Anda di halaman 1dari 26

RHINOSINUSITIS

AKUT
Oleh:
Ditza Sharfina Adani
201920401011118
Pembimbing:
dr. Purnaning Wahyu Prabarini, Sp. THT – KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SMF ILMU RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN JOMBANG
2020
BAB I :
PENDAHULUAN
Latar Belakang

■ Rhinosinusitis : masalah kesehatan signifikan yang tampaknya dapat mencerminkan


peningkatan frekuensi dari rhinitis alergi dan mengakibatkan beban finansial yang besar
dan menurunkan produktivitas.
■ Di Eropa : 1 – 2% dengan gejala ARS
■ Di Amerika : >30 juta diagnosis tahunan
■ ARS biasanya disebabkan oleh flu biasa (common cold) dan dapat sembuh sendiri (self-
limiting disease).
BAB II: TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi
Mukosiliar Transport
Definisi

Rhinosinusitis pada dewasa didefinisikan sebagai:


■ Inflmasi pada hidung dan sinus paranasal yang terdapat 2 atau lebih gejala, dimana salah satunya harus
ada sumbatan hidung/obstruksi/kongesti atau nasal discharge (anterior / posterior nasal drip):
– ± Nyeri wajah
– ± Penurunan atau kehilangan sensasi penghidu
■ Tanda endoskopi
– Polip hidung dan/atau
– Cairan mukopurulent primer dari meatus media dan/atau
– Oedema/obstruksi mukosa yang berasal di meatus media
■ Perubahan CT:
– Perubahan mukosa dalam Kompleks ostiomeatal dan/atau sinus
Sementara itu pada anak – anak Rhinosinusitis didefinisikan sebagai:
■ Adanya 2 atau lebih gejala, dimana salah satunya harus ada sumbatan hidung/obstruksi/kongesti atau nasal discharge
(anterior / posterior nasal drip):
– ± Nyeri wajah
– ± Batuk
■ Tanda endoskopi
– Polip hidung dan/atau
– Cairan mukopurulent primer dari meatus media dan/atau
– Oedema/obstruksi mukosa yang berasal di meatus media
■ Perubahan CT:
– Perubahan mukosa dalam Kompleks ostiomeatal dan/atau sinus
Rhinosinusitis akut pada dewasa didefinisikan sebagai:
■ Onset mendadak dari dua atau lebih gejala, dimana salah satunya harus meliputi
Sumbatan hidung/obstruksi/kongesti atau nasal discharge (anterior/posterior nasal drip):
– ± Nyeri wajah
– ± Penurunan atau kehilangan sensasi penghidu
■ Selama < 12 minggu
■ dengan interval bebas gejala jika masalahnya recurrent.
Rhinosinusitis akut pada anak anak didefinisikan sebagai:
■ Onset mendadak dari dua atau lebih gejala:
– Sumbatan hidung/obstruksi/kongesti
– atau perubahan warna nasal discharge
– atau batuk (pada siang hari dan malam hari)
■ Selama < 12 minggu
■ dengan interval bebas gejala jika masalahnya recurrent.
Klasifikasi
Etiologi

Virus Bakteri

Faktor
Faktor Lokal
Lingkungan
Patofisologi
Manifestasi Klinis

■ Manifestasi klinis dari Rhinosinusitis akut pada dewasa meliputi:


– Hidung tersumbat, kongesti, atau terasa penuh
– Nasal discharge atau postnasal drip, biasanya mukopurulen
– Nyeri wajah, pusing, dan
– Penurunan atau kehilangan sensasi penghidu
■ Gejala lainnya  nyeri tenggorokan, disfonia (suara parau), dan batuk, malaise, mudah
mengantuk, dan demam
Diagnosis

■ Anamnesis
■ Rhinoskopi Anterior
– Inflamasi hidung,
– Oedema mukosa
– Nasal discharge purulent
– Polip
– Kelainan anatomis
■ Temperatur
– > 38o C
■ Inspeksi dan palpasi sinus
– Tidak mengarah kepada bengkak atau kemerahan pada bagian maxillofacial
■ C-Reactive Protein (CRP)
– Meningkat  infeksi bakteri
– indikasi: ISPA dan terapi antibiotik
■ Procalcitonin
– Identifikasi bakteri
■ Erythrocyte sedimentation rate (ESR) dan vikositas plasma
– Meningkat  Rhinosinusitis akut bakteri
– Menunjukan keparahan penyakit & indikasi terapi
Diagnosis Banding

■ ISPA disebabkan oleh virus


■ Rhinitis alergi
■ Penyakit orodontal
Terapi
Komplikasi
Prognosis

■ Prognosis baik  jika terapi tepat


■ Self limiting disease  infeksi virus
BAB III: KESIMPULAN
Kesimpulan

■ Rhinosinusitis akut merupakan masalah yang paling sering terjadi di fasilitas Kesehatan
primer.
■ Rhinosinusitis akut  rhinosinusitis akut virus dan rhinosinusitis akut pasca infeksi
virus
■ Rhinosinusitis akut disebabkan bakteri  terjadi pada saat rhinosinusitis akut pasca
infeksi virus sebagai komplikasi
■ Tatalaksna Rhinosinusitis akut sesuai dengan Care Pathway pada EPOS 2020
DAFTAR PUSTAKA
1. Fokkens W.J., Lund Valerie J., Mullol Joachim., Bachert Claus., Alobid Isam., 1. Ballenger J.J. 2003. Anatomy and Physiology of the Nose and Paranasal Sinuses.

Baroody Fuad., et al. The European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal dalam : Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery Sixteenth

Polyps 2012. Rhinology. 2012 Suppl. 23: 1-299. Edition. Hamilton: BC Decker Inc p. 547 – 560.

2. Fokkens W.J., Lund V.J. , Hopkins C., Hellings P.W., Kern R., Reitsma S., et al. 2. Mustafa M., Patawari P., Iftikhar H.M., Shimmi S.C., Hussain S.S., Sien M.M.

European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020 Rhinology. 2015. Acute and Chronic Rhinosinusitis, Pathophysiology and Treatment.

2020 Suppl. 29: 1-464. International Journal of Pharmaceutical Science Invention. Volume 4 Issue 2.

PP.30-36
3. Foden N., Burgess C., Shepherd K., and Almeyda R. A guide to the management of

acute rhnosinusitis in primary care.British Journal of General Practice, November 3. Mangunkusumo Endang & Soetjipto Damayanti,. 2011. Sinusitis. dalam : Buku

2013 p 611 – 613 Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam.

Jakarta: Badan Penerbit FKUI, hh 145 – 149.


4. Ann M. Aring, Md, and Miriam M. Chan. Current Concepts in Adult Acute

Rhinosinusitis. American Family Physician Volume 94, Number 2 July 15, 2016. P 4. Dykewicz MS. 7. Rhinitis and sinusitis. J. Allergy Clin Immunol 2003;111:S520-9.

97 – 105.
5. Ann M. Aring, Md, and Miriam M. Chan. 2011. Current Concepts in Adult Acute

5. Soetjipto Damayanti, Mangunkusumo Endang, dan Wardani Retno S. 2011. Rhinosinusitis. American Family Physician Volume 83, Number 9 May 1st, P 1057

Hidung. dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & – 1063.

Leher Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, hh 118 – 122.

6. Soetjipto Damayanti & Mangunkusumo Endang,. 2011. Sinus Paranasal. dalam :

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi

Anda mungkin juga menyukai