PENDAHULUAN
`
Irigasi Bangunan Air
2
1.4 Tujuan Penelitian
1. Dapat menentukan bangunan-bangunan pada bendung tetap
2. Mengetahui cara menghitung dimensi bendung.
3. Agar mengetahui cara merencanakan Box Culvert yang melewati
saluran.
1.5 Manfaat
1. Memasuk dan menyediakan air untuk lahan pertanian
2. Menjamin ketersediaan air ketika musim kemarau
3. Melancarkan aliran air ke pertanian
4. Sebagai sarana pendukung kebutuhan pangan
5. Menyuburkan tanah
6. Pengaturan suhu tanah
7. Box Culvert sebagai material konstruksi bawah tanah
`
Irigasi Bangunan Air
3
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Bendung Tetap
Bangunan air ini dengan kelengkapannya dibangun melintang
sungai atau sudetan,dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air
dengan ambang tetap sehingga air sungaidapat disadap dan dialirkan
secara gravitasi ke jaringan irigasi. Kelebihan airnyadilimpahkan ke hilir
dengan terjunan yang dilengkapi dengan kolam olak dengan
maksuduntuk meredam energi.
5. Pompa
Pompa digunakan bila bangunan-bangunan pengelak yang lain
tidak dapatmemecahkan permasalahan pengambilan air dengan gravitasi,
atau kalau pengambilan airrelatif sedikit dibandingkan dengan lebar
sungai. Dengan instalasi pompa pengambilan airdapat dilakukan dengan
mudah dan cepat. Namun dalam operasionalnya memerlukan biaya
operasi dan pemeliharaannya cukup mahal terutama dengan makin
mahalnya bahan bakar dan tenaga listrik. Dari cara instalasinya pompa
dapat dibedakan atas pompa yang mudah dipindah karena ringan dan
mudah dirakit ulang setelah dilepas komponennya dan pompa tetap
(stationary) yang dibangun/dipasang dalam bangunan rumah pompa
secarapermanen. Ada beberapa jenis pompa didasarkan pada tenaga
penggeraknya, antara lain:
a. Pompa air yang digerakkan oleh tenaga manusia (pompa tangan),
b. Pompa air dengan penggerak tenaga air (air terjun dan aliran air),
c. Pompa air dengan penggerak berbahan bakar minyak
d. Pompa air dengan penggerak tenaga listrik.
6. Pengambilan Bebas
Pengambilan air untuk irigasi ini langsung dilakukan dari sungai
dengan meletakkan bangunan pengambilan yang tepat di tepi sungai,
yaitu pada tikungan luar dan tebing sungai yang kuat atau masif.
Bangunan pengambilan ini dilengkapi pintu, ambangrendah dan saringan
yang pada saat banjir pintu dapat ditutup supaya air banjir tidak meluap
ke saluran induk. Kemampuan menyadap air sangat dipengaruhi elevasi
muka air di sungai yang selalu bervariasi tergantung debit pengaliran
sungai saat itu. Pengambilan bebas biasanya digunakan untuk daerah
`
Irigasi Bangunan Air
7
irigasi dengan luasan yang kecil sekitar 150 ha dan masih pada tingkat
irigasi .(setengah) teknis atau irigasi sederhana.
`
Irigasi Bangunan Air
8
tidak lebih dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan
pelaksanaannya.
Trase saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya
penggaliannya tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi
– untuk tidak menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk
dibatasi sampai dengan kedalaman delapan meter.
Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen; sehingga aliran ke intake tidak mengalami
gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga
dapat dihindari.
d. Kondisi Hidraulik dan Morfologi
Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit
banjir, sedang dan kecil;
Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan
kecil;
Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
e. Kondisi Tanah Pondasi
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup
baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan
karena arus dan sebagainya.
f. Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu
faktor penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa
alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan
pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.
`
Irigasi Bangunan Air
9
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk
membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai
dari elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah,
pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya
dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh bendung merupakan bagian
yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal maupun
air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap tekanan air, tekanan
akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa,dan akibat berat
sendiri.
`
Irigasi Bangunan Air
10
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk
saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam
saluran. Pada bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah,
yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak
daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah, menuntut
adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila salah
satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya lewat
gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini akan
menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup
satu saja.
d. Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan
bendung dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini
disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan
terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada
sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula.
Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin
saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu
pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara
dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara
pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung
konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk
menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu
tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak
tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih
60 menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu
penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua
bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut
dapat lewat diatasnya.
`
Irigasi Bangunan Air
11
e. Kolam Peredam Energi
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik
pada palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung
akan terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini
akan menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam
kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi.
Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara
penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara
garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe,
yaitu :
1. Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai
tidak membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan
dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan
energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
2. Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya
dengan peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk
hidrolis kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor,
yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu
dengan muka air banjir di hilir.
3. Ruang Olak Tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid
bucket, slotted rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky
jump. Ketiga tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe
Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan.
Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai membawa batuan
sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai
belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada
batuan yang terbawa akan melanting ke arah hilirnya.
`
Irigasi Bangunan Air
12
4. Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari
10 meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang
terpenting ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran
dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I
merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat
benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang
olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-
blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung
hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan
hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III
merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu,
pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir
dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan
tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI
merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di ujung hulu,
di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air
dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 -
4,5.
f. Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi
sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan
biasanya ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan.
Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian
dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur
dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke
sungai sebelah hilir.
g. Bangunan Pelengkap
`
Irigasi Bangunan Air
13
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan
ditambahkan ke bangunan utama, seperti :
Gorong-gorong
Gorong-gorong berupa saluran tertutup, dengan peralihan pada
bagian masuk dan keluar. Gorong-gorong akan sebanyak mungkin
mengikuti kemiringan saluran. Gorong-gorong berfungsi sebagai
saluran terbuka selama bangunan tidak tenggelam. Gorong-gorong
mengalir penuh bila lubang keluar tenggelam atau jika air di hulu
tinggi dan gorong-gorong panjang.
Talang
Talang atau flum adalah penampang saluran buatan di mana air
mengalir dengan permukaan bebas, yang dibuat melintas cekungan,
saluran, sungai, jalan atau sepanjang lereng bukit. Bangunan ini
dapat didukung dengan pilar atau kontruksi lain. Talang atau flum
dan baja dan beton dipakai untuk membawa debit kecil. Untuk
saluran-saluran yang lebih besar dipakai talang beton atau baja.
Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air lewat bawah jalan, melalui
sungai atau saluran pembuang yang dalam. Aliran dalam sipon
mengikuti prinsip aliran dalam saluran tertutup. Antara saluran dan
sipon pada pemasukan dan pengeluaran diperlukan peralihan yang
cocok.
Got Miring
Pada medan terjal di mana beda tinggi energi yang besar harus
ditanggulangi dalam jarak pendek dan saluran tersier mengikuti
kemiringan medan, akan diperlukan got miring. Got niring ini terdiri
dari bagian masuk, bagian peralihan, bagian normal dan kolam olak.
Jalan Inspeksi
Layout petak tersier juga mencakup perencanaan jalan inspeksi dan
jalan petani. Operasi dan pemeliharaan saluran dan bangunan di
`
Irigasi Bangunan Air
14
dalam petak tersier membutuhkan jalan inspeksi di sepanjang
saluran irigasi sampai ke boks bagi yang terletak paling ujung/hilir.
Jembatan
Jembatan dipakai hanya apabila tinggi energi yang tersedia terbatas.
Bangunan perlengkap pada bendung untuk keperluan :
Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran
sungai.
Pengoperasian pintu.
Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk
tenaga eksploitasi dan pemeliharaan.
Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama
mudah dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk
umum.
`
Irigasi Bangunan Air
17
b. Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi
oleh:
Q = A.V
Penampang sungai diasumsikan berbentuk trapezium, adapun
persamaan luas penampang sungai adalah sebagai berikut :
A = (b + m.h)h
= ( b + 1.h ).h
= b h + h2
P=B+2 h . √1+m2
Persamaan keliling basah tampang sungai menggunakan rumus
P=b+2 h . √ 1+12
P=b+2 h . √ 2
A bh+h2
R= =R=
P b+2 h √2
V =C √ R . I
87
C=
Jb
1+
√R
87
V= √R . I
0,85
1+
√R
- Kemiringan dasar sungai ( I );
- Lebar dasar sungai (b);
- Debit maksimum (Qd).
`
Irigasi Bangunan Air
18
- Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder;
- Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran;
- Kehilangan tekanan di alat – alat ukur;
- Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer;
- Persediaan tekanan untuk eksploitasi;
- Persediaan untuk bangunan lain.
Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai
udik atau dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam
menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan
terhadap :
- Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggitekan;
- Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;
- Tinggi muka air genangan yang akan terjadi;
- Kesempurnaan aliran pada bendung;
- Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;
- Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan
minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).
- Tinggi mercu bendung (p) dianjurkan tidak lebih dari 4.00 meter dan
minimum 0.5
Qd = Cd ⅔ ⅔ g b H3/2
Dimana :
Qd = debit desain, m3/det
Cd = koefisien debit = Cd = C0 . C1. C2
G = percepatan gravitasi
B = lebar mercu efektif
H = tinggi energy di atas mercu
`
Irigasi Bangunan Air
19
e. Panjang atau Lebar Mercu Bendung
Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus
diperhitungkan terhadap :
- Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang
cukup;
- Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada
debit desain.
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu
- Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh
alur (bank full discharge);
- Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada
ruassungai yang telah stabil.
Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula
terlalu lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan
memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya
tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula
genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat
mengakibatkan profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan terjadi
pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan
gangguan penyadapan aliran ke intake.
`
Irigasi Bangunan Air
21
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi
yang diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertical lebih besar
daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1.
j. Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk
ke saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke
dalam saluran (pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung
tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa
juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi
ambang tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang
makin tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda padat dan
kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran
pintu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup untuk
mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak
berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka
yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran
pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya
maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih
`
Irigasi Bangunan Air
22
besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar
diantaranya.
j. Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung
(B), sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat
di atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung.
Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air
setinggi air banjir
`
Irigasi Bangunan Air
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
`
Irigasi Bangunan Air
24
3.3 Metodologi Perencanaan Bendung
Metode perencanaan digunakan untuk menentukan langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam perencanaan bendung. Adapun metodologi
perencanaan yang digunakan adalah :
`
Irigasi Bangunan Air
25
Bagan Alir Perencanaan
MULAI
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Analisis Hidrologi
Perencanaan Konstruksi
Stabilitas Konstruksi
Aman
Gambar Konstruksi
SELESAI
`
Irigasi Bangunan Air
26
BAB IV
4.1. Data
Pada suatu daerah pengairan yang potensional, dibutuhkan
sebuah bangunan penangkap air disungai berupa bangunan bendung tetap.
Berdasarkan keadaan fisik lapangan dan hasil analisis data
hidrologi, diperoleh data – data sebagai berikut :
`
Irigasi Bangunan Air
27
4.2. Perancangan Tubuh Bendung
4.2.1. Perancangan Elevasi Mercu Bendung
Menentukan elevasi mercu bendung adalah suatu proses
perhitungan untuk mendapatkan tinggi mercu sehingga didapat elevasi
yang optimal bagi jaringan irigasi tersebut.
Tinggi Mercu = Elevasi Mervu – Elevasi Dasar Sungai
Faktor – faktor yang mempengaruhi peil (ketinggian) mercu bendung :
1. Elevasi Sawah Tertinggi = 22 m
2. Peil muka air sawah tertinggi = 0,15 m
3. Kehilangan tekanan dari sawah ke sawah = 0,10 m
4. Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke tersier = 0,10 m
5. Kehilangan Tekanan dari saluran primer ke sekunder= 0,10 m
6. Kehilangan tekanan karena turning saluran = 0,15 m
7. Kehilangan tekanan dari alat ukur = 0,40 m
8. Kehilangan tekanan karena eksploitasi = 0,10 m
9. Persediaan untuk lain-lain bangunan = 0,25 m
10. Kehilangan tekanan sungai ke primer = 0,20 m
Jadi, Ketinggian Elevasi Mercu Bendung adalah 23,55 m
`
Irigasi Bangunan Air
28
(b+(2xm)
Muka Air
1 H
1
m b m
`
Irigasi Bangunan Air
29
97
C=
Jb
1+
√R
97
V= √R . I
0,85
1+
√R
97 √ R
V= √ R .0,0016
0,85+ √ R
Tabel 4.1. Perhitungan Tinggi Muka Air di Hilir Bendung
H A P R V Q
1 61,000 62,828 0,9709 0,986106 60,15246
2,5 156,250 67,070 2,3297 1,7679471 276,2417
3,8 272,250 70,898 4,1796 3,1754705 484,4983
3,985 254,980 71,270 3,5777 2,3535734 600,1147
4 256,000 71,312 3,5899 2,3596107 604,0603
Sumber : Perencanaan Kelompok
Dari tabel 4.1 diatas, tinggi muka air dihilir bendung dihitung
dengan menggunakan interpolasi, sebagai berikut.
( 350−60,15246 )
(
X =1+ ( 4−1 ) ×
( 604,0603−60,15246 ) )
( 289,850 )
(( )
X =1+ 3 ×
( 543,90784 ) )
X =1,5990
Maka diperoleh tinggi muka air (h) adalah 1,5990
`
Irigasi Bangunan Air
30
Elevasi dasar sungai dihilir = 19 m
Tinggi air banjir (h) = 1,599 m +19 m
Elevasi air dihilir bendung = 20.6 m
`
Irigasi Bangunan Air
32
Dari grafik didapat harga C 0 = 1,35
P/H1 = 2,38 / 1,90 = 1.25
H1 Beff G Cd Q
1,25 50,20 9,8 1,3 155,4133
1,35 50,18 9,8 1,3 174,3477
`
1,45 50,15 9,8 1,3 193,9813
1,55 50,13 9,8 Irigasi
1,3 Bangunan Air
214,2878 33
1,65 50,10 9,8 1,3 235,2436
3,00 49,78 9,8 1,3 572,9854
3,11 50,76 9,8 1,3 605,5995
Dari hasil coba – coba didapat pembacaan grafik maka H1 = 3,10 m
= 1,49
V 1= √2.9,8(0,5.1,80± 4,8¿) ¿
¿ 10,5698 m/dt
= 6,034 = 0,571
Dimana :
FR = Bilangan Froude
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/dt2)
Yu = Kedalaman air diawal loncatan air (m)
10,5690
FR=
√ 9,8 ×0,571
= 4,468
Syarat penelitian Kolam olak USBR berdasarkan (Fr)
Fr > 1,7 type I
1,7 > Fr > 2,5 type II
2,5 < Fr < 4,5 type III
Fr > 4,5 type IV
Dimana :
Y2 = Kedalaman air diatas ambang ujung
FR = Bilangan Froude
Y2 1
= × ( √ 1± 8. 4,4682 ) −1
Yu 2
Y2 = 5,34 m > h2 = 2,50 , maka bagian hilir tidak aman
FR = 4,468 < 4,5
Maka memakai kolam USBR type IV
`
Irigasi Bangunan Air
36
4.2.9. Menentukan UP lift Preassure
Keadaan yang paling berbahaya digunakan sebagai dasar
menghitung tebal lantai belakang adalah apabila ruang belakang tidak
ada airnya sehingga Up Lift Preassure hanya ditahan oleh lantai
belakang. Aturan untuk Up lift Preassure dihitung :
Px= Hx. Lx/L . ΔH
Dimana :
Px = gaya angkat pada x (kg/m)
L = panjang total bidang kontak dan bendung sampai x (m)
ΔH = Beban tinggi energi (m)
Hx = Tinggi energi diatas bendung (m)
Panjang n pemberat maksimum dan yoniciro untuk Up Lift
M = 2,74 x q0,61
Dimana :
M = dalamnya penggerusan
`
Irigasi Bangunan Air
37
maka dipakai rumus :
CL x H = Lv + 1/3 Lh
Dimana :
CL = Angka embesan Lone ( kerikil halus a,d)
Lv = Jumlah panjang vertikal (m)
Lh = 10 m
Lv + 1/3 Lh = 13 + 1/3 . 10
= 16,33m
1. Data luas daerah irigasi yang dialiri pada sebelah kanan dan kiri = 300 Ha
2. Kebutuhan air untuk tanaman padi = 1,60 ltr/dt/ha
3. Debit pengambilan = 0,300 m3/dt
Dimana :
R = A/O
O = Keliling basah (m)
Perhitungan :
Q = 0,300 m3/dt
Berdasarkan tabel KP-02 hal 125 didapat:
m = 1,0
n = 1,0
K = 35
Menurut Lacey dalam teori and Design of Irigation
Structure kecepatan pengaliran pada suatu saluran dengan jenis arah
tertentu.
Q
V= [ ]
A
Dimana :
Q = Debit rencana saluran (m2/dt)
f = Silf Fouster (untuk clay A = 0,4)
A= (B+mh)h = h2 (m + n)
= h2 (1,0 + 1,0)
= 2h2
O = b + 2 .h 1 = h (n + 2) 1
`
m2 m Irigasi Bangunan Air
2
39
=h(1+2 1)
= 3,82 h
A 2h² 1
R= = = 0,52h
O 3,82 h 2
Q.f ² 0,300 .0 , 4²
V= [ ]
140
= [ 140 ]
= 0,343 m/dt
Q 0,300
V=
A
=
2h²
h² = 0,173
h = 0,416 0,4 m
Maka :
H = 0,4 m
B = n . h = 1,0 . 0,4 = 0,4 m
F = 2h2 = 2 . (0,4)2 = 0,32 m
R = 0,52h = 0,52 . 0,4 = 0,208 m
Rumus Manning :
V = K x R2/3 x I1/2
= 0,343
11/2 35 x 0,208
2/3 = 0,68
`
Irigasi Bangunan Air
40
Diketahui Q pengambilan = 0,300 m3/dt
Tinggi ambang diambil dari elevasi dasar bendung karena sungai
mengangkut pasir dan kerikil.
Q =.b.a √ 2. g . z
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
µ = Koefisien debit untuk bukaan dibawah permukaan air dengan
kehilangan energi kecil µ = 0,80
b = lebar bukaan, n
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi (g=9,8 m/dt)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (0,15 m)
Maka :
b = 0,8 a
Q = 1,2 Qp = 1,2 x 0,300 = 0,36 m3
Q
a.b =
√ 2 gz
0,36
a.0,8.a =
0,8 √ 2 .9,8 .0,15
0,8 a2 = 0,262 a = 0,328
B = 0,8 a
= 0,8 x 0,328
= 0,262
Bp = (b + 2. 0,15)
`
Irigasi Bangunan Air
41
= (0,262+ 2. 0,15)
= 1,162 m
ap = (a + 0,15)
= (0,328 + 0,15)
= 0,478 m
Jadi digunakan pintu pengambilan dengan lebar = 1, 162 m
dan tinggi = 0,478 m, Untuk lebar pengambilan utama
(w) = lebar pembilas / 0,6
= 5 / 0,6
= 8,33 m
`
Irigasi Bangunan Air
42
Dipergunakan pintu pembilas dengan lebar masing – masing 1
pintu = 2,5 m dengan menggunakan 2 pilar a = 1 m. Untuk tinggi
pintu pembilas sama dengan tinggi bendung ditambah dengan 0,5 m
Jadi elevasi dinding pemisah (Edp)
Vc = 1,5. C.d1/2
Dimana :
Vc = kecepatan kritis yang diperlukan untuk pembilasan (m/dt)
C = Koefisien yang tergantung dari bentuk sedimen (5,5)
d = diameter maksimum butir (0,10 m)
maka:
Vc = 1,5 . 5,5 (0,10)1/2
= 2,609 m/dt
Jadi debit yang diperlukan untuk pembilasan
V = c . √ 2 gz
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/dt)
P = Tinggi muka air (22,15 –21,5) = 0,65 m
C = koefisien (0,75)
Z = 1/3.P = 1/3. 0 ,65 m = 0,216
`
Irigasi Bangunan Air
43
Maka :
V = 0,75 .√ 2 .9,8 . 0,216 = 4,134 m/dt
Vc =V
2,609 = 4,134 m/dt
`
Irigasi Bangunan Air
44
= 7 x 24 x 3600
= 604800
Kebutuhan pengambilan (Qn) = 5,135 m3/dt
= 1552,824
Qn
Luas permukaan rata-rata (Lb) =
w
Qn = Kebutuhan pengambilan (m3/dt)
W = Kecepatan endapan partikel sedimen (m/det)
¢ partikel = 0,007 mm
Berdasarkan buku petunjuk perencanaan irigasi bagian
penunjang halaman 64 kecepatan endapan w dapat dibaca pada
gambar 3.5, karena di indonesia dipakai suhu air sebesar 20 0 C
dengan diameter 0,07 mm, kecepatan endap w menjadi 0,004 m/dt.
Maka :
Qn
Lb =
w
Lb = 0,300
0,004
= 75.0 m2
75.
b< 0
b < 3,061 8
b dipakai 3,061 L > 8b
`
Irigasi Bangunan Air
45
L > 8. 3,061
L > 24,49 m
Vcr = g
h
zv
I1/2 =
√g . h
0,015
I1/2 =
√ 9,8. 0,8
= 2,8 x 10-5
P = I x L = 2,8 x 10-5 . 24,49 = 6,8 x 10-4
= 0,6m
V = 0,399 m/dt
Q = 0,300 m3/dt
Q 0,300
A = = = 0,752 m2
v 0,399
A = (b+h).h
0,867 = (0,8 b + 0,82)
0,867−0,64
b = = 0,284 m
0,8
o = b + 2h √ 1+m²
= 0,284 + 2. 0,8 √ 1+1²
= 2,55 m
`
Irigasi Bangunan Air
46
A 0,867
R = = = 0,340 m
O 2,55
v 0,399
I1/2 = = = 9,86 . 10-2
k . R ² 35.0,340
Diketahui :
Q pengambilan = 0,300 m3/dt
bazin pasang batu = 0,46
h = 0,8 m
b = 0,284 m
Ap = h ( b + m.b)
= 0,8 ( 0,284 + 1.0,284)
= 0,454 m
Pp = b + 2h √ m ²+1²
Ap 0,454
Rp = = = 0,178
Pp 2,55
Qp 0,300
V = = = 0,660
Ap 0,454
V = c √R.I
v
I pengambilan
√
= 0,5 [
c. R½
¿ ]¿
0,399
√
= 0,5 [
49,254 .0,34
¿ ]¿
= 7,7 . 10-2
= 1,2 x 0,300
`
Irigasi Bangunan Air
47
= 0,36 m3/dt
b = 0,284 m
Ap 0,360
Ap = = = 0,131
v 2,75
Ap 0,131
h pembilasan = = = 0,461 m
b 0,284
Q ² (b+2 m. h)
h kritis =
√
3
g (hk )
R² b
Tembok tegak = m = 0 ……….. = =
g b³
h kritis
√ 9,8( 0,284)
= 0,268 m
h pembilasan = 0,461 m
`
Irigasi Bangunan Air
48
4.2.19 Stabilitas Bendung
`
Gaya – gaya yang bekerja pada bendung
Gaya (ton)
Kode
H V
W1 5,06 5,06 1 12,801 5,192 66,467
W2 5,06 1,00 1 5,060 6,025 30,487
W3 1,87 1,5 1 -2,805 7,485 -20,995
W4 2,71 2,71 1 -3,672 0,903 -3,316
W5 2,71 2,71 1 -3,672 1,807 -6,635
14,189 -6,477 66,008
3. Akibat Gempa
`
Gaya gempa = gaya x Koefisien Gempa
W = 1000 kg/m3
S = 1800 kg/m
θ = 30 0
Ka = 0,333
= 3410,40 kg
Lengan = 5,192 m
Momen = Gaya horizontal x lengan
= 3410,40 x 5,192
= 17706,7968 kg/m
= 17,7068 ton/m
ϑ = 100
`
C = 0,0300
Ka = 0,704
σ a1 = q x ka x 2c x √ ka
= 5,05 x 0,704 – 2 x 0,03 √ 0,704
= 3,556 – 0,05
= 3,505 t/m2
σ a2 = (γsub-γw) x t x ka
= (1,599 – 1) x 3,5 x 0,704
= 1,476 t/m2
`
a. Pada Keadaan Air Normal
No Hx Lx L H Px
A 5,05 0 28,55 2,712 5,05
B 8,55 3,5 28,55 2,712 8,182
C 8,55 4,66 28,55 2,712 8,130
D 7,05 5,667 28,55 2,712 6,455
E 7,05 7,094 28,55 2,712 6,306
F 8,55 8,594 28,55 2,712 7,649
G 8,55 9,427 28,55 2,712 7,561
`
b. Pada Keadaan Air Banjir
No Hx Lx L H Px
A 5,05 0 28,55 2,712 5,05
B 8,55 3,5 28,55 2,712 8,182
C 8,55 4,66 28,55 2,712 8,130
D 7,05 5,667 28,55 2,712 6,455
E 7,05 7,094 28,55 2,712 6,306
F 8,55 8,594 28,55 2,712 7,649
G 8,55 9,427 28,55 2,712 7,561
Momen Up Lift Pressure pada kondisi normal dititik x
No Uraian Gaya Gaya Lengan Momen
Titik Gaya Vertikal Horizontal (m) (kgm)
A–B 0,5x3,5x(7,76+10,691) 32,290 1,458 47,08
B–C 0,5x1,5x(10,691+10,61) 15,976 8,675 138,592
C–D 0,5x0,75x(10,61+8,839) 7,293 7,613 55,522
D-E 0,5x3,8x(8,839+8,609) 33,151 5,083 168,507
E–F 0,5x2,0x(8,609+9,644) 18,253 0,75 13,690
F–G 0,5x1,5(9,644+9,508) 14,364 1,25 17,955
70,784 50,543 441,346
`
Up Lift = 0,060 tm
Akibat Gempa = 50,780 tm +
MG = 190,716 tm
MT 626,99
Syarat Keamanan = = 3,287 > 1,5 OK
MG 190,716
2. Terhadap Geser
a. Gaya Vertikal
Berat sendiri = 92,376 ton
Tekanan air =-
Up Lift Vertikal = 0,053 ton
------------------ v = 92,323 ton
b. Gaya Horizontal
Tekanan Lumpur = 3,36 ton
Tekanan Air = 14,219 ton
Tekanan tanah = 19,465 ton
Up Lift Horizontal = 0,050 ton
Akibat gempa = 13,847 ton
--------------- H = 50,846 ton
F .V 0,75 .92,323
Syarat Keamanan = = 1,361 > 1,25 OK
H 50,846
`
`
`
4.4. Skema irigasi
m
1,5
0m
0,9
= 1,25 m3/det
Hitung debit saluran Qs
Qs = A x V
= 1,88 m3/det
Sehingga : Q
1 ( 2 / 3) 1/2
= A. R S
n
2/3
1,88 = 1,5.Yn + 2.(Yn)2 . 1/0.015. 1,5.Yn + 2.(Yn) . 0,0033 1/2
1,5+2.Yn 1+22
2/3
1,88 . (0,025) = 1,5.Yn + 2.(Yn)2. 1,5.Yn + 2.(Yn)
2/3
1,50 = 1,5.Yn + 2.(Yn)2. 1,5.Yn + 2.(Yn)
1,5+2.Yn 1+22
Diketahui :
Tinggi Saluran (h) = 0,90 m
Lebar Dasar Saluran (B) = 1.5 m
Tinggi Muka Air (H) =
Koer Kekasaran manning (n) = 0,015
Kemiringan dindig saluran (s) = 0,0033 m
5
1. Penyelesaian mencari debit saluran primer : 1. m
0
9
0,
Luas penampang basah A
A =B.H
= 1.5 m . 0,90 m = 1.35 m2
Keliling basah A
P =B+2H
= 1.5m + 2 (0,90) m = 3,3 m2
Jari-jari hidraulik R
R = A/P
= 0,90 / 3,3 = 0,272 m
Q = A. 1 R ( 2 / 3) S 1 / 2
2/3
1,2 = 1.5.Yn + 2.(Yn)2 . 1/0.015. 1.5.Yn + 2.(Yn) . 0,0016 1/2
Diketahui :
Tinggi Saluran (h) = 0,8 m
Lebar Dasar Saluran (B) = 0,90 m
Tinggi Muka Air (H) =
Koer Kekasaran manning (n) = 0,030
m
90
0,
Kemiringan dindig saluran (s) = 0,009
m
8
0,
1. Penyelesaian mencari debit saluran primer :
A =B.H
= 0,90 m . 0,9 m = 0,811 m2
Keliling Basah A
P =B+2H
= 0,90 m + 2 (0,9) m = 2.71 m2
R = A/P
= 0,811 / 2,71 = 0,3 m
Hitung Kecepatan Aliran V
Qs =A.V
= 0,811 m2 . 2.35 m2/det
= 1,91 m3/det
2. Penyelesaian mencari kedalaman normal yn dan kecepatan normal
:
Keliling basah P :
P = B+2Yn (1+m2)
Sehingga :
Q
1 ( 2 / 3) 1/2
= A. R S
2/3
0,35 = 0,90.Yn + 2.(Yn)2 . 1.5/0.025 0,90.Yn + 2.(Yn) . 0,0016 1/2
0,90 + 2.Yn 1.5+22
2/3
0,35 . (0,025) = 0,90.Yn + 2.(Yn)2 . 0,90.Yn + 2.(Yn)
0,0016 1/2 0,90 +2.Yn 1+22
2/3
0,25 = 0,90.Yn + 2.(Yn)2 . 0,90 .Yn + 2.(Yn)
0,90 +2.Yn 1.5+22
Yn =0,6 m
F1 = A . . g . ho1
= 0,85 x 1.5 x 9.8 x 0,42 = 5.247
F2 = A . . g . ho2
= 0,85 x 1.5 x 9.8 x 1 = 12.868
2. Pintu air pada bangunan sadap terletak di saluran tersier. Ukuran pintu air dengan
Pintu = 0,6 m
B = 0,90 m
A = b.h
= 0,90 x 0,7
= 0,63
Dimana : A = Luas pintu air (m)
b = Lebar pintu air (m)
h = Tinggi pintu air (m)
F2 = A . . g . ho2
= 0,63 x 1 x 9.8 x 1,05 = 6,276
Tinggi box culvert sendiri dapat ditentukan berdasarkan tinggi air banjir (h) yaitu
2,50 m ditambah tinggi jagaan untuk debit di saluran primer 2,72 m3 yaitu sebesar 1.5 m.
Dimana dengan cara trial and error didapat nilai b sebesar 1,20 m dan 4 m untuk tinggi box
culvert.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil, dalam suatu perhitungan /
perencanaan bendung tetap adalah sebagai berikut :
a. Debit banjir rencana 350 m3/dt.
b. Pola tanam yang digunakan adalah Padi dengan luas areal daerah irigasi
sebelah kanan 150 Ha dan sebelah kiri 100 Ha
c. Dimensi bendung direncanakan dengan data teknis sebagai berikut :
- Tipe : Mercu Ogee
- Elevasi puncak mercu : + 26,15 m
d. Kolam Olak.
- Tipe : USBR Type IV
- Jari – jari bak kolam olak : 4,15 m
e. Stabilitas konstruksi bendung ditinjau dari keadaan pada saat muka air
normal ( setinggi mercu ) dan pada saat muka air banjir.
f. Dari perhitungan diperoleh dimensi bendung adalah :
Yang tahan, aman dan stabil terhadap gaya geser, gaya guling,
terhadap retak serta terhadap runtuh / ambles akibat tekanan tanah yang
terjadi
DAFTAR PUSTAKA