RP DENGAN RHINOSINUSITIS
KRONIS DI POLI THT RSUP. Dr. R. D KANDOU MANADO
Di susun oleh:
PROFESI NERS
UNIVERSITAS KLABAT
OKTOBER, 2023
DEFINISI
Rinosinusitis kronis (RSK) adalah peradangan pada mukosa hidung dan sinus
paranasal yang terjadi lebih dari 12 minggu. Rinosinusitis kronis merupakan penyakit
yang sering dijumpai pada sebagian besar populasi di dunia (Kurniasih & Ratnawati,
2019). Rinosinusitis kronik (RSK) secara umum diartikan sebagai suatu keadaan
klinis berupa peradangan persisten pada mukosa hidung dan sinus paranasal, yang
peradangan pada mukosa atau selaput lendir pada hidung dan kelumpuhan pada sinus,
kasus yang sering ditemukan ialah pada sinus maksilaris dan sinus etmoid.
Berdasarkan durasinya jika kurang dari 4 minggu disebut akut, subakut jika terjadi
selama 4 sampai 12 minggu dan kronik lebih dari 12 minggu (KS, 2022).
ETIOLOGI
yang dihasilkan dari interaksi disfungsional antara faktor lingkungan dan faktor host
berkontribusi dalam terjadinya RSK diantaranya jamur (pada kasus yang sulit
dan patogen tersebut dapat menyebabkan peradangan pada area rentan secara
anatomi. Selain itu, faktor host berupa sistem imunitas pasien juga memegang peran
hubungan antara genetik tertentu terhadap terjadinya RSK (Ismaya, 2023). Penyebab
tersering dari rinosinusitis akut adalah lanjutan dari penyakit infeksi saluran
influenza, Staphylococcus pyogenes, dan bakteri anaerob dari infeksi gigi (Indra &
Siregar, 2020).
MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa keluhan utama penderita rinosinusitis akut seperti hidung tersumbat
yang disertai dengan nyeri tekan pada daerah wajah yang di sebabkan oleh tekanan
yang di timbulkan oleh reaksi peradangan di sekitar ujung – ujung saraf didalam
rongga sinus dan ingus purulen yang mengalir ke tenggorokan (post nasal drip).
Gejala rinosinusitis lainnya adalah sakit kepala, batuk, nafas berbau, berkurangnya
telinga, demam dan biasanya menyebabkan sesak pada anak (Gultom, 2014).
PATOFISIOLGI
Rinosinusitis adalah peradangan pada selaput lendir atau membran mukosa pada
satu atau lebih sinus dan biasanya terlihat pada rinitis, terutama flu. Apa pun yang
menghalangi drainase sinus (misalnya, deviasi septum, polip atau tumor hidung,
polutan udara atau kokain yang dihirup, alergi, trauma wajah, dan infeksi gigi) dapat
ostium sinus yang menyebabkan gangguan ventilasi dan drainase sehingga oksigen
dalam rongga sinus bekurang dan bisa terjadi hipoksia (oksigen menurun, pH
meningkat, terjadi transudasi, peningkatan eksudasi serous, dan penurunan fungsi silia
besar kasus RS disebabkan karena inflamasi akibat dari infeksi virus dan rinitis alergi.
Infeksi virus yang menyerang hidung dan sinus paranasal menyebabkan udem
mukosa dengan tingkat keparahan yang berbeda. Virus penyebab tersering adalah
Oedem mukosa akan menyebabkan obstruksi ostium sinus sehingga sekresi sinus
normal akan terjebak (sinus stasis). Pada keadaan ini ventilasi dan drainase sinus
masih mungkin dapat kembali normal, baik secara spontan atau efek dari obat-obatan
yang diberikan sehingga terjadi kesembuhan. Apabila obstruksi ostium sinus tidak
segera diatasi (obstruksi total) maka dapat terjadi pertumbuhan bakteri sekunder pada
mukosa dan cairan sinus paranasal. Bakteri yang paling sering ditemukan pada RSA
Pada saat respons inflamasi terus berlanjut maka lingkungan sinus berubah
menjadi lebih anaerobik. Flora bakteri menjadi semakin banyak dengan masuknya
lingkungan bakteri ini dapat menyebabkan peningkatan organisme yang resisten dan
Pada pasien rinitis alergi, alergen menyebabkan respons inflamasi dengan memicu
rangkaian peristiwa yang berefek pelepasan mediator kimia dan mengaktifkan sel
inflamasi. Limfosit T-helper2 (Th-2) menjadi aktif dan melepaskan sejumlah sitokin
yang berefek aktifasi sel mastosit, sel B dan eosinofil. Berbagai sel ini kemudian
melanjutkan respons inflamasi dengan melepaskan lebih banyak mediator kimia yang
menyebabkan udem mukosa dan obstruksi ostium sinus (Kato et al., 2022).
disertai kerusakan silia sehingga ostium sinus semakin buntu. Mukosa yang tidak
dapat kembali normal setelah inflamasi akut dapat menyebabkan gejala persisten dan
mengarah pada rinosinusitis kronis. Bakteri yang sering dijumpai pada RSK adalah
Fusobacteria) dan bakteri yang sering dijumpai pada RSA bakterial. Komplikasi
dan gejala pasien, namun pemeriksaan lain pada kasus rumit meliputi pemeriksaan
endoskopi dan CT scan. Foto rontgen polos tidak membantu dalam melihat sinus dan
diperlukan namun mungkin berguna pada pasien yang tidak memberikan respon
sebagai berikut:
a) Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan
- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
hidung
e) Riwayat keluarga: Adalah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
f) Riwayat psikososial:
- Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat: untuk mengurangi flu biasanya
- Pola istirahat dan tidur: pasien merasa kesulitan tidur keran sering pilek
- Pola persepsi dan konsep diri: pasien sering pilek terus menerus dan
h) Pemeriksaan fisik
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data demografi
Gender : Laki-Laki
Usia : 30 tahun
Pekerjaan : kepolisian RI
Agama : Kristen
Status : Menikah
Anak :1
BB sebelum sakit : 90 kg
BB sekarang/setelah sakit : 85 kg
Sinus Surgery)
Medikasi:
Tindakan:
1. Nasofaringoskop
2. Laringoskop
3. Irigasi hidung
4. Suction
B. Analisa Data
O:
-Pt tampak bingung dan
bertanya-tanya
-Pt menunjukkan persepsi yang
salah terhadap masalah
TTV
BP: 150/85 mmHg
P: 87x/m
C. Rencana Keperawatan
At. 11.25 am
-Diberikan kesempatan
kepada pasien untuk
bertanya
(pt bertanya bagaimana
bisa terjadi
rhinosinusitis pada pt?)
At. 11.28 am
-Diberikan
reinforcement dan pt
diminta untuk
menjelaskan kembali
mengani edukasi yang
telah diberikan (pt
dapat menjelaskan
mengenai masalah
kesehatannya yaitu
rhinosinusitis walaupun
singkat namun jelas)
KESIMPULAN
Sinusitis merupakan inflamasi pada mukosa hidung dan sinus paranasal dimana
penyakit ini harus segera ditindak lanjuti karena mengakibatkan rasa tidak nyaman
yang dapat menganggu aktivitas seseorang. Masalah keperawatan yang dapat muncul
yaitu nyeri akut, ansietas, defisit pengetahuan, gangguan pola tidur, dan bersihan jalan
Kato, A., Peters, A. T., Stevens, W. W., Schleimer, R. P., Tan, B. K., &
Kern, R. C. (2022). Endotypes of chronic rhinosinusitis:
Relationships to disease phenotypes, pathogenesis, clinical findings,
and treatment approaches. Allergy: European Journal of Allergy and
Clinical Immunology, 77(3), 812–826.
https://doi.org/10.1111/all.15074.