Anda di halaman 1dari 2

Sistem agribisnis usahatani

Agribisnis adalah suatu usahatani yang berorientasi komersial atau usaha bisnis pertanian dengan
orientasi keuntungan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh agar dapat meningkatkan pendapatan
usahatani adalah dengan penerapan konsep pengembangan sistem agribisnis terpadu, yaitu apabila sistem
agribisnis yang terdiri dari subsistem sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan dan
pemasaran dikembangkan secara terpadu dan selaras.

Penerapan agribisnis merupakan kesatuan atau kumpulan dari unsur-unsur agribisnis yang saling
berhubungan untuk dapat mencapai tujuan dan sasaran bersama, menggunakan dan mengeluarkan produk
agribisnis melalui pengendalian dalam suatu proses yang telah direncanakan. Oleh karena itu penerapan
agribisnis perlu dilakukan untuk memajukan usahatani agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam
setiap produksi pertanian.

Subsistem sarana produksi meliputi alat-alat produksi yang digunakan untuk keperluan usahatani, seperti
modal, tanah, air, tenaga kerja, penyediaan bibit, pupuk, pestisida, cangkul, traktor, sprayer, plastik mulsa,
lanjaran dan lain-lain sebagainya. Oleh karena itu subsistem sarana produksi menjadi salah satu faktor
penting didalam kegiatan dibidang pertanian.

Subsistem produksi usahatani adalah cara petani dalam mengelola sumber daya alam yang ada untuk
menghasilkan suatu produk pertanian yang baik dan bermutu tinggi dengan menggunakan faktor-faktor
produksi seperti, tanah, air, tenaga kerja, modal, pupuk, benih, pestisida serta penggunaan teknologi
pertanian secara tepat.

Salah satu subsitem yang berperan penting dalam sistem agribisnis adalah subsistem usahatani. Adiwilaga
(1992) mengartikan subsistem usahatani sebagai kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya
kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya. Dalam konsep usahatani
mengenal istilah tri tunggal usahatani. Tri Tunggal Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya
terdapat tiga fondasi atau modal dasar dari kegiatan usahatani (Soekartawi, 1986). Tiga modal dasar
tersebut adalah petani, lahan dan komoditas.

Dalam sistem agribisnis ada empat subsistem, pertama subsitem agribisnis hulu (upstream
agribusiness), yakni kegiatan yang menginovasi, memproduksi, dan mendistribusikan sarana
produksi pertanian, baik industri alat mesin peranian, pupuk, benih, dan obat pengendalian
hama penyakit tanaman. Kedua, subsistem usaha tani (on-farm agribusniness), yakni
aktivitas produksi produksi primer yang dimulai dari mengolah lahan, memanfaatkan
produksubsistem hulu dan panen. Ketiga, subsistem agribisnis hilir (down-stream
agribusiness), yakni aktivitas penanganan pasca panen dan pengolahan berbagai hasil usaha
tani menjadi berbagai produk olahan dan produk turunan (agroindustri). Keempat,
subsistem penunjang (supporting system), yakni aktivitas penunjang ketiga subsistem
sebelumnya, seperti pusat layanan informasi penyuluhan, lembaga keuangan, lembaga
penelitian, lembaga swadaya dan sebagainya.
Pengolahan hasil

1. Sortasi dan grading

Biasanya sortasi dan grading dilakukan oleh pedagang dan jarang dilakukan oleh petani. Sortasi
dilakukan untuk memisahkan buah cabai rawit yang sehat, Bantul normal dan baik. Penundaan
sortasi akan memperbesar kebusukkan, sedangkan grading untuk kepentingan pasar lokal, cukup
dipisahkan antara golongan kualitas A1 (ukuran >10 cm) dengan cabai kualitas B (ukuran <10 cm)
panjangnya.
Buah cabai rawit dipanen berdasarkan warna kulit buah. Petani biasanya memanen buah cabai
rawit dengan berbagai tingkat kematangan secara bersamaan. Hal ini menyebabkan sortasi harus
dilakukan secara manual. Sortasi atau pengelompokkan buah dapat memudahkan proses klasifikasi
mutu/grading serta penentuan waktu simpan berdasarkan tingkat kematangan. Sortasi manual buah
cabai rawit dipandang kurang efisien dari sisi tenaga kerja dan waktu. Fungsi fasilitas berupa sortasi
dan pengemasan dengan mengelompokkan cabai tersebut berdasarkan kualitasnya guna
memudahkan penjualan yang bertujuan untuk meminimalkan risiko kerusakan pada cabai hingga
sampai pada tempat tujuan.

2. Pengemasan

Pengemasan adalah suatu fasilitas perlakuan sebelum pemasaran dan dapat mencegah kerusakan.
Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan hasil, memelihara mutu dan penampilan akan
tetap baik, serta memperpanjang masa simpan bahan. Penggunaan kemasan pada cabai rawit
dewasa ini sudah banyak dilakukan namun jenis dan design yang baik belum begitu diperhatikan

Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu cabai sebelum dipasarkan. Kemasan yang biasa
digunakan untuk memudahkan penyimpanan dan pengangkutan cabai di pasar domestik adalah
keranjang bambu, peti kayu, dan plastik.

Kemasan yang ideal adalah yang mudah diangkat, aman, ekonomis, dan dapat menjamin kebersihan
produk. Kemasan lain yang biasa digunakan pedagang adalah jala dengan kapasitas 9−100 kg.
Kemasan ini sangat praktis, tetapi tidak dapat melindungi cabai dari kerusakan mekanis dan
fisiologis, terutama pada saat ditimbang dan di dalam alat angkut. Volume kemasan sebaiknya tidak
melebihi 25 kg karena kemasan yang terlalu besar dapat menurunkan mutu cabai, terutama yang
berada di bagian bawah (Setyowati dan Budiarti 1992). Kemasan yang baik dapat menekan
benturan, mempermudah pertukaran udara, dan mengurangi penguapan. Prinsip pembuatan
kemasan adalah ekonomis, ahannya tersedia, mudah dibuat, ringan, kuat, dapat melindungi
komoditas, berventilasi, dan tidak bau.

3. Penyimpanan

Pada umumnya cabai rawit dijual dalam bentuk segar. Oleh karena itu, perlu penguasaan teknologi
penanganan cabai rawit, karena dapat meningkatkan daya simpan dengan mutu yang bisa di terima
oleh konsumen, mengurangi kerusakan dan harganya tetap terjangkau.

Penyimpanan cabai dapat memberikan peluang kepada petani untuk menjual dengan harga yang
lebih tinggi, tetapi petani jarang melakukan penyimpanan, apalagi dalam skala besar. Teknologi
penanganan cabai diawali sejak proses pemetikan yang tepat serta grading/pemisahan dengan buah
yang busuk untuk menghindari terjadinya penularan ke buah cabai yang sehat. Cabai yang baru
dipanen sesegera mungkin ditempatkan pada kondisi yang sejuk serta tidak ditutup secara rapat.
Cabai langsung disortasi dan dipisahkan sesuai mutu. Kemudian dilanjutkan proses pencucian,
penirisan, pelapisan (coating), pengemasan serta penyimpanan pada cold storage pada suhu 10 - 13°
C dan kelembaban (RH) + 90 persen sehingga dapat memperpanjang umur simpan hingga 49 hari.

Cabai yang telah dipanen dapat disimpan di lapangan atau di ruang tertutup, yaitu bangunan
berventilasi, ruang berpendingin atau ruang tertutup yang konsentrasi gasnya berbeda dengan
atmosfer. Penyimpanan yang baik dapat memperpanjang umur dan kesegaran cabai tanpa
menimbulkan perubahan fisik atau kimia.

Anda mungkin juga menyukai