Anda di halaman 1dari 55

PENGANTAR

TEKNIK IRIGASI DAN


BANGUNAN AIR II
Fakta :

• Sistem Irigasi sudah berada sejak abad


5 di Indonesia
• Indonesia yang beriklim tropis basah
dalam kenyataannya juga masih
membutuhkan irigasi

APA FUNGSI IRIGASI ITU ?

APA YANG DISEBUT IRIGASI ITU ?


SIKLUS HIDROLOGI
FUNGSI IRIGASI :

• memasok kebutuhan air tanaman


menjamin ketersediaan air apabila
terjadi betatan
• menurunkan suhu tanah
• mengurangi kerusakan akibat frost
• melunakkan lapis keras pada saat
pengolahan tanah
Takrif irigasi :
Irigasi adalah proses penambahan air untuk
memenuhi kebutuhan lengas tanah bagi
pertumbuhan tanaman
israelsen & hansen, 1980

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan


dan pembuangan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan tambak
PP 20/2006
Takrif irigasi :

Tindakan intervensi manusia untuk


mengubah tagihan air dari sumbernya
menurut ruang dan waktu serta mengelola
sebagian atau seluruh jumlah tersebut untuk
menaikkan produksi tanaman.
Small & Svendsen, 1992

Irigasi merupakan suatu proses


pengaliran air dari sumber air ke
sistem pertanian
Empat pertanyaan :

1. Bagaimana air tersebut dialirkan 


rancangan sistem pengaliran
2. Berapa jumlah dan bagaimana air dialirkan
3. Apakah jumlah air sama untuk pertumbuhan
tanaman

kebutuhan air tanaman


4. Bagaimana kalau ada air berlebih  drainasi

Sistem irigasi sebagai suatu sistem pengaliran 


Azas teknik irigasi dan drainasi

Sistem irigasi sebagai suatu sistem manajemen 


Manajemen irigasi
Keterkaitan pengetahuan lain :

hidroklimatologi, fisika tanah, hubungan air tanah


dan tanaman, mekanika fluida dan hidrolika,
pemetaan, matematika, statistika

Pengembangan pengetahuan setelah


proses pembelajaran :

model-model matematika untuk sistem pengaliran,


gerakan air dalam tanah, proses evapotranspirasi
dan pengaruh klimatik, model pertumbuhan
tanaman, phenologi tanaman dan lain-lain.
SEJARAH IRIGASI
Irigasi Mesir Kuno dan Tradisional Nusantara
Sejak Mesir Kuno telah dikenal
dengan memanfaatkan Sungai Nil.
Di Indonesia irigasi tradisional telah
juga berlangsung sejak nenek
moyang kita. Hal ini dapat dilihat
juga cara bercocok tanam pada
masa kerajaan-kerajaan yang ada di
Indonesia.
 Dengan membendung kali secara
bergantian untuk dialirkan ke
sawah.
 Mencari sumber air pegunungan
dan dialirkan dengan bambu yang
bersambung.
 Membawa air dengan ember yang
terbuat dari daun pinang
 Menimba dari kali yang
dilemparkan ke sawah dengan
ember daun pinang juga.
Animal-powered irrigation, Upper Egypt, ca. 1840
Sistem Irigasi Zaman Hindia Belanda

 Sistem irigasi adalah salah satu upaya


Belanda dalam melaksanakan Tanam Paksa
(Cultuurstelsel) pada tahun 1830.
Pemerintah Hindia Belanda dalam Tanam
Paksa tersebut mengupayakan agar semua
lahan yang dicetak untuk persawahan
maupun perkebunan harus menghasilkan
panen yang optimal dalam mengeksplotasi
tanah jajahannya.

 Sistem irigasi yang dulu telah mengenal


saluran primer, sekunder, ataupun tersier.
Tetapi sumber air belum memakai sistem
Waduk Serbaguna seperti TVA di Amerika
Serikat. Air dalam irigasi lama disalurkan
dari sumber kali yang disusun dalam sistem
irigasi terpadu, untuk memenuhi pengairan
persawahan, di mana para petani
diharuskan membayar uang iuran sewa
pemakaian air untuk sawahnya.
Waduk Jatiluhur 1955 di Jawa Barat dan Pengalaman TVA 1933 di Amerika Serikat

Tennessee Valley Authority (TVA) [1] yang


diprakasai oleh Presiden AS Franklin D. Roosevelt
pada tahun 1933 merupakan salah satu Waduk
Serba Guna yang pertama dibangun di dunia [2].
Resesi ekonomi (inflasi) tahun 1930 melanda
seluruh dunia, sehingga TVA adalah salah satu
model dalam membangun kembali ekonomi
Amerika Serikat.

Isu TVA adalah mengenai: produksi tenaga listrik,


navigasi, pengendalian banjir, pencegahan malaria,
reboisasi, dan kontrol erosi. Sehinga di kemudian
hari Proyek TVA menjadi salah satu model dalam
menangani hal yang mirip. Oleh sebab itu Proyek
Waduk Jatiluhur merupakan tiruan yang hampir
mirip dengan TVA di AS tersebut.

Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur,


Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota
Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh
pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan
panorama danau yang luasnya 8.300 ha.
Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957
oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air
yang tersedia sebesar 12,9 milyar m3/tahun dan
merupakan waduk serbaguna pertama di
Indonesia.
Pengalaman Penerapan Jenis Irigasi Khusus

Irigasi Pasang-Surut di Sumatera,


Kalimantan, dan Papua
Dengan memanfaatkan pasang-surut air di
wilayah Sumatera, Kalimantan, dan
Papua dikenal apa yang dinamakan Irigasi
Pasang-Surat (Tidal Irrigation). Teknologi
yang diterapkan di sini adalah: pemanfaatan
lahan pertanian di dataran rendah dan
daerah rawa-rawa, di mana air diperoleh dari
sungai pasang-surut di mana pada waktu
pasang air dimanfaatkan. Di sini dalam dua
minggu diperoleh 4 sampai 5 waktu pada air
pasang. Teknologi ini telah dikenal sejak
Abad XIX. Pada waktu itu pendatang di Pulau
Sumatera memanfaatkan rawa sebagai
kebun kelapa. Di Indonesia terdapat 5,6 juta
Ha dari 34 Ha yang ada cocok untuk
dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan
dengan pengalaman Jepang di Wilayah
Sungai Chikugo untuk wilayah Kyushu, di
mana di sana dikenal dengan sistem irigasi
Ao-Shunsui yang mirip.
Pengalaman Penerapan Jenis Irigasi Khusus

Irigasi Tanah Kering atau Irigasi Tetes


Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien.
Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman,
kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.

Beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:


(1) irigasi tetes (drip irrigation),
(2) irigasi curah (sprinkler irrigation),
(3) irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan
(4) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).

Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes merupakan salah satu alternatif,
misal pada tanaman cabai.
Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting, salah satu upaya mencari potensi
sumber air irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah permukaan
(groundwater) melalui pemetaan karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat
memberikan informasi mengenai sebaran, volume dan kedalaman sumber air untuk
mengembangkan irigasi suplemen. Deteksi air bawah permukaan dapat dilakukan
dengan menggunakan Terameter.
Ketersediaan air Sistem
Ketersediaan air Ketersediaan air
Di sumber jejaring
Di intake Utk tanaman
irigasi

Kapasitas Kapasitas
Kehilangan-
intake saluran
Kehilangan

Abstraksi sistem irigasi sebagai sistem pengaliran


FUNGSI IRIGASI

Fungsi utama:
Memenuhi kebutuhan air tanaman

Fungsi spesifik:
1. mengambil air dari sumber (diverting)
2. Membawa/mengalirkan air dari sumber ke
lahan pertanian (conveying)
3. mendistribusikan air kepada tanaman
(distributing)
4. mengatur dan mengukur aliran air (regulating
and measuring)
MACAM IRIGASI

Menurut sumber airnya:


1. Air permukaan : sungai, danau, waduk
2. Airtanah : akuifer
Menurut cara pengambilan airnya:
1. Pengambilan gravitasi
2. Pompa
MACAM IRIGASI

Menurut cara pengalirannya:


1. Saluran terbuka (open channel)
2. Jaringan pipa (pipe network)
Menurut cara distribusinya:
1. Irigasi permukaan
2. Irigasi curah
3. Irigasi tetes
IRIGASI PERMUKAAN

(SURFACE IRRIGATION)
Pemanfaatan Sumberdaya Air

Sumberdaya Air

air, sumber air, dan daya air


yang terkandung di dalamnya. Pengambilan Bendungan
Bebas

• Pemanfataan sumberdaya air Pengambilan


Pompa Air
– Irigasi
– Non-Irigasi (Industri)
Industri

• Pemanfataan sumberdaya air


untuk irigasi Bendung
– Bendung
– Pengambilan Bebas
– Pompa Air
– Bendungan
– Pompa Air Tanah
Irigasi permukaan

Hujan

Irigasi pompa

Pelimpah
Samping
Intake
Bangunan Ukur
(flume)
Bangunan Terjun Intake Chek
Boks Structure
Klasifikasi Jaringan Irigasi
• Jaringan Irigasi Utama
– Jaringan irigasi utama meliputi bangunan utama, saluran sekunder dan primer
serta bangunan air yang ada di saluran primer dan saluran sekunder.
– Jaringan irigasi utama ini tanggung jawab oleh pemerintah/pemda dengan
batas pengelolaan saluran tersier berjarak batas 50 m dari bangunan sadap
tersier.

• Jaringan Irigasi Tersier


– Jaringan irigasi tersier merupakan jaringan irigasi di petak tersier, mulai saluran
tersier saluran kuarter dan bangunan yang ada di kedua saluran tersebut (boks
bagi tersier, boks bagi kuarter dan bangunan air lainnya).
– Jaringan irigasi ini tanggung jawab oleh petani dibawah koordinasi HIPPA
(bimbingan aspek teknis diperoleh dari Dinas Pengairan dan bimbingan aspek
pertanian di bawah Dinas Pertanian).
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Batas Daerah Layanan Petak Tersier max 150 Ha
Petak Kuarter 10 – 15 Ha
Petak Tersier

JARINGAN UTAMA
Tanggung Jawab
Pemerintah & Pemda LEGENDA
Sungai
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Bangunan Bagi
Bangunan Sadap
Boks Tersier
Boks Kuater
Daerah Irigasi
Petak Tersier
Blok Tersier
JARINGAN TERSIER
Tanggung Jawab Petani
Jaringan Irigasi dan Daerah Irigasi
Daerah Irigasi I

LEGENDA
Sungai
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Bangunan Bagi
Bangunan Sadap Daerah Irigasi II
Daerah Irigasi
Petak Tersier Daerah Irigasi III
Jaringan Irigasi dan Daerah Irigasi
Daerah Irigasi I

Saluran
Suplisi
LEGENDA
Sungai
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Bangunan Bagi
Bangunan Sadap Daerah Irigasi II
Daerah Irigasi
Petak Tersier
Peta & Skema
Peta Situasi DI

DI Kebun Agung - Kabupaten Sumenep


Skema Jaringan Irigasi
B.ASTA TINGGI

KK.1Ki KK.3A Ki KK.4 Ki


ASTA TINGGI

K.ANJUK
8 Ha 20 l/dt 5 Ha 13 l/dt 44 Ha 97 l/dt
40Ha

DAM KEBON AGUNG SAL.PRIMER KEBON AGUNG B.KA..1 B.KK..1 B.KK..2 B.KK..3
B.KK..4
SAL.SEKUNDER KOLOR B.KK..3A

KA.2E Ki KK.2 Ka KK.3 Ka KK.4 Ka


B.KA.2E
15 Ha 38 I/dt 95 Ha 164 l/dt 5 Ha 13 l/dt 25 Ha 49 l/dt

SAL.SEKUNDER KEBON AGUNG


KA.2 Ka B.KA.2 KA.2 Ka

29 Ha 73 l/dt 78 Ha 146 l/dt

KA.3 Ka B.KA.3 KA.3 Ki

19 Ha 48 l/dt 25 Ha 63 l/dt

B.KB.4 B.KB.3 B.KB.2 B.KB.1 B.KG.1 B.KG.2A B.KG.2 B.KG.3 KG.3 Ki

SAL.SEKUNDER BABALAN B.KA.4 SAL.SEKUNDER GEDONGAN 30 Ha 70 l/dt

KB.4 Ki KB.3 Ki KB.2 Ki KB.1 Ki KG.1 Ka KA.2A Ka KG.2 Ka KG.3 Ka

30 Ha 70 l/dt 48 Ha 106 l/dt 25 Ha 63 l/dt 30 Ha 70 l/dt 47 Ha 103 l/dt 5 Ha 13 l/dt 20 Ha 50 l/dt 68 Ha 133 l/dt
SAL.SEKUNDER PATEYAN

KP.1 Ka B.KP.1 KP.1 Ki

27 Ha 68 l/dt 20 Ha 50 l/dt

KP.2 Ka B.KP.2 KP.2 Ki

15 Ha 38 l/dt 9 Ha 23 I/dt

KP.3 Ka B.KP.3 KP.3 Ki

30 Ha 70 l/dt 30 Ha 70 l/dt

DI Kebun Agung - Kabupaten Sumenep


Klasifikasi Jaringan Irigasi
• Jaringan Irigasi Sederhana
– Sistem pelaksanaan operasional pembagian air pada jaringan irigasi sederhana
pada umumnya air tidak diukur dan diatur.

• Jaringan Irigasi Semi-Teknis


– Pengambilan jaringan irigasi ini telah mampu berfungsi dengan baik dan
sebagian telah dilengkapi dengan bangunan ukur.
– Pemisahan saluran pembawa dan pembuang belum dipisahkan secara baik
dan pembagian petak tersier belum dilakukan secara detail, sehingga sulit
dilakukan pembagian air.

• Jaringan Irigasi Teknis


– Jaringan irigasi ini telah dibangun sistem pengambilan yang permanen, sistem
pembagian air dapat diukur dan diatur, serta pembagian jaringan pembawa
dan pembuang telah terpisahkan secara jelas.
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Jaringan Irigasi Pengatur Pengukuran Saluran Pembawa
dan Pembuang
Sederhana Tidak dapat Tidak dapat Tidak Dipisah
Semi Teknis Dapat Dapat Tidak Dipisah
Teknis Dapat dapat Dipisah

Pengatur

Pengukur
Beberapa Jenis
Irigasi Permukaan
Irigasi Genangan/Sawah (Basin)

galengan
siphon

sawah
saluran
Irigasi Alur (Furrow)
Irigasi Alur (Furrow)

alur alur

Pola
pembasahan
Irigasi Surjan
Irigasi Surjan

Ledokan
Tabukan: Tanaman: padi
Tanaman:
palawija
Irigasi Surjan

RE

ETc

RO ETc

P S P
Furrow irrigation system using siphon tubes

Subak irrigation system


IRIGASI CURAH

(SPRINKLER)
Spray Head

Drip Irrigation Layout and its parts

sprinkler
Irigasi Curah
• Membentuk tetesan mirip hujan ke lahan
• Fungsi:
– memenuhi kebutuhan air tanaman
– mencegah pembekuan
– mengurangi erosi angin
– memberikan pupuk
Keuntungan Irigasi Curah
• pengukuran air lebih mudah
• tidak mengganggu pekerjaan pertanian dan
hemat lahan
• efisiensi air tinggi
• investasi dengan mempertimbangkan
kebutuhan
• jaringan distribusi luwes dan memungkinkan
otomasi sehingga O&P lebih murah
Kesesuaian Pemakaian
• Tanaman
– Cocok hampir semua tanaman (pohon, semak, hamparan),
dapat disiramkan di atas atau di bawah kanopi
– Tidak cocok untuk beberapa jenis sayuran yang mudah rusak
karena tetesan air
• Kemiringan lahan
– Cocok untuk lahan datar maupun bergelombang
• Tanah
– Paling cocok untuk tanah pasiran, tapi cocok untuk ham
• Air irigasi
– Cocok untuk air yang bersih dan bebas sedimen
Komponen Irigasi Curah

pompa mainline

sumber
later
al

sprinkle
r

Contoh untuk sprinkler tak bergerak


Tipe pemasangan sprinkler
• Portable
• Semi-portable
• Semipermanent
• Permanent
• Set-move
• Solid set
Tipe pencurah
• Impact sprinkler
• Gear-driven sprinkler
• Reaction sprinkler
• Fixed head sprinkler
Pemilihan Sprinkler
• Kapasitas debit
• Tekanan operasi
• Lain-lain:
– Sudut nozzle, ukuran tetesan, jarak lemparan, dan
pola aplikasi disesuaikan dengan angin, tanaman,
dan sistem yang digunakan
– Sudut nozzle tergantung kecepatan angin dan
tinggi tanaman
– Ukuran tetesan kecil cocok untuk tanah terbuka,
tetesan besar cocok untuk daerah berangin
A traveling sprinkler at Millets Farm Centre, Oxfordshire,
United Kingdom.

The hub of a center-pivot irrigation system.


Center pivot with drop sprinklers. Photo by Gene
Alexander, USDA Natural Resources Conservation Service

Wheel line irrigation system in Idaho. 2001. Photo by Joel


McNee, USDA Natural Resources Conservation Service
IRIGASI TETES

(TRICKLE / DRIP)
Irigasi Tetes
• Definisi: suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk)
tersaring ke dalam tanah melalui suatu pemancar
(emiter / dripper)

• Debit kecil dan konstan serta tekanan rendah.

• Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun


ke bawah karena gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk
sebarannya tergantung jenis tanah, kelembaban,
permeabilitas tanah, dan jenis tanaman
Kesesuaian pemakaian

• Tanaman
– Biasanya cocok untuk tanaman semak, pohon, dan menjalar
– Tanaman dengan nilai ekonomi tinggi
• Topografi
– Bisa dipakai di semua jenis slope
• Tanah
– Bisa dipakai di semua jenis tanah
• Air
– Harus menggunakan air yang bersih untuk mencegak
mampet di emiter
– Air harus bebas sedimen, ganggang, endapan pupuk, dll.
Beberapa metode irigasi tetes

• Drip irrigation
• Subsurface irrigation
• Bubbler irrigation
• Spray irrigation
Keuntungan irigasi tetes

• Efisiensi sangat tinggi (evaporasi ↓, tidak ada


gerakan air di udara, tidak ada pembasahan daun,
runoff ↓, pengairan dibatasi di sekitar tanaman
pokok)
• Respon tanaman lebih baik (produksi, kualitas,
keseragaman)
– Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan
unsur hara, tekanan rendah, tidak mengganggu
keseimbangan kadar lengas
– Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan
jamur
– Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada
isolasi lokasi.
Keuntungan irigasi tetes

• Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah,


siraman, dll. Meningkatkan drainasi permukaan.

• Perencanaan dan konstruksi murah bila


penyumbatan tidak terjadi dan pemeliharaan emiter
minimum. O&P murah.

• Bisa diletakkan di bawah mulsa plastik,bisa


diterapkan di daerah bergelombang
Komponen Irigasi Tetes

Sumber air
Sumber air
Control head

Lateral

Manifold

valve

Main line
PENGENALAN ISTILAH PENTING

1. POLA TATA TANAM


2. CURAH HUJAN ANDALAN
3. DEBIT ANDALAN
4. DEBIT BANJIR RANCANGAN
5. EVAPORASI
6. EVAPOTRANSPIRASI
7. PERKOLASI
8. DAERAH IRIGASI
9. JARINGAN IRIGASI

Anda mungkin juga menyukai