Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME

“IRIGASI DAN BANGUNAN AIR”


“Bangunan Air II”

Dosen Pengampu :
ANNISAA DWIRETNANI, ST, MT

Dibuat Oleh : Kelompok 4


RODES PRAYUDA (2000822201016)
ARYANTO SURYA ALDINO (2000822201034)
ARIF INDRIYANTO (2000822201076)
Kls : B

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BATANGHARI
JAMBI 2023
A. Sejarah Irigasi
Ketersediaan air pada jaman dahulu sangat melimpah, manusia kerap
memanfaatkannya untuk pemberian air ke tanaman atau yang disebut sebagai irigasi. Pada
zaman mesir kuno, kegiatan irigasi dilakukan dengan memanfaatkan keberadaan sungai
nil. Begitu juga kegiatan irigasi yang dilakukan di berbagai belahan bumi lainnya yang
memanfaatkan sumber air permukaan yang berupa sungai atau danau. Awalnya kegiatan
irigasi dilakukan dengan pengambilan air dari sumber air melalui wadah seadanya, seperti
daun pinang, daun talas, ember yang kemudian disiramkan ke tanaman satu per satu.
Di Indonesia, hal serupa juga dilakukan. Seiring dengan perkembangan jaman, kegiatan
irigasi kemudian dilakukan dengan cara membendung aliran sungai yang terdapat di
sepanjang lahan pertanian untuk kemudian dialirkan ke lahan tersebut. Beberapa lahan
yang terletak di bawah daerah dataran tinggi, kegiatan irigasi dilakukan dengan
mengalirkan air dari atas ke bawah. Air di alirkan dengan saluran-saluran terbuka ataupun
dengan memanfaatkan batang bambu yang disambung-sambung. Dalam sejarah Jaman
Hindu di Indonesia telah dikenal beberapa sistem pengelolaan air untuk pertanian seperti
subak di Bali (yang terjaga kelestarian budayanya sampai sekarang), sistem Tuo Banda di
Sumatera Barat, serta sistem Tudang Sipulung di Sulawesi Selatan. Dalam sejarah irigasi,
Indonesia telah mengenal saluran sejak abad V Masehi yaitu saluran di dekat Cilincing.
Pada tahun 1832 tercatat dikenal bendungan Ampean di Kali Sampean Jawa Timur. Pada
tahun 1852 – 1857 dibangun bendungan Lenkong di Mojokerto. Pada tahun 1852 – 1859
dibangun bendungan Glapan di kali Tuntang Jawa Tengah.
Pada jaman penjajahan Belanda, petani tradisional Indonesia dituntut untuk
memaksimalkan hasil pertanian mereka. Salah satu langkah yang dilakukan adalah
pemenuhan kebutuhan air tanaman dengan kegiatan irigasi yang sederhana. Salah satu
peninggalan konsep Irigasi jaman Hindia Belanda adalah parit raya Bondoyudo di
kabupaten Lumajang – Jember Jawa Timur yang dibuat melalui sistem kerja paksa. Dalam
sejarah dunia, modernisasi kegiatan irigasi tercatat saat dibangunnya waduk serbaguna di
Amerika Serikat pada tahun 1933 yaitu Tennessee Valley Authority (TVA) yang digagas
oleh Kepala Pemerintahan AS kala itu Presiden Franklin D. Roosevelt. Sedangkan di
Indonesia, modernisasi kegiatan di Irigasi terlihat sejak tahun 1957 pada saat dimulainya
pembangunan waduk Jati Luhur di Jawa Barat. Waduk Jati Luhur merupakan waduk
pertama di Indonesia yang mengadopsi fungsi waduk TVA di Amerika Serikat. Waduk ini
dibangun di kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta oleh kontraktor asal Perancis. Air
yang tersedia dalam waduk ini mencapai 12,9 miliar meter kubik per tahunnya.
B. Fungsi Irigasi
Irigasi merupakan suatu daya upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman sesuai dengan fase pertumbuhannya (tepat jumlah dan waktunya)
sehingga akan meningkatkan produktivitas dan hasil tanaman. Fungsi utama kegiatan
irigasi adalah memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan beberapa
fungsi lain dari kegiatan irigasi adalah : menjamin ketersediaan air bagi tanaman apabila
terjadi kekeringan, menurunkan suhu dalam tanah, melunakkan lapisan keras tanah saat
proses pengolahan tanah, membawa garam-garam dari permukaan tanah ke lapisan bawah
sehingga konsentrasi garam di permukaan tanah menurun.
Fungsi dari sebuah jaringan irigasi adalah lebih kompleks. Fungsi tersebut antara lain :

 Mengambil air dari sumber air (diverting). Sumber air yang umumnya digunakan antara
sumur air, sungai, waduk, bendungan dan danau.

 Membawa atau mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian (conveying). Dalam
fungsi ini, air bisa dibawa melalui saluran terbuka (kanal) dan saluran tertutup melalui
pipa-pipa (mainline).

 Mendistribusikan air ke tanaman (distributing). Dalam sebuah jaringan irigasi,


pendistribusian air dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :
 Continuos Flow, merupakan metode distribusi yang sederhana dimana air dialirkan
secara terus menerus ke lahan pertanian tanpa penyesuaian dengan kebutuhan
tanaman sesuai fase pertumbuhannya.
 Rotational flow, merupakan metode distribusi yang dilakukan secara bergantian
dari lahan satu ke lahan lainnya berdasarkan perencanaan dan jadwal yang telah
disepakati bersama antara sesama petani pemakai air irigasi. Jadwal yang
direncakanan tentunya telah disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan kebutuhan
tanaman.
 On demand, merupakan metode distribusi yang lebih modern dan kompleks.
Gambaran umum metode ini adalah seperti jaringan PDAM di kompleks
pemukiman. Dibutuhkan beberapa komponen otomatisasi dalam jaringan, sehingga
petani pemakai air dapat mendistribusikan air sewaktu-waktu. Keuntungan dari
metode adalah kebebasan petani pemakai air irigasi dalam aplikasi air ke tanaman.
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah kebutuhan modal yang lebih banyak
untuk pembangunan jaringannya, serta potensi terjadinya kekurangan air saat
beberapa petani pemakai air menggunakan air secara bersamaan.
 Reservoir, merupakan metode gabungan antara continuos flow dan on demand.
Bak-bak penampungan air dibangun di sepanjang lahan pertanian. Bak tersebut
akan diisi terus menerus seperti pada metode continuos flow. Selanjutnya petani
pemakai air mendistribusikan air dari bak penampungan tersebut sesuai dengan
kebutuhan mereka sewaktu-waktu seperti pada metode on-demand.

C. Klasifikasi Irigasi
1. Konstruksi Jaringanya
 Irigasi sederhana, merupakan jenis irigasi dengan sistem jaringan dibangun secara
swadaya oleh petani pemakai air. Dalam irigasi jenis ini jaringannya tidak
dilengkapi dengan pintu air yang dapat mengukur dan mengatur debit air, oleh
karena itu efisiensinya sangat rendah.
 Irigasi semi teknis, merupakan jenis irigasi yang telah mempunyai beberapa
bangunan permanen namun belum sepenuhnya dapat mengukur dan mengatur debit
air, sehingga efisiensinya masih tergolong menengah.
 Irigasi teknis, merupakan jenis irigasi yang keseluruhannya mempunyai bangunan
permanen bagi bangunan pengambil dan bangunan sadap. Dalam jaringan irigasi ini
telah mampu mengukur dan mengatur debit, sehingga efisiensinya tergolong tinggi.

2. Metode Pengambilan Airnya


 Irigasi gravitasi, merupakan jenis irigasi dimana pengambilan airnya memanfaatkan
topografi lahan.
 Irigasi pompa, merupakan jenis irigasi dimana proses pengambilan airnya disedot
dengan pompa.

3. Proses Pendristibusian Ketanaman


 Irigasi permukaan (surface irrigation), merupakan jenis irigasi dimana air langsung
dialirkan di atas permukaan lahan. Dalam irigasi permukaan terdapat tiga sub
metode yaitu irigasi petak (bassin), irigasi alur (furrow), dan irigasi border.
 Irigasi curah (sprinkler), merupakan jenis irigasi dengan cara menyemprotkan air ke
udara melalui sprinkler head sehingga menjadi butiran kecil seperti air hujan.
 Irigasi tetes (drip/trickle), merupakan jenis irigasi dengan cara meneteskan air di
mintakat perakaran.

4. Perundangan - Undangan Irigasi


 Dalam setiap proses yang berlangsung di sebuah negara selalu dibatasi oleh
kebijakan yang termuat dalam perundang-undangan agar tercipta keselarasan,
keseimbangan dan ketertiban dalam proses tersebut.
 Tidak terkecuali dalam kegiatan irigasi, yang juga keberadaannya diatur dalam
undang-undang dan Peraturan Pemerintah. Aspek yang berkaitan dalam
perundangan irigasi meliputi aspek sumber daya air (SDA) yang didalamnya
mencakup penelolaan SDA serta kualitas air, aspek Irigasi yang didalamnya
mencakup ketentuan jaringan irigasi dan kelembagaan irigasi.
 Beberapa jenis perundangan yang dibuat tentang irigasi antara lain : UU no 11 tahun
1974 tentang Pengairan, PP no. 23 tahun 1982 tentang Irigasi, UU no 7 tahun 2004
tentang Sumber Daya Air, PP no. 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air, PP no. 20 tahun 2006 tentang Irigasi.
 UU Republik Indonesia no. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air memuat tentang
pengelolaan dan hak guna air, konservasi sumberdaya air, fungsi dan pengembangan
sumber daya air, pengendalian sumber daya air, perencanaan operasi dan
pemeliharaan sumber daya air, hak dan kewajiban pengguna sumber daya air.
 Peraturan Pemerintah no. 20 tahun 2006 tentang Irigasi memuat tentang jaringan
irigasi, alokasi penggunaan air irigasi, hak dan tanggung jawab pengguna air irigasi,
kelembagaan dan biaya operasional irigasi.
 Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
REFERENSI

Anonim, 1974. Undang-Undang Republik Indonesia no. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan,
Jakarta

Anonim, 1982. PP no. 23 tahun 1982 tentang Irigasi, Jakarta

Anonim, 2004. Undang-Undang Republik Indonesia no. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air, Jakarta

Anonim, 2008. PP no. 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air, Jakarta

Anonim, 2006. PP no. 20 tahun 2006 tentang Irigasi, Jakarta

Anonim, 2001, PP no. 82 tatun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, Jakarta

Kay, M., 1989. Surface Irrigation, System and Practice, Cranfield Press, UK

Prijono, Sugeng., 2009. Agrohidrologi Praktis, Cakrawala Indonesia, Malang

Anda mungkin juga menyukai