Anda di halaman 1dari 19

CASE REPORT

SOL INTRAKRANIAL

Vega Nawangsari

1361050055

Pembimbing:

dr. Ganda Pariama Purba Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

PERIODE 27 AGUSTUS – 29 SEPTEMBER 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan

kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan case report yang berjudul

” SOL Intraakranial”. Laporan kasus ini disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik

Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Kota Bekasi.

Adapun ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis yang

tidak pernah berhenti mendoakan dan mendukung kelancaran belajar selama masa pendidikan

penulis. Penulis juga berterima kasih khususnya kepada dr. Ganda Pariama Purba Sp.S selaku

pembimbing laporan kasus penulis, yang selalu memberikan bimbingan, masukan, dan

meluruskan pembelajaran penulis sampai laporan kasus ini terselesaikan.

Penulis menyadari akan kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam laporan kasus

ini. Dengan demikian, besar harapan penulis akan saran dan masukan demi perbaikan di masa

mendatang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bekasi, 27 September 2018

Penulis
BAB I

CASE REPORT

(LAPORAN KASUS)

STATUS NEUROLOGI

A. IDENTITAS

Nama : Tn. G

Usia : 38 tahun

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Teller Bank

Pendidikan : D3

Tanggal masuk RS : 10September 2018

Jaminan : KBS

B. ANAMNESIS

Autoanamnesis

Keluhan utama : Pasien nyeri kepala hilang timbul kurang sejak 1 tahun yll
Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri kepala hebat hilang timbul disertai lemas. Nyeri
kepala sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien juga mengeluh sejak sebulan yang lalu
sering hilang keseimbangan dan terjatuh saat berjalan kaki dan seperti tidak menapak
sehingga pasien harus berpegangan suatu benda untuk menahan keseimbangan, pasien
mengatakan keluhan juga sangat mengganggu pekerjaan karena gerakan jari tangan pasien
juga mulai melambat saat mengetik komputer sehingga sering salah mengetik huruf. BAB,
BAK normal, mual +, muntah +, kejang (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak terdapat keluarga pasien yang memiliki gejala yang sama.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien sering mengonsumsi buah-buahan namun jarang mengonsumsi sayuran. Rutin


olahraga jogging 1x seminggu

Riwayat Pengobatan
Pasien pernah melakukan pengobatan dengan herbal (jamu) selama 6 bulan terakhir namun
keluhan tidak berkurang.
C. PEMERIKSAAN
1. Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis

GCS : E4M6V5

Tanda vital :

TD = 134 / 62mmHg

N = 97 x/menit

RR = 20 x/menit

Suhu = 36, 60 C

Umur klinis : sesuai


Gizi : Ideal
Kulit : sawo matang
Turgor : normal
Kel getah bening : tidak membesar
Pembuluh darah : A. Carotis palpasi kanan dan kiri normal , auskultasi
normal

2. Status Neurologi

Rangsang meningeal
Kaku kuduk : -
Brudzinski I : -
Brudzinski II : -
Kerniq : -/ -
Laseque : -/ -

Saraf Kranial
N.I : Cavum nasi : lapang/lapang
Tes penghidu : normosmia/normosmia

N.II : Visus kasar : 6/6


Lihat warna : baik
Lapang pandang : baik
Funduskopi : tidak dilakukan
N.III, IV, VI :

Sikap bola mata : Simetris

Ptosis : -/-

Strabismus : -/-

Enoftalmus : -/-

Eksoftalmus : -/-

Diplopia : -/-

Deviasi konjugae : -/-

Pergerakan bola mata: +/+

Pupil : Bulat, isokor 3mm/3mm, letak di tengah, tepi rata


Refleks cahaya : langsung: +/+
tidak langsung: +/+
Refleks akomodasi : +/+

N.V
Motorik : Buka tutup mulut : baik
Gerakan rahang : baik
Mengigit :maseter dan temporal baik
Sensorik : Rasa nyeri : baik
Rasa raba : baik
Rasa suhu : tidak dilakukan
Refleks : Refleks kornea : +/+
Refleks maseter : +/+

N.VII

Sikap wajah : Simetris kanan = kiri

Mimik : Biasa

Angkat alis : +/+

Kerut dahi : +/+

Kembung pipi : +/+

Lagoftalmus : -/-
Menyeringai : +/+

Rasa kecap 2/3 depan : normal

Chovstek : -/-

N. VIII

Nistagmus : -/-

Tes berbisik : Baik

Gesekan jari : +/+

Tes rinne : +/+

Tes weber : Tidak ada lateralisasi kanan dan kiri

Tes swabach : Swabach sama dengan pemeriksa kanan dan kiri

N. IX, X

Arkus faring : Simetris

Palatum molle : Intak

Uvula : Di tengah

Disartria :-

Disfagia :-

Disfonia :-

Refleks okulokardiak : +/+

Refleks sinus caroticus : +/+

Refleks faring :+

N. XI

Angkat bahu : normal

Menoleh : normal
N. XII

Sikap lidah : ditengah

Atrofi papil lidah :-

Fasikulasi :-

Tremor :-

Julur lidah : tidak ada deviasi

Tenaga otot lidah : Baik / Baik

N. XIII

Pemeriksaan fungsi pendengaran :

Tes Swabach : Normal, Sama dengan pemeriksa


Tes Rhinne : +
Tes Webber : Tidak terdapat lateralisasi

Pemeriksaan fungsi vestibularis :

Tes kalori : Tidak dilakukan


Past Pointing Test : +
Tes Roomberg : (+)
Disdiadokokinesis : (+)
Past Pointing Test : (-) Hipermetri
Dysmetria : (+)
Ataxia Gait : (+)
Tes Laseque: -/-

Tes laseque menyilang: -/-

Motorik

Derajat kekuatan otot : Kanan Kiri

5555 5555

5555 5555

Tonus Otot : Normotonus kanan dan kiri

Trofi otot : Eutrofi

Gerakan spontan abnormal :-

Sensibilitas :

Eksteroseptif :
Rasa Raba : Baik, simetris kanan dan kiri
Rasa Nyeri : Baik, simetris kanan dan kiri
Rasa Suhu : tidak dilakukan
Propioseptif :
Rasa Getar : simetris kanan = kiri
Rasa Gerak : simetris kanan = kiri
Rasa Sikap : simetris kanan = kiri

Fisiologis : Biceps ++/++

Triceps ++/++

KPR ++/++

APR ++/++

Patologis : Babinski -/-

Chaddock -/-

Gordon -/-

Oppenheim -/-

Schaefer -/-
Rossolimo -/-

Mendel bechtrew -/-

Hoffman trommer -/-

Klonus lutut -/-

Klonus kaki -/-

Vegetatif :
Miksi : baik
Defekasi : baik

Fungsi Luhur :

Memori : baik
Bahasa : baik
Kognitif : baik
Emosi : baik

Pemeriksaan penunjang :

Hasil Laboratorium (10/09/2018)


Elektrolit
Natrium : 139 mmol/L
Kalium : 3.5 mmol/L
Clorida : 101 mmol/L

H2TL
Leukosit : 14.9 ribu/uL
Hemoglobin : 12.8 gr/dL
Hematokrit : 41.4 %
Trombosit : 267 ribu/uL

Diabetes
GDS : 101 mg/dL
CT Scan Kepala Non Kontras

•Kortikal sulci dan gyri baik


•Tidak tampak pergeseran garis tengah
•Supratentorial, tak tampak lesi hipo/hiperdensintraparenkim pre/post kontras
•Tampak lesi hipodens di serebelum, fissura tampak prominen
•Mastoid dan sinus paranasal baik
•Tulang cranium intak
Diagnosis

SOL Intrakranial (Cerebellum)


Anamnesis :
1.Sakit kepala hebat hilang timbul disertai mual,muntah
2.Sulit berjalan ( sempoyongan, hilang keseimbangan)
3.Sering terjatuh
4.Lemas
5.Gerakan jari tangan melambat

Pemeriksaan Fisik
1. Tes Roomberg : (+)
2. Disdiadokokinesis : (+)
3. Past Pointing Test : (+) Hipermetri
4. Ataxia Gait : (+)

Pemeriksaan penunjang
CT Scan
Kesan:
Lesi hipodens di serebelum dengan fissura cerebellum yang prominen, dd/ cerebellar atrofi,
lesi iskemik

Pengobatan :

Pro rawat inap

Diet : biasa

Mm/ : RL/12 jam


R/ Simvastatin 1x20 po
Fenofibrat 1x300g po
FA 1x2 po
Mecobalamine 3x100mg po
Silum 2x10mg po
Betahistin 3x12mg po
Ondancetron 2x8 mg inj
NB 1x5000 inj
Ranitidin 2x1 inj
Dexametasone 3x1 inj
Takeline 2x500mg po

Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

-Jalan KU TSR SOL Cerebellum Terapi lanjut


17/09/2018 sempoyongan
GCS E4M6V5
- Lemas
TD120/80mmHg

N : 83x/menit

RR :18x/menit

Suhu : 36,7

18/09/2018 - Tangan KU TSS SOL Konsul


masih sulit Cerebellum Sp.KFR
digerakkan GCS E4M6V5
secara Konsul Sp.BS
TD110/700mmHg
bersamaan
(koordinasi N : 84x/menit

- RR : 18x/menit
keseimbangan
Suhu : 36,7C
saat berjalan
sudah
membaik

19/09/2018 Keluhan KU TSS Rawat Jalan


kordinasi
berkurang GCS E4M6V5 R/ Takelin
2x500
TD : 120/80
mmHg Mecobalamine
3x500
N : 82x/menit
Silum 2x10g
RR :18x/menit
Simvastatin
Suhu : 36,6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Space occupied lession (SOL) ialah lesi fisik substansial, seperti neoplasma,
perdarahan, atau granuloma, yang menempati ruang. SOL intrakranial didefinisikan sebagai
neoplasma, jinak atau ganas, primer atau sekunder, serta hematoma atau malformasi vaskular
yang terletak di dalam rongga tengkorak.Tumor intrakranial menyebabkan timbulnya
gangguan neurologik progresif.1

ETIOLOGI

• Tumor otak/lesi primer


(kista non neoplastik, kongenital, dll)
•Lesi metastatik
•Trauma
•Infeksi
•Vaskular (aneurisma, AVMs, stroke, dll.)2
•Inflamasi

MANIFESTASI KLINIS

•Manifestasi umum dari SOL adalah sakit kepala dan merupakan gejala terparah dari
sebagian pasien. Gejala dapat timbul kadang-kadang dan konstan, biasanya nyeri berdenyut-
denyut.

•Pasien sering mengeluh memiliki energi yang kurang, kelelahan, dorongan untuk lebih
sering tidur, dan kehilangan minat beraktivitas setiap hari. Pasien menjadi lambat dan
menunjukkan kurangnya spontanitas yang mirip dengan gejala depresi.3
• Tumor lobus frontal dapat menyebabkan anosmia. Dan perlu diperhatikan apabila bersifat
unilateral. Lesi dapat menimbulkan gejala seperti perubahan kepribadian. Afasia dapat
terjadi jika area Broca terlibat.

• Lesi di lobus temporal sering muncul dengan masalah psikologis yang tidak begitu jelas.
Dapat timbul depersonalisasi, perubahan emosional, dan gangguan perilaku. Epilepsi
lobus temporal - dapat terjadi halusinasi bau, rasa, bunyi dan penglihatan.

• Lesi pada lobus oksipital pada korteks visual akan menyebabkan defek bidang visual
kontralateral. Defek bidang visual dari mata atau saraf optik akan dilihat sebagai area
hitam.

• Lesi di lobus parietal dapat menimbulkan gejala hemisensori. Astereognosis adalah


ketidakmampuan mengenali objek yang sudah dikenal yang ditempatkan di tangan.

• Lesi di corpus callosum biasanya menyebabkan penurunan intelektual secara cepat


dengan tanda-tanda fokal dari lobus yang berdekatan.4

PROGNOSIS

SOL intrakranial tergantung dengan penyebabnya. Penelitian di negara-negara maju, dengan


diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan
radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun berkisar 50-60 % dan angka ketahanan hidup 10
tahun berkisar 30-40 %. Terapi SOL yang disebabkan oleh tumor intrakranial di Indonesia
secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada
beberapa rumah sakit di Jakarta.
BAB III

KESIMPULAN

1. SOL merupakan lesi yang meluas atau menempati ruang dalam otak termasuk tumor,
hematoma, dan abses. Karena cranium merupakan tempat yang kaku dan padat
dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan Intrakranial.

2. Manifestasi umum dari SOL adalah sakit kepala dan merupakan gejala yang sering
dirasakan dari sebagian pasien. Gejala dapat timbul kadang-kadang atau konstan, biasanya
nyeri berdenyut-denyut dan nyeri kepala bersifat kronik progresif.
DAFTAR PUSTAKA

1.Siska dan Zam | Space Occupying Lesion (SOL) J Medula Unila|Volume 7|Nomor
1|Januari 2017 |68 Space Occupying Lesion (SOL) Siska Karolina Simamora1 , Zam
Zanariah2 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Bagian Saraf, RSUD DR. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung

2.http://www.journalrepository.org/media/journals/JAMMR_64/2018/Apr/Naroo2632017JA
MMR38701.pdf

3. Bennett, D. Lee; El-Khoury, Georges H. (6 May 2004). "General approach to lytic bone
lesions". Appliedradiology.com. Retrieved 2016-03-03

4. Farooq, Vasim; Brugaletta, Salvatore; Serruys, Patrick W. (2011-12-01). "Contemporary


and evolving risk scoring algorithms for percutaneous coronary intervention". Heart. 97 (23):
1902–1913

Anda mungkin juga menyukai