dalam sempadan sungai untuk fasilitas kepentingan
tertentu yang meliputi:
a. bangunan prasarana sumber daya air;
b. fasilitas jembatan dan dermaga;
c. jalur pipa gas dan air minum;
d. rentangan kabel listrik dan telekomunikasi.

Dari aturan tersebut, penulis dapat menggambarkan ilustrasi sempadan sungai dalam
kota sebagai berikut:

Gambar 8. 10 Ilustrasi Garis Sempadan untuk Sungai Tidak Bertanggul dalam Kota dengan Kedalaman
Tanggul 3 meter

MEDINA WINANDYANI 15013098 68


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 8. 11 Ilustrasi Garis Sempadan untuk Sungai Bertanggul dalam Kota

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan dan memberi ilutrasi mengenai pengelolaan
bantaran sungai di Singapura, Jepang, dan Kota Bandung.

8.2.2 Jepang

Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal dengan ketertiban, keamanan,
kebersihaan serta tingkat usia tertinggi di dunia. Memang kerapian dan kebersihannya
tidak serta merta tanpa adanya tumpukan rongsokan ataupun debu di jalan. Namun jika
di bandingkan dengan Indonesia, memang sangat jauh sekali. Hal yang menarik dari
Jepang selain penghargaan terhadap guru (sensei) yang sangat dihormati, juga nilai-
nilai budaya tradisional atau sejarah yang masih dihargai. Selain itu penghargaan
terhadap alam yang luar biasa, sehingga tidak heran jika kebersihan di Jepang sangat
terjaga. Semua ini karena kesadaran masyarakat Jepang sendiri.

Satu hal yang menarik, pemanfaatan lahan dan pencegahannya sangat diperhitungkan
oleh Jepang. Sebagian besar kota-kota yang bukan di pinggir pantai, tidak akan jauh
dari sungai. Mungkin karena topografi Jepang berupa pegunungan atau juga mereka
berpikir air merupakan kebutuhan utama sehingga sebaran tempat tinggalnya sepanjang
sungai, namun sangat jarang atau mungkin bisa dikatakan tidak ada daerah kumuh
sepanjang sungai. Beberapa kota menerapkan area publik di sempadan sungai. Hal ini
dimaksudkan untuk pemanfaatan lahan sempadan yang seringkali tidak tergenang air
serta jika sewaktu-waktu terdapat banjir, bisa diminimalisir korban karena hany area
publik, bukan tempat tinggal yang tergenang. Di samping itu untuk kota-kota hampir
dipastikan adanya tanggul sepanjang sungai-sungai, sehingga area publik berupa
taman, parkir mobil atau tempat permainan berada di dalam tanggul. Beberapa jalan

MEDINA WINANDYANI 15013098 69


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

yang berada di bawah tanggul biasanya dilengkapi dengan gerbang setinggi tanggul.
Hal ini untuk mempersiapkan jika terjadi banjir, jalan yang melintasi tanggul dan sungai
akan ditutup, sehingga air sungai tidak akan mengenangi pemukiman.

Gambar 8. 12 Pengelolaan Sempadan di Jepang

Gambar sebelah kiri merupakan salah satu taman (Koen) yang berada di Kota Gifu
(Gifu-shi). Foto diambil dari tengah-tangah jembatan yang melintasi sungai tersebut.
Sebelah kanan adalah tanggul, sedangkan tanggul sebelah kiri berada di sisi sungai
besar (Nagara-gawa).

Gambar sebelah kanan merupakan sempadan sungai yang digunakan untuk area publik,
tempat bermain/olahraga.

MEDINA WINANDYANI 15013098 70


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

8.2.3 Singapura

Pengelolaan bantaran sungai di Singapura tergolong sangat baik karena sudah menaati
aturan sempadan seperti pada Pasal 11 dan Pasal 17 ayat (1). Berikut adalah ilustrasi
pengelolaan bantaran sungai di Singapura:

Gambar 8. 13 Pengelolaan Sempadan di Singapura

8.2.4 Bandung

Pengelolaan bantaran sungai di Kota Bandung tergolong belum menyeluruh.


Pengelolaan yang tepat dan sesuai dengan peraturan, baru dilaksanakan di bantaran
Sungai Cikapundung di sekitar Taman Sari, yang sekarang dijadikan sebagai taman dan
area rekreasi bagi masyarakat. Hal itu pun bukan perkara mudah untuk direalisasikan,
mengingat sulitnya pemindahan/penggusuran tempat tinggal warga yang dahulunya
menempati bantaran sungai tersebut. Berikut adalah ilustrasi bantaran sungai di Kota
Bandung yang belum dikelola dengan baik dan sudah dikelola dengan baik:

MEDINA WINANDYANI 15013098 71


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

Gambar 8. 15 Kondisi Sempadan yang Belum Dikelola dengan Benar

Gambar 8. 14 Kondisi Sempadan yang Sudah Dikelola dengan Benar (Sempadan Sungai Cikapundung)

8.3 DISC-TPB-OB sebagai Salah Satu Solusi


Permasalahan yang terjadi di Kota Bandung, seperti gerakan pungut dan manfaatkan sampah
serta pengelolaan bantaran sungai tidak hanya disebabkan oleh aspek teknis, melainkan juga
aspek nonteknis, yakni perilaku masyarakatnya. Bila kita amati, perilaku masyarakat Singapura
dan Jepang cenderung disiplin dan kesadaran akan lingkungan telah dipupuk sejak dini.
Bahkan, di negara Jepang, orang tua akan mengajarkan dan mendidik anaknya dengan tegas
untuk membuang sampah tepat pada tempatnya. Hal tersebut belum dipupuk di Indonesia. Oleh

MEDINA WINANDYANI 15013098 72


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

karena itu, penulis mengajukan penerapan Organizational Behaviour (OB) sejak dini di
lingkungan masyarakat.

Masyarakat secara struktural terdiri dari individu, kelompok, dan struktur sosial yang teratur.
Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah di lingkungan masyarakat, kita dapat
menerapkan Perilaku Organisasi sebagai salah satu solusinya. Mari kita tinjau definisi dari
Perilaku Organisasi, perilaku organisasi adalah sebuah bidang studi-keterampilan yang jelas
dengan tubuh keilmuan yang umum-yang mempelajari tiga penentu perilaku dalam organisasi,
yaitu individu, kelompok, dan struktur. Perilaku organisasi menerapkan pengetahuan yang
diperoleh mengenai individu, kelompok, dan efek dari struktur terhadap perilaku untuk
membuat organiasi bekerja dengan lebih efektif (Judge, 2015). Perilaku organisasi mencakup
topik berikut ini:

- Motivasi
- Perilaku dan Kekuasaan Pemimpin
- Komunikasi Intrapersonal
- Struktur dan Proses Kelompok
- Pengembangan dan Persepsi Sikap
- Proses Perubahan
- Konflik dan Negosiasi
- Rancangan Kerja

Dari teori di atas, berikut adalah langkah-langkah yang penulis ajukan dalam mengatasi
permasalahan sampah dan pengelolaan bantaran sungai, serta masalah konservasi air dan lahan
lainnya di Indonesia dengan menerapkan konsep Organizational Behaviour (OB):

1. Mengajarkan anak mengenai pentingnya konservasi lahan dan air. Dari ajaran tersebut,
diharapkan anak-anak dapat termotivasi untuk menjaga lahan dan air di sekitar mereka.
2. Mengarahkan anak sejak dini untuk membiasakan diri membuang sampah tepat pada
tempatnya. Pada tahap ini, diperlukan ketegasan dan konsistensi orang tua dalam
pengarahannya.
3. Membiasakan diri dan orang-orang sekitar untuk saling mengingatkan dalam merawat
lingkungan. Pada tahap ini, dibutuhkan pengetahuan dan komunikasi intrapersonal yang
matang.

MEDINA WINANDYANI 15013098 73


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

4. Pada skala pemerintahan, pemerintah wajib membuat program konservasi air dan lahan
seperti membuat pengelolaan sampah yang jelas dan tepat guna serta mengelola
bantaran sungai sesuai dengan aturan. Selanjutnya, program tersebut disusun dan
dirumuskan pada rancangan kerja yang dibawa pemerintah.
5. Secara umum, masyarakat dan pemerintah harus bisa bekerja sama dalam mengelola
lahan dan air dengan cara siap menerima perubahan yang akan terjadi, mengembangkan
dan memperluas persepsi, serta bisa meredakan konflik dan bernegosiasi. Hal tersebut
sangat penting, khususnya saat dilakukan perbaikan pengelolaaan sempadan sungai
yang semula digunakan sebagai pemukiman. Pada kasus ini, masyarakat harus mau
dipindahkan dari sempadan tersebut karena tidak sesuai dengan aturan. Di lain sisi,
pemerintah juga harus sudah menyiapkan alternatif bagi masyarakat yang lingkungan
tempat tinggalnya digusur dan mempersiapkan konsep pengelolaan sempadan yang baik
dan tepat guna.

MEDINA WINANDYANI 15013098 74


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

LAMPIRAN

MEDINA WINANDYANI 15013098 75


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 1 Debit Sintetis Hasil Perhitungan dengan Metode NRECA Tahun 1978-1979

MEDINA WINANDYANI 15013098 77


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 2 Debit Sintetis Hasil Perhitungan dengan Metode NRECA Tahun 1980-1982

MEDINA WINANDYANI 15013098 78


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 3 Debit Sintetis Hasil Perhitungan dengan Metode NRECA Tahun 1983-1985

MEDINA WINANDYANI 15013098 79


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 4 Debit Sintetis Hasil Perhitungan dengan Metode NRECA Tahun 1986-1987

MEDINA WINANDYANI 15013098 80


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 5 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1978


No. Calculations Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Meteorogical Data
1 Catchment Precipitations (mm/month) 179,33 133,00 162,33 91,67 111,00 80,33 105,33 64,67 112,67 103,00 256,67 211,00
2 Catchment Rain Days 15,00 10,00 12,00 7,00 7,00 10,00 9,00 9,00 10,00 9,00 11,00 17,00
3 Days of Month 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperature ( 0C) 25,2 25,6 25,6 26,1 26,3 26,0 25,3 25,7 26,6 27,0 26,5 26,1
5 Sunshine (%) 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50
6 Relative Humidity (%) 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20
7 Wind Speed (mile/day) 142,72 148,48 82,87 55,25 51,30 62,15 69,06 93,92 101,29 90,76 96,68 138,12
Potential Evapotranspiration
8 Solar Radiation 15,434 15,517 15,161 14,105 12,888 13,796 12,388 13,366 14,583 15,239 15,395 15,373
9 A 0,793833333 0,80955 0,812625 0,833563 0,840079 0,828 0,800667 0,8157 0,852475 0,874407143 0,85114 0,83156
10 B 16,03333333 16,11 16,125 16,23125 16,26786 16,2 16,06667 16,14 16,3375 16,46071429 16,33 16,22
11 ea 24,03333333 24,57 24,675 25,39375 25,62071 25,2 24,26667 24,78 26,0525 26,81642857 26,006 25,324
12 ed 21,14933333 21,31448 21,2205 21,61643 21,15539 20,6955 19,45378 18,43632 19,1485875 19,65261122 21,06486 21,322808
13 F1 0,300532391 0,4041 0,337397471 0,367566 0,400523 0,428554 0,453366 0,478210417 0,487573398 0,418041788 0,33394153 0,324792739
14 F2 1,637963418 1,634028 1,648444735 1,621518 1,684725 1,728263 1,85296 2,000513191 1,953170896 1,913641113 1,707759613 1,655132585
15 F3 0,256184866 0,284977 0,30153585 0,323459 0,380129 0,387682 0,424799 0,552157834 0,581233196 0,591555849 0,416484766 0,343251974
16 Reflection Coefficient 0,44995582 1 0,393281027 0,39758 0,460247 0,389041 0,479808 0,168136651 0 0,430854888 0,488780638 0
17 E1 2,551334229 0 3,103539286 3,123261 2,786168 3,612191 2,921556 5,317071245 7,110282864 3,625761021 2,628194008 4,993038783
18 E2 0,760834008 1,122986 0,891808602 0,975749 1,131293 1,270964 1,477736 1,694434673 1,671914287 1,34098401 0,897000737 0,843290052
19 E3; (k=1) 0,621822154 0,708108 0,55142464 0,502163 0,575142 0,628642 0,718165 1,070753306 1,169952675 1,128478981 0,819158896 0,817351599
20 Ep 2,412322376 -0,41488 2,763155324 2,649675 2,230017 2,969869 2,161985 4,693389878 6,608321252 3,413255992 2,550352168 4,96710033
21 Epm 74,78199365 -11,6166 85,65781506 79,49026 69,13054 89,09607 67,02153 145,4950862 198,2496376 105,8109358 76,51056503 153,9801102
Limited Evapotranspiration
22 Exposed Surface (%) 45 0 45,00000175 45 45,00008 44,99995 45,00051 44,99366789 0 45,00021855 45,0003321 50
23 n 15 10 12 7 7 10 9 9 10 9 11 17
24 E/Epm (%) 6,75 0 13,50000053 24,75 24,75005 17,99998 20,25023 20,24715055 0 20,25009835 15,75011624 2,5
25 E (mm/month) 5,047784571 0 11,56380548 19,67384 17,10984 16,03727 13,57201 29,45860915 0 21,42681855 12,05050292 3,849502756
26 Eactual 69,73420908 -11,6166 74,09400957 59,81642 52,0207 73,05879 53,44952 116,0364771 198,2496376 84,3841172 64,4600621 150,1306075
Water Surplus
27 P-Ea (mm/month) 109,60 144,62 88,24 31,85 58,98 7,27 51,88 -51,37 -85,58 18,62 192,21 60,87
28 SMS 309,60 344,62 288,24 231,85 258,98 207,27 251,88 148,63 63,05 81,66 392,21 260,87
29 Soil Moisture Capacity 200 200 200 200 200 200 200,00 148,63 63,05 200,00 200 200
30 Soil Storage 0 0 0 0 0 0 0 51,37 85,58 0 0 0
31 Water Surplus 109,60 144,62 88,24 31,85 58,98 7,27 51,88 0,00 0,00 18,62 192,21 60,87
Total Run Off
32 Infiltration Coefficient 0,25 0,25 0,264658669 0,404116 0,375766 0,355203 0,37 0,5 0,5 0,37 0,25 0,5
33 Infiltration 27,39978106 36,15414 23,35330199 12,8712 22,16239 2,583939 0 9,4803E-05 -0,00148545 0 48,05165114 30,43469626
34 K 0,769708144 0,7 0,9 0,9 0,7 0,899398 0,743414 0,9 0,9 0,745156435 0,720477162 0,9
35 PF 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,086431 0,1 0,05 0,1 0,1 0,1 0,1
36 1/2 x (1+k) x l 24,24480784 30,73102 22,18563689 12,22764 18,83803 2,453963 0 9,00628E-05 -0,001411178 0 41,3358842 28,91296145
37 K x Gsom 153,9416288 140 153,6579195 158,2592 119,3408 124,2777 94,21414 84,79272674 76,31353513 56,86447026 40,96955218 74,07489275
38 GS 200 170,731 175,8435564 170,4868 138,1788 126,7317 94,21414 84,79281681 76,31212395 56,86447026 82,30543639 102,9878542
39 GS=GS-Gsom 0 -29,269 5,112534722 -5,35671 -32,308 -11,4471 -32,5175 -9,42132402 -8,480692858 -19,44765369 25,44096612 20,68241781
40 Base Flow (mm/month) 27,39978106 65,42312 18,24076727 18,22792 54,47041 14,03109 32,51753 9,421418823 8,479207408 19,44765369 22,61068502 9,752278452
41 Direct Run Off (mm/month) 82,20 108,46 64,89 18,98 36,82 4,69 51,88 0,00 0,00 18,62 144,15 30,43
42 Storm Run Off (mm/month) 17,93333333 13,3 16,23333333 9,166667 11,1 6,943311 10,53333 3,233333333 11,26666667 10,3 0 0
43 Total Run Off (mm/month) 127,53 187,19 99,36 46,37 102,39 25,66 94,93 12,65 19,74 48,36 166,77 40,19
44 Catchment Area (km2) 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278
45 Stream Flow (Q) (m3/s) 4,489062514 7,294758 3,497413985 1,686733 3,60397 0,933505 3,341641 0,445442675 0,718156432 1,702366149 6,065714067 1,414556303

MEDINA WINANDYANI 15013098 81


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 6 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1979


No. Calculations Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Meteorogical Data
1 Catchment Precipitations (mm/month) 111,00 141,95 120,67 301,66 245,29 91,62 36,74 135,57 94,37 100,67 135,19 137,00
2 Catchment Rain Days 10,00 12,00 11,00 14,00 15,00 4,00 1,00 3,00 4,00 5,00 6,00 10,00
3 Days of Month 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperature (0C) 25,2 25,6 25,6 26,1 26,3 26,0 25,3 25,7 26,6 27,0 26,5 26,1
5 Sunshine (%) 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50
6 Relative Humidity (%) 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20
7 Wind Speed (mile/day) 142,72 148,48 82,87 55,25 51,30 62,15 69,06 93,92 101,29 90,76 96,68 138,12
Solar Radiation
8 Solar Radiation 15,434 15,517 15,161 14,105 12,888 13,796 12,388 13,366 14,583 15,239 15,395 15,373
9 A 0,793833 0,80955 0,812625 0,833563 0,840079 0,828 0,800667 0,8157 0,852475 0,874407 0,85114 0,83156
10 B 16,03333 16,11 16,125 16,23125 16,26786 16,2 16,06667 16,14 16,3375 16,46071 16,33 16,22
11 ea 24,03333 24,57 24,675 25,39375 25,62071 25,2 24,26667 24,78 26,0525 26,81643 26,006 25,324
12 ed 21,14933 21,31448 21,2205 21,61643 21,15539 20,6955 19,45378 18,43632 19,1485875 19,65261 21,06486 21,322808
13 F1 0,300532 0,4041 0,337397 0,367566 0,400523 0,428554 0,453366 0,47821 0,487573398 0,418042 0,33394153 0,324792739
14 F2 1,637963 1,634028 1,648445 1,621518 1,684725 1,728263 1,85296 2,000513 1,953170896 1,913641 1,707759613 1,655132585
15 F3 0,256185 0,284977 0,301536 0,323459 0,380129 0,387682 0,424799 0,552158 0,581233196 0,591556 0,416484766 0,343251974
16 Reflection Coefficient 0,449956 1 0,393281 0,39758 0,460247 0,389041 0,479808 0,168137 0 0,430855 0,488780638 0
17 E1 2,551334 0 3,103539 3,123261 2,786168 3,612191 2,921556 5,317071 7,110282864 3,625761 2,628194008 4,993038783
18 E2 0,760834 1,122986 0,891809 0,975749 1,131293 1,270964 1,477736 1,694435 1,671914287 1,340984 0,897000737 0,843290052
19 E3; (k=1) 0,621822 0,708108 0,551425 0,502163 0,575142 0,628642 0,718165 1,070753 1,169952675 1,128479 0,819158896 0,817351599
20 Ep 2,412322 -0,41488 2,763155 2,649675 2,230017 2,969869 2,161985 4,69339 6,608321252 3,413256 2,550352168 4,96710033
21 Epm 74,78199 -11,6166 85,65782 79,49026 69,13054 89,09607 67,02153 145,4951 198,2496376 105,8109 76,51056503 153,9801102
Limited Evapotranspiration
22 Exposed Surface (%) 45 0 45 45 45,00008 44,99995 45,00051 44,99367 0 45,00022 45,0003321 50
23 n 10 12 11 14 15 4 1 3 4 5 6 10
24 E/Epm (%) 18 0 15,75 9 6,750012 31,49997 38,25043 33,74525 0 29,25014 27,00019926 20
25 E (mm/month) 13,46076 0 13,49111 7,154123 4,66632 28,06523 25,63603 49,09768 0 30,94985 20,65800501 30,79602205
26 Eactual 61,32123 -11,6166 72,16671 72,33614 64,46422 61,03084 41,38551 96,3974 198,2496376 74,86109 55,85256001 123,1840882
Water Surplus
27 P-Ea (mm/month) 49,68 153,56 48,50 229,33 180,83 30,59 -4,65 39,17 -103,88 25,81 79,34 13,82
28 SMS 249,68 353,56 248,50 429,33 380,83 230,59 195,35 234,52 96,12 121,92 279,34 213,82
29 Soil Moisture Capacity 200 200 200 200 200 200 195,35 200,00 96,12 200,00 200 200
30 Soil Storage 0 0 0 0 0 0 4,65 0,00 103,88 0 0 0
31 Water Surplus 49,68 153,56 48,50 229,33 180,83 30,59 0,00 39,17 0,00 25,81 79,34 13,82
Total Run Off
32 Infiltration Coefficient 0,25 0,25 0,264659 0,404116 0,375766 0,355203 0,37 0,5 0,5 0,37 0,25 0,5
33 Infiltration 12,41969 38,39101 12,83593 92,67522 67,94965 10,8648 0 19,58413 -0,001136848 0 19,83550961 6,907955907
34 K 0,769708 0,7 0,9 0,9 0,7 0,899398 0,743414 0,9 0,9 0,745156 0,720477162 0,9
35 PF 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,086431 0,1 0,05 0,1 0,1 0,1 0,1
36 1/2 x (1+k) x l 10,98961 32,63236 12,19414 88,04146 57,75721 10,31829 0 18,60492 -0,001080005 0 17,06327065 6,562558112
37 K x Gsom 153,9416 72,0915 94,25147 95,80105 128,6898 167,69 132,3339 119,1005 123,9348758 92,35007 66,53611317 75,23944543
38 GS 102,9879 104,7239 106,4456 183,8425 186,447 178,0083 132,3339 137,7054 123,9337958 92,35007 83,59938381 81,80200354
39 GS=GS-Gsom -97,0121 1,736 1,721752 77,3969 2,604455 -8,43871 -45,6744 5,371533 -13,77162176 -31,5837 -8,750681712 -1,797380269
40 Base Flow (mm/month) 109,4318 36,65501 11,11418 15,27832 65,3452 19,30351 45,67437 14,21259 13,77048492 31,58373 28,58619132 8,705336177
41 Direct Run Off (mm/month) 37,26 115,17 35,66 136,65 112,88 19,72 0,00 19,58 0,00 25,81 59,51 6,91
42 Storm Run Off (mm/month) 11,1 14,19475 12,06667 0 0 7,918695 3,673675 6,778283 9,436736387 10,06667 13,51945985 13,7
43 Total Run Off (mm/month) 157,79 166,02 58,84 151,93 178,23 46,94 49,35 40,58 23,21 67,46 101,61 29,31
44 Catchment Area (km2) 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278
45 Stream Flow (Q) (m3/s) 5,554141 6,470029 2,071303 5,526147 6,273424 1,707515 1,737064 1,428215 0,844067604 2,374408 3,695907834 1,031809495

MEDINA WINANDYANI 15013098 82


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 7 Debit Sintetis Hasil Metode F.J.Mock Tahun 1980


No. Calculations Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober NovemberDesember
Meteorogical Data
1 Catchment Precipitations (mm/month) 294,12 137,39 208,67 144,00 20,41 30,24 254,73 152,44 47,48 226,78 207,87 232,81
2 Catchment Rain Days 12,00 9,00 13,00 10,00 3,00 3,00 8,00 4,00 3,00 9,00 12,00 13,00
3 Days of Month 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperature ( 0C) 25,2 25,6 25,6 26,1 26,3 26,0 25,3 25,7 26,6 27,0 26,5 26,1
5 Sunshine (%) 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50
6 Relative Humidity (%) 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20
7 Wind Speed (mile/day) 142,72 148,48 82,87 55,25 51,30 62,15 69,06 93,92 101,29 90,76 96,68 138,12
Solar Radiation
8 Solar Radiation 15,434 15,517 15,161 14,105 12,888 13,796 12,388 13,366 14,583 15,239 15,395 15,373
9 A 0,793833 0,80955 0,812625 0,833563 0,840079 0,828 0,800667 0,8157 0,852475 0,874407 0,85114 0,83156
10 B 16,03333 16,11 16,125 16,23125 16,26786 16,2 16,06667 16,14 16,3375 16,46071 16,33 16,22
11 ea 24,03333 24,57 24,675 25,39375 25,62071 25,2 24,26667 24,78 26,0525 26,81643 26,006 25,324
12 ed 21,14933 21,31448 21,2205 21,61643 21,15539 20,6955 19,45378 18,43632 19,14859 19,65261 21,06486 21,32281
13 F1 0,300532 0,4041 0,337397 0,367566 0,400523 0,428554 0,453366 0,47821 0,487573 0,418042 0,333942 0,324793
14 F2 1,637963 1,634028 1,648445 1,621518 1,684725 1,728263 1,85296 2,000513 1,953171 1,913641 1,70776 1,655133
15 F3 0,256185 0,284977 0,301536 0,323459 0,380129 0,387682 0,424799 0,552158 0,581233 0,591556 0,416485 0,343252
16 Reflection Coefficient 0,449956 1 0,393281 0,39758 0,460247 0,389041 0,479808 0,168137 0 0,430855 0,488781 0
17 E1 2,551334 0 3,103539 3,123261 2,786168 3,612191 2,921556 5,317071 7,110283 3,625761 2,628194 4,993039
18 E2 0,760834 1,122986 0,891809 0,975749 1,131293 1,270964 1,477736 1,694435 1,671914 1,340984 0,897001 0,84329
19 E3; (k=1) 0,621822 0,708108 0,551425 0,502163 0,575142 0,628642 0,718165 1,070753 1,169953 1,128479 0,819159 0,817352
20 Ep 2,412322 -0,41488 2,763155 2,649675 2,230017 2,969869 2,161985 4,69339 6,608321 3,413256 2,550352 4,9671
21 Epm 74,78199 -11,6166 85,65782 79,49026 69,13054 89,09607 67,02153 145,4951 198,2496 105,8109 76,51057 153,9801
Limited Evapotranspiration
22 Exposed Surface (%) 45 0 45 45 45,00008 44,99995 45,00051 44,99367 0 45,00022 45,00033 50
23 n 12 9 13 10 3 3 8 4 3 9 12 13
24 E/Epm (%) 13,5 0 11,25 18 33,75006 33,74996 22,50026 31,49557 0 20,2501 13,5001 12,5
25 E (mm/month) 10,09557 0 9,636505 14,30825 23,3316 30,06989 15,08002 45,8245 0 21,42682 10,329 19,24751
26 Eactual 64,68642 -11,6166 76,02131 65,18201 45,79894 59,02618 51,94152 99,67058 198,2496 84,38412 66,18156 134,7326
Water Surplus
27 P-Ea (mm/month) 229,43 149,00 132,65 78,82 -25,38 -28,79 202,79 52,77 -150,77 142,40 141,69 98,08
28 SMS 429,43 349,00 332,65 278,82 174,62 145,83 348,62 252,77 49,23 191,63 341,69 298,08
29 Soil Moisture Capacity 200 200 200 200 174,615 145,8275 200,00 200,00 49,23 200,00 200 200
30 Soil Storage 0 0 0 0 44,05 30,79 0 0,00 150,77 0 0 0
31 Water Surplus 229,43 149,00 132,65 78,82 18,67 2,00 202,79 52,77 0,00 142,40 141,69 98,08
Total Run Off
32 Infiltration Coefficient 0,25 0,25 0,264659 0,404116 0,375766 0,355203 0,37 0,5 0,5 0,37 0,25 0,5
33 Infiltration 57,35825 37,25105 35,10574 31,85163 7,013681 0,711263 0 26,38492 -0,00158 0 35,42172 49,03812
34 K 0,769708 0,7 0,9 0,9 0,7 0,899398 0,743414 0,9 0,9 0,745156 0,720477 0,9
35 PF 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,086431 0,1 0,05 0,1 0,1 0,1 0,1
36 1/2 x (1+k) x l 50,75368 31,66339 33,35046 30,25905 5,961629 0,675486 0 25,06568 -0,0015 0 30,47113 46,58621
37 K x Gsom 153,9416 57,2614 80,03231 102,0445 92,61248 88,65732 66,41129 59,77016 76,35225 56,89325 40,99029 64,31527
38 GS 81,802 88,92479 113,3828 132,3035 98,57411 89,33281 66,41129 84,83583 76,35075 56,89325 71,46142 110,9015
39 GS=GS-Gsom -118,198 7,12279 24,45798 18,92077 -33,7294 -9,2413 -22,9215 18,42455 -8,48508 -19,4575 14,56816 39,44007
40 Base Flow (mm/month) 175,5562 30,12826 10,64777 12,93086 40,74311 9,952563 22,92152 7,960375 8,483504 19,4575 20,85355 9,598047
41 Direct Run Off (mm/month) 172,07 111,75 97,54 46,97 11,65 1,29 202,79 26,38 0,00 142,40 106,27 49,04
42 Storm Run Off (mm/month) 0 13,73876 0 14,4 2,041398 2,61356 0 7,622021 4,747648 0 0 0
43 Total Run Off (mm/month) 347,63 155,62 108,19 74,30 54,44 13,86 225,71 41,97 13,23 161,86 127,12 58,64
44 Catchment Area (km2) 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278
45 Stream Flow (Q) (m3/s) 12,23639 6,064632 3,808128 2,702389 1,916109 0,504026 7,944987 1,477223 0,481195 5,697305 4,623648 2,063956

MEDINA WINANDYANI 15013098 83


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 8 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1981


No. Calculations Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober NovemberDesember
Meteorogical Data
1 Catchment Precipitations (mm/month) 215,00 87,51 244,00 195,00 107,89 83,04 63,28 132,29 56,19 131,00 133,60 119,67
2 Catchment Rain Days 15,00 6,00 14,00 11,00 7,00 4,00 5,00 3,00 4,00 5,00 9,00 8,00
3 Days of Month 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperature ( 0C) 25,2 25,6 25,6 26,1 26,3 26,0 25,3 25,7 26,6 27,0 26,5 26,1
5 Sunshine (%) 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50
6 Relative Humidity (%) 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20
7 Wind Speed (mile/day) 142,72 148,48 82,87 55,25 51,30 62,15 69,06 93,92 101,29 90,76 96,68 138,12
Solar Radiation
8 Solar Radiation 15,434 15,517 15,161 14,105 12,888 13,796 12,388 13,366 14,583 15,239 15,395 15,373
9 A 0,793833 0,80955 0,812625 0,833563 0,840079 0,828 0,800667 0,8157 0,852475 0,874407 0,85114 0,83156
10 B 16,03333 16,11 16,125 16,23125 16,26786 16,2 16,06667 16,14 16,3375 16,46071 16,33 16,22
11 ea 24,03333 24,57 24,675 25,39375 25,62071 25,2 24,26667 24,78 26,0525 26,81643 26,006 25,324
12 ed 21,14933 21,31448 21,2205 21,61643 21,15539 20,6955 19,45378 18,43632 19,14859 19,65261 21,06486 21,32281
13 F1 0,300532 0,4041 0,337397 0,367566 0,400523 0,428554 0,453366 0,47821 0,487573 0,418042 0,333942 0,324793
14 F2 1,637963 1,634028 1,648445 1,621518 1,684725 1,728263 1,85296 2,000513 1,953171 1,913641 1,70776 1,655133
15 F3 0,256185 0,284977 0,301536 0,323459 0,380129 0,387682 0,424799 0,552158 0,581233 0,591556 0,416485 0,343252
16 Reflection Coefficient 0,449956 1 0,393281 0,39758 0,460247 0,389041 0,479808 0,168137 0 0,430855 0,488781 0
17 E1 2,551334 0 3,103539 3,123261 2,786168 3,612191 2,921556 5,317071 7,110283 3,625761 2,628194 4,993039
18 E2 0,760834 1,122986 0,891809 0,975749 1,131293 1,270964 1,477736 1,694435 1,671914 1,340984 0,897001 0,84329
19 E3; (k=1) 0,621822 0,708108 0,551425 0,502163 0,575142 0,628642 0,718165 1,070753 1,169953 1,128479 0,819159 0,817352
20 Ep 2,412322 -0,41488 2,763155 2,649675 2,230017 2,969869 2,161985 4,69339 6,608321 3,413256 2,550352 4,9671
21 Epm 74,78199 -11,6166 85,65782 79,49026 69,13054 89,09607 67,02153 145,4951 198,2496 105,8109 76,51057 153,9801
Limited Evapotranspiration
22 Exposed Surface (%) 45 0 45 45 45,00008 44,99995 45,00051 44,99367 0 45,00022 45,00033 50
23 n 15 6 14 11 7 4 5 3 4 5 9 8
24 E/Epm (%) 6,75 0 9 15,75 24,75005 31,49997 29,25033 33,74525 0 29,25014 20,25015 25
25 E (mm/month) 5,047785 0 7,709204 12,51972 17,10984 28,06523 19,60402 49,09768 0 30,94985 15,4935 38,49503
26 Eactual 69,73421 -11,6166 77,94861 66,97054 52,0207 61,03084 47,41751 96,3974 198,2496 74,86109 61,01706 115,4851
Water Surplus
27 P-Ea (mm/month) 145,27 99,13 166,05 128,03 55,86 22,01 15,86 35,89 -142,06 56,14 72,58 4,18
28 SMS 345,27 299,13 366,05 328,03 255,86 222,01 215,86 235,89 57,94 114,08 272,58 204,18
29 Soil Moisture Capacity 200 200 200 200 200 200 200,00 200,00 57,94 200,00 200 200
30 Soil Storage 0 0 0 0 0 0 0 0,00 142,06 0 0 0
31 Water Surplus 145,27 99,13 166,05 128,03 55,86 22,01 15,86 35,89 0,00 56,14 72,58 4,18
Total Run Off
32 Infiltration Coefficient 0,25 0,25 0,264659 0,404116 0,375766 0,355203 0,37 0,5 0,5 0,37 0,25 0,5
33 Infiltration 36,31645 24,78143 43,94694 51,73878 20,99188 7,818894 0 17,94448 0,001057 0 18,14532 2,090792
34 K 0,769708 0,7 0,9 0,9 0,7 0,899398 0,743414 0,9 0,9 0,745156 0,720477 0,9
35 PF 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,086431 0,1 0,05 0,1 0,1 0,1 0,1
36 1/2 x (1+k) x l 32,13476 21,06422 41,74959 49,15184 17,8431 7,425595 0 17,04725 0,001004 0 15,6093 1,986252
37 K x Gsom 153,9416 81,6144 92,41075 120,7443 118,9273 123,011 96,96842 87,27158 93,88695 69,96121 50,40546 59,41329
38 GS 116,592 102,6786 134,1603 169,8962 136,7704 130,4366 96,96842 104,3188 93,88795 69,96121 66,01476 61,39954
39 GS=GS-Gsom -83,408 -13,9134 31,48173 35,73581 -33,1257 -6,33383 -33,4682 7,350412 -10,4309 -23,9267 -3,94645 -4,61522
40 Base Flow (mm/month) 119,7244 38,69481 12,46521 16,00297 54,11763 14,15272 33,46816 10,59407 10,43194 23,92674 22,09177 6,706016
41 Direct Run Off (mm/month) 108,95 74,34 122,10 76,29 34,87 14,19 15,86 17,94 0,00 56,14 54,44 2,09
42 Storm Run Off (mm/month) 0 8,750915 0 19,5 10,7885 7,177537 6,327667 6,614318 5,619175 13,1 13,35983 11,96667
43 Total Run Off (mm/month) 228,67 121,79 134,57 111,79 99,78 35,52 55,65 35,15 16,05 93,17 89,89 20,76
44 Catchment Area (km2) 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278
45 Stream Flow (Q) (m3/s) 8,049174 4,746246 4,736768 4,066235 3,512142 1,292097 1,95902 1,237359 0,58386 3,279373 3,269452 0,730861

MEDINA WINANDYANI 15013098 84


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 9 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1982


No. Calculations Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober NovemberDesember
Meteorogical Data
1 Catchment Precipitations (mm/month) 264,65 90,97 137,67 202,67 7,33 44,91 0,00 8,00 0,00 47,98 99,92 115,67
2 Catchment Rain Days 9,00 7,00 9,00 11,00 1,00 3,00 0,00 0,00 2,00 2,00 3,00 8,00
3 Days of Month 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperature ( 0C) 25,2 25,6 25,6 26,1 26,3 26,0 25,3 25,7 26,6 27,0 26,5 26,1
5 Sunshine (%) 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50
6 Relative Humidity (%) 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20
7 Wind Speed (mile/day) 142,72 148,48 82,87 55,25 51,30 62,15 69,06 93,92 101,29 90,76 96,68 138,12
Solar Radiation
8 Solar Radiation 15,434 15,517 15,161 14,105 12,888 13,796 12,388 13,366 14,583 15,239 15,395 15,373
9 A 0,793833 0,80955 0,812625 0,833563 0,840079 0,828 0,800667 0,8157 0,852475 0,874407 0,85114 0,83156
10 B 16,03333 16,11 16,125 16,23125 16,26786 16,2 16,06667 16,14 16,3375 16,46071 16,33 16,22
11 ea 24,03333 24,57 24,675 25,39375 25,62071 25,2 24,26667 24,78 26,0525 26,81643 26,006 25,324
12 ed 21,14933 21,31448 21,2205 21,61643 21,15539 20,6955 19,45378 18,43632 19,1485875 19,65261 21,06486 21,32281
13 F1 0,300532 0,4041 0,337397 0,367566 0,400523 0,428554 0,453366 0,47821042 0,487573398 0,418042 0,333942 0,324793
14 F2 1,637963 1,634028 1,648445 1,621518 1,684725 1,728263 1,85296 2,00051319 1,953170896 1,913641 1,70776 1,655133
15 F3 0,256185 0,284977 0,301536 0,323459 0,380129 0,387682 0,424799 0,55215783 0,581233196 0,591556 0,416485 0,343252
16 Reflection Coefficient 0,449956 1 0,393281 0,39758 0,460247 0,389041 0,479808 0,16813665 0 0,430855 0,488781 0
17 E1 2,551334 0 3,103539 3,123261 2,786168 3,612191 2,921556 5,31707124 7,110282864 3,625761 2,628194 4,993039
18 E2 0,760834 1,122986 0,891809 0,975749 1,131293 1,270964 1,477736 1,69443467 1,671914287 1,340984 0,897001 0,84329
19 E3; (k=1) 0,621822 0,708108 0,551425 0,502163 0,575142 0,628642 0,718165 1,07075331 1,169952675 1,128479 0,819159 0,817352
20 Ep 2,412322 -0,41488 2,763155 2,649675 2,230017 2,969869 2,161985 4,69338988 6,608321252 3,413256 2,550352 4,9671
21 Epm 74,78199 -11,6166 85,65782 79,49026 69,13054 89,09607 67,02153 145,495086 198,2496376 105,8109 76,51057 153,9801
Limited Evapotranspiration
22 Exposed Surface (%) 45 0 45 45 45,00008 44,99995 45,00051 44,9936679 0 45,00022 45,00033 50
23 n 9 7 9 11 1 3 0 0 2 2 3 8
24 E/Epm (%) 20,25 0 20,25 15,75 38,25007 33,74996 40,50046 40,4943011 0 36,00017 33,75025 25
25 E (mm/month) 15,14335 0 17,34571 12,51972 26,44248 30,06989 27,14403 58,9172183 0 38,09212 25,82251 38,49503
26 Eactual 59,63864 -11,6166 68,31211 66,97054 42,68806 59,02618 39,87751 86,5778679 198,2496376 67,71881 50,68806 115,4851
Water Surplus
27 P-Ea (mm/month) 205,01 102,59 69,35 135,70 -35,35 -14,12 -39,88 -78,58 -198,25 -19,74 49,23 0,18
28 SMS 405,01 302,59 269,35 335,70 164,65 150,53 110,65 32,07 -166,18 -185,92 -136,69 200,18
29 Soil Moisture Capacity 200 200 200 200 164,6453 150,5257 110,65 32,07 -166,18 -185,92 200 200
30 Soil Storage 0 0 0 0 35,35 14,12 39,88 78,59 198,25 19,74 0 0
31 Water Surplus 205,01 102,59 69,35 135,70 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 49,23 0,18
Total Run Off
32 Infiltration Coefficient 0,25 0,25 0,264659 0,404116 0,375766 0,355203 0,37 0,5 0,5 0,37 0,25 0,5
33 Infiltration 51,25266 25,64755 18,35529 54,83701 -0,00178 0,000138 0 0,00664792 0,000181217 0 12,30797 0,090792
34 K 0,769708 0,7 0,9 0,9 0,7 0,899398 0,743414 0,9 0,9 0,745156 0,720477 0,9
35 PF 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,086431 0,1 0,05 0,1 0,1 0,1 0,1
36 1/2 x (1+k) x l 45,35113 21,80042 17,43752 52,09516 -0,00151 0,000131 0 0,00631552 0,000172156 0 10,58779 0,086252
37 K x Gsom 153,9416 42,97965 58,30206 68,16563 84,18255 75,71223 56,28565 50,6570876 45,5970628 33,97707 24,47971 31,56075
38 GS 61,3995 64,78007 75,73959 120,2608 84,18104 75,71236 56,28565 50,6634031 45,59723495 33,97707 35,0675 31,647
39 GS=GS-Gsom -138,601 3,380572 10,95951 44,5212 -36,0797 -8,46868 -19,4267 -5,6222498 -5,066168155 -11,6202 1,090423 -3,4205
40 Base Flow (mm/month) 189,8532 22,26698 7,395771 10,31581 36,07797 8,468816 19,42671 5,62889768 5,066349372 11,62016 11,21755 3,511289
41 Direct Run Off (mm/month) 153,76 76,94 51,00 80,86 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 36,92 0,09
42 Storm Run Off (mm/month) 0 9,097365 13,76667 0 0,733333 3,881331 0 0,40005819 0 4,797594 9,991994 11,56667
43 Total Run Off (mm/month) 343,61 108,31 72,16 91,17 36,81 12,35 19,43 6,04 5,07 16,41 58,13 15,17
44 Catchment Area (km2) 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278
45 Stream Flow (Q) (m3/s) 12,0949 4,220804 2,540047 3,316277 1,295631 0,449217 0,683896 0,21244947 0,184283322 0,577794 2,11447 0,53393

MEDINA WINANDYANI 15013098 85


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 10 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1983


No. Calculations Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober NovemberDesember
Meteorogical Data
1 Catchment Precipitations (mm/month) 157,67 312,09 214,88 243,00 204,29 36,95 53,98 77,62 1,67 263,88 135,96 141,67
2 Catchment Rain Days 11,00 13,00 10,00 11,00 13,00 2,00 3,00 1,00 0,00 13,00 13,00 9,00
3 Days of Month 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperature ( 0C) 25,2 25,6 25,6 26,1 26,3 26,0 25,3 25,7 26,6 27,0 26,5 26,1
5 Sunshine (%) 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50
6 Relative Humidity (%) 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20
7 Wind Speed (mile/day) 142,72 148,48 82,87 55,25 51,30 62,15 69,06 93,92 101,29 90,76 96,68 138,12
Solar Radiation
8 Solar Radiation 15,434 15,517 15,161 14,105 12,888 13,796 12,388 13,366 14,583 15,239 15,395 15,373
9 A 0,793833 0,80955 0,812625 0,833563 0,840079 0,828 0,800667 0,8157 0,852475 0,874407 0,85114 0,83156
10 B 16,03333 16,11 16,125 16,23125 16,26786 16,2 16,06667 16,14 16,3375 16,46071 16,33 16,22
11 ea 24,03333 24,57 24,675 25,39375 25,62071 25,2 24,26667 24,78 26,0525 26,81643 26,006 25,324
12 ed 21,14933 21,31448 21,2205 21,61643 21,15539 20,6955 19,45378 18,43632 19,14859 19,65261 21,06486 21,32281
13 F1 0,300532 0,4041 0,337397 0,367566 0,400523 0,428554 0,453366 0,47821 0,487573 0,418042 0,333942 0,324793
14 F2 1,637963 1,634028 1,648445 1,621518 1,684725 1,728263 1,85296 2,000513 1,953171 1,913641 1,70776 1,655133
15 F3 0,256185 0,284977 0,301536 0,323459 0,380129 0,387682 0,424799 0,552158 0,581233 0,591556 0,416485 0,343252
16 Reflection Coefficient 0,449956 1 0,393281 0,39758 0,460247 0,389041 0,479808 0,168137 0 0,430855 0,488781 0
17 E1 2,551334 0 3,103539 3,123261 2,786168 3,612191 2,921556 5,317071 7,110283 3,625761 2,628194 4,993039
18 E2 0,760834 1,122986 0,891809 0,975749 1,131293 1,270964 1,477736 1,694435 1,671914 1,340984 0,897001 0,84329
19 E3; (k=1) 0,621822 0,708108 0,551425 0,502163 0,575142 0,628642 0,718165 1,070753 1,169953 1,128479 0,819159 0,817352
20 Ep 2,412322 -0,41488 2,763155 2,649675 2,230017 2,969869 2,161985 4,69339 6,608321 3,413256 2,550352 4,9671
21 Epm 74,78199 -11,6166 85,65782 79,49026 69,13054 89,09607 67,02153 145,4951 198,2496 105,8109 76,51057 153,9801
Limited Evapotranspiration
22 Exposed Surface (%) 45 0 45 45 45,00008 44,99995 45,00051 44,99367 0 45,00022 45,00033 50
23 n 11 13 10 11 13 2 3 1 0 13 13 9
24 E/Epm (%) 15,75 0 18 15,75 11,25002 35,99996 33,75038 38,24462 0 11,25005 11,25008 22,5
25 E (mm/month) 11,77816 0 15,41841 12,51972 7,7772 32,07455 22,62002 55,64404 0 11,90379 8,607502 34,64552
26 Eactual 63,00383 -11,6166 70,23941 66,97054 61,35334 57,02152 44,40151 89,85105 198,2496 93,90715 67,90306 119,3346
Water Surplus
27 P-Ea (mm/month) 94,66 323,71 144,64 176,03 142,93 -20,08 9,58 -12,23 -196,58 169,97 68,06 22,33
28 SMS 294,66 523,71 344,64 376,03 342,93 179,92 189,51 187,77 -8,81 161,16 268,06 222,33
29 Soil Moisture Capacity 200 200 200 200 200 179,9241 200,00 187,77 -8,81 200,00 200 200
30 Soil Storage 0 0 0 0 0 22,08 0 0,00 196,58 0 0 0
31 Water Surplus 94,66 323,71 144,64 176,03 142,93 2,00 9,58 -12,23 0,00 169,97 68,06 22,33
Total Run Off
32 Infiltration Coefficient 0,25 0,25 0,264659 0,404116 0,375766 0,355203 0,37 0,5 0,5 0,37 0,25 0,5
33 Infiltration 23,66571 80,92668 38,28134 71,13636 53,70926 0,71188 0 -6,11305 -0,00149 0 17,01429 11,16604
34 K 0,769708 0,7 0,9 0,9 0,7 0,899398 0,743414 0,9 0,9 0,745156 0,720477 0,9
35 PF 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,086431 0,1 0,05 0,1 0,1 0,1 0,1
36 1/2 x (1+k) x l 20,9407 68,78768 36,36727 67,57954 45,65287 0,676072 0 -5,8074 -0,00141 0 14,63634 10,60774
37 K x Gsom 153,9416 22,1529 81,84652 106,3924 121,7804 150,5891 112,4527 101,2074 85,86 63,97808 46,09475 54,65798
38 GS 31,647 90,94058 118,2138 173,972 167,4332 151,2651 112,4527 95,4 85,85859 63,97808 60,73109 65,26572
39 GS=GS-Gsom -168,353 59,29358 27,27321 55,75816 -6,53871 -16,1681 -38,8125 -17,0527 -9,54141 -21,8805 -3,24699 4,534629
40 Base Flow (mm/month) 192,0187 21,6331 11,00812 15,3782 60,24798 16,87998 38,81247 10,93961 9,539926 21,88051 20,26128 6,631411
41 Direct Run Off (mm/month) 71,00 242,78 106,36 104,89 89,22 1,29 9,58 -6,11 0,00 169,97 51,04 11,17
42 Storm Run Off (mm/month) 15,76667 31,20901 0 0 0 3,193261 5,39844 3,881247 0,166667 0 13,59602 14,16667
43 Total Run Off (mm/month) 278,78 295,62 117,37 120,27 149,47 21,37 53,79 8,71 9,71 191,85 84,90 31,96
44 Catchment Area (km2) 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278
45 Stream Flow (Q) (m3/s) 9,812969 11,52061 4,131385 4,37459 5,261307 0,777121 1,893508 0,306509 0,353001 6,75297 3,088046 1,125117

MEDINA WINANDYANI 15013098 86


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 11 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1984


No. Calculations Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober NovemberDesember
Meteorogical Data
1 Catchment Precipitations (mm/month) 229,74 21,40 194,17 272,20 152,21 41,38 75,83 219,95 9,33 166,82 136,16 155,29
2 Catchment Rain Days 11,00 5,00 12,00 11,00 13,00 6,00 4,33 4,00 2,00 10,00 10,00 10,00
3 Days of Month 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperature ( 0C) 25,2 25,6 25,6 26,1 26,3 26,0 25,3 25,7 26,6 27,0 26,5 26,1
5 Sunshine (%) 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50
6 Relative Humidity (%) 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20
7 Wind Speed (mile/day) 142,72 148,48 82,87 55,25 51,30 62,15 69,06 93,92 101,29 90,76 96,68 138,12
Solar Radiation
8 Solar Radiation 15,434 15,517 15,161 14,105 12,888 13,796 12,388 13,366 14,583 15,239 15,395 15,373
9 A 0,793833 0,80955 0,812625 0,833563 0,840079 0,828 0,800667 0,8157 0,852475 0,874407 0,85114 0,83156
10 B 16,03333 16,11 16,125 16,23125 16,26786 16,2 16,06667 16,14 16,3375 16,46071 16,33 16,22
11 ea 24,03333 24,57 24,675 25,39375 25,62071 25,2 24,26667 24,78 26,0525 26,81643 26,006 25,324
12 ed 21,14933 21,31448 21,2205 21,61643 21,15539 20,6955 19,45378 18,43632 19,14859 19,65261 21,06486 21,32281
13 F1 0,300532 0,4041 0,337397 0,367566 0,400523 0,428554 0,453366 0,47821 0,487573 0,418042 0,333942 0,324793
14 F2 1,637963 1,634028 1,648445 1,621518 1,684725 1,728263 1,85296 2,000513 1,953171 1,913641 1,70776 1,655133
15 F3 0,256185 0,284977 0,301536 0,323459 0,380129 0,387682 0,424799 0,552158 0,581233 0,591556 0,416485 0,343252
16 Reflection Coefficient 0,449956 1 0,393281 0,39758 0,460247 0,389041 0,479808 0,168137 0 0,430855 0,488781 0
17 E1 2,551334 0 3,103539 3,123261 2,786168 3,612191 2,921556 5,317071 7,110283 3,625761 2,628194 4,993039
18 E2 0,760834 1,122986 0,891809 0,975749 1,131293 1,270964 1,477736 1,694435 1,671914 1,340984 0,897001 0,84329
19 E3; (k=1) 0,621822 0,708108 0,551425 0,502163 0,575142 0,628642 0,718165 1,070753 1,169953 1,128479 0,819159 0,817352
20 Ep 2,412322 -0,41488 2,763155 2,649675 2,230017 2,969869 2,161985 4,69339 6,608321 3,413256 2,550352 4,9671
21 Epm 74,78199 -11,6166 85,65782 79,49026 69,13054 89,09607 67,02153 145,4951 198,2496 105,8109 76,51057 153,9801
Limited Evapotranspiration
22 Exposed Surface (%) 45 0 45 45 45,00008 44,99995 45,00051 44,99367 0 45,00022 45,00033 50
23 n 11 5 12 11 13 6 4,333333 4 2 10 10 10
24 E/Epm (%) 15,75 0 13,5 15,75 11,25002 26,99997 30,75035 31,49557 0 18,00009 18,00013 20
25 E (mm/month) 11,77816 0 11,56381 12,51972 7,7772 24,05591 20,60936 45,8245 0 19,04606 13,772 30,79602
26 Eactual 63,00383 -11,6166 74,09401 66,97054 61,35334 65,04016 46,41218 99,67058 198,2496 86,76487 62,73856 123,1841
Water Surplus
27 P-Ea (mm/month) 166,74 33,01 120,07 205,23 90,86 -23,66 29,42 120,28 -188,92 80,06 73,42 32,10
28 SMS 366,74 233,01 320,07 405,23 290,86 176,34 205,76 320,28 11,08 91,14 273,42 232,10
29 Soil Moisture Capacity 200 200 200 200 200 176,3373 200,00 200,00 11,08 200,00 200 200
30 Soil Storage 0 0 0 0 0 23,66 0 0,00 188,92 0 0 0
31 Water Surplus 166,74 33,01 120,07 205,23 90,86 0,00 29,42 120,28 0,00 80,06 73,42 32,10
Total Run Off
32 Infiltration Coefficient 0,25 0,25 0,264659 0,404116 0,375766 0,355203 0,37 0,5 0,5 0,37 0,25 0,5
33 Infiltration 41,68445 8,253736 31,77785 82,93597 34,14211 -0,00097 0 60,14084 0,001848 0 18,35602 16,05199
34 K 0,769708 0,7 0,9 0,9 0,7 0,899398 0,743414 0,9 0,9 0,745156 0,720477 0,9
35 PF 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,086431 0,1 0,05 0,1 0,1 0,1 0,1
36 1/2 x (1+k) x l 36,88466 7,015676 30,18895 78,78917 29,02079 -0,00092 0 57,1338 0,001755 0 15,79055 15,24939
37 K x Gsom 153,9416 45,686 47,43151 69,85842 104,0533 119,6865 88,976 80,0784 123,491 92,02141 66,29932 73,88089
38 GS 65,26572 52,70168 77,62047 148,6476 133,0741 119,6856 88,976 137,2122 123,4927 92,02141 82,08987 89,13028
39 GS=GS-Gsom -134,734 -12,564 24,91879 71,02713 -15,5735 -13,3885 -30,7096 48,2362 -13,7195 -31,4713 -9,93153 7,040405
40 Base Flow (mm/month) 176,4187 20,81778 6,85906 11,90885 49,71559 13,38752 30,70962 11,90464 13,72131 31,47133 28,28755 9,011587
41 Direct Run Off (mm/month) 125,05 24,76 88,29 122,29 56,72 0,00 29,42 60,14 0,00 80,06 55,07 16,05
42 Storm Run Off (mm/month) 0 2,139837 19,41651 0 15,22135 3,576303 7,583281 0 0,933333 16,68203 13,61626 15,52881
43 Total Run Off (mm/month) 301,47 47,72 114,57 134,20 121,65 16,96 67,71 72,05 14,66 128,21 96,97 40,59
44 Catchment Area (km2) 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278
45 Stream Flow (Q) (m3/s) 10,61163 1,859638 4,032749 4,881247 4,282178 0,616956 2,383474 2,535956 0,533096 4,512869 3,527127 1,428827

MEDINA WINANDYANI 15013098 87


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 12 Debit Sintetis Hasil Metode F.J.Mock Tahun 1985


No. Calculations Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober NovemberDesember
Meteorogical Data
1 Catchment Precipitations (mm/month) 268,12 183,62 189,33 156,12 102,48 165,00 176,75 178,53 139,57 147,67 146,70 186,45
2 Catchment Rain Days 12,00 12,00 12,00 9,00 8,00 6,00 9,00 8,00 4,00 6,00 8,00 11,00
3 Days of Month 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperature ( 0C) 25,2 25,6 25,6 26,1 26,3 26,0 25,3 25,7 26,6 27,0 26,5 26,1
5 Sunshine (%) 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50
6 Relative Humidity (%) 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20
7 Wind Speed (mile/day) 142,72 148,48 82,87 55,25 51,30 62,15 69,06 93,92 101,29 90,76 96,68 138,12
Solar Radiation
8 Solar Radiation 15,434 15,517 15,161 14,105 12,888 13,796 12,388 13,366 14,583 15,239 15,395 15,373
9 A 0,793833 0,80955 0,812625 0,833563 0,840079 0,828 0,800667 0,8157 0,852475 0,874407 0,85114 0,83156
10 B 16,03333 16,11 16,125 16,23125 16,26786 16,2 16,06667 16,14 16,3375 16,46071 16,33 16,22
11 ea 24,03333 24,57 24,675 25,39375 25,62071 25,2 24,26667 24,78 26,0525 26,81643 26,006 25,324
12 ed 21,14933 21,31448 21,2205 21,61643 21,15539 20,6955 19,45378 18,43632 19,14859 19,65261 21,06486 21,32281
13 F1 0,300532 0,4041 0,337397 0,367566 0,400523 0,428554 0,453366 0,47821 0,487573 0,418042 0,333942 0,324793
14 F2 1,637963 1,634028 1,648445 1,621518 1,684725 1,728263 1,85296 2,000513 1,953171 1,913641 1,70776 1,655133
15 F3 0,256185 0,284977 0,301536 0,323459 0,380129 0,387682 0,424799 0,552158 0,581233 0,591556 0,416485 0,343252
16 Reflection Coefficient 0,449956 1 0,393281 0,39758 0,460247 0,389041 0,479808 0,168137 0 0,430855 0,488781 0
17 E1 2,551334 0 3,103539 3,123261 2,786168 3,612191 2,921556 5,317071 7,110283 3,625761 2,628194 4,993039
18 E2 0,760834 1,122986 0,891809 0,975749 1,131293 1,270964 1,477736 1,694435 1,671914 1,340984 0,897001 0,84329
19 E3; (k=1) 0,621822 0,708108 0,551425 0,502163 0,575142 0,628642 0,718165 1,070753 1,169953 1,128479 0,819159 0,817352
20 Ep 2,412322 -0,41488 2,763155 2,649675 2,230017 2,969869 2,161985 4,69339 6,608321 3,413256 2,550352 4,9671
21 Epm 74,78199 -11,6166 85,65782 79,49026 69,13054 89,09607 67,02153 145,4951 198,2496 105,8109 76,51057 153,9801
Limited Evapotranspiration
22 Exposed Surface (%) 45 0 45 45 45,00008 44,99995 45,00051 44,99367 0 45,00022 45,00033 50
23 n 12 12 12 9 8 6 9 8 4 6 8 11
24 E/Epm (%) 13,5 0 13,5 20,25 22,50004 26,99997 20,25023 22,49683 0 27,00013 22,50017 17,5
25 E (mm/month) 10,09557 0 11,56381 16,09678 15,5544 24,05591 13,57201 32,73179 0 28,56909 17,215 26,94652
26 Eactual 64,68642 -11,6166 74,09401 63,39348 53,57614 65,04016 53,44952 112,7633 198,2496 77,24184 59,29556 127,0336
Water Surplus
27 P-Ea (mm/month) 203,44 195,24 115,24 92,73 48,90 99,96 123,30 65,76 -58,68 70,42 87,40 59,42
28 SMS 403,44 395,24 315,24 292,73 248,90 299,96 323,30 265,76 141,32 211,75 287,40 259,42
29 Soil Moisture Capacity 200 200 200 200 200 200 200,00 200,00 141,32 200,00 200 200
30 Soil Storage 0 0 0 0 0 0 0 0,00 58,68 0 0 0
31 Water Surplus 203,44 195,24 115,24 92,73 48,90 99,96 123,30 65,76 0,00 70,42 87,40 59,42
Total Run Off
32 Infiltration Coefficient 0,25 0,25 0,264659 0,404116 0,375766 0,355203 0,37 0,5 0,5 0,37 0,25 0,5
33 Infiltration 50,85949 48,80886 30,49845 37,47302 18,37641 35,50479 0 32,88163 0,000874 0 21,85035 29,70908
34 K 0,769708 0,7 0,9 0,9 0,7 0,899398 0,743414 0,9 0,9 0,745156 0,720477 0,9
35 PF 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,086431 0,1 0,05 0,1 0,1 0,1 0,1
36 1/2 x (1+k) x l 45,00323 41,48753 28,97353 35,59937 15,61995 33,71886 0 31,23755 0,00083 0 18,79651 28,22362
37 K x Gsom 153,9416 62,3912 93,49085 110,2179 102,0721 105,852 103,759 93,38306 112,1586 83,57628 60,2148 71,11018
38 GS 89,13028 103,8787 122,4644 145,8173 117,6921 139,5708 103,759 124,6206 112,1594 83,57628 79,01132 99,33381
39 GS=GS-Gsom -110,87 14,74845 18,58566 23,35293 -28,1252 21,87877 -35,8119 20,86166 -12,4612 -28,5831 -4,56497 20,32249
40 Base Flow (mm/month) 161,7292 34,06041 11,9128 14,12009 46,50165 13,62603 35,81188 12,01998 12,4621 28,5831 26,41532 9,386585
41 Direct Run Off (mm/month) 152,58 146,43 84,74 55,26 30,53 64,45 123,30 32,88 0,00 70,42 65,55 29,71
42 Storm Run Off (mm/month) 0 18,36189 18,93309 15,61218 10,24801 14,26085 17,67472 8,926328 13,95714 14,76667 14,66969 18,64517
43 Total Run Off (mm/month) 314,31 198,85 115,58 84,99 87,28 92,34 176,78 53,83 26,42 113,77 106,64 57,74
44 Catchment Area (km2) 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278
45 Stream Flow (Q) (m3/s) 11,06343 7,749287 4,068497 3,091226 3,072102 3,358596 6,222697 1,89471 0,960971 4,004794 3,87864 2,032441

MEDINA WINANDYANI 15013098 88


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 13 Debit Sintetis Hasil Metode F.J. Mock Tahun 1986


No. Calculations Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober NovemberDesember
Meteorogical Data
1 Catchment Precipitations (mm/month) 209,76 136,91 185,00 248,00 45,14 158,19 105,80 111,54 140,92 269,29 218,76 227,99
2 Catchment Rain Days 11,00 10,00 13,00 12,00 5,00 7,00 6,00 5,00 8,00 11,00 9,00 12,00
3 Days of Month 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperature ( 0C) 25,2 25,6 25,6 26,1 26,3 26,0 25,3 25,7 26,6 27,0 26,5 26,1
5 Sunshine (%) 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50
6 Relative Humidity (%) 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20
7 Wind Speed (mile/day) 142,72 148,48 82,87 55,25 51,30 62,15 69,06 93,92 101,29 90,76 96,68 138,12
Solar Radiation
8 Solar Radiation 15,434 15,517 15,161 14,105 12,888 13,796 12,388 13,366 14,583 15,239 15,395 15,373
9 A 0,793833 0,80955 0,812625 0,833563 0,840079 0,828 0,800667 0,8157 0,852475 0,874407 0,85114 0,83156
10 B 16,03333 16,11 16,125 16,23125 16,26786 16,2 16,06667 16,14 16,3375 16,46071 16,33 16,22
11 ea 24,03333 24,57 24,675 25,39375 25,62071 25,2 24,26667 24,78 26,0525 26,81643 26,006 25,324
12 ed 21,14933 21,31448 21,2205 21,61643 21,15539 20,6955 19,45378 18,43632 19,14859 19,65261 21,06486 21,32281
13 F1 0,300532 0,4041 0,337397 0,367566 0,400523 0,428554 0,453366 0,47821 0,487573 0,418042 0,333942 0,324793
14 F2 1,637963 1,634028 1,648445 1,621518 1,684725 1,728263 1,85296 2,000513 1,953171 1,913641 1,70776 1,655133
15 F3 0,256185 0,284977 0,301536 0,323459 0,380129 0,387682 0,424799 0,552158 0,581233 0,591556 0,416485 0,343252
16 Reflection Coefficient 0,449956 1 0,393281 0,39758 0,460247 0,389041 0,479808 0,168137 0 0,430855 0,488781 0
17 E1 2,551334 0 3,103539 3,123261 2,786168 3,612191 2,921556 5,317071 7,110283 3,625761 2,628194 4,993039
18 E2 0,760834 1,122986 0,891809 0,975749 1,131293 1,270964 1,477736 1,694435 1,671914 1,340984 0,897001 0,84329
19 E3; (k=1) 0,621822 0,708108 0,551425 0,502163 0,575142 0,628642 0,718165 1,070753 1,169953 1,128479 0,819159 0,817352
20 Ep 2,412322 -0,41488 2,763155 2,649675 2,230017 2,969869 2,161985 4,69339 6,608321 3,413256 2,550352 4,9671
21 Epm 74,78199 -11,6166 85,65782 79,49026 69,13054 89,09607 67,02153 145,4951 198,2496 105,8109 76,51057 153,9801
Limited Evapotranspiration
22 Exposed Surface (%) 45 0 45 45 45,00008 44,99995 45,00051 44,99367 0 45,00022 45,00033 50
23 n 11 10 13 12 5 7 6 5 8 11 9 12
24 E/Epm (%) 15,75 0 11,25 13,5 29,25005 24,74997 27,00031 29,24588 0 15,75008 20,25015 15
25 E (mm/month) 11,77816 0 9,636505 10,73118 20,22072 22,05125 18,09602 42,55132 0 16,6653 15,4935 23,09702
26 Eactual 63,00383 -11,6166 76,02131 68,75907 48,90982 67,04482 48,92552 102,9438 198,2496 89,14563 61,01706 130,8831
Water Surplus
27 P-Ea (mm/month) 146,76 148,53 108,98 179,24 -3,77 91,14 56,88 8,60 -57,33 180,14 157,75 97,10
28 SMS 346,76 348,53 308,98 379,24 196,23 287,37 256,88 208,60 142,67 322,81 357,75 297,10
29 Soil Moisture Capacity 200 200 200 200 196,2282 200 200,00 200,00 142,67 200,00 200 200
30 Soil Storage 0 0 0 0 3,77 0 0 0,00 57,33 0 0 0
31 Water Surplus 146,76 148,53 108,98 179,24 0,00 91,14 56,88 8,60 0,00 180,14 157,75 97,10
Total Run Off
32 Infiltration Coefficient 0,25 0,25 0,264659 0,404116 0,375766 0,355203 0,37 0,5 0,5 0,37 0,25 0,5
33 Infiltration 36,6889 37,13242 28,84215 72,43417 -0,00066 32,3745 0 4,29854 0,001875 0 39,4368 48,55162
34 K 0,769708 0,7 0,9 0,9 0,7 0,899398 0,743414 0,9 0,9 0,745156 0,720477 0,9
35 PF 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,086431 0,1 0,05 0,1 0,1 0,1 0,1
36 1/2 x (1+k) x l 32,46432 31,56256 27,40005 68,81246 -0,00056 30,74603 0 4,083613 0,001781 0 33,92506 46,12404
37 K x Gsom 153,9416 69,53367 90,9866 106,548 122,7523 110,4026 104,9319 94,43874 88,67012 66,07444 47,60512 73,37717
38 GS 99,33381 101,0962 118,3867 175,3604 122,7517 141,1487 104,9319 98,52236 88,6719 66,07444 81,53018 119,5012
39 GS=GS-Gsom -100,666 1,762417 17,29042 56,97379 -52,6087 18,39692 -36,2167 -6,40958 -9,85045 -22,5975 15,45575 37,97102
40 Base Flow (mm/month) 137,3551 35,37001 11,55173 15,46037 52,60803 13,97759 36,21673 10,70812 9,852329 22,59746 23,98106 10,5806
41 Direct Run Off (mm/month) 110,07 111,40 80,14 106,81 0,00 58,77 56,88 4,30 0,00 180,14 118,31 48,55
42 Storm Run Off (mm/month) 0 13,69131 18,5 0 4,513806 13,67243 10,58044 5,577042 14,09234 0 0 0
43 Total Run Off (mm/month) 247,42 160,46 110,19 122,27 57,12 86,42 103,68 20,58 23,95 202,74 142,29 59,13
44 Catchment Area (km2) 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278
45 Stream Flow (Q) (m3/s) 8,709091 6,253189 3,878558 4,447184 2,010614 3,143297 3,64933 0,724533 0,871 7,13627 5,175523 2,081417

MEDINA WINANDYANI 15013098 89


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

A. 14 Debit Sintetis Hasil Metode F.J.Mock Tahun 1987


No. Calculations Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober NovemberDesember
Meteorogical Data
1 Catchment Precipitations (mm/month) 192,84 237,90 230,09 149,84 64,69 65,17 26,56 188,36 204,59 20,85 60,99 250,72
2 Catchment Rain Days 12,00 11,00 13,00 11,00 9,00 3,00 1,00 9,00 11,00 1,00 5,00 13,00
3 Days of Month 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperature ( 0C) 25,2 25,6 25,6 26,1 26,3 26,0 25,3 25,7 26,6 27,0 26,5 26,1
5 Sunshine (%) 40,50 65,25 49,00 55,75 63,50 70,60 77,50 83,00 84,00 66,75 47,25 45,50
6 Relative Humidity (%) 88,00 86,75 86,00 85,13 82,57 82,13 80,17 74,40 73,50 73,29 81,00 84,20
7 Wind Speed (mile/day) 142,72 148,48 82,87 55,25 51,30 62,15 69,06 93,92 101,29 90,76 96,68 138,12
Solar Radiation
8 Solar Radiation 15,434 15,517 15,161 14,105 12,888 13,796 12,388 13,366 14,583 15,239 15,395 15,373
9 A 0,793833 0,80955 0,812625 0,833563 0,840079 0,828 0,800667 0,8157 0,852475 0,874407 0,85114 0,83156
10 B 16,03333 16,11 16,125 16,23125 16,26786 16,2 16,06667 16,14 16,3375 16,46071 16,33 16,22
11 ea 24,03333 24,57 24,675 25,39375 25,62071 25,2 24,26667 24,78 26,0525 26,81643 26,006 25,324
12 ed 21,14933 21,31448 21,2205 21,61643 21,15539 20,6955 19,45378 18,43632 19,14859 19,65261 21,06486 21,32281
13 F1 0,300532 0,4041 0,337397 0,367566 0,400523 0,428554 0,453366 0,47821 0,487573 0,418042 0,333942 0,324793
14 F2 1,637963 1,634028 1,648445 1,621518 1,684725 1,728263 1,85296 2,000513 1,953171 1,913641 1,70776 1,655133
15 F3 0,256185 0,284977 0,301536 0,323459 0,380129 0,387682 0,424799 0,552158 0,581233 0,591556 0,416485 0,343252
16 Reflection Coefficient 0,449956 1 0,393281 0,39758 0,460247 0,389041 0,479808 0,168137 0 0,430855 0,488781 0
17 E1 2,551334 0 3,103539 3,123261 2,786168 3,612191 2,921556 5,317071 7,110283 3,625761 2,628194 4,993039
18 E2 0,760834 1,122986 0,891809 0,975749 1,131293 1,270964 1,477736 1,694435 1,671914 1,340984 0,897001 0,84329
19 E3; (k=1) 0,621822 0,708108 0,551425 0,502163 0,575142 0,628642 0,718165 1,070753 1,169953 1,128479 0,819159 0,817352
20 Ep 2,412322 -0,41488 2,763155 2,649675 2,230017 2,969869 2,161985 4,69339 6,608321 3,413256 2,550352 4,9671
21 Epm 74,78199 -11,6166 85,65782 79,49026 69,13054 89,09607 67,02153 145,4951 198,2496 105,8109 76,51057 153,9801
Limited Evapotranspiration
22 Exposed Surface (%) 45 0 45 45 45,00008 44,99995 45,00051 44,99367 0 45,00022 45,00033 50
23 n 12 11 13 11 9 3 1 9 11 1 5 13
24 E/Epm (%) 13,5 0 11,25 15,75 20,25004 33,74996 38,25043 20,24715 0 38,25019 29,25022 12,5
25 E (mm/month) 10,09557 0 9,636505 12,51972 13,99896 30,06989 25,63603 29,45861 0 40,47288 22,37951 19,24751
26 Eactual 64,68642 -11,6166 76,02131 66,97054 55,13158 59,02618 41,38551 116,0365 198,2496 65,33806 54,13106 134,7326
Water Surplus
27 P-Ea (mm/month) 128,15 249,51 154,07 82,87 9,55 6,14 -14,82 72,33 6,34 -44,49 6,86 115,99
28 SMS 328,15 449,51 354,07 282,87 209,55 206,14 185,18 257,50 206,34 155,51 162,37 315,99
29 Soil Moisture Capacity 200 200 200 200 200 200 185,18 200,00 200,00 155,51 200 200
30 Soil Storage 0 0 0 0 0 0 14,82 0,00 0,00 44,49 0 0
31 Water Surplus 128,15 249,51 154,07 82,87 9,55 6,14 0,00 72,33 6,34 0,00 6,86 115,99
Total Run Off
32 Infiltration Coefficient 0,25 0,25 0,264659 0,404116 0,375766 0,355203 0,37 0,5 0,5 0,37 0,25 0,5
33 Infiltration 32,03845 62,37815 40,77529 33,48899 3,590059 2,181119 0 36,1632 3,170729 0 1,713783 57,99465
34 K 0,769708 0,7 0,9 0,9 0,7 0,899398 0,743414 0,9 0,9 0,745156 0,720477 0,9
35 PF 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,086431 0,1 0,05 0,1 0,1 0,1 0,1
36 1/2 x (1+k) x l 28,34936 53,02143 38,73652 31,81454 3,05155 2,071406 0 34,35504 3,012193 0 1,474263 55,09492
37 K x Gsom 153,9416 83,65084 123,005 145,5674 124,1674 114,4204 86,60167 77,9415 101,0669 77,5552 55,87675 51,61591
38 GS 119,5012 136,6723 161,7416 177,3819 127,2189 116,4918 86,60167 112,2965 104,0791 77,5552 57,35101 106,7108
39 GS=GS-Gsom -80,4988 17,17107 25,06929 15,64038 -50,163 -10,7271 -29,8901 25,69487 -8,21746 -26,5239 -20,2042 49,35982
40 Base Flow (mm/month) 112,5373 45,20708 15,70599 17,84861 53,75309 12,90823 29,89013 10,46833 11,38819 26,52388 21,91797 8,634833
41 Direct Run Off (mm/month) 96,12 187,13 113,29 49,38 5,96 3,96 0,00 36,16 3,17 0,00 5,14 57,99
42 Storm Run Off (mm/month) 19,28402 0 0 14,98402 6,468556 5,632437 2,656171 9,418144 0 2,084813 6,098619 0
43 Total Run Off (mm/month) 227,94 232,34 129,00 82,21 66,19 22,50 32,54 56,05 14,56 28,61 33,16 66,63
44 Catchment Area (km2) 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278 94,278
45 Stream Flow (Q) (m3/s) 8,023227 9,054521 4,540654 2,99032 2,329691 0,818387 1,145476 1,972913 0,529547 1,007011 1,206043 2,345316

MEDINA WINANDYANI 15013098 90


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

B. 1 Tabel Perhitungan Life Storage

MEDINA WINANDYANI 15013098 91


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

69 September 1,67 8627690,88 5583 8633274,22 1152753916,31 17414532,97 1201602775,06 -48848858,75


70 Oktober 263,88 14758046,87 883984 15642030,79 1168395947,09 17414532,97 1219017308,03 -50621360,94
71 November 135,96 15977819,01 455467 16433285,70 1184829232,79 17414532,97 1236431841,00 -51602608,21
72 Desember 141,67 14967715,12 474583 15442298,45 1200271531,24 17414532,97 1253846373,97 -53574842,73
73 Januari 229,74 18924117,73 769634 19693752,23 1219965283,47 17414532,97 1271260906,95 -51295623,47
74 Februari 21,40 16264855,35 71685 16336539,89 1236301823,36 17414532,97 1288675439,92 -52373616,56
75 Maret 194,17 17415523,76 650453 18065976,72 1254367800,08 17414532,97 1306089972,89 -51722172,81
76 April 272,20 22058906,62 911865 22970771,78 1277338571,87 17414532,97 1323504505,86 -46165934,00
77 Mei 152,21 20311797,75 509915 20821712,83 1298160284,70 17414532,97 1340919038,83 -42758754,13
78 Juni 41,38 15499036,57 138614 15637650,95 1313797935,65 17414532,97 1358333571,81 -44535636,15
79 Juli 75,83 12289431,18 254040 12543471,08 1326341406,73 17414532,97 1375748104,78 -49406698,05
80 Agustus 219,95 14905867,57 736840 15642707,66 1341984114,39 17414532,97 1393162637,75 -51178523,36
81 September 9,33 10789364,45 31267 10820631,12 1352804745,51 17414532,97 1410577170,72 -57772425,21
82 Oktober 166,82 14215138,17 558848 14773986,20 1367578731,71 17414532,97 1427991703,69 -60412971,98
83 November 136,16 17487594,81 456145 17943739,59 1385522471,30 17414532,97 1445406236,66 -59883765,36
84 Desember 155,29 15947282,50 520215 16467497,55 1401989968,85 17414532,97 1462820769,64 -60830800,79
85 Januari 268,1243958 20384374,01 898217 21282590,74 1423272559,58 17414532,97 1480235302,61 -56962743,03
86 Februari 183,6188628 20722204,44 615123 21337327,63 1444609887,21 17414532,97 1497649835,58 -53039948,37
87 Maret 189,3309411 19348487,07 634259 19982745,73 1464592632,93 17414532,97 1515064368,55 -50471735,62
88 April 156,1217941 19611603,05 523008 20134611,06 1484727243,99 17414532,97 1532478901,52 -47751657,53
89 Mei 102,4800631 17084268,72 343308 17427576,94 1502154820,93 17414532,97 1549893434,50 -47738613,57
90 Juni 164,9964812 16197815,32 552738 16750553,53 1518905374,46 17414532,97 1567307967,47 -48402593,01
91 Juli 176,7472286 16893945,11 592103 17486048,33 1536391422,79 17414532,97 1584722500,44 -48331077,65
92 Agustus 178,5265641 15850357,43 598064 16448421,42 1552839844,21 17414532,97 1602137033,41 -49297189,20
93 September 139,5713858 13889137,00 467564 14356701,14 1567196545,35 17414532,97 1619551566,38 -52355021,03
94 Oktober 147,6666667 14273297,16 494683 14767980,50 1581964525,85 17414532,97 1636966099,36 -55001573,51
95 November 146,6969488 16378995,48 491435 16870430,26 1598834956,11 17414532,97 1654380632,33 -55545676,22
96 Desember 186,4517486 16750300,60 624613 17374913,96 1616209870,06 17414532,97 1671795165,30 -55585295,23
97 Januari 209,7594111 19436122,88 702694 20138816,91 1636348686,97 17414532,97 1689209698,27 -52861011,30
98 Februari 136,9131176 22754023,47 458659 23212682,41 1659561369,38 17414532,97 1706624231,24 -47062861,86
99 Maret 185 21364250,96 619750 21984000,96 1681545370,34 17414532,97 1724038764,21 -42493393,87
100 April 248 25225906,22 830800 26056706,22 1707602076,56 17414532,97 1741453297,19 -33851220,63
101 Mei 45,13805634 17777947,64 151212 17929160,13 1725531236,69 17414532,97 1758867830,16 -33336593,47
102 Juni 158,1884593 17944510,02 529931 18474441,35 1744005678,04 17414532,97 1776282363,13 -32276685,09
103 Juli 105,804359 14881873,37 354445 15236317,98 1759241996,02 17414532,97 1793696896,10 -34454900,08
104 Agustus 111,5408414 12350843,13 373662 12724504,95 1771966500,97 17414532,97 1811111429,07 -39144928,11
105 September 140,9233875 13998620,71 472093 14470714,06 1786437215,02 17414532,97 1828525962,05 -42088747,03
106 Oktober 269,2867152 19472317,82 902110 20374428,31 1806811643,33 17414532,97 1845940495,02 -39128851,68
107 November 218,7642798 21571594,37 732860 22304454,70 1829116098,04 17414532,97 1863355027,99 -34238929,95
108 Desember 227,9863258 22809426,63 763754 23573180,82 1852689278,86 17414532,97 1880769560,96 -28080282,10
109 Januari 192,8402367 24203614,12 646015 24849628,91 1877538907,77 17414532,97 1898184093,93 -20645186,16
110 Februari 237,896041 27422617,33 796952 28219569,07 1905758476,84 17414532,97 1915598626,90 -9840150,06
111 Maret 230,0887574 26340484,80 770797 27111282,13 1932869758,97 17414532,97 1933013159,88 -143400,90
112 April 149,8402367 24867365,54 501965 25369330,33 1958239089,31 17414532,97 1950427692,85 7811396,46
113 Mei 64,68556172 19548467,68 216697 19765164,31 1978004253,62 17414532,97 1967842225,82 10162027,80
114 Juni 65,16666444 17109901,83 218308 17328210,15 1995332463,77 17414532,97 1985256758,79 10075704,98
115 Juli 26,56170659 13088546,64 88982 13177528,35 2008509992,13 17414532,97 2002671291,76 5838700,36
116 Agustus 188,3628702 16172490,75 631016 16803506,36 2025313498,49 17414532,97 2020085824,74 5227673,75
117 September 204,5910963 19798381,83 685380 20483762,01 2045797260,50 17414532,97 2037500357,71 8296902,79
118 Oktober 20,84812623 13078703,86 69841 13148545,08 2058945805,58 17414532,97 2054914890,68 4030914,90
119 November 60,98619329 11584734,99 204304 11789038,74 2070734844,32 17414532,97 2072329423,65 -1594579,33
120 Desember 250,7218935 18169193,96 839918 19009112,30 2089743956,62 17414532,97 2089743956,62 0,00

MEDINA WINANDYANI 15013098 92


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS CIASEM-CURUG AGUNG

MEDINA WINANDYANI 15013098 46

Anda mungkin juga menyukai