KERANGKA TEORITIS
4
5
Berikut ini fungsi dan bagian-bagian pada alat Total Station adalah
sebagai berikut :
Lensa Objektif berfungsi untuk melihat atau mengamati benda yang
akan diukur oleh totatl station posisi bayangannya dapat di sesuaikan.
Visir adalah garis tetap sebagai garis penghubung antara titik tengah
lensa okuler dengan lensa objektif dan titik silang yang di tempatkan
pada diafragma .
Sumbu Datar berfungsi untuk patokan sumbu Horizontal atau mendatar.
Nivo Skala Tegak berfungsi untuk mengatur kedudukan total station
menjadi rata atau centering.
Pengatur Bayangan Lensa berfungsi sebagai pengatur fokus lensa agar
tidak berbayang .
Alat Pembaca berfungsi sebagai sistem pembacaan alat pembaca pada
keadaan garis teropong pada alat ukut.
Pengatur Lensa Okuler berfungsi sebagai pengatur khusus pada lensa
okuler.
Nivo Tabung berfungsi agar nivo yang berguna pengatur centering
melihat dari gelembung. .
7
Statif
Statif merupakan alat bantu ukur tanah tempat kedudukan alat total
station yang diletakkan diatas kepala datar statif.
Statif terdiri dari tiga buah kaki yang dapat digerakkan dan diatur
panjang-pendeknya dengan sekrup pengunci sehingga kedudukan total
station dapat sempurna.
Rol Meteran
Payung Lipat
Berfungsi sebagai pelindung kepala dan alat total station dari panas
matahari dan air hujan.
Kalkulator
Kalkulator berfungsi sebagai alat bantu hitung (penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian) dan keperluan saat praktikum
serta laporan.
dan jarak dalam jumlah yang cukup sehingga dapat mewakili atau
menggambarkan daerah tersebut beserta isinya secara jelas dan
dituang kedalam skala tertentu. Titik-titik detail situasi dapat
dibedakan atas titik detail buatan, seperti : gedung, jembatan, jalan
dan lain sebagainya serta titik detail alam, seperti : sungai, gunung,
pohon serta bentuk alam lainnya.
Tujuan Pengukuran detail situasi yaitu untuk memindahkan
bayangan dari sebagian atau seluruh permukaan bumi (daerah) yang
tidak teratur ke dalam suatu bidang datar yang disebut dengan peta.
Perhittungan Detail Situasi :
o α = βd + ( ap – βp )
Dimana =
βd : Sudut Detail
βp : Sudut Poligon Terkoreksi
ap : Azimuth Poligon
Perhitungan Jarak Optis
o d = (BA – BB) x 100
Dimana :
BA : Benang Atas
BB : Benang Bawah
Perhitungan Absis dan Ordinat
Dimana :
d : Jarak (Langsung/Jarak Optis Datar)
α : Azimuth
Perhitungan Koordinat
o Koordinat Sumbu X
15
X = Koordinat Awal + ΔX
o Koordinat Sumbu Y
Y = Koordinat Awal + ΔY
Dimana :
ΔX : Absis
ΔY : Ordinat
Jarak Miring
o dM = dO x Cos α
Dimana :
dO : Jarak Optis
α : Sudut Vertikal ( βv )
Jarak Datar
o dD = dO x Cos2 α
Dimana :
dO : Jarak Optis
α : Sudut Vertikal ( βv )
Perhitungan V
o V = dO x Tan α
Dimana :
dO : Jarak Optis
α : Sudut Vertikal ( βv )
Dimana :
Tn : Tinggi Titik
∆h : Beda Tinggi