BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. M
Umur
: 53 tahun
Alamat
: Bandar lampung
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Status
: Menikah
Tanggal Masuk
: 9 Agustus 2016
Tanggal Anamnesis
: 10 Agustus 2016
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pasien menyatakan bahwa tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan
serupa.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah mendapatkan pengobatan.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5 M6 = 15
Vital sign
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit,
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 o C
Gizi
: Baik
Status Generalis
-
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Pembesaran KGB
JVP
Trakhea
-
: di tengah
Toraks
(Cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(Pulmo)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Extremitas
Superior
Inferior
Status Neurologis
-
Saraf Kranialis
N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung
: normal
N.Opticus (N.II)
- Tajam penglihatan
: tidak dilakukan
- Lapang penglihatan
- Tes warna
: normal
- Fundus oculi
: tidak dilakukan
: (-/-)
- Endophtalmus
: (-/-)
- Exopthalmus
: (-/-)
Pupil
- Ukuran
: (3 mm / 3 mm)
- Bentuk
: (Bulat / Bulat)
- Isokor/anisokor
: Isokor
- Posisi
: (Sentral / Sentral)
: (+/+)
: normal
: normal
- Lateral
: normal
- Superior
: normal
- Inferior
: normal
- Obliqus superior
: normal
- Obliqus inferior
: normal
: normal / normal
: normal / normal
N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
- Ramus oftalmikus
: normal
- Ramus maksilaris
: normal
- Ramus mandibularis
: normal
Motorik
- M. masseter
: normal
- M. temporalis
: normal
- M. pterygoideus
: normal
Refleks
- Refleks kornea
: (+/+)
- Refleks bersin
: Sulit dinilai
N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
- Diam
: simetris
- Tertawa
: simetris
- Meringis
: simetris
- Bersiul
: simetris
- Menutup mata
: simetris
: simetris
: simetris
- Mengembungkan pipi
: simetris
Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah
: normal
N.Acusticus (N.VIII)
N.cochlearis
- Ketajaman pendengaran
: tidak dilakukan
- Tinitus
: tidak dilakukan
N.vestibularis
- Test vertigo
: tidak dilakukan
- Nistagmus
: (-)
: (-)
- Posisi uvula
: normal
- Palatum mole
: normal
- Arcus palatoglossus
: normal
- Arcus palatoparingeus
: normal
- Refleks batuk
: tidak dilakukan
- Refleks muntah
: tidak dilakukan
- Peristaltik usus
: Normal
- Bradikardi
: (-)
- Takikardi
: (-)
N.Accesorius (N.XI)
- M.Sternocleidomastodeus
: normal
- M.Trapezius
: normal
N.Hipoglossus (N.XII)
- Atropi
: (-)
- Fasikulasi
: (-)
- Deviasi
(-)
: (-)
Kernig test
: (-/-)
Laseque test
: (-/-)
Brudzinsky I
: (-/-)
Brudzinsky II
: (-/-)
Sistem Motorik
Gerak
Superior ka/ki
Inferior ka/ki
(aktif/aktif)
(aktif/aktif)
Kekuatan otot
5/5
5/4
Klonus
(-/-)
(-/-)
Atropi
(-/-)
(-/-)
Biceps (+/+)
Pattela (+/+)
Triceps (+/+)
Achiles (+/+)
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Babinsky (-/-)
Chaddock (-/-)
Oppenheim (-/-)
Schaefer (-/-)
Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan
- Rasa raba
: normal
- Rasa nyeri
: normal
: normal
: normal
: normal
- Rasa gerak
: normal
- Rasa getar
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: normal
Koordinasi
Tes telunjuk hidung
: normal
: normal
: Normal
Defekasi
: Normal
Fungsi Luhur
Fungsi bahasa
: baik
Fungsi orientasi
: baik
Fungsi memori
: baik
Fungsi emosi
: baik
D. Resume
Pasien laki-laki 53 tahun datang dengan keluhan nyeri punggu bagian tengah
sejak 2 bulan SMRS. Rasa nyeri memberat jika pasien duduk, sebelumnya
pasien pernah berobat ke dokter dan keluhan dirasakan membaik. Lalu pasien
urut bagian punggung sebanyak 3x dan keluhan dirasakan kembali memberat.
4 hari sebelum masuk RSAM pasien dirawat di RS DKT dan pasien mulai
merasakan keluhan lemah pada tungkai kiri. Riwayat batuk (-), riwayat
demam (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), riwayat Hipertensi, Diabetes
Melitus, dan trauma disangkal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6 = 15. Tanda vital didapatkan tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit reguler, RR 20 x/menit, suhu 36,7oC.
Pada status generalis dalam batas normal. Hasil pemeriksaan Nervus
Kranialis dalam batas normal. Refleks patologis Babinski (-/-), Chadock (-/-),
Schaefer (-/-) dan Gonda (-/-) H. Trommer (-/-). Rangsang meningeal Kaku
kuduk (-), Burdzinsky sign I (-), Burdzinsky sign II (-), Kernigs sign (-),
Laseque sign (-).
E. Diagnosis
Diagnosis klinis
: Radikulopati
Diagnosis topik
: Vertebrae Torakal
Diagnosis etiologi :
Diagnosis banding : Spondilitis TB vertebrae thorakalis
F. Penatalaksanaan
1. Umum
-
Tirah baring
2. Medikamentosa
-
IVFD RL XV gtt/menit
Na Diclofenac tab 2x1
G. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (19-8-2016)
Hemoglobin
: 9,7 gr/dl
Leukosit
: 4,500/ul
Eritrosit
:-
Hematokrit
: 26%
Trombosit
: 406.000/ul
Hitung jenis:
-Basofil
:0
-Eusinofil
:0
-Batang
:0
-Segmen
:58
-Limfosit
: 32
-Monosit
: 10
LED
:5
H. Prognosa
-
Quo ad vitam
= dubia ad dubia
Quo ad functionam
= dubia ad dubia
Quo ad sanationam
= dubia ad dubia
Follow Up :
Jumat, 19 Agustus 2016
S
TD
T
120/80 mmHg
36,8 0C
HR
RR
80 kali/menit
18 kali/menit
10
Extremitas
Superior kanan/kiri
Inferior kanan/kiri
Gerak
(aktif / aktif)
(aktif/ aktif)
Kekuatan otot
5/5
5/4
Atrofi
-/-
-/-
Refleks
fisiologis
Biceps +/+
Triceps +/+
Patella +/+
Achilles +/+
Reflek patologis
Planning
TD
T
130/90 mmHg
36,5 0C
HR
RR
80 kali/menit
16 kali/menit
11
Extremitas
Superior kanan/kiri
Inferior kanan/kiri
Gerak
(aktif / aktif)
(aktif/ aktif)
Kekuatan otot
5/5
5/4
Atrofi
-/-
-/-
Refleks
fisiologis
Biceps +/+
Triceps +/+
Patella +/+
Achilles +/+
Reflek patologis
Planning
E4V5M6
TD
T
80 kali/menit
16 kali/menit
120/80 mmHg
36,5 0C
HR
RR
12
Extremitas
Superior kanan/kiri
Inferior kanan/kiri
Gerak
(aktif / aktif)
(aktif/ aktif)
Kekuatan otot
5/5
5/5
Atrofi
-/-
-/-
Refleks
fisiologis
Biceps +/+
Triceps +/+
Patella +/+
Achilles +/+
Reflek patologis
Analisis
Planning
IVFD RL XV gtt/menit
Phenytoin 3x200mg
Pasien pulang untuk kontrol melalui poli saraf
BAB II
ANALISIS KASUS
13
bangkitan
epileptik,
perubahan
neurobiologis,
kognitif,
14
otomatisme,
inkontinensia,
lidah
tergigit,
pucat,
15
definisi epilepsi. Selain itu, pasien mengaku kejang dialami sebanyak lebih
dari 10 kali selama 5-10 menit, kejang seperti kaku dan kelonjotan pada
seluruh anggota gerak mata melihat ke atas, lidah tergigit dan tidak keluar
busa dari mulut. Pada saat kejang pasien dalam keadaan berbaring, tidak
sadar dan tidak dapat berkomunikasi, setelah kejang pasien dikatakan
keluarga dapat kembali sadar dan dapat kembali berkomunikasi. Sebelum
mengalami kejang pasien sering merasa nyeri pada bagian kepala dan
leher. Terdapat riwayat kecelakaan lalu lintas 4 tahun yang lalu dan
dikatakan keluarga terdapat perdarahan di otak.
2. Langkah kedua : untuk menentukan jenis bangkitan, dilakukan dengan
memperhatikan klasifikasi ILAE.
Klasifikasi ILAE 1981 untuk tipe bangkitan epilepsi, antara lain :
1. Bangkitan parsial/ fokal
a. Bangkitan parsial sederana dengan gejala motorik, somato
sensorik, otonom, psikis.
b. Bangkitan parsial kompleks
Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan
kesadaran
c. Bangkitan parsial yang menjadi umum
Parsial sederhana yang menjadi umum, parsial kompleks menjadi
umum, parsial sederhana yang menjadi kompleks lalu menjadi
umum.
2. Bangkitan umum
a. Bangkitan lena (absence)
Ciri khas serangan lena adalah durasi singkat, onset dan terminasi
mendadak, frekuensi sangat sering, terkadang disertai gerakan
klonik pada mata, dagu dan bibir.
b. Bangkitan mioklonik
Kejang mioklonik adalah kontraksi mendadak, sebentar yang dapat
umum atau terbatas pada wajah, batang tubuh, satu atau lebih
ekstremitas, atau satu grup otot. Dapat berulang atau tunggal.
c. Bangkitan tonik
Merupakan kontraksi otot yang kaku, menyebabkan ekstremitas
menetap dalam satu posisi. Biasanya terdapat deviasi bola mata dan
kepala ke satu sisi, dapat disertai rotasi seluruh batang tubuh.
Wajah menjadi pucat kemudian merah dan kebiruan karena tidak
16
Diperkirakan
mempunyai
predisposisi
2. Kriptogenik
3. Simtomatik
diketahui.
: Bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi
struktural pada otak, misalnya cedera kepala, infeksi
SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan
peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik,
kelinan neurodegeneratif.
Terdapat dua kategori kejang epilepsi yaitu kejang fokal dan kejang umum.
Secara garis besar, etiologi epilepsi dibagi menjadi dua, yaitu :
Kejang fokal
Kejang umum
a. Trauma kepala
b. Stroke
a. Penyakit metabolic
b. Reaksi obat
17
c. Infeksi
d. Malformasi vaskuler
e. Tumor (Neoplasma)
f. Displasia
g. Mesial Temporal Sclerosis
c. Idiopatik
d. Faktor genetik
e. Kejang fotosensitif
Dari anamnesis, epilepsi yang dialami pasien ini dicurigai termasuk dalam
epilepsi akibat post trauma karena pada pasien terdapat adanya riwayat
kecelakaan pada pasien 4 tahun yang lalu dengan terdapat perdarahan di
otak saat itu.
Setelah dilakukan anamnesis, penegakan diagnosis epilepsi dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan berupa
pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologi.
1. Pemeriksaan fisik umum
Pada dasarnya adalah mengamati adanya tanda-tanda dari gangguan yang
berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau
sinus, gangguan kongenital, kecanduan alkohol atau obat terlarang,
kelainan pada kulit, kanker dan devisit neurologik fokal atau difus.
2. Pemeriksaan neurologik
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan neurologi sangat tergantung dari
interval antara saat dilakukanya pemeriksaan dengan bangkittan terakhir.
Jika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka
akan tampak tanda pasca iktal terutama tanda vokal seperti todds
paresis, transient aphasic syimptoms, yang tidak jarang jadi petunjuk
lokalisasi.
Jika dilakukan pada beberapa waktu setelah bangkitan berlalu, sasaran
utama adalah untuk menentukan apakah ada tanda-tanda disfungsi
sistem syaraf permanent dan walaupun jarang apakah ada tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakanial.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan neurologis yang dilakukan pada pasien tidak
didapatkan hasil yang menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan yang
berhubungan dengan epilepsi maupun tanda-tanda defisit neurologi karena
pemeriksaan dilakukan setelah 1 hari pasca bangkitan.
18
19
kemungkinan efek
samping obat.
2. Penyandang dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk dimulai
terapi bila kemungkinan kekambuhan tinggi, yaitu bila:
a. Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG.
b. Pada pemeriksaan CT scan atau MRI otak dijumpai lesi yang
berkorelasi dengan bangkitan; misalnya meningioma, neoplasma otak,
AVM, abses otak ensafalitis herpes.
c. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai kelainan yang mengarah pada
adanya kerusakan otak.
d. Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang
tua).
e. Riwayat bangkitan simtomatis.
f. Terdapat sindrom epilepsi yang berisiko kekambuhan tinggi seperti
JME (Juvenile Myoclonic Epilepsi).
g. Riwayat trauma kepala terutama yang disertai penurunan kesadaran
stroke, infeksi SSP.
h. Bangkitan pertama berupa status epileptikus.
20
OAE LINI
PERTAMA
OAE LINI KE
DUA/
TAMBAHAN
OAE LINI
KETIGA/
TAMBAHAN
LENA
Valproat
Lamotrigin
Valproat
Etosuksimid
Levetiracetam
Zonisamid
MIOKLONIK
Valproat
Topamax
Levetiracetam
Zonizamid
Lamotrtgin
Klobazam
Klonazepam
Fenobarbital
TONIK KLONIK
Karbamazepin
Fenitoin
Fenobarbital
Lamotrigin
Oxcarbazepin
Topamax
Levetiractam
Zonisamid
Pirimidon
ATONIK
Valproat
Felbamat
PARSIAL
Karbamazepin
Fenitoin
Fenobarbital
Oxkarbazepin
Lamotrigin
Topamax
Gabapentin
Valproat
Lamotrigin
Topamax
Valproat
Levetiracetam
Zonizamid
Pregabalin
Lamotrigin
TIDAK
TERKLASIFIKASI
Tiagabin
Vigabatrin
Felbamat
Pirimidon
Topamax
Levetiractam
Zonizamid
21
DAFTAR PUSTAKA
22