Anda di halaman 1dari 24

1. Organ-organ intra dan retroperitoneal di rongga abdomen.

a. Organ-organ intraperitonal:

Gaster

Colon

Transversum
Appendiks

Hepar
Duodenum (Pars

I)
Small intestines

Rektum
Colon Sigmoid
Spleen
Pankreas (tail)

b. Organ-organ retroperitoneal:
Esofagus

Kelenjar

Duodenum

Aorta dan IVC


Pankreas (kecuali

Suprarenal
Ginjal
Ureter
Vesika Urinaria

(kecuali pars I)
Colon Ascending
Colon Descending
Rectum (lower

bagian ekor)

two-third


2. Persiapan, indikasi dan kontraindikasi dari pemeriksaan Colon In Loop dan
intravenous Pyelography.
A. Pemeriksaan Colon In loop

Teknik pemeriksaan Colon in Loop adalah teknik pemeriksaan secara

radiologis dari usus besar dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan
per anal. Pemeriksaan ini disebut juga barium enema. Indikasi pemeriksaan ini
antara lain:

Kolitis kronik (kolitis ulseratif dan Crohn disease)

Karsinoma atau keganasan.

Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas
lapisan mukosa dan muskularis mukosa.

Hirschprung disease adalah kelainan kongenital yang terjadi karena tidak


adanya sel ganglion dipleksus mienterik dan sub mukosa pada segmen colon
distal.

Obstruksi kolon seperti invaginasi, volvulus

Atresia adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.

Sedangkan kontra indikasi pemeriksaan ini adalah:

Perforasi usus

Ileus paralitik

Ileus obstruksi lama (> 8 jam).

Peritonitis, infeksi akut saluran cerna

Kolitis berat dimana dinding abdomen menjadi sangat tipis dan ditakutkan
terjadi perforasi

Keadaan umum pasien yang jelek

Persiapan

1) Mengubah pola makanan pasien

Makanan konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk

menghindari

terbentuknya

(48jamsebelumpemeriksaan).

bongkahan

tinja

yang

keras

2) Minum sebanyak-banyaknya

Absorbsi air terbanyak terjadi pada kolon, dengan pemberian air

minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek.
3) Pemberian obat pencahar

Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian

obat pencahar hanya sebagai pelengkap saja. Pencahar mutlak diberikan pada
pasien dengan keadaan : tirah baring yang lama, konstipasi kronis, orang tua
(18jamsebelumpemeriksaan dan 4jamsebelumpemeriksaan)
4) Seterusnyapuasasampaipemeriksaan agar kolon kosong sehingga gambaran
anatomi dari kolon terlihat dengan jelas
5) 30

menitsebelumpemeriksaanpasiendiberisulfasatrofin0,251mg

per

oraluntukmengurangipembentukanlendir
6) 15

menitsebelumpemeriksaanpasiendiberiinjeksiobat

yang

menurunkan

peristaltikusus sehingga saat memasukan barium tidak dikeluarkan kembali.

Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan alat pada pemeriksaan Colon in Loop, meliputi :

1.

Pesawat x ray siap pakai

2.

Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan

3.

Marker

4.

Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .

5.

Vaselin atau jelly

6.

Sarung tangan

7.

Penjepit atau klem

8.

Kassa

9.

Bengkok

10.

Apron

11.

Plester

12.

Tempat mengaduk media kontras

Persiapan bahan

1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi
antara 12-25% W/V untuk kontras tunggal dan 70 80 % W/V (Weight

/Volume) untuk kontras ganda. Banyaknya larutan (ml) tergantung pada


panjang pendeknya colon, kurang lebih 600 800 ml
2. Air hangat untuk membuat larutan barium
3. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula
dimasukkan kedalam anus.
Teknik Pemeriksaan
Metode pemasukan media kontras
a. Metode kontras tunggal
-

Pasien ditempatkan di atas meja pemeriksaan.

Siapkan bahan kontras, Barium Sulfat (BaSO4) dicampur dengan air dengan
perbandingan 1 : 8 di dalam wadah kemudian di aduk

Sebelum bahan kontras dimasukkan terlebih dahulu pasien diinjeksi dengan


obat anti peristaltik (ex : buskopan)

Untuk memasukkan bahan kontras pasien diinstruksikan berbaring miring ke


kiri.

Selang irrigator (kateter) diklem, kemudian campuran Barium Sulfat dan air
dimasukkan ke dalam irrigator.

Ujung kateter diolesi dengan jelly kemudian dimasukkan ke dalam rectum


kira-kira 5 cm, kemudian di kunci.

Irrigator dipasang pada stand infus dengan ketinggian kira-kira 1 meter dari
permukaan meja pemeriksaan kemudian Barium Sulfat dimasukkan dengan
membuka klem.

Setelah kontras Barium Sulfat masuk ke dalam colon kemudian pasien


disuruh miring kiri-kanan agar kontras merata ke seluruh colon.

Pasien di ubah posisinya menjadi terlentang dan kateter dikuatkan letaknya.

Selanjutnya dilakukan pemotretan.

b. Metode kontras ganda


-

Metode kontras ganda mutlak memerlukan fluroskopi, sebab untuk


mengetahui jumlah udara yang masuk tidak memungkinkan diukur dengan
alat, oleh karena itu untuk menilai udara yang masuk cukup atau kurang
dinilai dengan fluroskopi dengan melihat dilatasi dari colonnya bila udara
yang masuk tidak dinilai, maka kemungkinan udara yang masuk terlalu

banyak sehingga menyebabkan tekanan dalam colon juga sangat tinggi


akibatnya terjadi perforasi dari colon tersebut.
-

Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat

Merupakan pemeriksaan Colon in Loop dengan menggunakan media

kontras berupa campuran antara BaSO4 dan udara. Barium dimasukkan kirakira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula diganti dengan pompa.
Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke

kiri

menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya


agar media kontras merata di dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan
supine dan dibuat radiograf.
-

Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.


1)

Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen
colon, sampai mencapai pertengahan kolon transversum. Bagian yang
belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi penderita.

2)

Tahap pelapisan

Dengan menunggu

kurang lebih 1-2 menit agar

larutan BaSo 4

mengisi mukosa colon.


3)

Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak
yang dapat dikeluarkan kembali.

4)

Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon.
Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat
menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks vagal yang ditandai
dengan wajah pucat, pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan
pusing.

5)

Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan bila seluruh colon telah mengembang sempurna.

B. Pemeriksaan intravenous Pyelography (IVP)

BNO IVP adalah salah satu pemeriksaan radiografi yaitu dengan cara

menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena untuk menggambarkan


anatomi dari pelvis renalis dan sistem calyses serta seluruh traktus urinarius
dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena. Pemeriksaan ini dapat
diketahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan bahan kontras tersebut.

Indikasi
Batu saluran kemih
Infeksi ginjal kronis
Kelainan kongenital
Trauma abdomen
Hematuri
Disuria
Tumor ginjal
Check up, oleh karena nyeri

pinggang yang lama (Flank pain)

Kontra Indikasi
Alergi terhadap media kontras
Memiliki kelainan atau penyakit

jantung atau hepar lanjut


Infeksi akut traktus urinarius
Retensi cairan berlebih
Multipel myeloma
Neonatus
Diabetes
mellitus
tidak

terkontrol/parah
Pasien yang sedang

keadaan kolik
Gangguan fungsi ginjal dengan

dalam

ureum >60mg% atau creatinin


>2mg%

Persiapan pemeriksaan
1) Persiapan pasien

Sehari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan lunak tanpa serat (seperti
bubur kecap) agar makanan mudah dicerna usus sehingga faeces tidak keras.

Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) agar tidak ada lagi
sisa makanan diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan berakhir.

Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif (dulcolax)
sebanyak 4 tablet.

8 jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien tidak diperkenankan minum untuk


menjaga kadar cairan.

Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk
memasukkan dulcolax supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar
bersih dari sisa makanan / faeces.

Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara dan
tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan)

Tujuan prosedur persiapan pasien tersebut adalah untuk membersihkan usus

(gastro intestinal) dari udara dan faeces yang dapat mengganggu visualisasi dari
foto IVP atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-salurannya. Pemeriksaan yang
tidak baik terlihat dari bayangan lucent di usus karena udara dan faeces.
2) Persiapan bahan kontras

Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana


jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat
badan.

Bahan kontras yang disuntikkan melalui vena fossa cubiti akan mengalir ke
vena capilaris, vena subclavia, kemudian ke vena cava superior. Dari VCS
bahan kontras akan masuk ke atrium kanan dari jantung, kemudian ke
ventrikel kanan dan mengalir ke arteri pulmo. Kemudian mengalir ke vena
pulmo menuju atrium kiri kemudian ventrikel kiri dan mengalir ke aorta, serta
terus mengalir menuju aorta desendens kemudian kedalam aorta abdominalis
dan masuk kedalam arteri renalis dan mulai memasuki korteks ginjal.

3) Persiapan alat

Peralatan Steril: Wings needle No. 21 G (1 buah), spuit 20 cc (2 buah),kapas

alcohol

Peralatan Tidak Steril: Plester, Marker R/L dan marker waktu, Media

kontras Iopamiro ( 40 50 cc), obat-obatan emergency (antisipasi alergi media


kontras), baju pasien, tourniquet

Prosedur pemeriksaan
1) Pasien dianamnesa perjalanan klinis dan riwayat alergi, inform consent
2) Buat plain photo BNO terlebih dahulu untuk menilai persiapan yang dilakukan
pasien, untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus urinaria secara
umum.,untuk menentukan faktor eksposi yang tepat untuk pemotretan berikutnya
sehingga tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan faktor eksposi.

3) Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test
sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti
4) Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih dahulu.
5) Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan pasien
untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan dari mulut guna meminialkan rasa mual
yang mungkin dirasakan pasien
6) Membuat foto 5, 15, dan 30 menit post injeksi
7) Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil
(pengosongan blass) kemudian difoto lagi post miksi.
8) Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras belum
turun

3. Kelainan pada pemeriksaan Colon In Loop dan Intravenous Pyelography.

Kelainan-kelainan yang biasa terjadi pada colon adalah keganasan, divertikel,

megacolon, obstruksi atau ileus, stenosis, volvulus, atresia dan colitis.

Gambar 1. Bowler hat sign pada divertikel (A) dan polip (B) serta apple

coresign pada ca colon (C), Hirscprung disease (D), lead pipe appearance pada colitis
ulseratif (E) dan birds beak sign pada volvulus sigmoid (F).

Kelainan-kelainan yang dapat ditemukan dengan pemeriksaan IVP antara lain

hidronefrosis, pielonefritis, batu saluran kemih, keganasan,

Gambar 2. Gambaran radiologis hidronefrosis (A), pielonefritis kronik (B),

nefrolitiasis (C), ureterolitiasis (D), vesicolitiasis (E), tumor vesica urinaria (F) dan Benign
Hyperplasia Prostat (G).

4. Tanda-tanda udara bebas dalam rongga abdomen.

Pneumoperitoneum merupakan keadaan adanya udara bebas dalam rongga

peritoneum. Hal ini bisa disebabkan perforasi organ berongga abdomen akibat trauma
tumpul abdomen.

Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran udara

(radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow) diantara diafragma
kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa tampak area lusen bentuk oval
(perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi lateral dekubitus kiri, didapatkan radiolusen
antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum. Pada posisi lateral
dekubitus kanan, tampak Triangular Sign seperti segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah
banyak karena pada posisi miring udara cenderung bergerak ke atas sehingga udara
mengisi ruang-ruang di antara incisura dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi
abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang meliputi Falciform
Ligament Signdan Rigler`s Sign.

Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri, rujuk gambar 3, dimana udara

bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum.
Posisi ini dapat digunakan untuk setiap pasien yang sangat kesakitan.

Gambar 3. Posisi Lateral dekunitus kiri.Terdapat udara bebas diantara dinding

abdomendengan hepar (panah putih). Ada cairan bebas di rongga peritoneum (panah
hitam)

Gambar 4. Gambaran linier (anterior subhepatic space air)

Gambar 5. Foto posterior subhepatic space air (Morrisons pouch, gambaran


triangular)

Gambar 6. Foto anterior ke permukaan ventral dari hepar

Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi pneumoperitoneum dalam

jumlah kecil dan pneumoperitoneum dalam jumlah besar yang dengan >1000 mL udara
bebas. Gambaran pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar antara lain:

Football Sign, rujuk gambar 7,yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara di


dalam kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak membungkus seluruh
kavum abdomen, mengelilingi ligamen falsiformis sehingga memberi jejak seperti
gambaran bola kaki.

Gas-Relief Sign, Rigler Sign, dan Double Wall Signyang memvisualisasikan dinding
terluar lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan udara normal
intralumen.

Gambar 7.Football sign (kiri) dan Rigler Sign (kanan)

Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat pada foto
polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur jaringan lunak
intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak melapisi
urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian bawah abdomen
yang berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah kepala. Dasar urachus tampak sedikit
lebih tebal daripada apeks.

Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah epigastrik inferior dapat
terlihat sebagai huruf V terbalik di daerah pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum
dalam jumlah banyak.

Telltale Triangle Signmenggambarkan daerah segitiga udara diantara 2 lingkaran usus


dengan dinding abdomen.

Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal (melalui prosesus
vaginalis yang paten).

Cupola Sign mengacu pada akumulasi udara di bawah tendon sentral diafragma.

Gambar 8. Gambaran urachus (kiri) dan Telltale triangle sign (kanan)

Gambar 10.Cupola sign (panah putih) danlesser sac gas sign (panah hitam)

Udara di dalam sakus kecil dapat terlihat, terutama jika perforasi dinding posterior
abdomen.

Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid dapat terjadi
yang berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum.

5.

Gambaran radiologis di (lokasi) opaque, semiopaque pada foto polos abdomen!


Kalsifikasi abdomen yang terpenting adalah :
a. Menentukan lokasi kalsifikasi
b. Pola tau bentuk kalsifikasi akan membantu diagnoisis ke hanya satuatau dua pilihan

Kalsifikasi dalam abdomen mungkin :


a. Flebolit vena pelvis

Kalsifikasi

vascular.

Sering

terdapat

dalam

dinding

aneurisma

aortaabdominalis
b. Fibroid uterus mengadung banyak kalsifikasi berbatas jelasberbentuk tak teratur
c. Massa ovarium maligna, biasanya yang terlihat kalsifikasi adalahkista dermoid
d. Kalsifikasi glandula adrenalis, timbul setelah perdarahan adrenalis,setelah TBC dan
kadang-kadang pada tumor adrenalis.
e. Kalsifikasi hati terjadi pada hepatoma

f. Kalsifikasi limpa
g. Kalsifikasi pancreas
h. Fekalit mungkin terlihat dalam divertikula colli atau dalamapendik. Fekalit apendik
penting karena merupakan indikasi kuatappendicitis akut.
i. Kalsifikasi jaringan lunak
j. Kalsifikasi traktus urinarius

Kalsifikasi Pankreas

Pankreatitis kronis merupakan proses inflamasi pankreas yang progresif dan


menyebabkan kerusakan parenkim pankreas yang irreversibel berupa fibrosis serta
mengakibatkan disfungsi eksokrin dan endokrin.Foto rontgen memperlihatkan kalsifikasi
pankreas pada 25 59 % pasien yang merupakan patognomonik pada pankreatitis
kronik. Kalsifikasi primer muncul pada kalkuli intraduktal baik pada duktus pankreatikus
mayor maupun minor.
Foto polos abdomen kolelitiasis
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya
sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung empedu
yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto
polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops,
kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas
yang menekan gambaran udara dalam usus besar di fleksura hepatika. Walaupun teknik
ini murah, tetapi jarang dilakukan pada kolik bilier sebab nilai diagnostiknya rendah.


Air fluid level
Foto polos abdomen dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)

memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara
atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga.

Hearing bone
Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 14 mm. Jarak ini akan
melebar pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus halus, maka valvula
conniventes agak teregang dan bersama-sama dengan valvula conniventes dari loop yang
bertetangga, akan tampak di foto sebagai gambaran sirip ikan yang disebut herringbone
appearance.

5. Gambaran radiologi dan derajat refluks vesikoureter


Vesikoureteral refluks (VUR) merupakan kejadian aliran balik atau regurgitasi
urine dari buli kembali ke traktus urinarius bagian atas (ureter sampai dengan
sistem pelviokaliseal ginjal), bisa terjadi pada satu sisi, maupun kedua sisi
ginjal, biasanya terjadi pada bayi dan anak anak, dan lebih sering tanpa gejala
sebelum terjadi komplikasi.

Grading VUR :
a. Grade I
Urine kembali ke dalam ureter tanpa menyebabkan dilatasi
b. Grade II
Urine kembali ke dalam ueter sampai PCS tanpa menyebabkan dilatasi
c. Grade III
Dilatasi ringan sampai sedang dari ureter dan pelvis renalis, kaliks mulai
tumpul
d. Grade IV
Dilatasi sedang dari ureter dan pelvis renalis, ureter tampak
berkelok-kelok dan kaliks tumpul/rata
e. Grade V
Dilatasi berat dari ureter dan pelvis renalis, ureter tampak besar dan
berkelok kelok dan kaliks membu

7. Kelainan-kelainan yang bisa terjadi pada kolumna vertebralis.

Kongenital
1. Spina bifida : tidak terjadi penutupan tulang belakang yang sempurna pada satu
atau lebih arkus neuralis.
2. Skoliosis : pembengkokan dengan rotasi pada bidang sagital.
3. Tortikolis muskular : pembengkokan otor kleidomastoideus.
4. Spondilolisis : cacat arkus neuralis yang ditutupi jaringan fibrosis pada daerah
hubungan antara prosesus artikularis superior dan inferior.
5. Spondilolistesis : pergerakan korpus vertebra lumbal ke depan dalam
hubungannya dengan sakrum atau vertebra di bawahnya akibat hilangnya
kontinuitas par intervertebralis.

Spondilolistesis

Spondilosis

Trauma
1. Fraktur
2. Dislokasi

Fraktur dan dislokasi vertebra servikal

Fraktur Kompresi

Skoliosis

Hernia Nukleus Pulposus

Infeksi
1. Spondilitis tuberkulosis

Keganasan
1. Kista tulang aneurisma
2. Osteoblastoma
3. Histiositosis sel langerhans
4. Hemangioma
5. Kordoma
6. Mieloma
7. Metastasis

Gambar 4. Spondilitis TB

Gambar 5. Tumor pada Vertebra Lumbal 3

Degeneratif
1. Osteoartritis vertebra
2. Spondilosis servikal
3. Spondilitis ankilosis

Spondilosis servikal

Osteoarthritis Spine

Lain-lain
1. Penyakit Scheuermann : gangguan pertumbuhan lempeng epifisis vertebra torakal
anterior yang menimbulkan kifosis patologis.
2. Skoliosis idiopatik.
3. Osteoporosis : penyakit pada tulang yang ditandai oleh penurunan pembentukan
matriks dan peningkataan resorpsi tulang sehingga terjadi penurunan jumlah total
tulang.

Gambar 7. Penyakit Scheuermann

Anda mungkin juga menyukai