NAMA ANGGOTA
Penanganan pasca panen adalah tahapan yang dimulai sejak pemungutan hasil
pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, hortikultura, perkebunan siap dipasarkan
(Soemardi , 1986).
serelia yaitu biji-bijian dari famili rumput-rumputan (gramine) yang kaya akan
karbohidrat sehingga dapat menjadi makanan pokok manusia, pakan ternak dan
industri yang menggunakan karbohidrat sebagai bahan baku.
Kacang-kacangan adalah sebutan untuk biji yang berukuran relatif lebih besar
dibandingkan dengan serealia dan digunakan untuk bahan pangan bagi manusia dan
hewan ternak. Tumbuhan kacang-kacangan ini termasuk dalam famili Leguminosa atau
disebut juga sebagai polongan (berbunga kupu-kupu).
Pengolahan pasca penen dengan cara :
a. Pengeringan
Pengeringan merupakan salah satu tahap yang selalu dilakukan terhadap biji-
bijian. Pengurangan kadar air tersebut akan memberikan beberapa keuntungan
menurunkn biaya pengangkutan, memperpajang massa simpan, mempermudah proses
proses selanjutnya dan keuntungan lainnya. Hasil pengeringa harus mempunyai
kualitas yang tinggi yaitu :
1. Penggunaan biji
2. Kadar air biji dan
3. Jenis/ macam biji.
Biji yang akan digunakan untuk benih, penggunaan suhu tinggi akan membunuh
benihnya. Suhu yang diijinkan merupakan fungsi dari kelembaban relatif keseimbangan
(ERH). Gandum merupakan biji yang paling tidak senstif terhadap pengaruh suhu
dibandingkan dengan oats, jagung dan rye. Tetapi semuanya lebih peka terhadap suhu
kadar air yang lebih tinggi.
b. Penyimpanan
c. Penggilingan
Secara umum adalah proses melumatkan atau memipihkan, tetapi juga dapat
berarti memadatkan sejumlah butiran. Dalam penggilinoan padi, padi dikuliti, sehingga
beras terpisah dari sekam dan kulit arinya. Pada penggilingan tebu, tebu diperah airnya.
Dalam pertambangan, umumnya penggilingan berarti penggerusan.
d. Pengemasan
2. Sayuran
a. Sortasi
b. Pembersihan/pencucian
Pencucian dilakukan agar sayuran terbebas dari kotoran, hama dan penyakit.
Dilakukan dengan menggunakan air bersih yang mengalir yang bertujuan untuk
menghindari kontaminasi. Pencucian dengan air juga berfungsi sebagai pre-
coolinguntuk mengatasi kelebihan panas yang dikeluarkan produk saat proses
pemanenan.
d. Pengemasan
Kemasan harus memberi perlindungan terhadap sifat mudah rusak sayuran yang
menyangkut ukuran, bentuk konstruksi dan bahan yang dipakai.
Kemasan harus cocok dengan kondisi pengangkutan dan harus dapat diterima
oleh konsumen dalam keadaan baik.
Harga dan bentuk kemasan harus sesuai dengan nilai sayuran yang dikemas.
Kemasan dibagi menjadi : (a) kemasan konsumen atau konsumen primer; (b)
kemasan transportasi atau kemasan sekunder, dan (c) kemasan pengisi atau
kemasan tersier.
f. Transportasi
Pengangkutan sayuran dapat dilakukan melalui jalan darat, melalui laut, dan
melalui udara. pada tahap ini, kemasan harus sudah memenuhi beberapa persyaratan,
yaitu : (a) melindungi sayuran dari kerusakan mekanik; (b) tidak menghambat lolosnya
panas bahan dan panas pernapasan dari produk, dan (c) mempunyai kekuatan
konstruksi yang cukup untuk mengatasi penanganan dan penumpukan yang wajar.
3. Buah-buahan
a. Sortasi (Sorting)
Sortasi dapat dilakukan terhadap penampakan buah (warna, ukuran, dan cacat).
Sortasi yang sering dilakukan oleh petani hanya terbatas pada bahan yang
penampakannya memang sudah rusak. Bahan-bahan yang rusak dipisahkan dengan
menggunakan tangan untuk selanjutnya tidak dilakukan tindakan pengelompokan
berdasarkan mutu. Pengelompokan bahan dapat dilakukan berdasarkan ukuran, berat,
ataupun warna buah. Petani sepertinya tidak termotivasi untuk melakukan pemutuan
karena beberapa halantara lain seperti: pedagang buah tidak menghargai tindakan
pemutuan yang dilakukan oleh petani sehingga petani menganggap pekerjaan ini
merupakan pekerjaan yang tidak bermanfaat, disamping petani sudah terbiasa dengan
penjualan buah secara borongan
b. Pembersihan (Cleaning)
Karena konsumen menginginkan produk yang bersih maka buah-buahan perlu
dicuci setelah dipanen. Pda buah-buahan lokal proses ini terlihat agak jarang, malahan
tidak dilaksanakan oleh petani karena berbagai alasan. Adapun tujuan pencucian ini
adalah untuk menghilangkan kotoran dan juga residu pestisida yang mungkin telah
digunakan. Tetapi perlu diperhatikan jenis komoditasnya dan juga air yang digunakan.
Terkadang air pencuci bisa juga sebagai sumber kontaminan. Setelah pencucian perlu
dilakukan pengeringan dengan cara mengalirkan udara panas untuk menghindari ekses
air itu sendiri.
c. Pre-Cooling
Suhu tinggi bersifat merusak mutu simpan buah-buahan. Akan tetapi kenaikan
suhu produk tidak dapat dihindarkan terutama apabila panen dilakukan selama hari
panas. Pre-cooling dimaksudkan untuk menghilangkan panas lapang tersebut. Tujuan
utamanya adalah untuk menghambat respirasi dan mengurangi jumlah air yang hilang.
Ada tga macam metode yang biasa digunakan untuk pre-cooling yaitu : “air cooling”,
“hydro cooling” dan “vaccum cooling”. Pre-cooling ini penting peranannya dalam
menjaga kualitas produk khususnya produk daerah tropis.
d. Degreening
Warna merupakan atribut yang perubahannya paling nampak dan sering kali
digunakan sebagai indikator dominan pemilihan produk oleh konsumen. Degreening
atau penghilangan warna hijau sering dilakukan pada buah-buahan (pisang, mangga,
jeruk) yang segera akan dipasarkan, agar diperoleh kesan semua buah tersebut telah
masak dan seragam.
Biasanya proses ini dilakukan dengan menggunakan gas etilen atau bahan lain
(karbit, asetilen) yang dapat mengaktifkan metabolisme. Pemberian gas etilen pada
buah yang belum tua atau buah non klimakterik dapat merugikan konsumen karena
memberi kesan masak sempurna.
Degreening tidak mempengaruhi komposisi kimia buah. Jenis perlakuan dan
lama degreening dipengaruhi oleh kultivar dan kondisi warna buah saat panen.
Contohnya untuk lemons, degreening dilakukan dengan perlakuan suhu 16oC dengan
atau tanpa ethylene. Rekomendasi untuk jeruk California dilakukan dengan suhu 20 –
25oC, RH 90% dan pemberian ethylene 5 – 10 ppm (Kader, 1985).
e. Pelilinan (Waxing)
Kehilangan air (water loss) pada buah melalui permukaan kulitnya merupakan
masalah selama penyimpanan dan pemasaran, karena kulit buah menjadi keriput
sehingga kehilangan daya tarik konsumen. Kondisi tersebut dapat dicegah dengan
melapisi permukaan kulit buah dengan lilin (wax) sehingga buah dapat bertahan segar
lebih lama. Tujuan utama pelilinan (waxing) adalah mencegah kehilangan air, sehingga
buah menjadi lebih segar dan lebih menarik
Buah-buahan secara alami memiliki lapisan lilin dengan ketebalan yang berbeda-
beda dan lapisan lilin alami tersebut dapat hilang karena pencucian. Maka dari itu
pelapisan lilin sangat penting dilakukan terhadap buah-buahan pasca panen. Menurut
Sudjatha dan Wisaniyasa (2001), tujuan pelapisan lilin pada buah-buahan antara lain:
memberikan perlindungan terhadap mikroba pembusuk, menutup kerusakan-kerusakan
kecil dan goresan-goresan, memberikan kenampakan lebih baik, mengurangi laju
kehilangan air dan memperpanjang umur simpan. Tetapi pelilinan mempunyai suatu
kelemahan yaitu dapat menimbulkan off flavor dan akumulasi CO2 pada buah-buahan.
Lapisan lilin yang terlalu tebal dapat menghambat laju respirasi aerobik tetapi memacu
respirasi anaerobik sehingga terbentuk asetaldehid dan ethanol dalam buah
(Hagenmaler dan Shaw, 1992 dalam Wrasiati,1997). Tidak semua buah cocok diberi
lapisan lilin dan tebal lapisan lilin antara buah yang satu dengan yang lainnya berbeda-
beda.
f. Penyimpanan
Penyimpanan mengandung pengertian penempatan produk dalam suatu tempat
yang aman dalam waktu tertentu sehingga tidak cepat mengalami kerusakan. Efek
penyimpanan diperoleh melalui pengontrolan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan
kerusakan. Kontrol tersebut dibantu oleh efek perlakuan yang diberikan pada produk
sebelum dilakukan penyimpanan.
Faktor utama yang perlu dikontrol dalam penyimpanan adalah kondisi produk,
suhu, RH, komposisi dan sirkulasi udara, cahaya, hama dan penyakit. Suhu, RH, dan
komposisi udara merupakan kondisi lingkungan yang dapat dimanipulasi untuk
menurunkan respirasi dan meminimkan kerusakan oleh mikroba.
Kontrol suhu dalam penyimpanan memegang peranan penting sebab kontrol suhu
dapat dijadikan sebagai dasar pengklasifikasian penyimpanan, sehingga penyimpanan
dapat dikelompokkan menjadi penyimpanan suhu kamar, suhu rendah, dan
penyimpanan beku.
Komposisi udara ruang penyimpan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
sifat-sifat produk segar yang disimpan. Dengan mengatur komposisi udara disekitar
produk tersebut dapat menghasilkan beberapa keuntungan terhadap produk tersebut.
Melalui penyimpanan dengan cara mengatur komposisi udara dapat dikelompokkan
menjadi penyimpanan udara termodifikasi (modified atmosphere storage) dan udara
terkontrol (controlled atmosphere storage).