Anda di halaman 1dari 25

MODUL 14 HIDROLOGI

HIDROGRAF BANJIR DI WADUK

A. Pengertian waduk
Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai
kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia. Waduk
buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai
waduk tersebut penuh. Pada dasarnya bendungan adalah kontruksi bangunan yang
digunakan untuk menampung air. Hasil tampungan air berupa genangan itulah
yang dinamakan waduk.
Waduk/Bendungan adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke
sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan waduk juga memiliki bagian
yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diperlukan secara bertahap
atau berkelanjutan.
B. Komponen-komponen waduk
Waduk terdiri dari beberapa komponen yaitu:
1. Badan waduk adalah tubuh bendungan yang berfungsi sebagai penghalang air.
waduk umumnya memiliki tujuan untuk menahan air, sedangkan struktur lain
seperti pintu air atau tanggul digunakan untuk mengelola atau mencegah aliran
air ke dalam daerah tanah yang spesifik. Kekuatan air memberikan listrik yang
disimpan dalam pompa air dan ini dimanfaatkan untuk menyediakan listrik bagi
jutaan konsumen.
2. Pondasi (foundation) adalah bagian dari waduk yang berfungsi untuk menjaga
kokohnya bendungan/waduk.
3. Pintu air (gates) yaitu digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran
air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup.

1
4. Bangunan pelimpah (spill way) adalah untuk mengendalikan tinggi air pada
waktu saat terjadinya banjir, dimana pengendalian spillway ini yakni dengan
mengatur kedudukan pintunya. Pada saat terjadi hujan dengan curah yang tinggi,
maka kemungkinan permukaan air itu guna menghindari meluapnya air yang
tinggi tersebut maka dapat diatasi dengan membuka pintu spillway agar
kedudukan air pada waduk dalam keadaan stabil. Selain Itu spillway juga
berfungsi mengurangi banyak sedimen yang masuk ke dalam waduk dengan
cara yang sama yakni mengatur buka dan tutupnya pintu air spillway.
5. Kanal (canal), Digunakan untuk menampung limpahan air ketika curah hujan
tinggi.
6. Reservoir Digunakan untuk menampung/menerima limpahan air dari
bendungan.
7. Drainage gallery Digunakan sebagai alat pembangkit listrik pada bendungan.
C. Tipe Waduk
Menurut Dirjen Pengairan Depertemen Pekerjaan Umum, waduk dapat
dibedakan menjadi lima tipe berdasarkan bentuk dasarnya yaitu; (Ensiklopedi PU
dan Kantor Mentri Negara Pekerjaan Umum, 1995):
1. Waduk urugan tanah
Waduk ini dibangun dengan cara meenimbun tanah, pasir dan kerikil dalam
posisi tertentu untuk membatasi suatu lembah, dalam potongan melintang waduk
memiliki bentuk dasar segitiga dengan perbandingan kemiringan lereng disisi hulu
dan hilir sama yaitu 18 derajat Dinding sebelah hulu berfungsi sebagai penahan
gelombang sedangkan dinding sebelah hilir harus cukup kuat menahan erosi air
hujan dan air bawah waduk. Waduk Urugan Tanah memiliki keuntungan antara
lain bahan pembuatannya selalu tersedia disekitar waduk pengerjaannya.
membutuhkan biaya kecil dan waktu yang cepat, dan pembangunannyadapat
dilakukan pada semua kondisi geologi dan geografi yang ada.
2
Berdasarkan penempatannya dan susunan bahan pembentukan tubuh waduk
urugan tanah dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu; waduk urugan homogen, wadu
urugan zonal dan waduk urugan bersekat. Waduk urugan homogen yaitu
dibangun dari bahan sejenis dengan gradisi butir yang seragam. Waduk ini
berfungsi sebsgai bangunan penyangga waduk dan penahan renbesan air. Waduk
Urugan zonal yaitu dibangun dengan menyusun timbunan bahan dengan gradasi
yang berbeda-beda dalam lapisan tertentu, terdiri dari dua bagian yaitu lulus air
dan bagian kedap air. waduk urugan bersekat yaitu dibangun dengan melapiskan
sekat kedap air (lembaran baja tahan karat aspal beton plastik tebal) pada bagian
muka sebelah hulu waduk.
2. Waduk Urugan Batu
Waduk ini ddibangun dari urugan batu-batu besar yang ditumpuk di atas
pondasi yang cukup kuat. Waduk urugan batu biasa dibangun dengan
kemiringannya sekitar 36 derajat. Pembangunan waduk ini menggunakan dua
metode yaitu metode uragan gilas dan metode uruga hidraulik.Metode urugan
gilas adalah dilakukan dengan mesin tumpuk untuk mendapatkan bahan-bahan
penyusun waduk. Sedangkan Metode urugan hidraulik adalah dilakukan dengan
melewatkan material-material penyusun dalam pipa-pipa berkatup yang didorong
dengan kekuatan hidraulik.
3. Waduk Gravitasi
Waduk Gravitasi dibangun lurus atau hampir lurus permukaan bagian
hulunya. Secara keseluruhan waduk gravitasi dibuat dari batuan besar atau beton
yang tahan terhadap tekanan air diwaduk penyimpanan. waduk ini pada dasarnya
mengandalkan berat konstruksinya untuk melawan tekanan air dari waduk
penyimpanan. Pembangunan waduk ini harus direncanakan sangat matang agar
cukup seimbang dan stabil agar tidak terguling atau bergeser secara horizontal

3
ketika menerima tekanan air yang sangat besar, dapat menahan kekuatan reaksi
pondasi, serta dapat menahan tekanan lumpur dan rembesan air dibawah waduk.
4. Waduk Penompang
Dibangun dengan senggaan sederetan penompang. Struktur utama waduk ini
adalah permukaan sebelah hulu yang kedap air dan deretan rangkaian penompang
yang menyangga badan waduk. Rangkaian penompang ini menerima tekanan air
dan berat struktur untuk diteruskan menuju pondasi. Bagian hulu waduk ini
memiliki kemiringan sebesar 45 derajat. Penompang waduk ini terbentuk dari
deretan dinding berbentuk segitiga yang berjajar disepanjang waduk dengan jarak
tertentu sesuai dengan kebutuhan.
5. Waduk busur
Permukaan sebelah hulu Waduk Busur dibangun berbentuk kurva dari tepi
ketepi dengan lengkungan kearah waduk penyimpanan. Kontruksi lengkung waduk
ini mampu meneruskan tekanan air menuju ke dua ujung tepi waduk dan
meneruskannya menuju pondasi. Waduk Busur dibuat dari beton sebagai pilihan
terbaik untuk lembah berbentuk U dan V. bentuk busur memberikan kekuatan dan
kestabilan pada waduk sehingga dengan lebar dan tinggi yang sama dengan waduk
gravitasi, waduk busur ini hanya sedikit membutuhkan material.
D. Fungsi dan Manfaat waduk
Pembangunan suatu waduk disesuaikan dengan kepentingan tertentu,
masing-masing waduk memiliki fungsi yaitu sebagai berikut:
1. Penampung air mencegah banjir dan menanggulangi kekeringan baik berasal
dari aliran sungai maupun hempasan dari air hujan. Air yang ditampung menjadi
sumber air manusia, hewan dan tumbuhan. Waduk juga berfungsi untuk
mengatur sistem hidrologi yaitu dengan menyeimbangkan aliran air antar hulu
dan hilir sungai serta memasok air ke kantong-kantong air lain seperti ekuife4
(air tanah), sungai dan persawahan.
4
2. Mengatur iklim makro keberadaan waduk, dan juga berfungsi dalam
pengendalian iklim mikro. Air yang tertampung dalam waduk menyerap panas
pada siang hari, sehingga suhu udara disekitar waduk tidak terlalu tinggi.
3. Habitat berbagai jenis tumbuhan dan hewan, ekosistem waduk yang pada
dasarnya sama dengan ekosistem danau alami merupakan habitat berbagi jenis
sumberdaya hayati baik tumbuhan maupun tumbuhan. Berbagai jenis ikan,
tumbuhan air, plakton, mamalia, burung air, reptilia, serangga dan amfibi hidup
berkembang biak serta mencari makan diekosistem waduk.
Pembangaunan waduk merupakan salah satu upaya dalam pengelolaan
konservasi sumber daya air. Adapun manfaat dari keberadaan waduk adalah
sebagai berikut
1. Penyediaan air baku penduduk yaitu dapat dijadikan cadangan ketersediaan air
bagi penduduk ketika musim kemarau telah tiba.
2. Suplay air irigasi daerah persawahan yaitu Lahan pertanian membutuhkan air
secara terus menerus. Ketersediaan air yang melimpah menjadikan tanaman
dapat supply air dan tidak hanya mengandalkan dari datangnya hujan.
3. Pengendalian banjir melalui bendungan maka laju air dapat dikendalikan sebagai
upaya banjir di hilir bendungan.
4. Pengembangan pariwisata yaitu Keberadaan bendungan/waduk sangat
berpotensi dalam pengembangan pariwisata yang berujung pada peningkatan
Pendapatan Asli daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
5. Suplay air untuk kegiatan industri membutuhkan air baku yang relatif banyak.
Oleh karena itu dapat merangsang investor untuk mendirikan industri.
Waduk adalah danau buatan manusia sebagai tempat menampung dan
tangkapan air yang umumnya dibentuk dari sungai atau rawa dengan tujuan
tertentu. Waduk dibangun dengan tujuan multi fungsi yaitu sebagai pembangkit
listrik tenaga air (PLTA), sumber air minum, kegiatan pertanian, pengendali banjir,
5
sarana olahraga air, budidaya perikanan, dan untuk pariwisata. Indonesia
mempunyai sekitar 800 danau serta 162 waduk buatan besar dan kecil untuk
kepentingan irigasi pertanian, bahan baku air bersih, dan PLTA. Sekitar 500 danau
dan waduk di Indonesia mulai terancam punah akibat pengelolaan yang tidak
optimal, dimulai dari hulu hingga hilir.
Waduk adalah kolam besar tempat penyimpanan air persediaan untuk
berbagai kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia.
Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air
sampai waduk tersebut penuh. Menurut Jangkara (2000), waduk adalah wilayah
yang digenangi badan air sepanjang tahun serta dibentuk atau dibangun atas
rekayasa manusia. Waduk dibangun dengan cara membendung aliran sungai
sehingga air sungai Tertahan sementara dan menggenangi bagian daerah aliran
sungai atau watershed yang rendah. Waduk dapat dibangun di dataran rendah
maupun dataran tinggi. Beberapa waduk dapat dibangun disepanjang aliran sungai.
Waduk yang Dibangun di dataran tinggi atau hulu sungai akan memiliki bentuk
menjari, relative sempit danbertebing curam serta dalam. Waduk yang dibangun di
dataran rendah atau hilirsungai berbentuk bulat, relatif luas dan dangkal.
Danau/wadukmempunyai fungsi penting baik secara ekologis, ekonomis,estetika,
wisata alam maupun religi dan tradisi.
Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia. Waduk buatan
dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk
tersebut penuh. Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan
tanah yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air / musim
penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air
waduk terutama berasal dari aliran permukaan ditambah dengan air hujan
langsung. Air danau/waduk dapat digunakan untuk berbagai pemanfaatan antara
lain sumber baku air minum air irigasi, pembangkit listrik, penggelontoran,
6
perikanan dsb. Ekosistem danau memiliki peran penting dalam menjamin kualitas
dan kuantitas ketersediaan air tawar. Danau juga sangat peka terhadap perubahan
parameter iklim. Variasi suhu dan curah hujan misalnya, dapat langsung
berpengaruh pada penguapan air, tinggi permukaan dari volume air, keseimbangan
air dan produktivitas biologis perairan danau.
Klasifikasi Waduk
Berdasarkan fungsinya, waduk diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu :
1. Waduk eka guna (single purpose)
Waduk eka guna adalah waduk yang dioperasikan untuk memenuhi satu
kebutuhan saja, misalnya untuk kebutuhan air irigasi, air baku atau PLTA.
Pengoperasian waduk eka guna lebih mudah dibandingkan dengan waduk multi
guna dikarenakan tidak adanya konflik kepentingan di dalam. Pada waduk eka
guna pengoperasian yang dilakukan hanya mempertimbangkan pemenuhan satu
kebutuhan.
2. Waduk multi guna (multi purpose)
Waduk multi guna adalah waduk yang berfungsi untuk memenuhi berbagai
kebutuhan, misalnya waduk untuk memenuhi kebutuhan air, irigasi, air baku dan
PLTA. Kombinasi dari berbagai kebutuhan ini dimaksudkan untuk dapat
mengoptimalkan fungsi waduk dan meningkatkan kelayakan pembangunan suatu
waduk.

Fungsi utama dari waduk adalah untuk menyediakan tampungan sumber air
agar bisa digunakan saat dibutuhkan. Tampungan yang dibutuhkan di suatu sungai
untuk memenuhi permintaan tertentu tergantung tiga faktor, yaitu:
1. Variabilitas aliran sungai.
2. Ukuran permintaan.
3. Tingkat kendalan dari pemenuhan permintaan.

7
Rangkaian aliran di sungai Q(t) akan dimanfaatkan untuk memenuhi
permintaan air dengan kebutuhan yang tertentu D(t). Dengan demikian pertanyaan
yang muncul dapat berupa, berapa besar kapasitas waduk (C) yang harus
disediakan bagi suatu pelepasan yang terkendali (release) dengan tingkat
keandalan yang dapat diterima. Mungkin ada variasi lain dari pertanyaan ini,
misalnya menentukan pelepasan bagi suatu kapasitas tertentu, tetapi masalah
dasarnya tetap sama yaitu hubungan antara karakteristik aliran masuk (inflow),
kapasitas waduk, pelepasan yang terkendali (release) dan keandalan yang
ditemukan.
Tampungan-tampungan Dalam Waduk
Bagian-bagian pokok sebagai ciri fisik suatu waduk adalah sebagai berikut:
1. Tampungan berguna (usefull storage), menurut Seyhan (Seyhan, 1979:24),
adalah volume tampungan diantara permukaan genangan minimum (Low Water
Level = LWL) dan permukaan genangan normal (Normal Water Level = NWL).
2. Tampungan tambahan (surcharge storage) adalah volume air diatas genangan
normal selama banjir. Untuk beberapa saat debit meluap melalui pelimpah.

8
Kapasitas tambahan ini biasanya tidak terkendali, dengan pengertian adanya
hanya pada waktu banjir dan tidak dapat dipertahankan untuk penggunaan
selanjutnya (Linsey, 1985:65).
3. Tampungan mati (daed storage) adalah volume air yang terletak dibawah
permukaan genangan minimum, dan air ini tidak dimanfaatkan dalam
pengoperasian waduk.
4. Tampungan tebing (valley storage) adalah banyaknya air yang terkandung di
dalam susunan tanah pervious dari tebing dan lembah sungai. Kandungan air
tersebut tergantung dari keadaan geologi tanah.
5. Permukaan genangan normal (normal water level/NWL), adalah elevasi
maksimum yang dicapai oleh permukaan air waduk.
6. Permukaan genangan minimum (low water level/LWL), adalah elevasi terendah
bila tampungan dilepaskan pada kondisi normal, permukaan ini dapat ditentukan
oleh elevasi dari bangunan pelepasan yang terendah.
7. Permukaan genangan pada banjir rencana adalah elevasi air selama banjir
maksimum direncanakan terjadi (flood water level/FWL).
8. Pelepasan (realese), adalah volume air yang dilepaskan secara terkendali dari
suatu waduk selama kurun waktu tertentu.
9. Periode kritis (critical periode), adalah periode dimana sebuah waduk berubah
dari kondisi penuh ke kondisi kosong tanpa melimpah selama periode itu. Awal
periode kritis adalah keadaan waduk penuh dan akhir periode kritis adalah ketika
waduk pertama kali kosong.

9
Gambar 2.2. Zona-zona Tampungan Waduk
Sumber : http://www.freevynou.com

. Kapasitas Tampungan Beberapa Waduk Besar


Tabel 2.1. Kapasitas Tampungan Waduk di Indonesia
No Nama Bendungan Vol. Waduk pada kondisi tertentu (juta m3)
m.a m.a Vol. mati Vol. efektif
banjir normal
1. Saguling 970 875 264 661
2. Cirata 2165 2165 177 796
3. Juanda 2893 2556 960 1790
4. Sutami (karang kates) 390 343 90 253
5. Mrican 50 193.50 146.50 47
6. Wonogiri 735 560 120 440
7. Wonorejo 259 122 16 106
8. Kedungombo 986 723 88.4 634.6
Sumber : http://pustaka.pu.go.id

10
Unsur-unsur Kapasitas Waduk
Tampungan yang dibutuhkan di suatu sungai untuk memenuhi permintaan tertentu
bergantung pada tiga faktor (Mc.Mahon, 1976) , yaitu:
1. Unsur-unsur aliran sungai
2. Ukuran permintaan
3. Tingkat keandalan dari pemenuhan permintaan
Dalam bentuknya yang paling sederhana, masalah yang ditangani dapat
digambarkan sebagai berikut:

Rangkaian aliran sungai Q(t) akan dimanfaatkan untuk memenuhi permintaan air
dengan kebutuhan yang tertentu D(t), dalam hal ini mungkin periode aliran rendah
(low flow) dari sungai itu perlu diperbesar. Dengan demikian pertanyaan yang
diajukan dapat berupa berapa besarnya kapasitas waduk (C) yang harus disediakan
bagi suatu pelepasan atau draft yang terkendali D(t) dengan tingkat keandalan yang
bisa diterima, mungkin ada variasi lain dari pertanyaan ini misalnya menentukan
pelepasan bagi suatu kapasitas tertentu, tetapi masalah dasarnya tetap sama, yaitu
hubungan antara karakteristik aliran masuk (inflow), pelepasan yang terkendali dan
keandalan harus ditemukan

11
Penelusuran Banjir Lewat Palung Sungai
Penelusuran banjir dengan cara Muskingum berlaku dalam kondisi:
1. Tidak ada anak sungai yang masuk ke dalam bagian memanjang palung sungai yang
ditinjau.
2. Penambahan atau kehilangan air oleh curah hujan, aliran masuk atau keluar air tanah dan
evaporasi, kesemuanya ini diabaikan.
Persamaan kontinuitas yang umum dipakai dalam penelusuran banjir adalah:

dengan:
I = debit yang masuk ke permulaan bagian memanjang palung sungai (m3/dt)
Q = debit yang keluar dari akhir bagian memanjang palung sungai (m3/dt)
s = besarnya tampungan (storage) dalam bagian memanjang palung sungai yang ditinjau (m3)
dt = periode penelusuran (detik, jam atau hari)

Kalau penelusurannya duibah dari dt menjadi ∆t maka:

Dalam mana indeks-indeks 1 merupakan pada saat permulaan periode


penelusuran, dan indeks-indeks 2 merupakan keadaan pada akhir peroide
penelusuran.

12
Dalam persamaan (2-2) tersebut, I1 dan I2 dapat diketahui dari hidrograf
debit masuk yang diukur besarnya Q1 dan S1 diketahui dari periode sebelumnya.
Q2 dan S2 tidak diketahui.
Ini berarti diperlukan persamaan kedua. Kesulitan terbesar dalam
penelusuran banjir lewat palung sungai ini terletak pada mendapatkan persamaan
kedua ini. Pada penelusuran banjir lewat waduk, persamaan tersebut lebih
sederhana, yaitu Q2 = f (S2).
Tetapi pada penelusuran lewat palung sungai besarnya tampungan tergantung
pada debit masuk dan debit keluar. Persamaan yang menyangkut kepada debit
masuk dan debit keluar. Persamaan yang menyangkut hubungan S dan Q pada
palung sungai hanya berlaku untuk hal-hal yang khusus, yang bentuknya adalah
sebagai berikut:
S = k {x I + (1-x) Q}
k dan x ditentukan oleh hidrograf debit masuk dan debit keluar yang
masing-masing diamati pada saat bersamaan, sehingga hanya berlaku untuk bagian
memanjang palung sungai yang ditinjau.
Faktor x merupakan faktor penimbang (weight) yang besarnya berkisar
antara 0 dan 1, biasanya lebih kecil dari 0,5 dan dalam banyak hal besarnya kira-
kira sama dengan 0,3 serta tidak berdimensi
Karena S mempunyai dimensi volume, sedangkan I dan Q berdimensi debit,
maka k harus dinyatakan dengan dimensi waktu (jam atau hari).
Dari persamaan (2-2) dapat dibuat persamaan berikut:
S1 = k {x I1 + (1-x) Q1}
S2 = k {x I2 + (1-x) Q2}
Dari persamaan didapat:
Q2 = c0 I2 + c1 I1 + c2 Q1

13
Penelusuran Banjir Lewat Waduk
Penelusuran lewat waduk, di mana penampungannya adalah merupakan fungsi langsung
dari aliran keluar (outflow), maka cara penyelesaiannya lebih eksak.

I1 dan I2 diketahui dari hidrograf debit masuk ke waduk, jika periode


penelusuran (Flood Routing) t telah ditentukan.
S1 merupakan tampungan waduk pada permulaan periode penelusuran yang
diukur dari datum fasilitas pengeluaran (puncak bangunan pelimpah
atau spillway atau sumbu terowongan outlet).

14
Pada umumnya kecepatan air di waduk di depan ambang bangunan
pelimpah sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Kalau fasilitas pengeluarannya
berupa terowongan, maka harus diperhitungkan terhadap dua macam keadaan:
1. Pada saat seluruh panjang terowongan belum terisi penuh oleh air, sehingga
masih belum berupa aliran alur terbuka. Dalam hal ini digunakan rumus
kontinuitas Q = V.A, dimana V menggunakan rumus Manning.
2. Pada saat seluruh panjang terowongan penampang atau profil alirannya terisi
penuh oleh air,sehingga terjadi aliran tekan atau aliran pipa. Dalam hal demikian
kecepatan airnya ditentukan oleh perbedaan tinggi tekanan di permulaan dan ujung
terowongan. Perbedaan tekanan tersebut merupakan penjumlahan dari kehilangan
energi yang dipengaruhi oleh bentuk inlet terowongan, kekasaran dinding
terowongan, adanya penyempitan atau pelebaran dalam terowongan, adanya
belokan dan bentuk outlet terowongan.
Pada suatu elevasi muka air setinggi kurang lebih 1,5 kali diameter
terowongan di atas sumbu terowongan di hulu inlet terjadi peralihan dari aliran
alur bebas menjadi aliran tekan. Karena peralihan tersebut tidak dapat ditentukan
pada ketinggian yang tepat.

15
Lengkung Kapasitas Waduk
Umum
Lengkung kapasitas waduk (storage capacity curve of reservoir) merupakan
suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara luas muka air (reservoir area),
volume (storage capasity) dengan elevasi (reservoir water level). Dari lengkung
kapasitas waduk ini akan diketahui berapa besarnya tampungan pada elevasi
tertentu, sehingga dapat ditentukan ketinggian muka air yang diperlukan untuk
mendapatkan besarnya volume tampungan pada suatu elevasi tertentu, kurva ini
juga dipergunakan untuk menentukan besarnya kehilangan air akibat perkolasi
yang dipengaruhi oleh luas muka air pada elevasi tertentu.

Lengkung kapasitas waduk capacity curve of reservoir) merupakan suatu


kurva yang menggambarkan hubungan antara luas muka air (reservoir area),

16
volume (storage capasity) dengan elevasi (reservoir water level). Dari lengkung
kapasitas waduk ini akan diketahui berapa besarnya tampungan pada elevasi
tertentu, sehingga dapat ditentukan ketinggian muka air yang diperlukan untuk
mendapatkan besarnya volume tampungan pada suatu elevasi tertentu, kurva ini
juga dipergunakan untuk menentukan besarnya kehilangan air akibat perkolasi
yang dipengaruhi oleh luas muka air pada elevasi tertentu.
Tabel 2.2. Kapasitas Tampungan Waduk Peudada

No Elevasi A V
(m) (km²) (E-6.m³)
1.00 40.00 0.00 0.00
2.00 45.00 0.01 0.00
3.00 50.00 0.27 0.23
4.00 55.00 0.53 0.86
5.00 60.00 0.78 2.14
6.00 65.00 0.99 4.09
7.00 70.00 1.14 8.04
8.00 75.00 2.33 15.61
9.00 80.00 3.45 28.95
Sumber : http:/pustaka.pu.go.id

Tabel 2.3. Kapasitas Tampungan Waduk Batang Agam

Elevasi (+m) Luas Genangan Volume Vol. Tampungan Kumulatif


(m2) Tampungan (m3) (m3)
15,00 0,00 0 0.00
20,00 1823284,00 3038806,67 3038806,67
25,00 4196388,00 14642922,57 17681729,24
30,00 6321203,00 26113253,65 43794982,89
35,00 8236006,00 36287620,30 80082603,19
40,00 9816711,00 45074011,82 125156615,01
45,00 12849639,00 56496016,02 181652631,03
50,00 14881061,00 69264661,37 250917292,4
55,00 16534168,00 78501802,18 329419094,58
Sumber : http:/pustaka.pu.go.id
17
Lengkung Kapasitas Waduk di Indonesia

Gambar 2.4. Lengkung Kapasitas Waduk Peudada


Sumber : http:/pustaka.pu.go.id

Gambar 2.5. Lengkung Kapasitas Waduk Batang Agam


Sumber : http:/pustaka.pu.go.id
18
Hidrograf adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara unsur-unsur aliran
(tinggi dan debit) dengan waktu (stage hydrograph, ducharge hydrograph).
Hidrograf merupakan dari responsi dari hujan yang terjadi. Kurva ini memberikan
gambaran mengenai berbagai kondisi yang ada di suatu daerah pada waktu yang
bersamaan. Apabila karakteristik daerah itu berubah- ubah, maka bentuk hidrograf
juga akan berubah.Teori hidrograf ini merupakan penerapan pertama dari sistem
linier dalam hidrologi. Hidrograf terdiri dari 3 bagian:
a. Sisi naik (rising limb or concentration curve)
b. Puncak (crest or peak discharge)
c. Sisi turun (falling limb or recession curve)
Sifat-sifat Hidrograf antara lain :
a. Time Lag (L): waktu dari titik berat hujan sampai puncak hidrograf.
b. Waktu naik (rising time) tp : waktu mulai hujan sampai puncak.
c. Waktu konsentrasi tc: waktu dari akhir hujan sampai titik belok pada sisi turun.
d. Waktu turun (recession time) tr : waktu dari puncak sampai akhir limpasan
permukaan.
e. Waktu dasar (base time) tb: waktu dari awal sampai akhir limpasan permukaan.
Simulasi Kapasitas Tampungan Waduk
Dalam situasi atau analisa perilaku operasi waduk bertujuan untuk
mengetahui perubahan kapasitas tampungan waduk. Persamaan yang digunakan
adalah kontinuitas tampungan (mass storage equation) yang memberi hubungan
antara masukan, keluaran dan perubahan tampungan.
Persamaan secara matematika dinyatakan, sebagai berikut (Mc Mahon, 1978:24)
St + 1 = St + Qt – Dt – Et – Lt ……………..……………………(2.23)
Dengan kendala 0St+1=C
dengan:

19
t = interval waktu yang digunakan
St = tampungan waduk pada awal interval waktu
St+1 = tampungan waktu pada akhir interval waktu
Qt = aliran masuk selama interval waktu t
Dt = lepasan air selama interval waktu t
Et = evaporasi selama interval waktu t
Lt = kehilangan-kehilangan air lain dari waduk selama interval waktu t,
mempunyai harga yang kecil dan dapat diabaikan

C = tampungan aktif (tampungan efektif)

Kapasitas tampungan harus dapat menjamin pasokan air dengan keandalan


pemenuhan 100%.

Simulasi Luas Lahan yang Dapat Diairi

Simulasi luas lahan yang dapat diairi diizinkan dengan peluang kegagalan
maksimum sebesar 20%, untuk pemenuhan seluruh kebutuhan air dari kapasitas
tampungan yang ada.

Dengan mempertimbangkan luas genangan waduk yang bervariasi terhadap


waktu, maka lebih lanjut persamaan ditulis sebagai berikut (Sudjarwadi, 1990):

St + 1 = St + Qt + Rt(A) – Ot – Et – Pt – SPt(A) ……………………(2.24)

dengan:

Rt(A) = hujan yang jatuh ke waduk pada interval waktu t, sebagai fungsi luas
permukaan air waduk

Ot = pengambilan air waduk selama interval dari t

Et(A) = evaporasi selama interval waktu t, sebagai fungsi luas permukaan di


waduk

20
Pt = limpahan yang melewati bangunan pelimpah selama interval waktu t

SPt(A) = rembesan keluar dari waduk selama interval waktu, sebagai fungsi luas
permukaan air waduk mempunyai harga yang kecil dan dapat
diabaikan

Contoh soal :

Suatu waduk yang dilengkapi dengan pelimpah yang mempunyai lebar B = 10 m dan
koefisien debit Cd = 1,7. Elevasi puncak bangunann pelimpah adalah + 500 m. Di atas
elevasi tersebut luas permukaan waduk adalah 100 ha dengan penambahan 10 ha untuk
setiap kenaikan air 1 m. Hidrograf aliran masuk (Inflow) adalah seperti tabel berikut.
Hitung penelusuran banjir dengan menunjukkan grafik inflow dan ouflow.

21
Penyelesaian :

Diperlukan persamaan yang didapat dari :

 Hubungan antara tinggi peluapan (H) = (m) dengan tampungan (S) = (m³/dt).
 Hubungan antara Overflow (O) = (m³/dt) dengan α₂ (m³/dt).
Sehingga terlebih dahulu menghitung tabel hubungan antara tinggi peluapan
(H). Overflow (O), tampungan (S), dan α₂. Berikut tabelnya :

Keterangan :

1. Kolom 1 = Elevasi bangunan pelimpah (m)


2. Kolom 2 = Tinggi peluapan (m)
3. Kolom 3 = Overflow (m³/dt). Dengan O = Cd x B x H3/2
4. Kolom 4 = Luas permukaan waduk pada elevasi 100 ha (1.000.000 m2) dan setiap kenaikan
muka air sebesar 1 m ada penambahan luas 10 ha (100.000 m2
5. Kolom 5 = Volume tampungan dihitung mulai di atas elevasi puncak bangunan pelimpah,
sehingga pada elevasi 500 m volume tampungan adalah nol (Baris 1). Pada kenaikan 1 m ,
volume tampungan adalah permukaan rerata pada elevasi 500 dan 501 m dijumlahkan
Volume tampungan pada elevasi 500 m tinggi peluapan (Baris 2).
6. Kolom 6 = Volume tampungan dalam m3 yang diperoleh dari kolom 5 dibagi 3.600 detik.
7. Kolom 7 = harga α₂ yang didapat dari rumus
Setelah itu digambar grafik hubungan antara tinggi peluapan (H) = (m) dengan tampungan
(S) = (m³/dt).

22
 Dengan bantuan program Microsoft Excel (Menu Trendline), didapatkan grafik seperti di
atas dan persamaan :
 S = 13,889 H2 + 277,78 H ………………………………………………………….(1)

Dilanjutkan dengan menggambar grafik hubungan antara Overflow (O) = (m³/dt) dengan α₂
(m³/dt).

 Dengan bantuan program Microsoft Excel (Menu Trendline), didapatkan grafik seperti di
atas dan persamaan :
 O = 0,000004 α₂2 + 0,0382 α₂ – 3,7321 ………………………………….………….(2)

23
Kemudian dilanjut dengan menghitung penelusuran banjir di waduk dengan tabel. Kedua
persamaan dimasukkan dalam perhitungan tabel di bawah ini.

Sehingga dari tabel didapatkan grafik hubungan waktu (t) dengan aliran masuk (inflow) dan
aliran keluar (outflow).

24
25

Anda mungkin juga menyukai