Anda di halaman 1dari 29

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Pengemasan adalah kegiatan pengamanan untuk makanan ataupun


minuman serta bahan makanan yang belum diolah bahkan yang telah mengalami
proses pengolahan dapat sampai ditangan konsumen dengan baik dari segi
kuantitas atupun kualitas (Kesuma, 2015). Pengemasan merupakan proses yang
berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus untuk
suatu produk. Kemasan dapat di artikan sebagai suatu benda yang berfungsi
untuk melindungi, mengamankan produk tertentu yang berada di dalamnya serta
dapat memberikan citra tertentu pula untuk membujuk penggunanya
(Mudra,2010). Secara fungsi wujudnya harus merupakan kemasan yang mudah
di mengerti sebagai suatu yang mudah dibawa, melindungi dan mudah di buka
untuk benda maupun produk apapun.

Kemasan harus berhasil dalam uji kelayakan sebagai fungsi pengemas,


dapat menjaga produknya secara keseluruhan, dapat menjaga untuk
mengkondisikan produk tersebut dalam jangka waktu tertentu dan karena
perpindahan tempat. Fungsi kemasan dalam suatu produk, yaitu untuk keamanan
produk yang dipasarkan, sebagai pembeda dari produk pesaing, kemasan dapat
melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen, menjaga
produk yang dikemas lebih bersih, menarik dan tahan terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh cuaca serta kemasan dapat melaksanakan fungsi pemasaran.
Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan
sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-
satunya cara perusahaan membedakan produknya. Kemasaran atau pengemasan
diperlukan untuk meningkatkan penjualan atau pemasaran, karena itu kemasan
harus dibuat menarik dan unik, dengan demikian diharapkan dapat memikat dan
menarik perhatian konsumen.

Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, karena pemasaran merupakan
2

salah satu kegiatan perusahaan, pemasaran secara langsung berhubungan dengan


konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia
yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar. Dalam era persaingan usaha
yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin
memenangkan kompetisi dalam persaingan pasar akan memberikan perhatian
penuh pada strategi pemasaran yang dijalankannya. Produk – produk yang
dipasarkan dibuat melalui suatu proses yang berkualitas akan memiliki sejumlah
keistimewaan yang mampu meningkatkan kepuasan konsumen atas penggunaan
produk tersebut. Dengan demikian pelanggan mau dan rela untuk kembali
menikmati apa yang ditawarkan oleh perusahaan dan menjadi pelanggan yang
setia bagi perusahaan. Sedangkan untuk dapat mendistribusikan kualitas
dibidang jasa merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karena itu, dalam proses
pendistribusian barang kepada konsumen harus ada perhatian penuh dari
manajemen pemasaran paling atas hingga karyawan level bawah.

1.2 Tujuan
1. Melaksanakan kegiatan penanganan produk
2. Melakukan perhitungan HPP dan harga jual
3. Melakukan kegiatan pemasaran produk
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Produk

Pengelolaan barang produk meliputi pengolahan bahan baku menjadi


produk yang siap jual untuk meningkatkan nilai jual. Pengelolaan yang paling
banyak dilakukan dimulai dengan pengemasan produk. Operasi ruang
pengemasan dapat sederhana hanya memindahkan produk dari pewadahan di
lapang ke dalam wadah pengiriman, atau dapat meliputi berbagai praktik
penanganan, dari pembersihan, pelilinan, sizing, dan grading mutu sampai sortasi
warna.

2.1.1 Penanganan Produk Jamur

Kehilangan dan kerusakan hasil komoditas jamur tiram putih setelah


panen cukup besar yaitu antara 25% - 30% yang disebabkan oleh faktor fisik,
mekanik, kimia, dan biologis. Kerusakan tersebut terjadi akibat cara panen serta
penanganan pasca panen yang kurang baik. Tingginya kadar air pada jamur tiram
segar menyebabkan produk ini cepat layu dan membusuk apabila disimpan tanpa
perlakuan yang benar. Panen dilakukan secara hati-hati untuk mempertahankan
mutu jamur tiram. Cara panen yang keliru dan penanganan yang kasar di
kumbung dapat mempengaruhi kualitas pemasaran secara langsung. Kerusakan
fisik seperti cacat, memar, atau luka akan tampak sebagai berwarna hitam yang
akan membuat jamur tiram tidak menarik (Setiarto, 2017).

Menurut Setiarto (2017), menyatakan bahwa prinsip dasar dalam


penanganan pascapanen produk jamur tiram adalah:

1. Melaksanakan pemanenan hasil dengan hati-hati agar tidak terjadi


kerusakan dan cacat.
2. Menghambat terjadinya proses pembusukan akibat pertumbuhan
mikroba.
3. Menghambat laju respirasi selama penyimpanan dan pengangkutan
yang dapat menyebabkan kelayuan serta penurunan bobot maupun
kesegaran.
4

4. Mengadakan pengontrolan terhadap hama dan penyakit.

Kegiatan pasca panen jamur tiram menurut Setiarto (2017) adalah sebagai
berikut:

1) Pembersihan (triming)

Pembersihan adalah membuang kotoran yang menempel pada

bagian tubuh buah (bagian tudung atau akar). Jamur dibersihkan

tanpa air, bila pembersihan menggunakan air, sebelum dilakukan

pemilihan terlebih dahulu harus ditiriskan. Air yang masih

menempel akan digunakan untuk tempat tumbuh mikroba yang

akan menyebabkan bintik berwarna pada tudung buah sehingga

menyebabkan penurunan kualitas.

2) Pemilihan (sorting)

Pemilihan bertujuan untuk memisahkan hasil panen yang baik.

Jamur tiram yang berkualitas adalah memiliki tubuh buah yang

sempurna dan berukuran relatif seragam, warna bersih, dan

terhindar dari cacat fisik. Jamur yang memiliki cacat fisik tidak

dibuang melainkan dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut.

3) Pemilahan (grading)

Pemilahan merupakan cara untuk menentukan nilai produk dengan

mengelompokkan hasil panen berdasarkan bentuk, ukuran, warna,

kerapihan/kebersihan, dan sebagainya. Jamur tiram dikelompokan

berdasarkan standar mutu yang telah ditentukan baik untuk pasar

tradisional, pasar induk, ataupun pasar swalayan sehingga akan

ditemukan grade A, B, atau C dengan tujuan memuaskan


5

konsumen dengan konsekuensi nilai jual yang lebih mahal,

sehingga dapat meningkatkan pendapatan produsen.

4) Pengemasan (packing)

Pengemasan bertujuan untuk mengurangi kerusakan (akibat

benturan, gesekan dan tekanan); mempermudah penanganan;

memperkecil penguapan/kekurangan air; mengatur temperatur;

sebagai alat promosi pemasaran; dan efisiensi biaya pemasaran.

5) Penyimpanan (storage)

Penyimpanan secara teknis bertujuan untuk memperpanjang daya

guna produk dengan cara memperlambat aktivitas fisiologis, serta

memperlambat perkembangan mikroba. Faktor penentu dalam

penyimpanan adalah sanitasi ruangan penyimpanan, pengaturan

temperatur, kelembaban, tekanan, cahaya, dan komposisi udara

dalam ruang penyimpanan. Penyimpanan dapat dilakukan pada

saat: Produk baru dipanen menunggu panen selesai seluruhnya,

Produk sebelum dipasarkan, Produk dalam proses pengangkutan

sebelum sampai ke konsumen.

6) Pengangkutan (transportation)

Sebelum sampai ke konsumen, jamur tiram seringkali harus

menempuh jarak yang jauh, dan konsumen tetap menuntut

keadaan produk yang masih segar dan bagus penampilannya.

Untuk hal tersebut sistem pengangkutan harus diperhatikan yaitu

yang mampu bergerak cepat dan mampu melindungi produk agar

terhindar dari kerusakan selama pengangkutan.


6

7) Penyajian (display)

Penyajian di pasar (swalayan ataupun tradisional) sangat

menentukan nilai jual, ketahanan produk jamur tiram yang

dikemas (umur simpan), menekan tingkat kerusakan lanjut dari

produk, serta menarik perhatian konsumen.

Cara yang paling umum agar kesegaran jamur tiram yang baru dipanen

dapat dipertahankan adalah dengan menyimpannya pada suhu dingin (1°C - 5°C) ,

dengan kondisi seperti itu umur jamur tiram diperpanjang minimal 4 hari sampai 5

hari. Sebelum melakukan penyimpanan, setelah panen jamur tiram terlebih dahulu

melalui proses pembersihan dan pemilihan. Setelah jamur dibersihkan kemudian

dikemas dengan menggunakan kemasan yang sesuai seperti kantong plastik

berlubang, kantong plastik yang divakum, atau styriofoam yang ditutup dengan

plastik wrapping. Dengan cara seperti itu maka kesegaran dan keawetan jamur

tiram dapat dipertahankan lebih lama sebelum dijual dalam bentuk jamur segar.

Mempertahankan kesegaran jamur tiram selain dengan pendinginan, dapat juga

ditambahkan larutan kimia seperti Natrium bisulfit 0,1%-0,2% (1000 ppm 2000

ppm) dengan cara larutan tersebut disemprotkan ke bagian tubuh jamur yang akan

disimpan, atau jamur tersebut dicelupkan ke dalam larutan secara merata. Larutan

tersebut dapat berfungsi menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk jamur,

sehingga untuk jangka waktu waktu tertentu jamur akan tetap segar dan awet

(Setiarto, 2017).

Salah satu produk olahan jamur adalah jamur krispi. Berikut adalah bahan-

bahan yang dibutuhkan dan cara membuat jamur krispi (Setiarto, 2017).
7

Bahan- bahan :

1. 500 gram jamur tiram putih

2. 1/2 sendok makan ketumbar

3. 100 gram tepung beras putih

4. 1 sendok makan garam

5. 250 gram tepung maizena

6. 1 butir telur ayam

7. Minyak goreng secukupnya

8. 4 siung bawang putih

Cara membuat :
1. Cuci jamur crispy, kemudian peras airnya secara perlahan, setelah

itu suwirsuwir (proses bisa sebaliknya)

2. Haluskan semua bumbu yang hendak dipakai untuk menciptakan

rasa.

3. Pada satu wadah, satukan tepung maizena dan tepung beras,

campurkan semuanya, pisahkan.

4. Kocok telur pada mangkuk. Kemudian, masukkan bumbu halus,

aduk rata.

5. Tuang bumbu pada campuran tepung dan beri air secukupnya.

Aduk adonan sampai rata.

6. Balurkan jamur atau langsung ceburkan semuanya, pastikan

bumbu melapisi jamur secara merata.

7. Panaskan minyak dan goreng hingga berwarna kekuningan, angkat

dan tiriskan.
8

8. Sebelum disajikan, anda bisa membuat resep jamur crispy di atas

lebih spesial. Caranya adalah dengan menambahkan saus tomat,

sambal, ataupun bumbu kecap pedas agar tidak terlalu orisinal

rasanya.

2.2 Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah gambaran jumlah pengorbanan yang harus

dijadikan pengorbanan oleh produsen pada waktu pertukaran barang dan jasa

(Mulyadi, 2007). Harga pokok penjualan diperoleh dengan membandingkan total

seluruh biaya dengan volume produk yang dihasilkan. Tujuan perhitungan harga

pokok penjualan adalah sebagai dasar penetapan harga di pasar, untuk

menetapkan pendapatan yang diperoleh pada proses pertukaran barang atau jasa

dan sebagai alat untuk penilaian efisiensi pada proses produksi (Rufaidah, 2012).

Menurut Manulang (1996), harga pokok penjualan adalah jumlah biaya

yang seharusnya untuk memproduksikan suatu barang ditambah biaya seharusnya

lainnya sehingga barang itu berada di pasar. Tujuan dilakukannya perhitungan

harga pokok adalah:

1. Untuk menentukan harga jual

2. Untuk menetapkan efisiensi tidaknya suatu perusahaan

3. Untuk menentukan kebijakan dalam penjualan

4. Sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru

5. Untuk perhitungan neraca

Harga pokok penjualan merupakan hubungan antara jumlah pengeluaran,

jumlah produksi dan berhubungan dengan biaya, pendapatan serta laba. Penentuan

harga pokok penjualan dapat dihitung melalui:


9

a) Konsep perhitungan harga pokok melalui Break Even Poin

Analisis Menurut Soemarsono (1990), analisis titik impas adalah

suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya

tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Analisis

ini disebut juga cost profit volume analysis karena mempelajari

hubungan antara biaya-keuntungan-volume kegiatan. Volume

penjualan dimana penghasilannya tepat sama besarnya dengan

biaya totalnya, sehingga petani tidak mendapatkan keuntungan

atau menderita kerugian dinamakan break event point. Menurut

Mulyadi (2007), dalam perhitungan titik impas perlu ditetapkan

terlebih dahulu biaya variabel dan biaya tetap. Besarnya biaya

variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan

perubahan volume produksi. Analisis titik impas menggunakan

asumsi-asumsi dasar sebagai berikut:

1. Biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel

dan golongan biaya tetap.

2. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara

proporsionil dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa

biaya variabel per unitnya adalah tetap sama.

3. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada

perubahan volume produksi/penjualan.nnini berarti bahwa tetap

per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume

kegiatan.
10

Break event point atau titik impas adalah jumlah hasil penjualan dimana

usaha tidak mengalami rugi, tetapi tidak memperoleh keuntungan. Keadaan titik

impas merupakan pengukuran totalitas biaya sama dengan total pendapatan

(TC=TR) sehingga tidak ada keuntungan maupun kerugian. Totalitas biaya terdiri

dari biaya tetap (fixes cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).

Menurut Kartasapoetra (1986) dalam Budiman (2011), hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penetapan harga jual produk antara lain:

a. Harga dari komoditas pertanian

b. Upah tenaga kerja langsung yang terlibat dalam proses produksi atau

pendistribusian hasil produksi

c. Biaya yang terdiri dari:

1) Upah tidak langsung

2) Pajak upah

3) Biaya untuk energi (misalnya)

4) Biaya perlengkapan

5) Biaya bangunan

6) Pemeliharaan, dll

d. Biaya perniagaan yang terdiri dari:

1) Pemasaran

2) Biaya administrasi

e. Laba usaha yang wajar yang harus diperhitungkan

f. Biaya bunga dan utang (apabila menggunakan kredit)

g. Pajak penjualan yang dibebankan


11

Kebijakan penentuan harga penjualan akan menguntungkan berbagai

pihak, baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran dan pihak konsumen.

Beberapa keuntungan yang diperoleh semua pihak yang terkait tersebut yaitu:

a) Produsen

1) Keuntungan sudah dapat diperkirakan besarnya

2) Terlatih dalam melakukan persaingan, yaitu tidak perlu

mempermainkan harga melainkan berusaha agar lebih

mengunggulkan produknya, perbaikan mutu, bentuk produk,

sehingga keunggulan tersebut akan lebih menarik konsumen untuk

membelinya dengan harga yang lebih tinggi.

3) Jalinan kerjasama dengan lembaga pemasaran lainnya akan

semakin erat, dan sama-sama memperoleh pendapatan yang wajar

b) Pedagang

1) Keuntungan sudah dapat diperkirakan besarnya

2) Terlatih dalam melakukan persaingan, dengan lebih

menyempurnakan kegiatan pemasaran dalam arti cara menjajakan,

melakukan hubungan perdagangan lebih disempurnakan dan

ditinggalkan.

3) Jalinan kerjasama dengan produsen dan agen selanjutnya akan

semakin erat, dan sama-sama memperoleh pendapatan yang wajar.

2.3 Pemasaran

Definisi pemasaran menurut American Marketing Association (AMA)

dalam Kasali (1998: 53) adalah pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan

eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga, promosi, hingga distribusi
12

barang-barang, ide-ide dan jasa, untuk melakukan pertukaran yang memuaskan

individu dan lembaga-lembaganya. Sedangkan menurut Nitisemito dalam

Lupiyoadi (2001: 31) mengemukakan pemasaran adalah semua kegiatan yang

bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen

secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif.

Gronroos (1993) dalam Tjiptono (2012: 3) mendefinisikan pemasaran

adalah mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan relasi dengan para

pelanggan dan mitra lainnya, dengan mendapatkan laba, sedemikian rupa

sehingga tujuan masing-masing pihak bisa tercapai. Hal ini bisa diwujudkan

melalui pertukaran dan pemenuhan janji yang saling menguntungkan.

Sedangkan menurut Dharmesta dan Irawan (2005: 5) Pemasaran adalah suatu

sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada

maupun pembeli yang potensial. Selanjutanya menurut Kotler & Keller (2009:

5) Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan

kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa

yang bernilai dengan orang lain.

Daryanto (2013) menyatakan pemasar mengidentifikasi berbagai segmen

pasar, memilih satu atau beberapa di antaranya dan mengembangkan produk serta

bauran pemasaran yang disesuaikan. Saat ini, pemasar mulai mengarah pada

pemasaran terarah. Adapun tahapan dalam pemasaran terarah, yaitu :


13

a. Segmentasi pasar

Segmentasi adalah “The process of dividing a large market into smaller

pieces based on one or more meaningful, shared characteristic”, dengan

melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih

terarah dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara

lebih efektif dan efisien dalam rangka memberikan kepuasan bagi

konsumen. Selain itu, perusahaan dapat melakukan program-program

pemasaran yang terpisah untuk memenuhi kebutuhan khas masing-masing

segmen. Ada beberapa variabel segmentasi yaitu, segmentasi demografis,

segmentasi psikografis, dan segmentasi perilaku.

b. Targeting

Target market ialah “Group that a firm select to turn into customers as a

result of segmentational and targeting”. Setelah pasar dibagi-bagi dalam

segmen-segmen, maka perusahaan harus memutuskan suatu strategi target

market.

c. Positioning

Positioning adalah “Developing a marketing strategy aimed at influencing

how a particular market segment preceives a good or service in

comparison to the cometition". Penentuan posisi pasar menunjukkan

bagaimana suatu produk dapat dibedakan dari para pesaingnya. Bauran

pemasaran adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan

dan dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang

diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari :


14

1. Produk (product)

Produk adalah kombinasi benda atau jasa dari perusahaan yang ditawarkan

ke target pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk secara

luas meliputi desain, merek, hak paten, positioning, dan pengembangan

produk baru.

2. Harga (price)

Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk

mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga juga merupakan pesan yang

menunjukan bagaimana suatu brand memposisikan dirinya di pasar.

3. Tempat (place)

Tempat meliputi aktivitas perusahaan dalam membuat produknya tersedia

di target pasar. Strategi pemilihan tempat meliputi transportasi,

pergudangan, pengaturan persediaan, dan cara pengemasan bagi

konsumen.

4. Promosi (promotion)

Promosi adalah aktivitas perusahaan untuk mengkomunikasikan produk

dan jasanya dan mempengaruhi target konsumen untuk membeli. Kegiatan

promosi antara lain, iklan, personal selling dan promosi penjualan.


15

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Jamur Krispi
2. Timbangan
3. Gunting
4. Plastik kemasan (standing pouch)
5. Kemasan toples
6. Label
7. Sarung tangan plastik
8. Sealer
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan praktikum pengemasan produk jamur krispi dilaksanakan


pada hari Senin, 23 September 2019 bertempat di Ruangan Laboratorium
Logistik Agribisnis, Politeknik Negeri Lampung yang beralamatkan di Jl.
Soekarno Hatta No. 10 Rajabasa, Bandar Lampung.

3.3 Prosedur Praktikum


1. Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Mahasiswa menimbang produk yang telah di berikan dengan
menggunakan timbangan dan mencatat hasil dari berat produk
yang ditimbang.
3. Mahasiswa mengemas produk dengan kemasan standing pouch
dan juga toples sesuai berat yang diinginkan, seperti 100 gr,
150 gr dan 200 gr. Saat mengambil produk untuk dimasukkan
kedalam kemasan usahakan menggunakan sarung tangan
plastik.
4. Untuk kemasan standing pouch bagian atas di sealer dengan
menggunakan mesin hand sealer, yang berfungsi untuk
merekatkan plastik.
5. Sebagian mahasiswa membuat label dan mencetaknya.
16

6. Menggunting label yang telah dicetak lalu menempelkan nya di


kemasan yang sudah berisi produk.
7. Mahasiswa menghitung HPP dan menentukan harga jual untuk
setiap kemasan.
8. Setelah selesai mengemas mahasiswa membersihkan tempat
dan mengembalikan alat-alat ke tempat semula.
17

IV. HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Tahapan Penanganan

Tahapan penanganan untuk pengemasan produk jamur krispi dapat


dijelaskan menggunakan diagram alir pada Gambar 1:

Pengemasan Merekatkan kemasan


Menimbang berat
jamur krispi dengan menggunakan
jamur krispi
mesin hand sealer

Pemasaran Pelabelan

Gambar 1. Diagram alir penanganan produk Jamur Krispi


Berdasarkan diagram alir penanganan produk untuk pengemasan jamur
krispi dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menimbang
Pertama-tama adalah menimbang berat jamur krispi yang
dilakukan dengan menggunakan timbangan, kemudian mencatat
hasil timbangan. Hasil timbangan jamur krispi yaitu seberat 4,4 kg.
2. Pengemasan
Pengemasan jamur krispi menggunakan kemasan plastik standing
pouch dan kemasan toples. Untuk kemasan standing pouch ada dua
ukuran yaitu ukuran besar dan kecil. Kemasan standing pouch
ukuran besar diisi jamur krispi seberat 200 gr, kemasan standing
pouch ukuran kecil diisi jamur krispi seberat 150 gr, dan kemasan
toples diisi jamur krispi seberat 100 gr. Pada saat proses
pengemasan usahakan menggunakan sarung tangan plastik.
3. Merekatkan Kemasan
Merekatkan kemasan plastik standing pouch dengan menggunakan
hand sealer.
4. Pelabelan
18

Label adalah suatu tanda, berupa tulisan, gambar ataupun bentuk


penyataan yang disertakan dalam wadah atau pembungkus yang
didalamnya tercantum informasi mengenai produk. Label berfungsi
sebagai identitas suatu produk. Berikut adalah label produk untuk
jamur krispi terdapat di Gambar 2.

Gambar 2. Label Jamur Krispi

5. Pemasaran
Setelah semua proses selesai, dilakukan pemasaran produk jamur
krispi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk jamur krispi
kepada konsumen.

4.2 Biaya- Biaya dan Margin


Jumlah total jamur krispi = 4,4 kg
Harga = Rp 68.000/kg
Total := Rp 299.200

Jumlah kemasan yang didapat


a. 200 gr = 10 Kemasan
19

b. 150 gr = 11 Kemasan
c. 100 gr = 3 Kemasan

Harga Kemasan :

a Kemasan Toples = 4.600/ toples


b Standing Pouch besar = 700/ buah
c Standing Pouch kecil = 540/buah

4.2.1 Harga Pokok Penjualan dan Profit Margin

1. Kemasan standing pouch besar (200 gr)

Harga kemasan = Rp 700/buah x 10 kemasan

= Rp 7.000
Harga Label = Rp 500/buah x 10 kemasan
= Rp 5.000
10 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 200 𝑔𝑟
Harga Jamur Krispi = x Rp 299.200
4,4 𝑘𝑔
10 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 200 𝑔𝑟
= x 299.200
4.400 𝑔𝑟
𝑅𝑝 598.400.000
= 4.400 𝑔𝑟

= Rp 136.000
Tabel 1. Biaya Tenaga Kerja Untuk Kemasan 200 gr
No Kegiatan Waktu Jumlah HOK Upah Total
TK (Rp)
1 Pengemasan 0,25 2 0,06 50.000 3.125
2 Pelabelan 0,08 1 0,01 50.000 500
3 Pensealer 0,08 1 0,01 50.000 500
Jumlah 4.125

TC = Biaya Bahan baku + biaya tenaga kerja


= Rp 136.000 + Rp 4.125
= Rp 148.000
𝑇𝐶
HPP = 𝑄
20

𝑅𝑝 148.000
= 10

= Rp. 14.800/ pcs


Harga Jual = Rp 14.800 + 1,3% x Rp 14.800
= Rp 14.800 + 192
= Rp 14.992
= Rp 15.000/pcs
TR =PxQ
= Rp 15.000 x 10
= Rp 150.000
𝜋 = TR – TC
= Rp 150.000 – Rp 148.000
= Rp 2.000
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
Profit Margin = 1 – 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜
𝑅𝑝 148.000
= 1 – 𝑅𝑝 150.000

= 1 – 0,98
= 0,02 (2%)
2. Kemasan standing pouch kecil (150 gr)
Harga kemasan = Rp 540/buah x 11 kemasan
= Rp 5.940
Harga Label = Rp 500/buah x 11 kemasan
= Rp 5.500
11 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 150 𝑔𝑟
Harga Jamur Krispi = x Rp 299.200
4,4 𝑘𝑔
10 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 200 𝑔𝑟
= x 299.200
4.400 𝑔𝑟
𝑅𝑝 493.680.000
=
4.400 𝑔𝑟

= Rp 112.200
Tabel 2. Biaya Tenaga Kerja Untuk Kemasan 150 gr
No Kegiatan Waktu Jumlah HOK Upah Total
TK (Rp)
1 Pengemasan 0,25 2 0,06 50.000 3.125
21

2 Pelabelan 0,08 1 0,01 50.000 500


3 Pensealer 0,08 1 0,01 50.000 500
Jumlah 4.125

TC = Biaya Bahan baku + biaya tenaga kerja


= Rp 123.640 + Rp 4.125
= Rp 127.765
𝑇𝐶
HPP = 𝑄
𝑅𝑝 127.765
= 11

= Rp 11.615 / pcs
Harga Jual = Rp 11.615 + 3% x Rp 11.615
= Rp 11.615 + 348
= Rp 11.963
= Rp 12.000/pcs
TR =PxQ
= Rp 12.000 x 11
= Rp 132.000
𝜋 = TR – TC
= Rp 132.000 – Rp 127.765
= Rp 4.235
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
Profit Margin = 1 – 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜
𝑅𝑝 127.765
= 1 – 𝑅𝑝 132.000

= 1 – 0,96
= 0,04 (4%)

3. Kemasan toples (100 gr)


Harga kemasan = Rp 4.600/buah x 3 kemasan
= Rp 13.800
Harga Label = Rp 500/buah x 3 kemasan
= Rp 1.500
22

3 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 100 𝑔𝑟
Harga Jamur Krispi = x Rp 299.200
4,4 𝑘𝑔
3 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 100 𝑔𝑟
= x 299.200
4.400 𝑔𝑟
𝑅𝑝 89.760.000
= 4.400 𝑔𝑟

= Rp 20.400
Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Untuk Kemasan toples 100 gr
No Kegiatan Waktu Jumlah HOK Upah Total
TK (Rp)
1 Pengemasan 0,08 2 0,01 50.000 500
2 Pelabelan 0,08 1 0,01 50.000 500
3 Pensealer 0,08 1 0,01 50.000 500
Jumlah 1.500

TC = Biaya Bahan baku + biaya tenaga kerja


= Rp 35.700 + Rp 1.500
= Rp 36.200
𝑇𝐶
HPP =
𝑄
𝑅𝑝 36.200
= 13

= Rp 12.066 /toples
Harga Jual = Rp 12.066 + 7% x Rp 12.066
= Rp 12.066 + 844
= Rp 12.910
= Rp 13.000/toples
TR =PxQ
= Rp 13.000 x 3
= Rp 39.000
𝜋 = TR – TC
= Rp 39.000 – Rp 36.200
= Rp 2.800
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
Profit Margin = 1 – 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜
23

𝑅𝑝 36.200
= 1 – 𝑅𝑝 39.000

= 1 – 0,92
= 0,08 (8%)
4.3 Pemasaran Produk
Pemasaran adalah proses sosial atau manajerial dimana individu dan

kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan

penawaran produk yang bernilai satu sama lain. Pemasaran tidak saja dilakukan

oleh organisasi bisnis tetapi juga organisasi non-bisnis, seperti lembaga

pemerintah atau lembaga sosial masyarakat, atau lembaga konsumen. Berikut

adalah bauran pemasaran dalam pemasaran Jamur Krispi :

1) Product (Produk)

Produk yang dipasarkan adalah Jamur Krispi. Produk Jamur krispi

dikemas menggunakan plastik standing pouch dan toples kecil. Berat

produk untuk kemasan standing pouch kecil yaitu 150 gram, untuk

kemasan standing pouch besar yaitu 200 gram dan untuk kemasan toples

yaitu 100 gram.

2) Price (Harga)

Harga jual Jamur Krispi adalah Rp 15.000/bungkus dengan berat 150

gram, Rp 12.000/bungkus dengan berat 200 gram, dan Rp 13.000/toples

dengan berat 100 gram. Harga tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan

yang telah dilakukan dalam analisis biaya jamur krispi.

3) Promotion (Promosi)

Promosi dilakukan agar produk jamur krispi dikenal oleh konsumen.

Strategi promosi yang digunakan dalam memasarkan produk jamur krispi


24

adalah menggunakan media sosial yaitu instagram, whatsapp dan secara

lisan kepada konsumen.

4) Place (Tempat)

Produk jamur krispi dikemas di Laboratorium Logistik Agribisnis

Politeknik Negeri Lampung dan dipasarkan di kampus Politeknik Negeri

Lampung dan wilayah Bandar Lampung. Pendistribusian jamur krispi

dilakukan distribusi secara langsung kepada konsumen. Distribusi secara

langsung yaitu penyaluran jamur krispi secara langsung kepada konsumen.


25

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahsan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Proses penanganan produk jamur krispi yaitu menimbang, pengemasan,
merekatkan kemasan, pelabelan dan pemasaran.
2. HPP, Harga jual dan Margin untuk setiap kemasan :
a. Jamur krispi kemasan 200 gram berdasarkan perhitungan didapat
HPP Rp 14.800, maka harga jual yang untuk pemasaran nya yaitu
Rp 15.000 dengan mendapat profit margin sebesar 2 %.
b. Jamur krispi kemasan 150 gram berdasarkan perhitungan didapat
HPP Rp 11.615, maka harga jual yang untuk pemasaran nya yaitu
Rp 12.000 dengan mendapat profit margin sebesar 4 %.
c. Jamur krispi kemasan toples 100 gram berdasarkan perhitungan
didapat HPP Rp 12.066 , maka harga jual yang untuk pemasaran
nya yaitu Rp 13.000 dengan mendapat profit margin sebesar 8 %.
3. Pemasaran produk jamur krispi dilakukan dengan menggunakan bauran
pemasaran 4P yaitu Product (produk) , Price (harga ), Promotion
(promosi) , Place (tempat).
5.2 Saran
Pesaing produk ini sangat banyak, sehingga harus diadakannya inovasi
baik dari segi rasa, kemasan, ataupun label. Perluasan daerah pemasaran
juga perlu dilakukan supaya produk lebih dikenal oleh konsumen dan
mendapatkan hasil dan keuntungan yang maksimum.
26

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arif. 2011. Analisis Efisiensi Pemasaran Dan Harga Pokok Produksi
(HPP) Jagung Pada Berbagai Jenis Kadar Air di Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.

Daryanto. 2013. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Edisi Revisi. Bumi Aksara.
Jakarta.

Dharmesta dan Irawan, 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Kedua.


Yogyakarta: Liberty.

Dharmmesta & Handoko, 1997, Manajemen Pemasaran . Analisis Perilaku


Konsumen. Yogyakarta: BPFE

Kasali, Rhenald. (2007). Membidik Pasar Indonesia Segmentasi Targeting


Positioning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Kotler, Philip dan gary Armstrong. 2003. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1, Edisi
Kesembilan, Jakarta: PT. Indeks Gramedia

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta:
Erlangga

Lupiyoadi , Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta : PT. Salemba


Empat.

Manullang, M. 1996. Dasar-Dasar Manajemen. Ghalia Indonesia : Jakarta.

Mudra, I.W. 2010. Desain Kemasan Produk. Pelatihan Pembuatan Kemasan pada
Kegiatan Pembinaan Kemampuan Teknologi Industri. 19-23 September
2010. Denpasar.

Mulyadi. 2007. Sistem Akuntansi. Salemba. Jakarta.

Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra, 2012. Pemasaran Strategik. Yogyakarta,


ANDI
27

Setiarto, R. 2017. Pelatihan Untuk Pengolahan Pascapanen Produk Jamur Tiram


Putih. Pusat Penelitian Biologi LIPI dalam rangka Kegiatan Expose
Memperingati HUT LIPI ke 50. 29 Agustus.2017. Indonesia
28

LAMPIRAN
29

Lampiran 1. Produk Jamur Krispi

Anda mungkin juga menyukai