Anda di halaman 1dari 17

Rhinosinusitis

Definisi
 Rinosinusitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peradangan
mukosa hidung dan sinus paranasal

Klasifikasi
Anatomi Sinus Paranasal
Epedemiologi Rhinosinusitis
 Rinosinusitis kronik = Kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 21 penderita, keluhan
terbanyak > hidung tersumbat (Hedayati et al 2010) di RS Boo Ali Iran
 Rinosinusitis kronik = <18 tahun ada 21 orang, ≥ 18 tahun ada 89 orang, lokasi terbanyak
pada sinus maksila (Sogebi, et al (2002-2006) di Sagamu Nigeria
 Rinosinusitis kronik = kelompok umur 28–35 tahun 20,61%, umur diatas 18 tahun 88,18%
(Multazar 2008) di RSUP H. Adam Malik Medan
 Jumlah penderita rinosinusitis pada anak di RSCM Jakarta tahun 1998-2004 adalah 163
orang. Kelompok umur terbanyak yaitu > 6 tahun 113 orang (69,3%) dan manifestasi
klinis terbanyak adalah batuk 152 orang.
Patofisiologi Rhinosinusitis
 mukosa kavum nasi dan sinus paranasal saling berhubungan sebagai satu
kesatuan maka inflamasi yang terjadi pada kavum nasi biasanya
berhubungan dengan inflamasi dalam sinus paranasal
 Secara histologi, mukosa kavum nasi dan mukosa sinus mempunyai
sejumlah kesamaan. Seperti terlihat pada studi CT-Scan; penderita sinusitis
juga menderita rinitis.
 Fakta tersebut menunjukkan bahwa sinusitis merupakan kelanjutan dari
rinitis, yang mendukung konsep “one airway disease” yaitu bahwa
penyakit di salah satu bagian saluran napas akan cenderung berkembang
ke bagian yang lain.
 Inflamasi memegang peranan penting dalam patogenesis rinosinusitis
kronik
 Fase inisial yang paling penting bagi terjadinya rinosinusitis kronik adalah
iritasi mukosa,

Gambar. Perubahan siklus inflamasi tingkat Gambar. Mekanisme siklus patologi sinus
sel imunitas pada rhinosinusitis paranasal dan nasal
Pencitraan Radiologi Rhinosinusitis

 Dilakukan dengan pemeriksaan radiologis seperti:


- Pemeriksaan foto kepala dengan berbagai posisi yang khas
- Pemeriksaan tomogram
- Pemeriksaan CT-Scan
Proyeksi Posisi Waters
Skin Prick Test dan Patcht Test
Rhinosinusitis
 Skin Prick Test adalah sarana penunjang diagnosis penyakit alergi (tes kulit).
Skin prick test sering digunakan karena mudah, murah, spesifik, dan aman.
 Terdapat 3 cara untuk melakukan uji kulit, yaitu dengan cara
1. intradermal,
2. uji tusuk (skin prick test/SPT),
3. uji gores (scratch test).
Tatalaksana Rhinosinusitis
 Rekomendasi WHO dan ARIA 2008 kesepakatan tatalkasna rhinosinusitis
dapat dilakukan dengan simptomatis dan imunoterapi antaranya adalah
antihistamin oral dan kostikosteroid intranasal.
 Imunoterapi spesifik adalah suatu pemberian alergen spesifik yang
berulanng dan teratur, dengan dosis meningkat secara beratahap
kepada pasien dengan hipersensitivitas tipe 1, dengan tujuan memberikan
perlindungan terhadap timbulnya gejala alergi dan reaksi inflamasi akibat
paparan alergen
Jenis Terapi medikamentosa
A. ANTIBIOTIKA

 Amoksisilin + asam klavulanat


 Sefalosporin: cefuroxime, cefaclor, cefixime
 Florokuinolon : ciprofloksasin
 Makrolid : eritromisin, klaritromisin, azitromisin
 Klindamisin
 Metronidazole
Terapi penunjang

 Dekongestan oral/topikal yaitu golongan agonis α-adrenergik


 Antihistamin
 Stabilizer sel mast, sodium kromoglikat, sodium nedokromil
 Mukolitik
 Antagonis leukotrien
 Imunoterapi
 Lainnya: humidifikasi, irigasi dengan salin, olahraga, avoidance terhadap
iritan dan nutrisi yang cukup
Terapi Pembedahan
1. Sinus maksila: 2. Sinus etmoid:
a. Irigasi sinus (antrum a. Etmoidektomi
lavage) intranasal, eksternal dan
b. Nasal antrostomi transantral
c. Operasi Caldwell-
Luc

3. Sinus frontal:
a. Intranasal,
ekstranasal  4. Sinus sfenoid :
b. Frontal sinus  a. Trans nasal
septoplasty
c. Fronto-  b. Trans sfenoidal
etmoidektomi
FESS (functional endoscopic sinus
surgery)
 Sinusitis (semua sinus paranasal) akut rekuren atau kronis
 Poliposis nasi
 Mukokel sinus paranasal
 Mikosis sinus paranasal
 Benda asing
 Osteoma kecil
 Tumor (terutama jinak, atau pada beberapa tumor ganas)
 Dekompresi orbita / n.optikus
 Fistula likuor serebrospinalis dan meningo ensefalokel
 Atresia koanae
 Dakriosistorinotomi
 Kontrol epistaksis
 Tumor pituitari, ANJ, tumor pada skull base
Terima Kasih
Daftar Pustaka
 Atkins D, Leung DYM. Diagnosis of allergic disease. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook
of pediatrics. Edisi ke-20. Mc Graw Hill; 2014.h.747-51.

 Broek, P.V.D, Feenstra L., 2010. Anatomi dan Fisiologi Sinus Paranasal. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga.
Edisi 12. Jakarta: EGC, 99-100.

 Busquets JM, Hwang PH. Nonpolypoid rhinosinusitis: Classification, diagnosis and treatment. In Bailey BJ, Johnson JT, Newlands
SD, eds. Head & Neck Surgery – Otolaryngology. 4th ed. Vol 1. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010; 406-416.

 Chiu AG, Becker DG. Medical management of chronic rhinosinusitis. In Brook I, eds. Sinusitis from microbiology to management.
New York: Taylor & Francis, 2016; 219-229.

 Cox L, Nelson H, Lockey R, Calabria C, Chacko T, Finegold I, et al. Allergen immunotherapy: a practice parameter third update.
J Allergy Clin Immunol. 2011;127(1 Suppl):

 Elise Kasakeyan. Rinitis Vasomotor. Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar, Ed-6. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI, 2012. h. 107 – 8.

 Fokkens W, Lund V, Mullol J, et al. European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps. Rhinology, 2016; 45(suppl 20): 1-139.

 Jr File. Sinusitis: Epidemiology. In Brook I, eds. Sinusitis from microbiology to management. New York: Taylor & Francis,2012; 1-13.

 Ilyas G, Budyatmoko B. Buku Ajar Ilmu Radiologi Universitas Indonesia . Edisi Ketujuh. FKUI-RSCM. Jakarta. 2013. 11-14

 Kennedy DW, Hwang PH. Rhinology Book: Disease of the nose Sinuses, and Skull Base. Thieme 2014. ISBN 978-1-60406-060-7.

 Lund VJ. Impact of chronic rhinosinusitis on quality of life and health care expenditure. In Hamilos DL, Baroody FM, eds. Chronis
rhinosinusitis pathogenesis and medical management. New York: Informa,2014; 15-21.

 Mangunkusumo, E., Soetjipto, D., 2010. Sinus Paranasal. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 150-153.
Daftar Pustaka
 Munasir Z. Uji kulit terhadap alergen. Dalam: Arwin AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi -
imunologi anak. Edisi ke-5. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012.h.445-7.
 Mulyarjo. Terapi medikamentosa pada rinosinusitis. In Mulyarjo, Soedjak S, Kentjono WA, Harmadji S, JPB
Herawati S, eds. Naskah lengkap perkembangan terkini diagnosis dan penatalaksanaan rinosinusitis.
Surabaya: Dep./SMF THT-KL Univ.Airlangga,2004; 59-65
 Ni Putu Sudewi dkk: Berbagai teknik pemeriksaan untuk diagnosis penyakit alergi Sari Pediatri, Vol. 11, No. 3,
Oktober 2009
 Phillips CD, Platts-Mills TAE. Chronic sinusitis : relationship between CT findings and clinical history of asthma,
allergy, eosinophillia, and infection. AJR 2015;164:185-7.
 Putz RV, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia SOBOTTA Kepala, Leher, Ekstremitas Atas Jilid 1. Edisi 23. Editor:
Suyono YJ. Jakarta: EGC; 2013. 94.
 Rachman DM. Sinus Paranasal dalam Radiolodi Diagnostik. Edisi Keenam. FKUI-RSCM. Jakarta. 2012. 431-46.
 Rubin, M.A., Gonzales, R., and Sande, M.A., 2012. Pharyngitis, Sinusitis, Otitis, and Other Upper Respiratory Tract
Infections. In: Harrison, T.R., et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 19th ed. USA: The McGrawHill
Companies, Inc., 205-207.
 Siswantoro. Tatalaksana bedah pada rinosinusitis. In Mulyarjo, Soedjak S, Kentjono WA, Harmadji S, JPB
Herawati S, eds. Naskah lengkap perkembangan terkini diagnosis dan penatalaksanaan rinosinusitis.
Surabaya: Dep./SMF THT-KL Univ.Airlangga,2004; 67-74.
 Soetjipto, D., Mangunkusumo, E., 2010. Sinusitis. Buku Ajar Ilmu Kesehatan telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 145-149.
 Stammberger, H., Lund, V.J., 2008. Anatomy of the nose and paranasal sinuses. In: Browning G.G., et al. Scott-
Brown's Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7th ed. Great Britain: Hodder Arnold, 1318-1320.

Anda mungkin juga menyukai