a. Organ-organ intraperitonal:
Gaster
Colon
Transversum
Appendiks
Hepar
Duodenum (Pars
I)
Small intestines
Rektum
Colon Sigmoid
Spleen
Pankreas (tail)
b. Organ-organ retroperitoneal:
Esofagus
Kelenjar
Duodenum
Suprarenal
Ginjal
Ureter
Vesika Urinaria
(kecuali pars I)
Colon Ascending
Colon Descending
Rectum (lower
bagian ekor)
two-third
2. Persiapan, indikasi dan kontraindikasi dari pemeriksaan Colon In Loop dan
intravenous Pyelography.
A. Pemeriksaan Colon In loop
radiologis dari usus besar dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan
per anal. Pemeriksaan ini disebut juga barium enema. Indikasi pemeriksaan ini
antara lain:
Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas
lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
Atresia adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
Perforasi usus
Ileus paralitik
Kolitis berat dimana dinding abdomen menjadi sangat tipis dan ditakutkan
terjadi perforasi
Persiapan
menghindari
terbentuknya
(48jamsebelumpemeriksaan).
bongkahan
tinja
yang
keras
2) Minum sebanyak-banyaknya
minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek.
3) Pemberian obat pencahar
obat pencahar hanya sebagai pelengkap saja. Pencahar mutlak diberikan pada
pasien dengan keadaan : tirah baring yang lama, konstipasi kronis, orang tua
(18jamsebelumpemeriksaan dan 4jamsebelumpemeriksaan)
4) Seterusnyapuasasampaipemeriksaan agar kolon kosong sehingga gambaran
anatomi dari kolon terlihat dengan jelas
5) 30
menitsebelumpemeriksaanpasiendiberisulfasatrofin0,251mg
per
oraluntukmengurangipembentukanlendir
6) 15
menitsebelumpemeriksaanpasiendiberiinjeksiobat
yang
menurunkan
1.
2.
3.
Marker
4.
5.
6.
Sarung tangan
7.
8.
Kassa
9.
Bengkok
10.
Apron
11.
Plester
12.
Persiapan bahan
1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi
antara 12-25% W/V untuk kontras tunggal dan 70 80 % W/V (Weight
Siapkan bahan kontras, Barium Sulfat (BaSO4) dicampur dengan air dengan
perbandingan 1 : 8 di dalam wadah kemudian di aduk
Selang irrigator (kateter) diklem, kemudian campuran Barium Sulfat dan air
dimasukkan ke dalam irrigator.
Irrigator dipasang pada stand infus dengan ketinggian kira-kira 1 meter dari
permukaan meja pemeriksaan kemudian Barium Sulfat dimasukkan dengan
membuka klem.
kontras berupa campuran antara BaSO4 dan udara. Barium dimasukkan kirakira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula diganti dengan pompa.
Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke
kiri
Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen
colon, sampai mencapai pertengahan kolon transversum. Bagian yang
belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi penderita.
2)
Tahap pelapisan
Dengan menunggu
larutan BaSo 4
Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak
yang dapat dikeluarkan kembali.
4)
Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon.
Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat
menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks vagal yang ditandai
dengan wajah pucat, pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan
pusing.
5)
Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan bila seluruh colon telah mengembang sempurna.
BNO IVP adalah salah satu pemeriksaan radiografi yaitu dengan cara
Indikasi
Batu saluran kemih
Infeksi ginjal kronis
Kelainan kongenital
Trauma abdomen
Hematuri
Disuria
Tumor ginjal
Check up, oleh karena nyeri
Kontra Indikasi
Alergi terhadap media kontras
Memiliki kelainan atau penyakit
terkontrol/parah
Pasien yang sedang
keadaan kolik
Gangguan fungsi ginjal dengan
dalam
Persiapan pemeriksaan
1) Persiapan pasien
Sehari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan lunak tanpa serat (seperti
bubur kecap) agar makanan mudah dicerna usus sehingga faeces tidak keras.
Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) agar tidak ada lagi
sisa makanan diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan berakhir.
Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif (dulcolax)
sebanyak 4 tablet.
Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk
memasukkan dulcolax supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar
bersih dari sisa makanan / faeces.
Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara dan
tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan)
(gastro intestinal) dari udara dan faeces yang dapat mengganggu visualisasi dari
foto IVP atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-salurannya. Pemeriksaan yang
tidak baik terlihat dari bayangan lucent di usus karena udara dan faeces.
2) Persiapan bahan kontras
Bahan kontras yang disuntikkan melalui vena fossa cubiti akan mengalir ke
vena capilaris, vena subclavia, kemudian ke vena cava superior. Dari VCS
bahan kontras akan masuk ke atrium kanan dari jantung, kemudian ke
ventrikel kanan dan mengalir ke arteri pulmo. Kemudian mengalir ke vena
pulmo menuju atrium kiri kemudian ventrikel kiri dan mengalir ke aorta, serta
terus mengalir menuju aorta desendens kemudian kedalam aorta abdominalis
dan masuk kedalam arteri renalis dan mulai memasuki korteks ginjal.
3) Persiapan alat
alcohol
Peralatan Tidak Steril: Plester, Marker R/L dan marker waktu, Media
Prosedur pemeriksaan
1) Pasien dianamnesa perjalanan klinis dan riwayat alergi, inform consent
2) Buat plain photo BNO terlebih dahulu untuk menilai persiapan yang dilakukan
pasien, untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus urinaria secara
umum.,untuk menentukan faktor eksposi yang tepat untuk pemotretan berikutnya
sehingga tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan faktor eksposi.
3) Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test
sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti
4) Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih dahulu.
5) Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan pasien
untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan dari mulut guna meminialkan rasa mual
yang mungkin dirasakan pasien
6) Membuat foto 5, 15, dan 30 menit post injeksi
7) Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil
(pengosongan blass) kemudian difoto lagi post miksi.
8) Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras belum
turun
Gambar 1. Bowler hat sign pada divertikel (A) dan polip (B) serta apple
coresign pada ca colon (C), Hirscprung disease (D), lead pipe appearance pada colitis
ulseratif (E) dan birds beak sign pada volvulus sigmoid (F).
nefrolitiasis (C), ureterolitiasis (D), vesicolitiasis (E), tumor vesica urinaria (F) dan Benign
Hyperplasia Prostat (G).
peritoneum. Hal ini bisa disebabkan perforasi organ berongga abdomen akibat trauma
tumpul abdomen.
Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran udara
(radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow) diantara diafragma
kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa tampak area lusen bentuk oval
(perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi lateral dekubitus kiri, didapatkan radiolusen
antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum. Pada posisi lateral
dekubitus kanan, tampak Triangular Sign seperti segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah
banyak karena pada posisi miring udara cenderung bergerak ke atas sehingga udara
mengisi ruang-ruang di antara incisura dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi
abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang meliputi Falciform
Ligament Signdan Rigler`s Sign.
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri, rujuk gambar 3, dimana udara
bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum.
Posisi ini dapat digunakan untuk setiap pasien yang sangat kesakitan.
abdomendengan hepar (panah putih). Ada cairan bebas di rongga peritoneum (panah
hitam)
jumlah kecil dan pneumoperitoneum dalam jumlah besar yang dengan >1000 mL udara
bebas. Gambaran pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar antara lain:
Gas-Relief Sign, Rigler Sign, dan Double Wall Signyang memvisualisasikan dinding
terluar lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan udara normal
intralumen.
Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat pada foto
polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur jaringan lunak
intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak melapisi
urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian bawah abdomen
yang berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah kepala. Dasar urachus tampak sedikit
lebih tebal daripada apeks.
Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah epigastrik inferior dapat
terlihat sebagai huruf V terbalik di daerah pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum
dalam jumlah banyak.
Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal (melalui prosesus
vaginalis yang paten).
Cupola Sign mengacu pada akumulasi udara di bawah tendon sentral diafragma.
Gambar 10.Cupola sign (panah putih) danlesser sac gas sign (panah hitam)
Udara di dalam sakus kecil dapat terlihat, terutama jika perforasi dinding posterior
abdomen.
Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid dapat terjadi
yang berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum.
5.
Kalsifikasi
vascular.
Sering
terdapat
dalam
dinding
aneurisma
aortaabdominalis
b. Fibroid uterus mengadung banyak kalsifikasi berbatas jelasberbentuk tak teratur
c. Massa ovarium maligna, biasanya yang terlihat kalsifikasi adalahkista dermoid
d. Kalsifikasi glandula adrenalis, timbul setelah perdarahan adrenalis,setelah TBC dan
kadang-kadang pada tumor adrenalis.
e. Kalsifikasi hati terjadi pada hepatoma
f. Kalsifikasi limpa
g. Kalsifikasi pancreas
h. Fekalit mungkin terlihat dalam divertikula colli atau dalamapendik. Fekalit apendik
penting karena merupakan indikasi kuatappendicitis akut.
i. Kalsifikasi jaringan lunak
j. Kalsifikasi traktus urinarius
Kalsifikasi Pankreas
Air fluid level
Foto polos abdomen dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)
memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara
atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga.
Hearing bone
Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 14 mm. Jarak ini akan
melebar pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus halus, maka valvula
conniventes agak teregang dan bersama-sama dengan valvula conniventes dari loop yang
bertetangga, akan tampak di foto sebagai gambaran sirip ikan yang disebut herringbone
appearance.
Grading VUR :
a. Grade I
Urine kembali ke dalam ureter tanpa menyebabkan dilatasi
b. Grade II
Urine kembali ke dalam ueter sampai PCS tanpa menyebabkan dilatasi
c. Grade III
Dilatasi ringan sampai sedang dari ureter dan pelvis renalis, kaliks mulai
tumpul
d. Grade IV
Dilatasi sedang dari ureter dan pelvis renalis, ureter tampak
berkelok-kelok dan kaliks tumpul/rata
e. Grade V
Dilatasi berat dari ureter dan pelvis renalis, ureter tampak besar dan
berkelok kelok dan kaliks membu
Kongenital
1. Spina bifida : tidak terjadi penutupan tulang belakang yang sempurna pada satu
atau lebih arkus neuralis.
2. Skoliosis : pembengkokan dengan rotasi pada bidang sagital.
3. Tortikolis muskular : pembengkokan otor kleidomastoideus.
4. Spondilolisis : cacat arkus neuralis yang ditutupi jaringan fibrosis pada daerah
hubungan antara prosesus artikularis superior dan inferior.
5. Spondilolistesis : pergerakan korpus vertebra lumbal ke depan dalam
hubungannya dengan sakrum atau vertebra di bawahnya akibat hilangnya
kontinuitas par intervertebralis.
Spondilolistesis
Spondilosis
Trauma
1. Fraktur
2. Dislokasi
Fraktur Kompresi
Skoliosis
Infeksi
1. Spondilitis tuberkulosis
Keganasan
1. Kista tulang aneurisma
2. Osteoblastoma
3. Histiositosis sel langerhans
4. Hemangioma
5. Kordoma
6. Mieloma
7. Metastasis
Gambar 4. Spondilitis TB
Degeneratif
1. Osteoartritis vertebra
2. Spondilosis servikal
3. Spondilitis ankilosis
Spondilosis servikal
Osteoarthritis Spine
Lain-lain
1. Penyakit Scheuermann : gangguan pertumbuhan lempeng epifisis vertebra torakal
anterior yang menimbulkan kifosis patologis.
2. Skoliosis idiopatik.
3. Osteoporosis : penyakit pada tulang yang ditandai oleh penurunan pembentukan
matriks dan peningkataan resorpsi tulang sehingga terjadi penurunan jumlah total
tulang.