I IDENTITAS PASIEN
Nn. A, umur 19 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir SD,
tidak bekerja, agama islam, suku Ogan, alamat Sumberejo 002/004 Mekar
Jaya, belum menikah, nomor rekam medis 030XXX, pasien rawat inap
dilakukan pemeriksaan pada tanggal pemeriksaan 30 Januari 2017 Pukul
12.00 WIB.
II PEMERIKSAAN PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 30 Januari 2017 dan
alloanamnesis dari Tn. Jam merupakan paman pasien usia 50 tahun, laki-laki,
pendidikan terakhir SD, pekerjaan petani, alamat Mekar Jaya. Sumber
alloanamnesis bertempat tinggal jauh dari tempat tinggal pasien sehingga
informasi yang didapatkan tidak banyak.
A Keluhan Utama
Mengamuk tanpa alasan yang jelas.
E Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan sampai SD namun tidak tamat, hanya
sampai kelas 2 SD. Pasien tidak melanjutkan pendidikannya karena
masalah ekonomi.
F Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja .
G Riwayat Hukum
Menurut keluarga dan pasien, pasien tidak pernah terkait atau bermasalah
dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
H Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
J Riwayat Keluarga
Pasien hidup bersama kedua orang tuanya dan adik kandungnya. Pasien
memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya dan saudara-
saudara kandungnya. Pasien merupakan orang yang tertutup dan pendiam.
Pasien jarang berbagi cerita jika ada masalah dengan anggota keluarga
lain. Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Tidak ada riwayat
penyakit ganggun jiwa dalam keluarga.
: Laki-laki
: Wanita
: Pasien
K Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga
Pasien tinggal bersama keluarganya. Dalam kehidupan ekonomi di dalam
keluarganya pasien bukan tulang punggung keluarganya. Pasien memiliki
tingkat ekonomi sangat rendah.
B Keadaan Afektif
Mood : Eutimia
Afek : Terbatas
Keserasian : Appropriate
C Pembicaraan
Selama wawancara, pembicaraan pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi
sedang, volume cukup, kualitas cukup, kuantitas cukup.
D Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi
Halusinasi auditori (pasien mendengar bisikan-bisikan), halusinasi
taktil (merasa ada yang menjalar/meraba bagian bahu), dan halusinasi
visual (pasien melihat sosok tuyul dan genderuwo).
2. Ilusi
Tidak ditemukan ilusi pada pasien ini.
3. Derealisasi
Tidak ditemukan derealisasi pada pasien ini
4. Depersonalisasi
Tidak ditemukan depersonalisasi pada pasien ini
E Proses Berpikir :
1 Proses dan Bentuk Fikir
Cukup, pasien dapat menjawab cukup spontan bila diajukan
pertanyaan. Terdapat gangguan proses pikir berupa asosiasi longgar.
2 Arus Pikiran
Produktivitas : cukup
Kontinuitas : relevan
Hendaya berbahasa : tidak ditemukan
3 Isi pikiran
Pasien memiliki waham kejar. Obsesi dan preokupasi tidak
ditemukan.
F Sensorium dan Kognisi
Kesadaran : Compos mentis.
Orientasi tempat baik, orientasi orang baik dan orientasi waktu baik
Daya ingat segera, jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang baik.
Konsentrasi dan perhatian: bingung
Kemampuan visuospasial: baik.
Abstraksi : kurang
Intelegensi : bingung
G Pengendalian Impuls
Pengontrolan impuls agresif saat ini baik dan potensi membahayakan diri
sendiri maupun orang lain saat ini kurang.
H Daya Nilai
Nilai sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian realitas : baik
I Tilikan
Tilikan derajat 1. Menyangkal secara total terhadap penyakitnya.
B Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi :82x/menit, RR:20 x/menit, suhu:
36,6C
C Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata, hidung, telinga, paru, jantung, abdomen, dan
ekstremitas tidak ditemukan kelainan.
D Status Neurologis
Sistem sensorik, motorik dan fungsi luhur dalam batas normal.
Pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, cara berpakaian cukup rapi dan
perawatan diri baik. Pasien dibawa dengan keluhan mengamuk dan memukuli
kedua orang tuanya. Keluhan ini sudah terjadi sekitar 1 bulan lalu. Pasien
mengaku mendengar bisikan-bisikan yang berasal dari seorang anak kecil
yang sering memberikan peritah mengena sholat. Pasien juga mengatakan
sering melihat sosok tuyul dan genderuwo yang hitam besar pada tengah
malam. Pasien juga merasa seperti ada yang meraba bagian bahu, namun
tidak ada rupanya. Menurut pasien, ia merasa dikejar-kejar oleh seseorang
yang menyerupai tuyul, menggunakan celana putih membuatnya merasa
ketakutan. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan oleh pasien sudah sejak 1
bulan yang lalu.
Saat wawancara pasien dalam keadaan tidak terikat, kontak mata baik dan
pasien cukup tenang. Pembicaraan spontan, lancar, intonasi baik, volume
cukup, kualitas cukup, kuantitas cukup. Sikap pasien kooperatif. Pasien
menjalani pendidikan SD namun tidak selesai hanya sampa kelas 2 SD. Pada
pasien ditemukan daya konsentrasi kurang baik, pasien sering terlihat
bingung, namun memori segera, jangka pendek, menengah dan panjang baik.
Orientasi tempat, waktu dan orang baik..
VI FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak ditemukan
riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun
kelainan organik. Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0)
dan penggunaan zat psikoaktif (F.1). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dengan pasien dan keluarga.
Pada pasien didapatkan halusinasi auditorik, taktil, dan visual yang menetap,
waham kejar dan ditemukan arus pikiran longgar, gejala-gejala negatif seperti
penarikan diri dari sosial, sering melamun, tidak ditemukan. Semua gejala
tersebut sudah dialami sejak 1 bulan lalu. Dari data ini menjadi dasar untuk
mendiagnosis bahwa pasien menderita skizofrenia (F.20), sekaligus
menyingkirkan diagnosis gangguan psikotik akut (F.23). Dari data ini menjadi
dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien ini didapatkan Aksis I dengan
skizofrenia paranoid (F.20.0).
IX PROGNOSIS
A Faktor internal
Awitan usia muda
Awitan gejala-gejala psikotik aktif terjadi dengan secara
mendadak
Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik.
Performa sebelumnya tetap merupakan prediktor terbaik untuk
meramalkan performa dimasa datang;
B Faktor eksternal
1. Berasal dari pasien
Kepatuhan pasien dalam minum obat dan rutinitas kontrol;
Kesadaran pasien akan penyakitnya
2. Berasal dari lingkungan
Keadaan perekonomian dalam keluarga yang sangat rendah.
Dukungan keluarga dan kemauan pasien untuk sembuh.
Dukungan teman-teman dan masyarakat tentang kemauan pasien
untuk sembuh
X RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
Risperidone 2x1 mg, selama 5 hari
Chlorpromazine 1x25 mg, selama 5 hari
Trihexypenidyl 2x2 mg
2. Psikoterapi
Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi legah.
Konseling: Memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya
dan memahami kondisinya lebih baik serta menganjurkan untuk
berobat teratur.
Psikoedukasi: Memberikan penjelasan pada pasien dan orang sekitar
pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan
yang kondusif.
XI DISKUSI
Pada pasien ini mengalami gangguan jiwa karena, ditemukan adanya
gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan suatu
distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan
kehidupan sosial pasien, sesuai dengan pengertian gangguan jiwa.1
Pada kasus ini penegakan diagnosis aksis I berdasarkan anamnesis dari pasien
dan keluarga, didapatkan beberapa gejala yaitu halusinasi auditorik yang
dirasakan adalah mendengar bisikan dari anak kecil diluar dirinya dan bisikan-
bisikan laiannya, halusinasi taktil yaitu pasien merasa ada yang sering meraba
bahunya, dan halusinasi visual dimana pasien merasa melihat tuyul dan
genderuwo pada tengah malam dan waham kejar dimana pasien merasa
dikejar-kejar sehingga pasien ketakutan, dengan demikian pasien ini dapat
didiagnosis dengan Skizofrenia. Pada pasien ini gejala yang menonjol adalah
halusinasi auditorik, visual, taktil dan waham kejar sehingga diagnosis pasien
adalah Skizofrenia paranoid.
Pada pasien ini diberikan pengobatan berupa kombinasi Risperidone,
Trihexyphenidyl dan Chlorpromazine. Obat yang dikonsumsi oleh pasien
adalah Risperidone 2x1mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg dan Chlorpomazin 1x25
mg. Rencana terapi yang diberikan saat ini yaitu, respiridol 2x1mg selama 5
hari, lalu dievaluasi selama dua minggu mengenai kondisi pasien, naikkan
hingga dosis maksimal lalu dipertahankan sampai 8-12 minggu lalu
diturunkan perlahan selama 2 minggu dipertahankan selama 6 bulan sampai
dengan 2 tahun. Resperidon merupakan antipsikosis atipikal atau antipsikosis
golongan II. Antipsikosis golongan II merupakan golongan obat yang
memiliki lebih efek untuk mengurangi gejala negative (upaya pasien yang
menarik diri dari lingkungan) maupun positif (halusinasi, gangguan proses
pikir), jika dibandingkan dengan antipsikosis golongan I. Efek samping sedasi,
otonomik, dan ekstrapiramidal sangat minimal dibandingkan obat antipsikosis
tipikal. Dosis anjurannya adalah 2-6 mg/hari.5
Pasien juga diberikan obat chlorpromazine 1x25mg, pada pemberian obat ini
bisa terjadi efek samping ekstrapiramidal. Selain itu, jika timbul efek samping
berupa sindrom ekstra piramidal yang timbul akibat pemberian anti psikotik
walaupun kemungkinanya kecil maka dapat diberikan trihexyphenidil 2x.
Menurut penelitian pengobatan tidak cukup hanya dengan pengobatan secara
farmakologi tetapi harus diiringi dengan lingkungan keluarga yang
mendukung. Pada pasien ini diperlukan dorongan dari keluarga dan
lingkungan untuk mengurangi faktor pencetus.6,7
1. Maslim R. 2011.
Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ. Jakarta : Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya.
2. Hendarsyah F. 2016.
Diagnosis Dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala-Gejala
Positif Dan Negatif. J Medula Unila. Lampung : Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung;4(3); Hal 58-63.
3. Hirjak D, Hochlehnert
A, Thomann PA, Kubera KM, Knut S. 2016. Evidence For Distinguishable
Treatment Costs Among Paranoid Schizophrenia And Schizoaffective
Disorder. Germany : Center For Psychosocial Medicine, Department Of
General Psychiatry, University Of Heidelberg
4. Kusumawardhani A,
Husain AB, dkk. 2013. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Lieberman JA. 2005.
Effectiveness of antipsychotic drugs in patients with chronic schizophrenia. N
Engl J Med.; 353:1209-23.
6. Maramis WF. 2010.
Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi II. Surabaya: FK Unair.
7. Kaplan, H.I.,
Saddock, B.J., dan Grebb J.A., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Jakarta: Binanupa Aksara
LAMPIRAN