Pembimbing:
Disusun Oleh:
1
BAB 1
PENDAHULUAN
menyebabkan terjadinya efficement atau dilatasi serviks) atau bila satu jam kemudian
tidak timbul tanda-tanda awal persalinan atau secara klinis bila ditemukan pembukaan
Ketuban pecah prematur dapat terjadi karena berbagai macam faktor. Riwayat
ketuban pecah prematur preterm merupakan faktor resiko utama terjadinya ketuban
pecah prematur preterm atau persalinan preterm pada kehamilan berikutnya. Faktor
resiko utama lainnya yang berkaitan dengan kejadian ketuban pecah prematur preterm
memiliki kesamaan dengan faktor resiko terjadinya persalinan preterm spontan dan
meliputi ukuran serviks yang pendek, perdarahan pada trimester kedua dan ketiga,
indeks massa tubuh yang rendah, status sosioekonomi yang rendah, merokok, dan
Walaupun masing-masing faktor risiko diatas berkaitan dengan kejadian ketuban pecah
prematur preterm, tidak jarang pula hal ini timbul tanpa disertai faktor risiko yang jelas
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian ibu yang
cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Diperkirakan
10.500 ibu di Indonesia meninggal saat melahirkan setiap tahunnya. Pada MDGs 2015
Angka Kematian Ibu (AKI) ditargetkan turun menjadi 102 kasus per 100.000 kelahiran
hidup. Diperkirakan setiap tahun 300.000 ibu di dunia meninggal saat melahirkan 3.
2
Berdasarkan data kementrian kesehatan RI 2014, Infeksi merupakan penyebab tertinggi
ke-4 dari 6 penyebab kematian Ibu di Indonesia. Kejadiannya terus meningkat sejak
2010 yaitu 5.8% menurun menjadi 5.5% pada 2011 namun terus meningkat pada 2012
menjadi 5.6% dan 7.3% pada 2013. Hal ini menuntut peran besar dari semua pihak,
termasuk tenaga medis untuk mengurangi angka kematian Ibu agar tidak terus
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Membrans (PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat
terjadinya efficement atau dilatasi serviks) atau bila satu jam kemudian tidak timbul
tanda-tanda awal persalinan atau secara klinis bila ditemukan pembukaan kurang
selaput ketuban dapat terjadi kapan saja, baik pada kehamilan aterm maupun
preterm 1.
Namun, apabila ketuban pecah prematur sebelum usia kehamilan 37 minggu, maka
disebut sebagai ketuban pecah prematur pada kehamilan prematur atau Preterm
diduga berkaitan dengan perubahan proses biokimiawi yang terjadi dalam kolagen
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka
kemungkinan terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi
besar.
4
2. Peristiwa KPP yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian
terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul sering kali merupakan
3. KPP sering diikuti dengan adanya tanda – tanda persalinan sehingga dapat
panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi
2.2 Etiologi
Ketuban pecah prematur dapat terjadi karena berbagai macam faktor. Secara
umum, pecahnya ketuban pada usia kehamilan aterm dapat terjadi akibat kombinasi
antara kelemahan fisiologis dari membran dan kekuatan robekan yang diakibatkan
oleh kontraksi uterus, tapi ketuban pecah prematur pada usia kehamilan preterm dapat
juga terjadi akibat berbagai macam mekanisme patologis yang dapat terjadi secara
signifikan dengan kejadian ketuban pecah prematur preterm terutama pada usia
kehamilan awal 2.
bulan akibat aktivasi sistem imun bawaan. Dalam hipotesis ini, mikroorganisme
5
matriks ekstraseluler pada membran janin menyebabkan ketuban pecah prematur
kurang bulan 5.
terjadinya ketuban pecah prematur preterm atau persalinan preterm pada kehamilan
berikutnya. Faktor resiko utama lainnya yang berkaitan dengan kejadian ketuban
persalinan preterm spontan dan meliputi ukuran serviks yang pendek, perdarahan
pada trimester kedua dan ketiga, indeks massa tubuh yang rendah, status
sosioekonomi yang rendah, merokok, dan penggunaan obat-obat yang dapat memicu
berkaitan dengan kejadian ketuban pecah prematur preterm, tidak jarang pula hal ini
timbul tanpa disertai faktor risiko yang jelas atau penyebab yang pasti 2.
Faktor gaya hidup seperti merokok, pertambahan berat badan ibu yang tidak
adekuat, dan penggunaan narkoba berperan penting pada insiden dan hasil akhir
pelahiran neonatus berberat badan lahir rendah yang merupakan faktor terkait
terjadinya ketuban pecah prematur. Faktor maternal lainnya yang terlibat meliputi
usia ibu terlalu muda atau terlalu tua, kemiskinan, bertubuh pendek, kekurangan
vitamin C, dan faktor pekerjaan, seperti berjalan atau berdiri lama, kondisi kerja yang
berat, dan jam kerja mingguan terlalu panjang. Faktor psikologis seperti depresi,
cemas, dan stress kronik telah dilaporkan terkait dengan kejadian kelahiran kurang
bulan 5.
terjadinya ketuban pecah prematur, dimana pada kondisi ini terdapat defisiensi
kolagen tipe III yang menyebabkan perubahan ukuran membran dan mengurangi
6
Gambar 2.1 Inkompetensi Serviks
Serviks inkompeten.
2.3 Epidemiologi
Prevalensi KPP berkisar antara 3-18% dari seluruh kehamilan. Saat aterm, 8-
10% wanita hamil datang dengan KPP dan 30-40% dari kasus KPP merupakan
kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan. Penelitian lain yang
7
lebih baru menduga rasio berulangnya pada kehamilan selanjutnya sampai 32%. Hal
ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko morbiditas pada ibu atau pun janin.
13%, sepsis <1% kematian ibu 1-2 kasus per 1000 kasus. Komplikasi pada plasenta
80% kasus KPP preterm akan bersalin dalam waktu kurang dari 7 hari. Risiko infeksi
meningkat baik pada ibu maupun bayi. Insiden korioamnionitis 0,5-1,5% dari seluruh
kehamilan, 3-15% pada KPP prolonged, 15-25% pada KPP preterm dan mencapai
40% pada ketuban pecah prematur dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu.
Sedangkan insiden sepsis neonatus 1 dari 500 bayi dan 2-4% pada KPP lebih daripada
24 jam 7.
2.4 Patofisiologi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan
karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan
pecah 4.
kematian sel terpogram (apoptosis) di amnion dan korion terutama disekitar robekan
selaput ketuban. Pada korioamnionitis terlihat sel yang mengalami apoptosis melekat
kematian sel. Kematian sel yang terprogram ini terjadi setelah proses degradasi
8
matriks ekstraseluler dimulai, menunjukkan bahwa apoptosis merupakan akibat dan
bukan penyebab degradasi tersebut. Namun mekanisme regulasi dari apoptosis ini
dari komponen sel dari membran fetal dan juga peningkatan dari enzim protease
tertentu. Kekuatan membran fetal adalah dari matriks ekstraselular amnion. Kolagen
interstitial terutama tipe I dan tipe III yang dihasilan dari sel mesenkim juga penting
dalam remodeling tissue dan degenerasi kolagen. MMP – 2, MMP – 3, dan MMP – 9
ditemukan dengan konsentrasi tinggi pada kehamilan dengan ketuban pecah prematur.
(TIMPs). TIMPs ini pula rendah dalam cairan amnion pada wanita dengan ketuban
9
2.5 Diagnosis
dasar mengenai riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik harus
jadi secara umum pemeriksaan ini sebaiknya dihindari kecuali pada kondisi
servisitis, prolapse tali pusat atau prolapse janin, menilai dilatasi dan penipisan
prematur. Deskripsi aliran cairan vagina khas dalam sejarah medis. Aliran cairan
ketuban dapat diamati melalui vagina tersebut. Diagnosis KPP dapat dibuat dengan
1. Pengamatan aliran yang jelas air ketuban atau akumulasi cairan di forniks
2. Pengamatan transisi dari kuning ke biru dengan kertas indikator pH karena dasar
3. Deteksi pola daun-pohon kelapa di cairan ketuban yang kering dengan metode
ultrasonografi yang dapat membantu penegakan diagnosis. Uji nitrazin, uji fern, tes
10
pewarnaan amnion, tes biokimia (plasenta Alpha mikroglobulin-1 "PAMG-1" dan
efektivitas (sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif)
Prematur
2.6 Tatalaksana
11
Gambar 2.4 Manajemen KPD Sesuai Usia Kehamilan 2
infeksi pada ibu dan janin, serta mengurangi angka kecacatan berdasarkan usia
kehamilan. Regimen antibiotik yang optimal, sampai saat ini masih belum jelas
ibu dan janin, serta mengurangi angka kecacatan berdasarkan usia kehamilan, durasi
terapi selama 7 hari wajib diberikan dengan kombinasi dari Ampisilin dan Eritromisin
bagi ibu hamil dengan usia kehamilan < 34 minggu selama manajemen ekspektasi.
12
Regimen yang digunakan pada percobaan di Eunice Kennedy Shriver National
Network adalah Ampisilin I.V. (2 gr tiap 6 jam) dan Eriromisin I.V. (250 mg tiap 6
jam) selama 48 jam diikuti Amoksilin oral (250 mg tiap 8 jam) dan Eritromisin basal
13
Gambar 2.6 Algoritme Penatalaksanaan KPD 9
14
infeksi pada usia kehamilan berapa pun. Satu paket kortikosteroid direkomendasikan
untuk ibu hamil usia kehamilan 24-34 minggu yang beresiko mengalami persalinan
2,5
preterm . Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
2.7 Komplikasi
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi di dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah prematur. Pada ibu
prematur prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum, insiden infeksi
sekunder pada ketuban pecah prematur meningkat sebanding dengan lamanya periode
laten 4.
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin
dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat 4.
15
Ketuban pecah prematur yang terjadi terlalu prematur menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan
2.8 Prognosis
Usia kehamilan
kehamilan, lebih sedikit bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi
yang lahir antara 34 dan 37 minggu mempunyai komplikasi yang tidak serius dari
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba, IBG, et al. Ketuban Pecah Dini. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
3. Asmawahyunita, Nor’aini, Y., dan Ristiati. Hubungan Berat Badan Bayi Lahir
Dengan Derajat Laserasi Jalan Lahir Pada Ibu Primipara Di RSUD Sunan Kalijaga
Demak. Jurnal Kesehatan dan Budaya – HIKMAH. 2014. Volume 5 No. 1, hal : 08-
12.Kementrian Kesehatan RI, Pusat Data dan Informasi, Situasi Kesehatan Ibu.
4. Soewarto, S. Ketuban Pecah Dini dalam Wiknjosastro, G. H., Saifuddin A.B., dan
5. Cunningham, F. G., et al. Kelahiran Kurang Bulan dalam Twickler, D. M., dan
Wendel, G. D. (Editor). Williams Obstetrics 23rd Ed. 2013. Jakarta : EGC, hal : 853-
854.
6. Khan, S. dan Khan AA. Study on Preterm Premature Rupture of Membrane with
5(8):2768-2774.
https://emedicine.medscape.com/article/261137-overview
17
8. Eskicioglu, F., dan Gur, E. B. Diagnostic Modalities in Premature Rupture of
9. POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia). 2016. Ketuban Pecah Dini.
prelabor-rupture-of-the-fetal-membranes-at-term
18