Patofisiologi
1
Dalam kondisi normal, sel sel neural crest bermigrasi ke usus dari bagian atas
(cephal) ke bagian bawah (caudal). Proses ini selesai pada minggu ke 12 kehamilan,
tetapi migrasi dari kolon midtransversal ke anus butuh waktu 4 minggu. Selama periode
akhir itulah, janin paling rentan terhadap kecacatan dalam migrasi sel neural crest. Hal
2
Kemungkinan salah satu etiologi Hirschsprung adalah adanya defek pada migrasi
sel neuroblast ini dalam jalurnya menuju usus bagian distal. Migrasi neuroblast yang
normal dapat terjadi dengan adanya kegagalan neuroblast dalam bertahan, berpoliferase,
atau berdidderensiasi pada segmen aganglionik distal. Distribusi komponen telah terjadi
pada usus yang anganglionik. Komponen tersebut adalah fibronektin, laminin, neural
cell adhesion molecule, dan faktor neurotrophic.
Sebagai tambahan, pengamatan sel otot polos pada kolon anganglionik
menunjukkan bahwa bagian tersebut tidak aktif ketika menjalani pemeriksaan
elektrofisiologi, hal ini menunjukkan adanya kelainan myogenik pada perkembangan
3
penyakit Hirschsprung. Kelainan pada sel Cajal, sel pacemaker yang menghubungkan
antara saraf enteric dan otot polos usus, juga telah dipostulat menjadi factor penting yang
berkontribusi. Terhadap tiga pleksus neuronal yang menginnervasi usus, Ketiga pleksus
neuronal yang menginnervasi usus, pleksus submukosal (Meissner), Intermuskuler
(Auerbach), dan pleksus mucosal. Ketiga pleksus ini terintegrasi dan berperan dalam
seluruh aspek fungsi usus, termasuk absorbsi, sekresi, motilitas, dan aliran darah.
Motilitas yang normal utamanya dikendalikan oleh neuron intrinsik. Ganglia ini
mengendalikan kontraksi dan relaksasi otot polos, dimana relaksasi mendominasi.
Fungsi usus telah adekuat tanpa innervasi ekstrinsik. Kendali ekstrinsik utamanya
melalui serat kolinergik dan adrenergik. Serat kolinergik ini menyebabkan kontraksi, dan
serat adrenergic menyebabkan inhibisi. Pada pasien dengan penyakit Hirschsprung, sel
ganglion tidak ditemukan sehingga kontrol intrinsik menurun, menyebabkan
peningkatan kontrol persarafan ekstrinsik. Innervasi dari sistem adrenergik diduga
mendominasi sistem kolinergik, mengakibatkan peningkatan tonus otot polos usus.
Dengan hilangnya kendali saraf intrinsik, peningkatan tonus tidak diimbangi dan
mengakibatkan ketidakseimbangan kontraktilitas otot polos, peristaltic yang tidak
terkoordinasi, dan pada akhirnya, obstruksi fungsional. Klasifikasi keadaan aganglionik
dapat dibedakan menjadi segmen sangat pendek (sekitar 2 cm dari garis mukokutan).
Segmen pendek (aganglionik sepanjang netosigmoid), segmen panjang bila aganglianik
sepanjang rectum ke udon transversum, segmen total sepanjang rektum ke sekum dan
segmen universal bila agang lionik mencakup hampir seluruh usus.
Pada tahun 1994 ditemukan dua gen yang berhubungan dengan kejadian penyakit
Hirschsprung yaitu RET (receptor tyrosin kinase) dan EDNRB (endothelin receptor B).
RET ditemukan pada 20% dari kasus penyakit Hirschsprung dan 50% dari kasus tersebut
bersifat familial, sedang EDNRB dijumpai pada 5 sampai 10% dari semua kasus
penyakit Hirschsprung. Interaksi antara EDN-3 dan EDNRB sangat penting untuk
perkembangan normal sel ganglion usus. Pentingnya interaksi EDN-3 dan EDNRB
didalam memacu perkembangan normal sel-sel krista neuralis telah dibuktikan dengan
jelas. Baik EDN-3 maupun EDNRB keduanya ditemukan pada sel mesenkim usus dan
sel neuron usus, dan ini memperkuat dugaan bahwa EDN-3 dan EDNRB dapat mengatur
regulasi antara krista neuralis dan sel mesenkim usus yang diperlukan untuk proses
migrasi normal.
Penelitian terbaru menjelaskan dasar molekuler untuk penyakit hirschsprung.
Pasien dengan penyakit hirschsprung memiliki peningkatan frekuensi mutasi pada
beberapa gen, salah satunya GDNF. Selain itu, mutasi pada gen ini juga menyebabkan
4
Periode Neonatal. Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni pengeluaran
mekonium yang terlambat, muntah hijau dan distensi abdomen. Pengeluaran
mekonium yang terlambat (lebih dari 24 jam pertama) merupakan tanda klinis yang
signifikans. Swenson mencatat angka 94% dari pengamatan terhadap 501 kasus ,
sedangkan Kartono mencatat angka 93,5% untuk waktu 24 jam dan 72,4% untuk
waktu 48 jam setelah lahir. Muntah hijau dan distensi abdomen biasanya dapat
berkurang manakala mekonium dapat dikeluarkan segera. Sedangkan enterokolitis
merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi penderita penyakit Hirschsprung
ini, yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi saat usia 2-4
minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1 minggu. Gejalanya berupa
diarrhea, distensi abdomen, feces berbau busuk dan disertai demam. Swenson
mencatat hampir 1/3 kasus Hirschsprung datang dengan manifestasi klinis
2)
Gambaran Radiologi
Hirscprung disease. Frontal abdominal radiograf ditandai dengan dilatasi usus kecil tanpa gas
di rectum
Pada pemeriksaan barium enema, segmen yang terlihat biasanya memiliki diameter
yang normal (zona transisional) namun tampak menyempit , karena terdapat pelebaran kolon
diatansnya. Retensi barium setelah pemeriksaan merupakan gambaran yang khas.
Segera dilakukan pada neonatus dengan gejala :
a. Keterlambatan pengeluaran mekonium
b. Disertai abdomen distensi
c. Muntah hijau
Tanda-tanda khas pada pemeriksaan barium enema PH, didapatkan
gambaran :
a) Segmen sempit dari sfinkter ani dengan panjang tertentu,
b) Segmen transisional yang spastik (terlihat sebagai saw-toothed outline yang
tidak beraturan)
c) Segmen yang berdilatasi
Gambar
myenteric dalam usus distal. Barium enema menunjukkan segmen menyempit dalam rektum
dan ditandai dengan dilatasi kolon sigmoid dan colon descending
Gambaran penyakit Hirschsprung dengan segmen aganglionik di bagian atas rektum pada
seorang pria muda berusia 19 tahun. AC = ascending colon, DC = descending colon. Segmen
kolon yang lain dalam batas normal.
Gambar Pemeriksaan double kontras barium enema tampak dilatasi bagian atas dari rektum
dan rectosigmoid junction yang terisi massa feses (pada anak panah).
Penyebab utama penyakit Hirschsprung pada neonatus tertundanya muntah
mekonium. Ketika penyakit hirschsprung ditegakkan secara klinis barium enema dapat
membantu menegakkan diagnosis . Setiap anak yang di duga memiliki penyakit hirschsprung
harusnya memeriksa biopsi dubur untuk menetukan ada atau tidaknya sel ganglion.
2. CT Scan
Pada orang dewasa yang menderita penyakit ini, biasanya lesi hanya terbatas pada
bagian sigmoid kolon atau rektum. Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita dewasa itu
hampir sama seperti dengan pemeriksaan yang dilakukan ke atas bayi, iaitu dengan
pemeriksaan barium enema. Dalam suatu studi, didapatkan pemeriksaan dengan CT scan juga
bermanfaat untuk menentukan letak zona transisi dari penyakit ini. Hasil gambaran CT scan
yang didapatkan juga sesuai dengan hasil pemeriksaan histopatologis pada biopsi rektum.
CT scan secara transversal pada wanita umur 31 tahun dengan HG usus melebar
karena feses colon ascendens (AC) dibandingkan usus dengan colon descendens tidak dilatasi
(DC) dengan zona transisi dari proksimal kolon descendens.
Gambar Foto CT scan dengan kontras potongan transversal tampak dilatasi bagian proksimal
rektum serta bagian rektosigmoid yang terisi massa feses.
Gambar Foto CT scan kontras potongan transversal. Tampak zona transisi dan penyempitan
di bagian distal rektum.
Achalasia
Akalasia ialah ketidakmampuan bagian distal esofagus untuk relaksasis dan
peristaltik esofagus berkurang, karena diduga terjadi inkoordinasi neuromuskuler.
Akibatnya bagian proksimal dari tempat penyempitan akan melebar dan disebut
mega-esofagus.3
10
PATOFISIOLOGI
Akalasia memiliki karakteristik tekanan tinggi pada esofagus, sfingter bawah
esofagus yang tidak dapat berelaksasi dan esofagus yang mengalami dilatasi dan tidak
memiliki peristaltik. Secara patologi, esofagus hanya menunjukkan dilatasi minimal
pada awalnya, namun lama kelamaan dapat menjadi seluas 16 cm. Secara histologis,
abnormalitas utama berupa hilangnya sel ganglion di pleksus mienterikus (pleksus
Auerbach) pada esofagus distal. Beberapa lesi neuropatik lain juga dapat
ditemukan, antara lain: a). Inflamasi atau fibrosis pleksus myenterikus pada awal
penyakit, b). Penurunan varikosa serabut saraf pleksus myenterikus, c). Degenerasi n.
Vagus, d). Perubahan di dorsal nukleus motoris n. Vagus dan f). Inklusi
intrasitoplasma yang jarang pada dorsal motor nukleus vagus dan pleksus
myenterikus. Segmen esofagus di atas sfingter esofagogaster (LES) yang panjangnya
berkisar antara 2-8 cm menyempit dan tidak mampu berelaksasi. Esofagus bagian
proksimal dari penyempitan tersebut mengalami dilatasi dan perpanjangan sehingga
akhirnya menjadi megaesofagus yang berkelok-kelok. Bentuk esofagus sangat
bergantung pada lamanya proses, bisa berbentuk botol, fusiform, sampai berbentuk
sigmoid dengan hipertrofi jaringan sirkuler dan longitudinal. Mukosa dapat
mengalami peradangan akibat rangsangan retensi makanan.
GEJALA
Gejala utama akalasia adalah disfagia, regurgitasi, rasa nyeri (chest pain) atau
tidak enak di daerah retrosternal dan penurunan berat badan. Disfagia, merupakan
gejala paling umum pada penderita akalasia, baik makanan padat ataupun cair
berakibat disfagia meskipun makanan padatlah yang paling sering dikeluhkan pasien
menimbulkan disfagia.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
A. FOTO POLOS THORAX
Pemeriksaan foto polos thorax tidak diindikasikan untuk tujuan evaluasi.
Pada pemeriksaan foto polos pada thorax didapatkan dilatasi esofagus di belakang
jantung, gelembung udara di esofagus dapat terlihat kecil atau tidak ada.
11
12
B. ESOFAGOGRAFI
Esofagografi
adalah pemeriksaan
esofagus
dengan
menggunakan
Pemeriksaan
kontras.
esofagografi
dilakukan
identifikasi terlebih dahulu, dimana disfagia pada
ini
13
14
Gambaran
akalasia pada
esofagografi
birds beak
appearance
Dilatasi esofagus dan peerlahan-lahan bagian distal menyempit
dengan gambaran paruh burung
15
16
C. MANOMETRI ESOFAGUS
Manometrik esofagus adalah pemeriksaan yang terbaik (gold standar) untuk
mendiagnosis achalasia esofagus. Guna pemeriksaan manometrik adalah untuk
menilai fungsi motorik esofagus dengan melakukan pemeriksaan tekanan di dalam
lumen dan spinchter esofagus. Pemeriksaan ini untuk memperlihatkan kelainan
motilitas secara kuantitatif maupun kualitatif. Pemeriksaan dilakukan dengan
memasukkan pipa untuk pemeriksaan manometri melalui mulut atau hidung. Hal-hal
yang dapat ditunjukkan pada pemeriksaan manometrik esofagus, antara lain:
Relaksasi spingter esofagus bawah yang tidak sempurna
Tidak ada peristaltik yang ditandai dengan tidak adanya kontraksi esofagus secara
simultan sebagai reaksi dari proses menelan.
Tanda klasik achalasia esofagus yang dapat terlihat adalah tekanan yang tinggi
pada spinchter esofagus bawah (tekanan spinchter esofagus bawah saat istirahat
lebih besar dari 45 mmHg), dan tekanan esofagus bagian proksimal dan media saat
istirahat (relaksasi) melebihi tekanan di lambung saat istirahat (relaksasi)
Teknik
pemeriksaan
manometri
esofagus
17
Gambaran
manometri
esofagus pada
pasien dengan akalasia esofagus
18
Endoskopi
tidak
sensitif
dalam
menentukan
kelainan
motilitas
utama
esofagus. Pada pasien dengan penyakit lanjut, kerongkongan menjadi lemah, melebar,
dan berbelit-belit, yang dapat dilihat pada endoskopi.
Pada pasien dengan akalasia, perubahan mukosa karena iritasi kronis dan stagnasi
makanan termasuk eritema, mukosa gembur, ulserasi, dan infeksi candida. LES ditutup
rapat dan tidak terbuka dengan insuflasi udara, namun endoskopi dapat masuk ke perut
dengan tekanan mekanik lembut. Sebaliknya, perasaan resistensi atau kekakuan di
persimpangan gastroesophageal menunjukkan diagnosis lain (misalnya, keganasan,
striktur). Jika resistensi dirasakan atau perubahan mukosa perlu diperhatikant, dan harus
dilakukan biopsi.
Pemeriksaan endoskopi direkomendasikan pada penderita achalasia esofagus, untuk
menyingkirkan kausa malignansi pada esophagogastric junction. Pada aalasia esofagus
primer, pemeriksa melihat esofagus yang berdilatasi dan mengandung sisa-sisa makanan
dan spingter esofagus tidak membuka secara spontan. Jika akalasia esofagus disebabkan
19
oleh neoplasma atau striktur fibrosis esofagus, spinchter esofagus biasanya dapat dibuka
dengan sedikit memberikan tekanan pada saat melakukan tindakan endoskopi.
Pada pemeriksaan ini, pasien dipersiapkan puasa selama 4-5 jam sebelum tindakan. Dan
pada akalasia dilakukan 5 hari sebelum pemeriksaan, pasien hanya diberi makanan cair. 6
Gambaran esofagus
normal pada
pemeriksaan endoskopi
20
E. CT SCAN
Computed tomography (CT) scanning dengan peningkatan kontras oral dapat
menunjukkan kelainan esofagus struktural yang terkait dengan akalasia, terutama
dilatasi, yang terlihat pada stadium lanjut.
Temuan CT tidak spesifik dan sensitif pada tahap awal dari akalasia. Temuan CT
harus selalu dikonfirmasi melalui studi barium swallow dengan fluoroscopi,
endoskopi pencernaan bagian atas, dan manometri kerongkongan.
Primer achalasia pada CT. Scan tidak menunjukkan bukti massa jaringan lunak di
persimpangan gastroesophageal. (Catatan barium di fundus lambung.)
Pasien telah lama achalasia primer.
21
Primer achalasia pada CT. Melebar esofagus (panah) tanpa penebalan dinding esofagus
atau adenopati mediastinum.7
22