Anda di halaman 1dari 6

IRIGASI DAN DRAINASE

“Meriview irigasi dulu, sekarang dan mendatang”

Disusun Oleh :
Kelompok 5
ASRIMAN D1E120046
KHAIRUL KHATIMA D1E1200
LEPRIANA OKTOBERLITA D1E1200
SAKTIYANI OPI D1E1200
NILMALASARI D1E1200

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

IRIGASI DULU

Sejarah Irigasi pertanian di Indonesia

Perkembangan irigasi di Indonesia menuju sistem irigasi maju dan tangguh tak
lepas dari irigasi tradisional yang telah dikembangkan sejak ribuan tahun yang lampau.
Irigasi maju atau modern dapat saja muncul karena usaha memperbaiki atau kelanjutan
pengembangan tradisi yang telah ada, pada umumnya sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri
geografis setempat dan perkembangan budidaya pertanian.

Warisan kebudayaan irigasi yang sudah cukup tua adalah irigasi Subak di Bali dan
irigasi-irigasi kecil di Jawa. Secara fisik irigasi-irigasi kecil tersebut tidak dapat bertahan
lama karena mengalami proses inundasi dan longsor oleh banjir.

Warisan irigasi dengan mazhab tersendiri dengan ciri-ciri kebudayaan adaah irigasi
Subak di Bali. Subak merupakan perpaduan dari suatu masyarakat irigasi, unit produksi
pertanian, badan usaha yang otonom dan masyarakat agama.

Tekonologi penanaman padi pada umumnya diperoleh melalui proses uji coba
selama berabad-abad. Arti penting dari teknologi tersebut adalah kemampuan lahan sawah
menyerap tenaga kerja yang semakin lama semakin besar tanpa kehilangan kemampuan
berproduksi. Menurut laporan, sistem irigasi local pada zaman pra kolonial terbatas pada
daerah tertentu saja. Pada 1888 ditaksir luas irigasi hanya sekitar 1,27 juta ha.
Sistem irigasi modern diperkirakan dimulai pada pertengahan abad XIX sebagai
upaya mengatasi kelaparan yang terjadi di Jawa Tengah. Perkembangan irigasi secara pesat
terjadi pada permulaan abad XX setelah dikumandangankannya politik etik oleh
pemerintah jajahan dan ditemukannya tekonologi irigasi di dataran rendah. Untuk
mempersiapkan pembangunan irigasi secara besar-besaran pada tahun 1871 dibentuk
sebuah komisi yang diketuai oleh R. De Bruyn, bekas Direktur Jendral BOW (Burgelijke
Openbare Werken). Sebagai hasil dari komisi de bruyn dibentuk suatu bagian khusus dari
BOW yang menangani irigasi. Bagian tersebut yang mula-mula disebut brigade irigasi
menjadi afdeling irigasi (bagian irigasi). Pada 1889 mulai diresmikan berdirinya Afdeling
Serayu Komisi de Bruyn juga mengusulkan dibentuknya dinas ekploitisi untuk mengelola
sungai dan sumber daya air lainnya termasuk untuk irigasi dan drainase.

IRIGASI PERTANIAN DI MASA SEKARANG


Air beserta sumber-sumbernya merupakan kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan
oleh hajat hidup manusia, oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat banyak. Melihat pentingnya, maka secara konstituonal wewenamg
penguasaan air diatur oleh Negara yang dinyatakan dalam Undang Undang Dasar 1945
pasal 33 ayat 3. Sebagai penjabaran dalam penguasaan terhadap air tersebut, telah
dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di Indonesia pengembangan dan pengelolaan irigasi serta drainasi pada umumnya
ditujukan untuk keperluan tanaman padi di daerah persawahan, baik dimusim hujan
maupun kemarau. Hal ini karena beras merupakan makanan pokok rakyat dan
kebutuhannya selalu meningkat setiap tahun sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk.
Sementara usaha untuk diversifikasi pangan selain beras masih belum menunjukkan hasil
yang menggembirakan, maka irigasi dalam hal pemenuhan kebutuhan air untuk tanaman
padi merupakan factor yang sangat penting dalam rangka usaha swasembada beras.
System irigasi pertanian di Indonesia di bedakan atas beberapa aspek antara lain
sebagai berikut.
 Berdasarkan Tingkat Teknis
a) Irigasi Teknis : Adalah jaringan irigasi dimana airnya diatur dan dapat diukur.
Untuk dapat mengatur air yang masuk atau keluar, jaringan irigasi ini
dilengkapi dengan pintu. Untuk mengukur besarnya aliran air, jaringan irigasi
ini dilengkapi dengan bangunan ukur yang bisa berupa papan berskala,
bangunan ukur khusus (contoh: Cipoleti, Venturi dan lain-lain). Umumnya
pintu air dimanfaatkan sekaligus berfungsi sebagai bangunan ukur, misalnya:
pintu sorong, pintu Romijn, Crump de Gruyter dan sebagainya).
b) Irigasi Setengah Teknis : Adalah jaringan irigasi yang airnya dapat diatur
tetapi tidak dapat diukur. Jaringan ini dilengkapi dengan pintu tetapi tidak
dengan bangunan/alat ukur.
c) Irigasi Sederhana : Adalah jaringan irigasi yang tidak dilengkapi bangunan
ukur maupun pintu. Kalaupun ada pintu, bangunan pintu itu tidak permanen
dan sangat sederhana sehingga mudah rusak
 Berdasarkan sumber air
(a) Irigasi Alur (furrow irrigation) Air irigasi dialirkan melalui alur-alur di
sela-sela petakan untuk dapat mengairi tanaman di sebelah kanan dan
kirinya.
(b) Irigasi gelombang (corrugation irrigation) Sistem irigasi ini hampir sama
dengan sistem alur, hanya lebih rendah dan lebih lebar. Irigasi gelombang
biasanya digunakan terutama untuk tanaman padi-padian maupun rumput
makanan ternak. Sistem irigasi model ini di Indonesia belum banyak
dikenal.
(c) Irigasi Penggenangan Petak Jalur (border strip irrigation) Caranya adalah
lahan dibuat petakan yang masing-masing petakan dibatasi oleh galengan
atau pematang (gambar III.4), di sebelah atas dibatasi oleh saluran pembawa
kemudian di sebelah bawah oleh saluran pembuang Irigasi petak jalur
sungai cocok untuk tanaman padi-padian, rumput makanan ternak dan
tanaman lainnya yang ditanam dengan jarak yang rapat.
(d) Irigasi genangan (check atau basin irrigation) Lahan untuk irigasi dibuat
sistem genangan dengan dibatasi oleh galengan. Irigasi ini lebih banyak
digunakan untuk padi sawah atau untuk tanaman buah-buahan. Sebagian
besar penanaman padi di Indonesia menggunakan sistem irigasi genangan
ini.
(e) Irigasi Air Tanah : Adalah irigasi yang sumber airnya dari air yang berada
dibawah permukaan tanah. Untuk dapat memanfaatkannya, air dipompa
sampai permukaan tanah kemudian dialirkan ke lahan. Pengembangan
irigasi air tanah ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Pengambilan
air tanah yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kota
Jakarta misalnya, karena kekosongan air di dalam tanah, mengakibatkan
beberapa bangunan besar ambles. Disusul oleh air laut yang menyusup dan
merembes sejauh lebih dari 20 km dari pantai. Pengisian kembali (recharge)
dari air hujan memerlukan waktu sangat panjang sedangkan pemompaan
dari dalam tanah jauh lebih cepat. Pemompaan air tanah di daerah bukan
perkotaan, dalam jangka panjang akan mengakibatkan hal yang sama.
Dimusim kemarau, sumur-sumur dan aliran air di sungai akan kekurangan
air. Karena itu irigasi air tanah hanya sebagai pendukung terhadap irigasi
air permukaan dan hanya dibangun jika lokasi itu air permukaan tidak ada
sementara air tanah berlebihan.
(f) Pembuatan sumur bor.
Dengan mesin bor atau alat lain, pada tanah dibuat lubang dengan diameter 25
– 55 cm dengan kedalaman 30 – 120 m, tergantung kualitas air yang
dibutuhkan dan tebal serta mutu akuifer yang dijumpai. Dengan data akuifer
direncanakan susunan pipa-pipa berlubang (screen) pada daerah akuifer. Pipa
dimasukkan, lalu ruang antara pipa dan lubang bor diisi kerikil (gravel pack).
Sumur selesai setelah dicuci dengan menekan angin sehingga air keluar sumur
sampai bersih.

IRIGASI DI MASA SEKARANG DAN MENDATANG


a) Irigasi Genangan : Adalah pemberian air dengan cara menggenangi lahan
tempat tanaman tumbuh. Irigasi genangan ini diperuntukkan bagi tanaman
padi. Di negara tropis seperti Indonesia, tingginya genangan antara 15 – 20
cm yang berguna bagi: menjaga temperatur tanaman agar tidak terlalu panas,
melarutkan pupuk agar mudah terserap akar tanaman, mengurangi/menangkal
serangan hama dan sekaligus dapat untuk memelihara ikan dalam petak
sawah.
b) Irigasi Springkler : Adalah pemberian air dengan cara menyiram tanaman.
Cara ini digunakan bagi tanaman hortikultura atau tanaman lain yang tidak
memerlukan banyak air. Di negara yang bukan tropis, karena temperaturnya
tidak tinggi, hampir seluruh irigasinya dilakukan dengan springkler, seperti
tanaman gandum, rumput, buah-buahan berpohon kecil dan tanaman kecil
lainnya.
c) Irigasi Tetes (drip) : Adalah pemberian air dengan cara meneteskan. Cara
pemberian air seperti ini dilakukan bagi tanaman besar yang tidak
memerlukan air banyak.

Anda mungkin juga menyukai