Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

I IDENTITAS PASIEN
Nn. A, umur 19 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir SD,
tidak bekerja, agama islam, suku Ogan, alamat Sumberejo 002/004 Mekar
Jaya, belum menikah, nomor rekam medis 030XXX, pasien rawat inap
dilakukan pemeriksaan pada tanggal pemeriksaan 30 Januari 2017 Pukul
12.00 WIB.

II PEMERIKSAAN PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 30 Januari 2017 dan
alloanamnesis dari Tn. Jam merupakan paman pasien usia 50 tahun, laki-laki,
pendidikan terakhir SD, pekerjaan petani, alamat Mekar Jaya. Sumber
alloanamnesis bertempat tinggal jauh dari tempat tinggal pasien sehingga
informasi yang didapatkan tidak banyak.

A Keluhan Utama
Mengamuk tanpa alasan yang jelas.

B Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien diantar keluarganya ke UGD Rumah Sakit Jiwa (RSJ) pada tanggal
20 Januari 2017. Pasien dibawa oleh pamannya dikarenakan gaduh
gelisah, mengamuk, sulit tidur, sulit makan dan sering berbicara sendiri
sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien sering mengamuk dan
memukuli kedua orang tuanya. Namun menurut pasien, ia merasa tidak
mengamuk dan tidak pernah melakukan hal tersebut. Pasien dibawa ke
Rumah Sakit karena merasa ada yang salah dalam dirinya, sehingga harus
ada yang dibenarkan. Ia sering mendengar bisikan-bisikan yang berasal
dari seorang anak kecil yang sering memberikan perintah untuk sholat.
Pasien juga mengatakan sering melihat sosok tuyul dan genderuwo yang
hitam besar pada tengah malam. Pasien juga merasa seperti ada yang
meraba bagian bahu, namun tidak ada rupanya. Pasien sering merasa
dikejar-kejar oleh seseorang yang menyerupai tuyul, menggunakan celana
putih membuatnya merasa ketakutan.

Menurut paman pasien, sebelum dibawa ke RSJ, pada tanggal 1 Januari


2017 pasien pergi ke hutan sekitar rumahnya, kemudian pasien terlalu sore
untuk pulang dan tersasar untuk pulang. Keesokan harinya pasien pulang
dengan tubuh penuh luka-luka dan bersikap tidak sewajarnya, sering
terlihat gelisah, kesulitan untuk tidur, sulit makan, berbicara sendiri dan
sering mengamuk tanpa alasan yang jelas, sehingga pasien diikat dengan
tali dirumahnya, namun hal itu hanya memperburuk keadaan pasien yang
semakin gaduh gelisah, sehingga keluarga memutuskan untuk membawa
dan merawat pasien di RSJ.

C Riwayat Penyakit Sebelumnya


1 Riwayat Penyakit Psikiatri
Menurut pasien dan pamannya, pasien tidak memiliki riwayat
penyakit psikiatri sebelumnya.

2 Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Menurut pasien dan pamannya, pasien tidak pernah menggunakan zat
psikoaktif, narkotika, maupun zat adiktif. Pasien juga tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol.

3 Riwayat Penyakit Medis Umum


Menurut pasien dan pamannya, pasien tidak memiliki riwayat
hipertensi, asma, dan diabetes mellitus. Selain itu, Pasien tidak ada
riwayat trauma atau sakit berat atau penurunan kesadaran, kejang dan
menderita tumor.

D Riwayat Tumbuh Kembang


1 Periode Prenatal dan Perinatal
Tidak didapatkan informasi

2 Periode usia (6-8 tahun)


Tidak didapatkan informasi

3 Periode usia (8-10 tahun)


Tidak didapatkan informasi
4 Periode usia (10-12 tahun)
Tidak didapatkan informasi

5 Periode Usia Remaja (12-18 tahun)


Tidak didapatkan informasi

6 Periode Usia Dewasa Muda


Pasien merupakan anak yang tidak terlalu banyak memiliki teman, ia
tidak terlalu pandai bergaul dan menempatkan diri. Ia cenderung
orang yang pendiam dikarenakan lingkungan rumah yang dibawah
gunung dengan jumlah orang yang sedikit.

E Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan sampai SD namun tidak tamat, hanya
sampai kelas 2 SD. Pasien tidak melanjutkan pendidikannya karena
masalah ekonomi.

F Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja .

G Riwayat Hukum
Menurut keluarga dan pasien, pasien tidak pernah terkait atau bermasalah
dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

H Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.

IRiwayat Kehidupan Beragama


Pasien pemeluk agama islam, dan tekun beribadah. Pendidikan agamanya
didapat dari keluarga dan lingkungan sekitar. Pasien merupakan orang
yang menjalankan nilai agamanya sesuai keyakinan yang dianut.

J Riwayat Keluarga
Pasien hidup bersama kedua orang tuanya dan adik kandungnya. Pasien
memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya dan saudara-
saudara kandungnya. Pasien merupakan orang yang tertutup dan pendiam.
Pasien jarang berbagi cerita jika ada masalah dengan anggota keluarga
lain. Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Tidak ada riwayat
penyakit ganggun jiwa dalam keluarga.

Gambar 1. Skema Genogram


Keterangan:

: Laki-laki
: Wanita
: Pasien
K Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga
Pasien tinggal bersama keluarganya. Dalam kehidupan ekonomi di dalam
keluarganya pasien bukan tulang punggung keluarganya. Pasien memiliki
tingkat ekonomi sangat rendah.

L Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama keluarganya. Pasien tidak bekerja. Hubungan
dalam rumah tangga menurut pasien harmonis dan dengan tetangga
terbilang baik.

M Mimpi, Fantasi dan Nilai-Nilai


Pasien memiliki penilaian tentang agama, sosial, budaya yang cukup
baik.

III STATUS MENTAL


A Deskripsi Umum
1 Penampilan
Seorang perempuan sesuai dengan usianya, memakai kaos pasien
RSJ dan celana pendek, perawatan diri baik, perawakan kecil,
berambut sebahu, kulit kuning langsat, kuku bersih.
2 Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif
3 Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara, pasien dalam keadaan tenang. Pasien dapat
duduk tenang. Kontak mata dengan pemeriksa cukup baik. Gerakan
involunter tidak ada.

B Keadaan Afektif
Mood : Eutimia
Afek : Terbatas
Keserasian : Appropriate

C Pembicaraan
Selama wawancara, pembicaraan pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi
sedang, volume cukup, kualitas cukup, kuantitas cukup.

D Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi
Halusinasi auditori (pasien mendengar bisikan-bisikan), halusinasi
taktil (merasa ada yang menjalar/meraba bagian bahu), dan halusinasi
visual (pasien melihat sosok tuyul dan genderuwo).

2. Ilusi
Tidak ditemukan ilusi pada pasien ini.

3. Derealisasi
Tidak ditemukan derealisasi pada pasien ini

4. Depersonalisasi
Tidak ditemukan depersonalisasi pada pasien ini

E Proses Berpikir :
1 Proses dan Bentuk Fikir
Cukup, pasien dapat menjawab cukup spontan bila diajukan
pertanyaan. Terdapat gangguan proses pikir berupa asosiasi longgar.

2 Arus Pikiran
Produktivitas : cukup
Kontinuitas : relevan
Hendaya berbahasa : tidak ditemukan

3 Isi pikiran
Pasien memiliki waham kejar. Obsesi dan preokupasi tidak
ditemukan.
F Sensorium dan Kognisi
Kesadaran : Compos mentis.
Orientasi tempat baik, orientasi orang baik dan orientasi waktu baik
Daya ingat segera, jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang baik.
Konsentrasi dan perhatian: bingung
Kemampuan visuospasial: baik.
Abstraksi : kurang
Intelegensi : bingung

G Pengendalian Impuls
Pengontrolan impuls agresif saat ini baik dan potensi membahayakan diri
sendiri maupun orang lain saat ini kurang.

H Daya Nilai
Nilai sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian realitas : baik

I Tilikan
Tilikan derajat 1. Menyangkal secara total terhadap penyakitnya.

J Taraf Dapat Dipercaya


Kesan tidak dapat dipercaya

IV PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A Status Internus
Keadaan umum baik. Fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan
gastrointerstinal dalam batas normal.

B Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi :82x/menit, RR:20 x/menit, suhu:
36,6C

C Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata, hidung, telinga, paru, jantung, abdomen, dan
ekstremitas tidak ditemukan kelainan.
D Status Neurologis
Sistem sensorik, motorik dan fungsi luhur dalam batas normal.

V IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien Nn. A, 19 tahun, SD tidak tamat, islam, suku Ogan, beralamat di
Mekar Jaya, belum menikah, telah dilakukan auto-alloanamnesa pada tanggal
30 Januari 2017 pukul 12.00 WIB.

Pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, cara berpakaian cukup rapi dan
perawatan diri baik. Pasien dibawa dengan keluhan mengamuk dan memukuli
kedua orang tuanya. Keluhan ini sudah terjadi sekitar 1 bulan lalu. Pasien
mengaku mendengar bisikan-bisikan yang berasal dari seorang anak kecil
yang sering memberikan peritah mengena sholat. Pasien juga mengatakan
sering melihat sosok tuyul dan genderuwo yang hitam besar pada tengah
malam. Pasien juga merasa seperti ada yang meraba bagian bahu, namun
tidak ada rupanya. Menurut pasien, ia merasa dikejar-kejar oleh seseorang
yang menyerupai tuyul, menggunakan celana putih membuatnya merasa
ketakutan. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan oleh pasien sudah sejak 1
bulan yang lalu.

Saat wawancara pasien dalam keadaan tidak terikat, kontak mata baik dan
pasien cukup tenang. Pembicaraan spontan, lancar, intonasi baik, volume
cukup, kualitas cukup, kuantitas cukup. Sikap pasien kooperatif. Pasien
menjalani pendidikan SD namun tidak selesai hanya sampa kelas 2 SD. Pada
pasien ditemukan daya konsentrasi kurang baik, pasien sering terlihat
bingung, namun memori segera, jangka pendek, menengah dan panjang baik.
Orientasi tempat, waktu dan orang baik..

VI FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak ditemukan
riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun
kelainan organik. Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0)
dan penggunaan zat psikoaktif (F.1). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dengan pasien dan keluarga.

Pada pasien didapatkan halusinasi auditorik, taktil, dan visual yang menetap,
waham kejar dan ditemukan arus pikiran longgar, gejala-gejala negatif seperti
penarikan diri dari sosial, sering melamun, tidak ditemukan. Semua gejala
tersebut sudah dialami sejak 1 bulan lalu. Dari data ini menjadi dasar untuk
mendiagnosis bahwa pasien menderita skizofrenia (F.20), sekaligus
menyingkirkan diagnosis gangguan psikotik akut (F.23). Dari data ini menjadi
dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien ini didapatkan Aksis I dengan
skizofrenia paranoid (F.20.0).

Pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda retardasi mental (F.70) sehingga


diagnosis ini dapat disingkirkan. Selain itu pada pasien tidak ditemukan
tanda-tanda gangguan kepribadian sehingga sampai saat ini belum ada
diagnosis pada Aksis II. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak
ditemukan riwayat penyakit fisik sejak pasien kecil. Oleh karena itu Aksis III
sampai saat ini belum ada diagnosis.
Pasien merupakan seseorang yang pendiam dan jarang memiliki teman. Hal
ini disebabkan karena tempat tinggal pasien di lereng gunung, sehingga tidak
banyak memiliki tetangga. Pasien tidak memiliki masalah dengan
keluarganya serta memiliki hubungan yang baik dengan saudara. Pasien juga
memiliki masalah ekonomi yang sangat rendah. Sehingga pada Aksis IV
dituliskan masalah psikososial dan ekonomi.

Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya


menggunakan skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada pasien
ini didapatkan Aksis V, pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 60-51
(beberapa gejala sedang dan menetap, disabilitas sedang dalam fungsi, secara
umum masih baik). Hal ini ditandai dengan pasien mampu melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri disertai gejala psikotik yang sedang. GAF
tertinggi selama satu tahun terakhir adalah 100-91 (gejala tidak ada, berfungsi
maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangi). Hal ini ditandai
dengan pasien melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa disertai
tanda gejala yang muncul.

VII EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F 20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Sampai saat ini belum ada diagnosis
Aksis III : Sampai saat ini belum ada diagnosis
Aksis IV : masalah psikososial dan ekonomi
Aksis V : GAF 100 91 (HLPY)
GAF 60 51 (saat ini)

VIII DAFTAR MASALAH


Organobiologik:Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang
bermakna tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter.
Psikologik: Pada pasien ditemukan hendaya dalam menilai realita
berupa halusinasi auditori, taktil dan visual, waham kejar, sehingga
pasien membutuhkan psikoterapi.
Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial dan
ekonomi sehingga pasien membutuhkan psikoedukasi.

IX PROGNOSIS
A Faktor internal
Awitan usia muda
Awitan gejala-gejala psikotik aktif terjadi dengan secara
mendadak
Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik.
Performa sebelumnya tetap merupakan prediktor terbaik untuk
meramalkan performa dimasa datang;
B Faktor eksternal
1. Berasal dari pasien
Kepatuhan pasien dalam minum obat dan rutinitas kontrol;
Kesadaran pasien akan penyakitnya
2. Berasal dari lingkungan
Keadaan perekonomian dalam keluarga yang sangat rendah.
Dukungan keluarga dan kemauan pasien untuk sembuh.
Dukungan teman-teman dan masyarakat tentang kemauan pasien
untuk sembuh

Sehingga pada pasien ini didapatkan prognosis:


1 Quo ad vitam : Bonam
2 Quo ad functionam : Dubia ad malam
3 Quo ad sanationam : Dubia ad malam

X RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
Risperidone 2x1 mg, selama 5 hari
Chlorpromazine 1x25 mg, selama 5 hari
Trihexypenidyl 2x2 mg
2. Psikoterapi
Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi legah.
Konseling: Memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya
dan memahami kondisinya lebih baik serta menganjurkan untuk
berobat teratur.
Psikoedukasi: Memberikan penjelasan pada pasien dan orang sekitar
pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan
yang kondusif.

XI DISKUSI
Pada pasien ini mengalami gangguan jiwa karena, ditemukan adanya
gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan suatu
distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan
kehidupan sosial pasien, sesuai dengan pengertian gangguan jiwa.1

Pada pasien ini ditemukan gejala yang menonjol adanya halusinasi


audiotorik, visual, dan taktil selain itu pasien juga terdapat adanya waham
kejar yang dirasakan oleh pasien seperti dikejar-kejar anak kecil yang berupa
tuyul. Gejala tersebut dirasakan oleh pasien selama 1 bulan lalu. Dari data ini
menjadi dasar diagnosis bahwa pasien menderita skizofrenia sekaligus
menyingkirkan diagnosis psikotik akut (F.20). Dari anamnesis yang dilakukan
didapatkan juga adanya halusinasi dan terdapatnya waham kejar, sehingga
dapat disimpulkan pasien menderita skizofrenia paranoid (F20.0).2

Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis bervariasi, namun sangat


mengganggu, psikopatologi yang mencakup kognisi, emosi, persepsi, dan
aspek lain dari perilaku. Ekspresi dari manifestasi ini bervariasi pada semua
pasien dan dari waktu ke waktu, tetapi efek dari penyakit ini selalu berat dan
biasanya berlangsung lama.3 Untuk diagnosis Skizofrenia menurut Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)-III harus terdapat
sedikitnya satu gejala ini yang amat jelas (1) thought echo / insertion atau
withdrawal / broadcasting (2) delusion of control / influence / passivity /
perception (3) halusinasi auditorik (4) waham-waham menetap lainnya. Atau
paling sedikit dua gejala dari (1) halusinasi yang menetap dari panca-indera
apa saja (2) arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan (3) perilaku
katatonik (4) gejala-gejala negatif". Dimana gejala-gejala khas tersebut telah
berlangsung selama satu bulan atau lebih, dan harus ada perubahan yang
konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek
perilaku pribadi.1,4

Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di


negara manapun. Simptom utama dari skizofrenia paranoid adalah delusi
persecusion dan grandeur, dimana individu merasa dikejar-kejar. Gambaran
klinis di dominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil, sering kali
bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi, terutama
halusinasi pendengaran, dan gangguan-gangguan persepsi. Gangguan afektif,
dorongan kehendak (volition) dan pembicaraan serta gejala-gejala katatonik
tidak menonjol.4

Beberapa contoh dari gejala-gejala paranoid yang paling umum :2,4


1. Waham-waham kejaran,
rujukan (reference), exalted birth (merasa dirinya tinggi, istimewa),
misi khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan;
2. Suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming),
atau bunyi tawa (laughing);
3. Halusinasi pembauan atau
pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

Gangguan afektif pada dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala


katatonik secara relatif tidak menonjol. Pasien skizofrenik paranoid biasanya
lebih tua daripada pasien skizofrenik katatonik jika mereka mengalami
episode pertama penyakitnya. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan
regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional, dan
perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.1

Pada kasus ini penegakan diagnosis aksis I berdasarkan anamnesis dari pasien
dan keluarga, didapatkan beberapa gejala yaitu halusinasi auditorik yang
dirasakan adalah mendengar bisikan dari anak kecil diluar dirinya dan bisikan-
bisikan laiannya, halusinasi taktil yaitu pasien merasa ada yang sering meraba
bahunya, dan halusinasi visual dimana pasien merasa melihat tuyul dan
genderuwo pada tengah malam dan waham kejar dimana pasien merasa
dikejar-kejar sehingga pasien ketakutan, dengan demikian pasien ini dapat
didiagnosis dengan Skizofrenia. Pada pasien ini gejala yang menonjol adalah
halusinasi auditorik, visual, taktil dan waham kejar sehingga diagnosis pasien
adalah Skizofrenia paranoid.
Pada pasien ini diberikan pengobatan berupa kombinasi Risperidone,
Trihexyphenidyl dan Chlorpromazine. Obat yang dikonsumsi oleh pasien
adalah Risperidone 2x1mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg dan Chlorpomazin 1x25
mg. Rencana terapi yang diberikan saat ini yaitu, respiridol 2x1mg selama 5
hari, lalu dievaluasi selama dua minggu mengenai kondisi pasien, naikkan
hingga dosis maksimal lalu dipertahankan sampai 8-12 minggu lalu
diturunkan perlahan selama 2 minggu dipertahankan selama 6 bulan sampai
dengan 2 tahun. Resperidon merupakan antipsikosis atipikal atau antipsikosis
golongan II. Antipsikosis golongan II merupakan golongan obat yang
memiliki lebih efek untuk mengurangi gejala negative (upaya pasien yang
menarik diri dari lingkungan) maupun positif (halusinasi, gangguan proses
pikir), jika dibandingkan dengan antipsikosis golongan I. Efek samping sedasi,
otonomik, dan ekstrapiramidal sangat minimal dibandingkan obat antipsikosis
tipikal. Dosis anjurannya adalah 2-6 mg/hari.5

Pasien juga diberikan obat chlorpromazine 1x25mg, pada pemberian obat ini
bisa terjadi efek samping ekstrapiramidal. Selain itu, jika timbul efek samping
berupa sindrom ekstra piramidal yang timbul akibat pemberian anti psikotik
walaupun kemungkinanya kecil maka dapat diberikan trihexyphenidil 2x.
Menurut penelitian pengobatan tidak cukup hanya dengan pengobatan secara
farmakologi tetapi harus diiringi dengan lingkungan keluarga yang
mendukung. Pada pasien ini diperlukan dorongan dari keluarga dan
lingkungan untuk mengurangi faktor pencetus.6,7

Pada umumnya pemberian obat anti-psikosis sebaiknya dipertahankan selama


3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali.
Untuk Psikosis Reaktif Singkat penurunan obat secara bertahap setelah
hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu 2 bulan. Obat anti psikosis
tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam
jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. 2011.
Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ. Jakarta : Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya.
2. Hendarsyah F. 2016.
Diagnosis Dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala-Gejala
Positif Dan Negatif. J Medula Unila. Lampung : Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung;4(3); Hal 58-63.
3. Hirjak D, Hochlehnert
A, Thomann PA, Kubera KM, Knut S. 2016. Evidence For Distinguishable
Treatment Costs Among Paranoid Schizophrenia And Schizoaffective
Disorder. Germany : Center For Psychosocial Medicine, Department Of
General Psychiatry, University Of Heidelberg
4. Kusumawardhani A,
Husain AB, dkk. 2013. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Lieberman JA. 2005.
Effectiveness of antipsychotic drugs in patients with chronic schizophrenia. N
Engl J Med.; 353:1209-23.
6. Maramis WF. 2010.
Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi II. Surabaya: FK Unair.
7. Kaplan, H.I.,
Saddock, B.J., dan Grebb J.A., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Jakarta: Binanupa Aksara
LAMPIRAN

AUTOANAMNESIS TANGGAL 27 JANUARI 2017


Keterangan :
Dokter Muda (D)
Pasien (P)
D : Assalamualaikum. Selamat siang mba, perkenalkan kami dokter muda
disini, kita ngobol sebentar yuk, bisa?
P : Iya bisa. (Sambil mengajak A duduk di kursi)
D : Sebelumnya kita kenalan dulu ya, nama saya Y dan A, nama mba siapa?
P : Nama saya R (Orientasi orang (+))
D : A tinggalnya dimana?
P : di Singgamulya (orientasi tempat (+))
D : Mba A lahir tanggal berapa?
P : tujuh.. tujuh.. sembilan tujuh (benar)
D : Jadi umurnya berapa sekarang?
P : tahun 97 jadi berapa coba?
D : 19 ya? Kalo mba A Tinggal sama siapa?
P : Iya, sama ibu bapak
D : Terakhir sekolah atau kuliah?
P : SD, sampe kelas 2 (Memori jangka panjang (+))
D : Setelah itu ngapain? Kerja nggak?
P : nggak kerja, dirumah aja.
D : mba sudah menikah?
P : udah sama kak L. (
D : mba agamanya apa?
P : Islam
D : mba A tau nggak sekarang ada dimana?
P : tau, di Rumah Sakit (Orientasi tempat baik)
D : oh iya, kesininya sama siapa?
P : sama sodara (Orientasi orang (+), memori jangka pendek (+))
D : mba A tahu kenapa dibawa kesini?
P : katanya ada yang salah jadi harus dibenarkan
D : datang kesini karena kemauan mba A sendiri atau disuruh?
P : mau A sendiri soalnya katanya ada yang salah, jadi A harus benarkan
D : mba sebelum dibawa kesini suka marah-marah atau ngamuk gak di
rumah?
P : tidak pernah mbak.
D : pernah gak mba A merasa seperti ada yang mengejar?
P : iya pernah
D : siapa yang ngejar?
P : itu tuyul sama genderuwo
D : keliatan ada bentuknya? Kalo tuyul itu gimana? Kalo genderuwo itu
gimana?
P : iya keliatan biasanya tengah malem, kalo tuyul kecil pake kolor putih
gitu, kalo genderuwo item besar. ngejer-ngejer A terus nyuruh solat. Tapi
sekarang udah enggak, soalnya udah solat.
D : oh gitu, kalo denger-denger bisikannya masih enggak?
P : masih tapi udah jarang, soalnya saya lawan.
D : mba akhir-akhir ini bisa tidur? Nyaman nggak disini?
P : bisa, nyaman disini.
D : mba pernah gak mencium aroma bau-bauan?
P : nggak pernah
D : Kalau merasa ada yang meraba-raba tubuh mba A pernah ?
P : iya seperti ada yang pegang pundak (halusinasi taktil ada)
D : mas yang saya pegang ini apa ?(sambil memegang pena)
P : Pena (ilusi tidak ada)
D : mba pernah nggak melihat benda tapi benda tersebut bisa berubah wujud
atau bisa bicara, misalnya temboknya bisa bicara ?
P : tidak pernah
D : mba pernah gak merasa bagian tubuh mbak berubah?
P : Enggak pernah mbak.
D : mba pernah merasa ada orang lain yang ngomongin mba ga ?
P : nggak ada
D : mba ngerasa kalau mba sakit atau tidak?
P : enggak
D : o gitu, coba kita menghitung ya. Kalau 10 dikurang 1 berapa?
P : eee.. 97, 98, 99 mba
D : mba A bisa baca nggak ini apa?
P : nama saya A
D : kalo ngikutin gambar ini bisa nggak?
P : *pasien bisa mengikuti gambar*
D : ooh iya. O iya mba, masih inget nama saya nggak?
P : .....
D : Iya mba. Nama saya dokter muda A dan Y.
P : Oh iya.
D : ya sudah mba, ngobrolnya sampai sini dulu, mungkin ada yang mba A
ingin tanyakan?
P : nggak ada
D : Yasudah kalau begitu, saya pamit ya. Makasih yaa
P : iya

Anda mungkin juga menyukai