Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

KELOMPOK 1

RIKETSIA, CLAMIDIA, STERILISASI

Dosen Pembimbing:

LISAPRADISA, S. Si, M.Pd

Disusun oleh:

GEVIE SUGESTI APRILLA

LIZA WIDYA SARI

TIWI KUMALA PUTRI

WIDYA PUTRI

ISLAMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN

STIKES PERINTIS PADANG

2019/2020
Kata Pengantar

                Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kelangsungan hidup masyarakat


Indonesia. Pemerintah pun telah mencanangkan program Indonesia sehat, demi meningkakan
kulitas dan mutu kesehatan di Indonesia. Namun masih saja banyak kendala seperti penyakit
yang menyerang masyarakat, terutama masyarakat daerah kumuh dan miskin. Banyak upaya
dan cara dilakukan untuk meberantasnya, baik dalam segi pencegahan maupun pengobatan.
Tetapi, tetap saja masih banyak terjadi kasus penyakit yang merugikan masyarakat hingga
menyebabkan kematian.

                Dalam makalah ini menjelaskan tentang “Riketsia,Clamidia,Sterilisasi” yang


sering menyerang masyarakat yang kurang menjaga kebersihan. Makalah ini menjelaskan
mengenai pengertian, penyebab, cara penyebaran, gejala-gejala,  jenis dan cara pencegahan
serta pengobatan itu sendiri.

                Namun, kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat kami gunakan sebagai
masukan untuk makalah ini. Untuk itu, atas partisipasi, saran dan kritiknya kami ucapkan
terima kasih.

Bukittinggi,24 februari 2020

Penulis,
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

1.1 riketsia..................................................................................................................................
1.2 klamidia..................................................................................................................................
1.3 sterilisasi...................................................................................................................................

BAB 3 PENUTUP

1.1 Kesimpulan...................................................................................................................
1.2 Saran.......................................................................................................................
1.3 Daftar pustaka................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Riketsia adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan

ditularkan ke manusia melalui artropoda, kecuali demam Q. Rickettsia merupakan

spesies yang dibawa oleh banyak kutu, dan menyebabkan penyakit pada manusia

seperti tipus, rickettsialpox, demam Boutonneuse, demam gigitan kutu Afrika, demam

Rocky Mountain, Australia Tick Tifus, Pulau Flinders Spotted Demam tifus dan

Queensland tick. Bakteri riketsia juga dikaitkan dengan berbagai penyakit tanaman.

Riketsia hanya tumbuh di dalam sel-sel hidup, sama seperti virus. Nama rickettsia

sering digunakan untuk setiap anggota Rickettsiales. Mereka dianggap sebagai

kerabat terdekat bakteri yang berasal dari organel mitokondria yang ada di dalam

sebagian besar sel eukariotik. Metode tumbuh Rickettsia pada embrio ayam

ditemukan oleh Ernest William Goodpasture dan rekan-rekannya di Vanderbilt

University di awal 1930-an.

Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat berkembang biak di

dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang

disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia membelah secara benary fision dalam badan

intrasitoplasma.C. trachomatis  berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang

mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu

berupa Badan Inisial. Badan Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan

Inisial. Badan elementer ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan
merupakan bentuk yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (1 um),

terletak intraselular dan tidak infeksius.

Salah satu bagian yang penting dalam mikrobiologi adalah pengetahuan tentang cara

-cara mematikan, menyingkirkan, dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Cara yang digunakan untuk menghancurkan, menghambat  pertumbuhan

mikroorganisme dan menyingkirkan mikroorganisme berbeda-beda tergantung spesies

yang dihadapi. Selain itu lingkungan dan tempat mikroba ini pun berbeda-

beda misalnya dalam darah, makanan, air, sampah, roil, dan tanah.Hal tersebut juga

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukancara untuk

menghancurkan mikroorganisme yang digunakan tergantung

pada pengetahuan, keterampilan dan tujuan dari yang melaksanakannya, sebab tiapsit

uasi yang dihadapi merupakan kenyataan-kenyataan dasar yang dapatmenuntun pada

cara atau prosedur yang harus dilakukan.Tindakan untuk membebaskan alat atau

media dari mikroba adalah dengansterilisasi. Secara umum, sterilisasi dapat dilakukan

dengan cara mekanik, fisikdan kimia. Teknik aseptis dibutuhkan untuk mencegah

ataupun mengurangikontaminasi yang tidak diinginkan.Mikroba memiliki

karakteristik serta ciri yang berbeda dalam persyaratan pertumbuhannya.

Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-

macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas maka penulis

akan mengangkat rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Penjelasan secara singkat masalah bakteri Rickettsia


2. Penjelasan secara singkat masalah bakteri Clamidia

3. Penjelasan secara singkat tentang sterilisasi

C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan Umum

untuk mengetahui dan menambah wawasan penulis jauh lebih luas mengenai bakteri

riketsia,clamidia dan tentang sterilisasi

Tujuan khusus

Untuk mengetahui struktur bentuk, gambaran klinik, penularan bakteri riccketsia.

Mencari tahu bagaimana pengobatan, bakteri dan virus tersebut.

Untuk mengetahui epidomologi, pencegahan, dan dignosis bakteri riccketsia

Untuk mengetahui etiologi clamidia

Untuk mengetahui perjalanan penyakit clamidia

Untuk mengetahui penatalaksanaan clamidia

Untuk mengetahui tentang sterilisasi


BAB 2

PEMBAHASAN

A. RIKETSIA

1. Pengertian Ricketsia

Ricketsia adalah suatu mikroorganisme yang mempunyai sifat antara bakteri atau

virus. Bentuknya pleomorfik, berbentuk coccus, coccobacillus, baccilus atau

filament; Gram negatif; ukuran; panjang antara 0,3-2,0 mikron dan tebal antara

0,3-0,5 mikron. Mempunyai dinding sel yang jelas (seperti bakteri).dapat dilihat

dengan mikroskop biasa (seperti bakteri). Ricketsia adalah parasit intra seluler

(seperti virus), untuk pembenihannya perlu sel yang masih hidup.Berkembang

biak dengan jalan membelah diri (seperti bakteri). Rickettsia spesies yang dibawa

oleh banyak kutu, tungau , dan caplak, dan menyebabkan penyakit pada manusia

seperti tipus, rickettsialpox, demam Boutonneuse, demam gigitan kutu Afrika,

melihat demam Rocky Mountain, Australia Tick Tifus, Pulau Flinders Spotted

Demam tifus dan Queensland tick. Penyakit karena ricketsia dapat diobati dengan

antibiotik. Ricketsia umumnya merupakan "parasit"pada arthropoda di mana

arthropoda sebagai host intermediate,merupakan bagian dari siklus hidupnya.

Ricketsia yang menumpang hidup pada arthropoda tidak menyebabkan matinya

arthropoda, sehingga hubungannya lebih bersifat simbiose mutualisme.

Menularnya kepada manusia melalui gigitan arthropoda atau melalui inhalasi

udara yang mengandung debu-debu feces arthropoda yang berasal dari pakaian

atau tempat tidur.Ricketsia memiliki kecenderungan untuk menyerang sel


endothelial kapiler, sehingga infeksi karena ricketsia selalu ditandai dengan

adanya ruam di kulit (bintik kemerahan di kulit) karena pecahnya pembuluh

kapiler.

2. Struktur Ricketsia

Rickettsia berasal dari Phylum : Proteobacteria,Kelas : Alpha Proteobacteria Ordo

: Rickekettsiales Famili : Rickettsiaceae Genus : Rickettsia, Gram-negatif, non-

sporeforming, bentuknya  pleomorfik yang pada umumnya berukuran 1 – 0,3

mikron dapat hadir sebagai cocci (0,1 pM diameter), batang (1-4 pM panjang)

atau benang seperti (10 pM panjang). Meskipun sangat kecil dan selalu terdapat

didalam sel, Rickettsia bukanlah termasuk virus melainkan golongan bakteri.

Rickettsia mempunyai sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat bakteri yaitu

mengandung asam nukleat yang terdiri dari RNA dan DNA , berkembang biak

dengan pembelahan biner, dinding sel mengandung mukopeptida, mempunyai

ribosom, mempunyai enzim yang aktif pada metabolisme, dihambat oleh obat-

obat anti bakteri dan dapat membentuk ATP sebagai sumber energi .Rickettsia

dapat berbentuk batang pendek, kokoid atau pleomorf (kokobasilus pleomorfik).

Rickettsia mempunyai struktur dinding sel gram negative sehingga mempermudah

untuk hidup didalam kuning telur embrio yang terdiri dari peptidoglikan yang

mengandung asam muramat dan asam diaminopimelat. Pada rickettsia, bagian

yang tumbuh berbeda-beda.

3. Infeksi Yang Disebabkan Oleh Ricketsia

Infeksi yang dapat disebabkan  akibat terinfeksi oleh bakteri pathogen Rickettsia

pada tubuh manusia yaitu :


a. Mual ( Tahap Awal )

b. Muntah ( Tahap Awal )

c. Sakit kepala ( Tahap Awal )

d. Demam ( Tahap Awal )

e. Kehilangan nafsu makan ( Tahap Awal )

f. Ruam Berbintik ( Tahap Menengah )

g. Lesi ( Merah ) ( Tahap Lanjutan )

h. Diare ( Tahap Lanjutan )

i. Rasa Sakit / Nyeri - Perut ( Tahap Lanjutan )

j. Rasa Sakit / Nyeri - Sendi ( Tahap Lanjutan )

k. Malaise

Namun untuk pembahasan lebih lanjut infeksi yang spesifik dapat

dijelaskan  berdasarkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen

Rickettsia itu sendiri , seperti :

1. Tifus Murin

Tifus Murin (Tifus Kutu Tikus, Tifus Malaya) adalah infeksi yang

ditularkan oleh tikus, yang menyebabkan demam dan ruam.Penyakit ini

tersebar di seluruh dunia, sering menyebabkan wabah, terutama di daerah

perkotaan yang padat, dimana tikus banyak ditemukan.


PENYEBAB

Rickettsia typhi. Bakteri ini hidup pada kutu tikus, mencit dan hewan

pengerat lainnya. Kutu tikus inilah yang menularkan riketsia kepada

manusia.

GEJALA

Gejala timbul dalam waktu 6-18 hari setelah terinfeksi. Biasanya gejala

awal berupa menggigil, sakit kepala dan demam. Demam berlangsung

selama 12 hari.Ruam yang sedikit menonjol dan berwarna merah muda

akan timbul setelah 4-5 hari pada 80% penderita. Pada mulanya ruam

hanya terdapat di sebagian kecil tubuh dan sulit dilihat.Setelah 4-8 hari,

ruam akan memudar secara bertahap.Gejala lainnya yang bisa ditemukan

pada penderita adalah:

a. sakit punggung

b. sakit persendian

c. mual dan muntah

d. batuk kering

e. nyeri perut.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.Pemeriksaan darah

bisa menunjukkan adanya peningkatan kadar antibodi terhadap tifus.


PENGOBATAN

Untuk meredakan infeksi dan mengatasi gejala-gejalanya, diberikan

antibiotik (tetrasiklin, doksisiklin, kloramfenikol).Tetrasiklin biasanya

tidak diberikan kepada anak-anak karena dapat mengganggu pertumbuhan

gigi.Kebanyakan penderita akan sembuh sempurna. Tetapi kematian bisa

terjadi pada penderita dengan usia lebih tua dan dengan gangguan sistem

kekebalan.

PENCEGAHAN

Hindari tempat - tempat yang banyak mengandung kutu tikus.

2. Demam Berbintik Rocky Mountain

PENYEBAB

Ricketsia ricketsii

Mikroorganisme ini khas untuk belahan bumi barat. Pertama kali

ditemukan di negara bagian Rocky Mountain, tapi juga terdapat di seluruh

Amerika, kecuali di Maine, Hawai dan Alaska. Penyakit ini biasanya

timbul pada bulan Mei-September, dimana kutu dewasa sangat aktif dan

orang-orang berada di daerah yang banyak ditemukan kutu.Di negara

bagian selatan, penyakit ini terjadi sepanjang tahun. Resiko tinggi

terinfeksi adalah anak-anak berusia dibawah 15 tahun, karena mereka

banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, di tempat dimana kutu

banyak ditemukan. Kutu yang terinfeksi menularkan riketsia kepada


kelinci, bajing, rusa, beruang, anjing dan manusia.Penyakit ini tidak

ditularkan secara langsung dari orang ke orang. Riketsia hidup dan

berkembang-biak di dalam dinding pembuluh darah. Yang sering

terinfeksi adalah pembuluh darah di kulit, dibawah kulit, di otak, jantung,

paru-paru, ginjal, hati dan limpa. Pembuluh darah bisa tersumbat oleh

bekuan darah.

GEJALA

Gejala dimulai secara tiba-tiba dalam waktu 3-12 hari setelah gigitan kutu.

Makin cepat gejala timbul, makin berat gejalanya. Terjadi sakit kepala

hebat, menggigil, kelelahan yang luar biasa (postrasi) dan nyeri

otot. Demam 39,4- 40,4°Celsius terjadi selama beberapa hari dan pada

kasus yang berat, tetap tinggi sampai selama 15-20 hari. Demam bisa

menghilang di pagi hari untuk sementara waktu. Penderita juga mengeluh

batuk kering pendek. Pada hari keempat demam, ruam muncul di

pergelangan tangan, pergelangan kaki, telapak tangan, telapak kaki dan

lengan bawah; dan dengan segera akan menyebar ke leher, muka, ketiak,

bokong dan daerah yang tertutup celana pendek. Pada mulanya ruam

tampak datar dan berwarna merah muda, tapi selanjutnya akan menonjol

dan berwarna lebih gelap. Mandi air hangat akan lebih memperjelas

adanya ruam ini. Dalam waktu 4 hari, muncul area keunguan (peteki)

karena adanya perdarahan di dalam kulit. Bila beberapa area ini menyatu,

bisa terbentuk koreng. Bila pembuluh darah otak terkena, akan timbul sakit

kepala, gelisah, sulit tidur, penurunan kesadaran dan koma. Hati bisa

membesar, peradangan hati menyebabkan sakit kuning, meskipun jarang

terjadi. Bisa terjadi peradangan saluran pernafasan (pneumonitis). Juga


bisa terjadi pneumonia, kerusakan otak dan kerusakan hati. Kadang

tekanan darah bisa menurun dan bahkan pada kasus yang berat, terjadi

kematian mendadak.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Pemeriksaan darah

menunjukkan adanya penurunan kadar trombosit dan sel darah

merah. Biopsi kulit bisa menunjukkan adanya mikroorganisme penyebab

penyakit ini.

PENGOBATAN

Segera diberikan antibiotik. Yang sering digunakan adalah doksisiklin atau

tetrasiklin, kepada wanita hamil bisa diberikan kloramfenikol. Antibiotik

telah mengurangi angka kematian dari 20% menjadi 7%. Kematian terjadi

bila pengobatan tertunda. Penderita demam yang berat sering memiliki

sirkulasi darah yang tidak memadai, yang bisa menyebabkan gagal ginjal,

anemia, pembengkakan jaringan dan koma. Juga bisa terjadi kebocoran

pada pembuluh darah yang terinfeksi. Karena itu bisa diberikan cairan

melalui infus dengan pengawasan ketat, untuk menghindari peningkatan

pengumpulan cairan di paru-paru dan otak, terutama pada stadium lanjut.

PENCEGAHAN

Tidak ada vaksin untuk demam berbintik Rocky Mountain. Sebaiknya

digunakan repelen (penolak serangga) seperti dietil-toluamid pada kulit

dan pakaian orang-orang yang bekerja di daerah dimana banyak ditemukan

kutu. Repelen ini efektif tapi kadang-kadang menyebabkan reaksi toksik,


terutama pada anak-anak. Kebersihan badan dan pencarian kutu sangat

penting untuk pencegahan. Kutu harus diambil secara hati-hati, karena

riketsia bisa ditularkan melalui darah yang keluar bila kutu tertindas

diantara jari-jari tangan. Bisa juga digunakan insektisida untuk membasmi

kutu.

3. Ehrlichioses : Demam dan Sakit Kepala karena Gigitan Kutu

Ehrlichioses adalah infeksi kutu borne yang menyebabkan demam, panas

dingin, sakit kepala, dan perasaan sakit umum (malaise). Gejala-gejala ini

terjadi tiba-tiba.

PENYEBAB

Bakteri Ehrlichia, seperti Rickettsiae, dapat hidup hanya di dalam sel

hewan atau manusia. Meskipun begitu, tidak seperti Rickettsiae, bakteri

Ehrlichia mendiami sel darah putih (seperti granulosit dan monosit).

Spesies lain mendiami jenis lain pada sel darah putih. Erchilioses sangat

sering terjadi di daerah Amerika Serikat Selatan dan Tengah Selatan.

Mereka juga terjadi di Eropa. Mereka lebih sering terjadi di antara musim

semi dan akhir musim gugur, pada waktu kutu paling aktif. Infeksi

menyebar ke orang melalui gigitan kutu, kadangkala dihasilkan dari

kontak dengan hewan yang membawa kutu anjing coklat atau kutu rusa.

GEJALA

Gejala-gejala biasanya dimulai 1 sampai 3 minggu setelah gigitan kutu.

Gejala-gejala awal adalah demam. Panas dingin, sakit kepala berat, sakit
badan, dan malaise. Sebagaimana kemajuan infeksi, gejala-gejala bisa

terbentuk :

a. Muntah

b. Diare

c. Kejang

d. Pusing

e. Koma

f. Batuk

g. Kesulitan bernafas

Ruam kulit kurang umum dibandingkan infeksi Rickettsial. Kematian tidak sering

terjadi tetapi bisa terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang dilemahkan atau

mereka yang kulitnya tidak segera diobati dengan cukup.

DIAGNOSA

Dokter melakukan pemeriksaan darah, yang bisa mendeteksi jumlah sel darah putih

rendah, jumlah platelet rendah (thrombocytopenia), dan kelainan penggumpalan

darah. Tetapi hal ini ditemukan terjadi pada banyak gangguan lainnya. Pemeriksaan

darah untuk memeriksa antibodi terhadap bakteri ini kemungkinan sangat membantu,

tetapi hasilnya biasanya tidak positif sampai beberapa minggu setelah sakit tersebut

dimulai. Tes Reaksi rantai polymerase (PCR) kemungkinan lebih berguna. Hal itu

meningkatkan jumlah DNA bakteri dan dengan demikian membuat bakteri lebih

mudah dikenali. Kadangkala sel darah putih mengandung bercak berkarakter


(morulae) yang bisa dilihat di bawah mikroskop. Kehadiran morulae memastikan

diagnosa pada ehrlichiosis.

PENGOBATAN

Jika orang yang telah terkena kutu yang terinfeksi mengalami gejala-gejala khusus,

pengobatan biasanya dimulai berdasarkan gejala-gejala orang tersebut sebelum hasil

pemeriksaan laboratorium tersedia. Doxycycline, chloramphenicol, dan tetrasiklin

semuanya efektif. Ketika pengobatan dimulai lebih awal, kebanyakan orang segera

bereaksi dan sembuh. Penundaan pada pengobatan bisa menyebabkan komplikasi

serius, termasuk kematian pada 2 sampai 5% penderita.

Infeksi Riketsia Yang Lainnya

Penyakit Penyebab Daerah Gambaran penyakit

Masa inkubasi 7-14

hari

Onset terjadi secara

tiba-tiba

Demam, sakit kepala,

Tifus Rickettsia prowazekii, ditularkan kelelahan


Seluruh dunia
Epidemik tuma Ruam muncul hari ke4-

ke6

Jika tidak diobati, bisa

berakibat fatal,

terutama pada penderita

diatas 50 tahun
Masa inkubasi 6-21

hari

Onset terjadi secara

Tifus Rickettsia tsutsugamushi,Asia Pasifik, Jepang,tiba-tiba

Belukar ditularkan tungau India, Australia, Tailan Demam, menggigil,

sakit kepala

Ruam muncul hari ke5-

ke8

Menyerupai Demam

Berbintik Rocky

Ehrlichia canis, ditularkan kutu Mountain, tapi tanpa


Erlikiosis Seluruh dunia
anjing coklat ruam

Jika tidak diobati, bisa

berakibat fatal

1 minggu sebelum

demam, muncul koreng

Pertama kali ditemukandi kulit

di New York, jugaDemam hilang timbul

Cacar ditemukan di daerahselama1 minggu


Rickettsia akari, ditularkan tuma
Riketsia lainnya di Amerika & didisertai menggigil,

Rusia, Korea sertakeringat berlebih, sakit

Afrika kepala, sensitif thd

sinar matahari, nyeri

otot
Masa inkubasi 9-28

hari

Coxiella burnetii (Rickettsia Onset terjadi secara

burnetii), penularan melalui tiba-tiba

Demam Q cipratan ludah yg mengandungSeluruh dunia Demam, sakit kepala

riketsia atau melalui susu yang hebat, menggigil,

terinfeksi lemah, nyeri otot, nyeri

dada, pneumonitis,

tanpa ruam

Masa inkubasi 14-30

hari

Onset terjadi secara


Demam Bartonella quintana, ditularkanMeksiko, Tunisia,
tiba-tiba
Parit tuma Eritrea, Polandia, Rusia
Demam, lemah, pusing,

sakit kepala, sakit

punggung, sakit tungkai

PENYAKIT RIKETSIA

Penyakit riketsia (Rickettsia) adalah infeksi yang disebabkan oleh kelompok bakteri gram

negatif dari golongan Rickettsiae, Ehrlichia, Orientia, dan Coxiella. Nama Rickettsia diambil

dari seorang peneliti dan juga ahli patologi Amerika, Howard Taylor Ricketts. Beliau

akhirnya wafat karena terkena penyakit turunan tifus yang sedang ditelitinya. Meskipun

namanya serupa dengan kelainan karena kekurangan vitamin D, yaitu rickets,

bakteri Rickettsia bukanlah penyebabnya. Penyakit ini bersifat endemik hampir di seluruh


dunia, termasuk Indonesia. Endemik berarti keadaan suatu masalah kesehatan (umumnya

penyakit) yang frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.

4. Mekanisme Pertahanan Tubuh

a. Mekanisme Pertahanan Tubuh Ekstraseluler

Respons imun terhadap bakteri ekstraseluler bertujuan untuk menetralkan efek

toksin dan mengeliminasi bakteri. Respons imun alamiah terutama melalui

fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida

dalam dinding bakteri Gram negatif dapat mengaktivasi komplemen jalur

alternatif tanpa adanya antibodi. Hasil aktivasi ini adalah C3b yang mempunyai

efek opsonisasi, lisis bakteri melalui serangan kompleks membran dan respons

inflamasi akibat pengumpulan serta aktivasi leukosit. Endotoksin juga

merangsang makrofag dan sel lain seperti endotel vaskular untuk memproduksi

sitokin seperti TNF, IL-1, IL-6 dan IL-8. Sitokin akan menginduksi adesi

neutrofil dan monosit pada endotel vaskular pada tempat infeksi, diikuti dengan

migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel inflamasi. Kerusakan jaringan yang

terjadi adalah akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk eliminasi bakteri.

Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein fase akut.

1) Netralisasi toksin

Infeksi bakteri Gram negatif dapat menyebabkan pengeluaran endotoksin yang

akan menstimulasi makrofag. Stimulasi yang berlebihan terhadap makrofag

akan menghasilkan sejumlah sitokin seperti IL-1, IL-6 dan TNF. Proses ini

akan memacu terjadinya reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan sel,

hipotensi, aktivasi sistem koagulasi, gagal organ multipel dan berakhir dengan
kematian. Antibodi yang mengandung reseptor sitokin dan antagonisnya,

berperan dalam menghilangkan sejumlah sitokin dalam sirkulasi dan

mencegah sitokin berikatan pada sel target.

Antibodi yang beredar dalam sirkulasi akan menetralisasi molekul

antifagositik dan eksotoksin lainnya yang diproduksi bakteri. Mekanisme

netralisasi antibodi terhadap bakteri terjadi melalui dua cara. Pertama, melalui

kombinasi antibodi di dekat lokasi biologi aktif infeksi yaitu secara langsung

menghambat reaksi toksin dengan sel target. Kedua, melalui kombinasi

antibodi yang terletak jauh dari lokasi biologi aktif infeksi yaitu dengan

mengubah konformasi alosterik toksin agar tidak dapat bereaksi dengan sel

target. Dengan ikatan kompleks bersama antibodi, toksin tidak dapat berdifusi

sehingga rawan terhadap fagositosis, terutama bila ukuran kompleks

membesar karena deposisi komplemen pada permukaan bakteri akan semakin

bertambah.

2) Opsonisasi

Opsonisasi adalah pelapisan antigen oleh antibodi, komplemen,

fibronektin, yang berfungsi untuk memudahkan fagositosis. Opsonisasi

ada dua yaitu opsonisasi yang tidak tergantung antibodi dan yang

ditingkatkan oleh antibodi.

Pada opsonisasi yang tidak tergantung antibodi, protein pengikat manose

dapat terikat pada manose terminal pada permukaan bakteri, dan akan

mengaktifkan C1r dan C1s serta berikatan dengan C1q. Proses tersebut
akan mengaktivasi komplemen pada jalur klasik yang dapat berperan

sebagai opsonin dan memperantarai fagositosis. Lipopolisakarida (LPS)

merupakan endotoksin yang penting pada bakteri Gram negatif. Sel ini

dapat dikenal oleh tiga kelas molekul reseptor. Sedangkan opsonisasi yang

ditingkatkan oleh antibodi adalah bakteri yang resisten terhadap proses

fagositosis akan tertarik pada sel PMN dan makrofag bila telah

diopsonisasi oleh antibodi.

Dalam opsonisasi terdapat sinergisme antara antibodi dan komplemen

yang diperantarai oleh reseptor yang mempunyai afinitas kuat untuk IgG

dan C3b pada permukaan fagosit, sehingga meningkatkan pengikatan di

fagosit. Efek augmentasi dari komplemen berasal dari molekul IgG yang

dapat mengikat banyak molekul C3b, sehingga meningkatkan jumlah

hubungan ke makrofag (bonus effect of multivalency). Meskipun IgM

tidak terikat secara spesifik pada makrofag, namun merangsang adesi

melalui pengikatan komplemen.

Antibodi akan menginisiasi aksi berantai komplemen sehingga lisozim

serum dapat masuk ke dalam lapisan peptidoglikan bakteri dan

menyebabkan kematian sel. Aktivasi komplemen melalui penggabungan

dengan antibodi dan bakteri juga menghasilkan anfilaktoksin C3a dan C5a

yang berujung pada transudasi luas dari komponen serum, termasuk

antibodi yang lebih banyak, dan juga faktor kemotaktik terhadap  neutrofil

untuk membantu fagositosis.

Sel PMN merupakan fagosit yang predominan dalam sirkulasi dan selalu

tiba di lokasi infeksi lebih cepat dari sel lain, karena sel PMN tertarik oleh
sinyal kemotaktik yang dikeluarkan oleh bakteri, sel PMN lain,

komplemen atau makrofag lain, yang lebih dahulu tiba di tempat infeksi.

Sel PMN sangat peka terhadap semua faktor kemotaktik.

Sel PMN yang telah mengalami kemotaktik selanjutnya akan melakukan

adesi pada dinding sel bakteri, endotel maupun jaringan yang terinfeksi.

Kemampuan adesi PMN pada permukaan sel bakteri akan bertambah kuat

karena sinyal yang terbentuk pada proses adesi ini akan merangsang

ekspresi Fc dan komplemen pada permukaan sel. Sel PMN juga akan

melakukan proses diapedesis agar dapat menjangkau bakteri yang telah

menginfeksi.

Proses penelanan bakteri oleh fagosit diawali dengan pembentukan

tonjolan pseudopodia yang berbentuk kantong fagosom untuk

mengelilingi bakteri, sehingga bakteri akan terperangkap di dalamnya,

selanjutnya partikel granular di dalam fagosom akan mengeluarkan

berbagai enzim dan protein untuk merusak dan menghancurkan bakteri

tersebut.

Mekanisme pemusnahan bakteri oleh enzim ini dapat melalui proses

oksidasi maupun nonoksidasi, tergantung pada jenis bakteri dan status

metabolik pada saat itu. Oksidasi dapat berlangsung dengan atau tanpa

mieloperoksidase. Proses oksidasi dengan mieloperoksidase terjadi

melalui ikatan H2O2 dengan Fe yang terdapat pada mieloperoksidase.

Proses ini menghasilkan komplek enzim-subtrat dengan daya oksidasi

tinggi dan sangat toksik terhadap bakteri, yaitu asam hipoklorat (HOCl).
Proses oksidasi tanpa mieloperoksidase berdasarkan ikatan H2O2 dengan

superoksida dan radikal hidroksil namun daya oksidasinya rendah. Proses

nonoksidasi berlangsung dengan perantaraan berbagai protein dalam

fagosom yaitu flavoprotein, sitokrom-b, laktoferin, lisozim, kaptensin G

dan difensin. Pada proses pemusnahan bakteri, pH dalam sel fagosit dapat

menjadi alkalis. Hal ini terjadi karena protein yang bermuatan positif

dalam pH yang alkalis bersifat sangat toksik dan dapat merusak lapisan

lemak dinding bakteri Gram negatif. Selain itu, bakteri juga dapat

terbunuh pada saat pH dalam fagosom menjadi asam karena aktivitas

lisozim. Melalui proses ini PMN memproduksi antibakteri yang dapat

berperan sebagai antibiotika alami (natural antibiotics).

3) Sistem imun sekretori

Permukaan mukosa usus mempunyai mekanisme pertahanan spesifik

antigen dan nonspesifik. Mekanisme nonspesifik terdiri dari peptida

antimikrobial yang diproduksi oleh neutrofil, makrofag dan epitel mukosa.

Peptida ini akan menyebabkan lisis bakteri melalui disrupsi pada

permukaan membran. Imunitas spesifik diperantarai oleh IgA sekretori

dan IgM, dengan dominasi IgA1 pada usus bagian awal dan IgA2 pada

usus besar. Antibodi IgA mempunyai fungsi proteksi dengan cara melapisi

(coating) virus dan bakteri dan mencegah adesi pada sel epitel di

membran mukosa. Reseptor Fc dari kelas Ig ini mempunyai afinitas tinggi

terhadap neutrofil dan makrofag dalam proses fagositosis. Apabila agen

infeksi berhasil melewati barier IgA, maka lini pertahanan berikutnya

adalah IgE. Adanya kontak antigen dengan IgE akan menyebabkan

pelepasan mediator yang menarik agen respons imun dan menghasilkan


reaksi inflamasi akut. Adanya peningkatan permeabilitas vaskular yang

disebabkan oleh histamin akan menyebabkan transudasi IgG dan

komplemen, sedangkan faktor kemotaktik terhadap neutrofil dan eosinofil

akan menarik sel efektor yang diperlukan untuk mengatasi organisme

penyebab infeksi yang telah dilapisi oleh IgG spesifik dan C3b. Penyatuan

kompleks antibodi-komplemen pada makrofag akan menghasilkan faktor

yang memperkuat permeabilitas vaskular dan proses kemotaktik .

Apabila organisme yang diopsonisasi terlalu besar untuk difagosit, maka

fagosit dapat mengatasi organisme tersebut melalui mekanisme

ekstraseluler, yaitu Antibody-Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC).

b. Mekanisme Pertahanan Tubuh intraseluler

Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu bakteri intraseluler fakultatif

dan obligat. Bakteri intraseluler fakultatif adalah bakteri yang mudah

difagositosis tetapi tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis. Bakteri

intraseluler obligat adalah bakteri yang hanya dapat hidup dan berkembang

biak di dalam sel hospes. Hal ini dapat terjadi karena bakteri tidak dapat

dijangkau oleh antibodi dalam sirkulasi, sehingga mekanisme respons imun

terhadap bakteri intraseluler juga berbeda dibandingkan dengan bakteri

ekstraseluler. Beberapa jenis bakteri seperti basil tuberkel dan leprosi, dan

organisme Listeria dan Brucella menghindari perlawanan sistem imun

dengan cara hidup intraseluler dalam makrofag, biasanya fagosit

mononuklear, karena sel tersebut mempunyai mobilitas tinggi dalam tubuh.

Masuknya bakteri dimulai dengan ambilan fagosit setelah bakteri mengalami

opsonisasi. Namun setelah di dalam makrofag, bakteri tersebut melakukan


perubahan mekanisme pertahanan.Bakteri intraseluler memiliki kemampuan

mempertahankan diri melalui tiga mekanisme, yaitu 1) hambatan fusi

lisosom pada vakuola yang berisi bakteri, 2) lipid mikobakterial seperti

lipoarabinomanan menghalangi pembentukan ROI (reactive oxygen

intermediate) seperti anion superoksida, radikal hidroksil dan hidrogen

peroksida dan terjadinya respiratory burst, 3) menghindari perangkap

fagosom dengan menggunakan lisin sehingga tetap hidup bebas dalam

sitoplasma makrofag dan terbebas dari proses pemusnahan selanjutnya.

5. Pemberantasan

Pembrantasan dapat dilakukan dengan cara dengan memutuskan rantai infeksi,

menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri, dan imunisasi.

a. Memutuskan Mata Ranta

1. Typus Endemik         : Menghilangkan tuma dengan insektisida

2. Typus Murine           : Dengan bangunan yang tahan tikus dan penggunaan

racun tikus

3. Sclub typus                : Pembersihan sekitar perkemahan tempat tumbuh-

tumbuhan dimana tikus dan tungau hidup.

4. Demam berbercak    : Pembersihan tanah yang mengandung organisme ini,

pencegahan perorangan : memakai kaos kaki yang menutupi celah untuk

mengusir sengkenit yang melekat.

5. Riketsiapox                : Membrantas Hewan Pengerat


b. Menjaga Kebersihan Lingkungan Dan Diri

1. Menjaga kebersihan baik dari lingkungan maupun diri sendiri, misalnya

jangan membiarkan banyak pakaian kotor yang tergantung di kamar karena

dapat ijadikan sarang kutu, lalu menggunakan obat gosok untuk mencegah

gigitan arthopoda.

c. Imunisasi

Imunisasi aktif dapat dilakukan dengan memakai antigen yang diberi formalin,

yang dibuat dari kantong kuning telur embrio ayam yang terinfeksi atau dari

biakan sel. Vaksin seperti ini tersedia untuk tifus epidemic (R prowazekii), Rocky

Mountain spotted fever (R ricketsii) dan demam Q (C Burnetti). Vaksin Coxialla

(fase 1 yang diberi formalin) telah digunakan pada pekerja di tempat pemotongan

hewan di Australia. Namun vaksi yang diproduksi secara komersial belum tersedia

di Amerika Serikat pada tahun 1989. Suspense riketsia inaktif yang tumbuh dalam

biakan sel sedang dipelajari sebagai vaksin. Suatu vaksin hidup (strain E) terhadap

virus epidemic bersifat efektif dan dipakai untuk percobaan tetapi dapat

menimbulkan penyakit ringan yang dapat sembuh sendiri.

B. KLAMIDIA

Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat berkembang biak di

dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang

disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia membelah secara benary fision dalam badan

intrasitoplasma.C. trachomatis  berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang

mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu

berupa Badan Inisial. Badan Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan
Inisial. Badan elementer ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan

merupakan bentuk yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (1 um),

terletak intraselular dan tidak infeksius.

Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya. C.

trachomatis peka terhadap sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah serovarnya

adalah 15.

Klasifikasi Ilmiah dari Chlamydia trachomatis adalah sebagai berikut:

1. Ordo : Chlamydiales

2. Famili : Chlamydiaceae

3. Genus : Chlamydia

4. Spesies : Chlamydia trachomatis

Secara singkat, perkembangan C.trachomatis adalah sebagai berikut:

Klamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan menjadi 3 spesies :

a. Chlamydia psittaci, penyebab psittacosis


b. Trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma, infeksi alat

kelamin, Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan serotipe lain

yang menyebabkan Lymphogranuloma venereum

c. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk pneumonia

dan  merupakan penyebab penyakit arteri koroner.

Chlamydia adalah infeksi PMS (penyakit menular seksual) yang sangat

umum. Infeksi ini dapat diobati dengan mudah tapi jika tidak ditangani

dapat menyebabkan masalah kesehatan dan kesuburan. Klamidia

disebabkan oleh bakteri yang berkembang biak di selaput lendir dari alat

kelamin. Hal ini dapat menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur

dan leher rahim. Ketika infeksi terjadi pada anus,  pasien biasanya tidak

merasakan gejala meskipun mungkin merasa tidak nyaman. Kadang-

kadang ada lendir, iritasi, gatal dan nyeri. Infeksi Chlamyidia di

tenggorokan juga mungkin tidak memberikan gejala apapun. Jika mata

Anda terinfeksi, bakteri dapat menyebabkan iritasi dan keluarnya cairan

dari salah satu atau kedua mata Anda (konjunktivitis). 

Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh

bakteri chlamydia trachomatis (klamidia trakomatis). Klamidia, sering

menyebabkan apa yang dinamakan uretritis non spesifik yakni radang

saluran kemih yang tidak spesifik, yang dikenal merupakan salah satu

infeksi/penyakit, akibat dari hubungan seksual yang terjadi pada pria.

Sedangkan pada wanita klamidia lebih sering menyebabkan cervicitis

(serviksitis), yaitu infeksi leher rahim, dan penyakit peradangan pelvis

(pinggul/panggul), bahkan menyebabkan infertilitas. 


Chlamydia trachomatis yang terutama menyerang leher rahim. Biasanya

menyerang saluran kencing atau organ-organ reproduksi. Pada wanita,

menyebabkan infeksi di mulut rahim, sedangkan pada pria,

menyebabkan infeksi di urethra ( bagian dalam penis ). Sebanyak 75

persen penderitanya, tidak mendapatkan gejala penyakit ini. Kalaupun

muncul gejala, pada wanita, hanya berupa keputihan. Penyakit menular

seksual ( PMS ) yang satu ini, dapat menular atau ditularkan

pasangan. Masa inkubasi : 7 sampai 12 hari.


A. ETIOLOGI (PENYEBAB)

1. Penyebab penyakit

Chlamydia trachomatis, imunotipe D sampai dengan K, ditemukan pada 35 – 50

% dari kasus uretritis non gonokokus di AS.

2. Jenis penyakit , penyebaran , dan penularan

Infeksi pada Pria

a. Uretritis

Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi chlamydia. Masa inkubasi

untuk uretritis yang disebabkan oleh C. trachomatis bervariasi dari sekitar 1 – 3

minggu. Pasien dengan chlamydia, uretritis mengeluh adanya duh tubuh yang jernih

dan nyeri pada waktu buang air kecil (dysuria). Infeksi uretra oleh karena chlamydia

ini dapat juga terjadi asimtomatik.

Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pewarnaan Gram

atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada

pembesaran 1000 x merupakan indikasi uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25%

pria yang menderita gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena chlamydia

tidak diobati sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan

epididimitis dan mungkin prostatitis.

b. Proktitis

Trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria homoseks. Keluhan

penderita ringan dimana dapat ditemukan cairan mukus dari rektum dan tanda-tanda

iritasi, berupa nyeri pada rektum dan perdarahan


c. Epididimitis

Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi dari uretra atau dari

aspirasi epididimis. Dari hasil penelitian terakhir mengatakan bahwa C.

trachomatis merupakan penyebab utama epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun

(sekitar 70 -90%).  Secara klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan

pembengkakan scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan dengan chlamydial

uretritis, walaupun uretritisnya asimptomatik.

d. Prostatitis

Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan gonore atau

uretritis non gonore. InfeksiC. trachomatis pada prostat dan epididimis pada

umumnya merupakan penyebab infertilitas pada pria.

e. Sindroma Reiter

Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis dan konjungtivitis,

yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C. trachomatis. Hal ini disokong dengan

ditemukannya “Badan Elementer” dari C. trachomatis  pada sendi penderita dengan

menggunakan teknik Direct Immunofluerescence.

Infeksi pada Wanita Sekitar setengah dari wanita dengan infeksi C. trachomatis  di

daerah genital ditandai dengan bertambahnya duh tubuh vagina dan atau nyeri pada

waktu buang air kecil, sedangkan yang lainnya tidak ada keluhan yang jelas. Pada

penyelidikan pada wanita usia reproduktif yang datang ke klinik dengan gejala-gejala

infeksi traktus urinarius 10 % ditemukan carier C. trachomatis.

Faktor resiko infeksi C. trachomatis pada wanita adalah :


1) Usia muda, kurang dari 25 tahun

2) Mitra seksual dengan uretritis

3) Multi mitra seksual

4) Swab endoserviks yang menimbulkan perdarahan

5) Adanya sekret endoserviks yang mukopurulen

6) Memakai kontrasepsi “non barier” atau tanpa kontrasepsi

f. Servisitis

Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks. Tidak ada gejala-

gejala yang khas membedakan servisitis karena C. trachomatis dan servisitis karena

organisme lain. Pada pemeriksaan dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan serviks

yang ektopi.

Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi serviks, prevalerisi

servisitis yang disebabkan C. trachomatis  lebih banyak ditemukan pada penderita

yang menunjukkan ektopi serviks dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan

kontrasepsi oral dapat menambah resiko infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks,

oleh karena kontrasepsi oral dapat menyebabkan ektopi serviks.

g.  Endometritis

Servisitis oleh karena infeksi C. trachomatis dapat meluas ke endometrium sehingga

terjadi endometritis. Tanda dari endometritis antara lain menorrhagia dan nyeri

panggul yang ringan. Pada pemeriksaan laboratorium, chlamydia dapat ditemukan

pada aspirat endometrium.


h.  Salfingitis (PID)

Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden sehingga infeksi

sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba (terjadi tuba scarring). Hal ini

dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik. Wanita dengan PID, lebih

separuh disebabkan oleh chlamydia, umumnya mengeluh rasa tidak enak terus di

perut bawah. Itu lantaran infeksi menyebar ke rahim, saluran telur, indung telur,

bahkan sampai ke leher rahim juga.

i.  Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)

Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui endometrium ke tuba dan

kemudian parakolikal menuju ke diafragma kanan. Beberapa dari penyebaran ini

menyerang permukaan anterior liver dan peritoneum yang berdekan sehingga

menimbulkan perihepatitis. Parenchym hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati

biasanya normal. 

1. Gejala

Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada

penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri.

Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik

sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi

pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua

selangkangan. Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak

diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar

getah bening tersebut.Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan

kemerahan, lalu akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut


atau kambuh kembali. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit

kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan

infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat

penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening

bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan.

Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang

selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.

B. PATOFISIOLOGI

1. Agent

Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini dapat

ditularkan dari satu orang ke orang lain selama hubungan seks. Klamidia juga

dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya selama kelahiran vagina.

Bayi yang tertulari akan mengalami peradangan paru (pneumonia) atau mata

(konjunktivitis). 

C. Host
Host adalah manusia atau makhluk hidup lainnya termasuk burung dan arthropoda

yang menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit.Host penyakit

klamidia adalah anak usia muda(remaja) yang bisa menyerang laki-laki ataupun pada

perempuan yang kebiasaan hidup atau kehidupan sosialnya selalu berganti-ganti

pasangan yang dapat menyebabkan tertularnya penyakit kelamin tersebut.sehingga

agent bertahan hidup pada host yang rentan tertular penyakit tersebut. 

D. Environtment

Lingkungan social sangat berpengaruh pada terjadinya penyakit klamidia, perubahan

demografik seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi, pergerakan

masyarakat yang meningkat akibat perkerjaan ataupun pariwisata dan kemajuan sosial

ekonomi. Akibat perubahan-perubahan demografik tersebut maka terjadi pergeseran

pada nilai moral dan agama pada masyarakat.selain itu,budaya juga dapat

berpengaruh pada terjadinya penularan penyakit kelamin. Salah satu budaya bebas

yang salah dianut dan salah diartikan adalah budaya seks bebas. 

D. Transmisi penyakit klamidia

Klamidia merupakan salah satu jenis penyakit yang ditimbulkan akibat perilaku seks

bebas sehingga penularannya sangat mudah untuk dilakukan lewat hubungan seksual

Seperti vagina,oral dan anal.

Penyakit klamidia tidak memandang gender, penyakit klamidia ini bisa menyerang

pria juga wanita. penyakit klamidia bisa menyebabkan gangguan pada saluran air

seni, leher rahim, jalur pelepasan dubur, tenggorokan, dan mata. Penyakit klamidia

akan menunjukkan reaksinya sekitar 2-14 hari setelah terinfeksi. Pada wanita reaksi

yang umum terjadi adalah kejang pada perut bagian bawah, perubahan jadwal haid,
juga sakit saau buang air kceil. Penderita bisa mengidap penyakit ini selama berbulan-

bulan bahkan tahunan tanpa pernah tahu mengidap penyakit berbahaya ini. Penyakit

ini bisa menyerang baik laki-laki maupun perempuan semua usia, terutama dewasa

muda.

E. Riwayat alamiah penyakit

1. Masa inkubasi dan klinis

Masa inkubasi adalah dimana periode waktu yang dimulai dari invasi bakteri

kedalam tubuh sampai saat ketika gejala pertama timbul. Masa inkubasi Klamidia

adalah 7-12 hari.Masa klinis klamidia sampai muncul gejala adalah 1-3 minggu

lebih lama daripada gonore.sekitar 25% pria dan sebagian besar wanita tidak

mengalami gejala dini karena infeksi klamidia banyak yang menjadi carrier

asimtomatik penyakit klamidia.Carier asimtomatik artinya dalam banyak kasus

infeksi tidak menunjukkan jenis manifestasi, juga dikenal sebagai penyakit

‘diam’. Misalnya Jika 100 orang yang didiagnosis dengan infeksi, bisa jadi 50

dari mereka akan memiliki gejala. Dan jika kita mempertimbangkan 100

perempuan yang memiliki klamidia, maka sekitar 70 atau 80 dari mereka yang

paling mungkin untuk melaporkan gejala apapun. Infeksi mempengaruhi baik pria

maupun wanita dari segala usia. Namun, perempuan muda menyumbang

kelompok yang paling mungkin untuk terjangkit penyakit ini. Bakteri klamidia

trachomatis diketahui menjadi penyebab yang memicu infeksi ini. Infeksi tidak

menimbulkan banyak tantangan dalam pengobatan, tetapi untuk itu harus

mendapatkan terdeteksi pada waktu yang tepat.

2. Masa laten dan periode infeks


Masa laten penyakit ini timbul 2-14 hari setelah terinfeksi. Jika sudah demikian

penderita bisa mengidap penyakit ini selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-

tahun tanpa mengetahuinya.

Periode infeksi biasanya antara 4-28 hari setelah berhubungan intim dengan

penderita,seorang pria akan mengalami panas pada alat kelaminnya saat

berkemih.biasanya akan keluar nanah dari penis,nanahnya bisa agak jernih atau

keruh, tetapi lebih encer daripada gonore.

a. Pada pria, uretritis ditandai oleh sekret yang jumlahnya sedikit, berair

(kemudian mukus) dari uretra. Gejala lain adalah nyeri dan disuria. Pada

wanita, ada disuria, polakisuria dan leukorea ringan. Servisitis adalah hal yang

relatif sering ditemui. Hal ini bermanifestasi sebagai sekret mukopurulen dan

edema atau kecenderungan perdarahan orifisium uteri.  

b. Pada wanita, infeksi klamidia yang lama sering mengakibatkan endometritis

dan salpingitis. Pasien mungkin mengalami demam ringan atau nyeri abdomen

bawah yang ringan. Endometritis juga dapat menyebabkan perdarahan uterus

yang ireguler. PID (Pelvic Inflammation Disease) adalah komplikasi lanjut

dari infeksi klamidia yang penting, biasanya memerlukan terapi rawat inap.

Perihepatitis adalah komplikasi yang jarang pada infeksi klamidia. 

F. PENATALAKSANAAN PENYAKIT

1. Pengobatan

Untuk pengobatan dapat diberikan:

a. Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk infeksi

genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500

mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin

seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini

yang paling banyak dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara

pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya lebih kecil. 9,11

b. Azithromisin

Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa sekarang.

Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.

Regimen alternatif dapat diberikan:

1) Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.

2) Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.

Regimen untuk wanita hamil:

1) Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari.

Terapi yang biasanya digunakan adalah:

1) Antibiotika, minum obat secara teratur

2) Partner seksualnya juga harus diobati

Obat-obat antibiotic :

Doksisiklin 2 x 100mg selama 1 minggu atau lebih.

Tetrasiklin 4 x 500 selama 1 minggu atau lebih.


Eritromisin 4 x 500mg selama 1 minggu atau lebih.

Azitromisin 1 gram dosis tunggal.  

1) Pencegahan

         Pencegahan penyakit klamidia menurut WHO:

(a) Pencegahan

Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks : sama seperti sifilis (lihat Sifilis,      9A)

dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seksual

dengan wanita bukan pasangannya.

(b) Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus dilakukan secara rutin.

Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap wanita dewasa usia dibawah 25 tahun,

terhadap mereka yang mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang

mempunyai beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten menggunakan

alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk infeksi trachomatis dapat digunakan untuk

memeriksa remaja dan pria dewasa muda dengan spesimen urin.

a) Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.

1). Laporan pada instansi kesehatan setempat; laporan kasus wajib

dilakukan   dibanyak negara bagian di AS, Kelas 2B (lihat Tentang pelaporan

penyakit menular).

2). Isolasi : tindakan kewaspadaan universal, bisa diterapkan untuk pasien rumah sakit.

Pemberian terapi antibiotika yang tepat menjamin discharge tidak infektif; penderita

sebaiknya menghindari hubungan seksual hingga kasus indeks, penderita atau

pasangannya telah selesai diberi pengobatan yang lengkap.


3).  Disinfeksi serentak :

Pembuangan benda-benda yang terkontaminasi dengan discharge uretra dan  vagina,

harus ditangani dengan seksama.

4).  Karantina : tidak dilakukan.

5).  Imunisasi kontak : tidak dilakukan.

6).  Investigasi kontak dan sumber infeksi.

  Pengobatan profilaktik diberikan terhadap pasangan seks lain dari penderita,

dan  pengobatan yang sama diberikan kepada pasangan tetap. Bayi yang dilahirkan

dari ibu yang terinfeksi dan belum mendapat pengobatan sistemik, foto thorax perlu

diambil pada usia 3 minggu dan diulang lagi sesudah 12 – 18 minggu untuk

mengetahui adanya pneumonia klamidia sub klinis. 

b) Cara mengurangi resiko

1.    Puasa mekukan hubungan seks

2.    Batasi partner seksual

3.    Gunakan kondom dengan benar

4.    Cek kesehatan 

         Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan(over tbehaviot).untuk

terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi

yang memungkinkan antara lain:fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau,faktor

dukungan (support) dari pihak lain misalnya  tokoh masyarakat. petugas kesehatan sangat

penting untuk mendukung praktek pencegahan penyakit menular seksual. 


        Praktek pencegahan penyakit menular seksual antara lain:

1. Pencegahan primer meliputi :

a.  Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal,anal dan oral dengan orang

yang  terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.

b.   Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit seksual.

c.   Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.

d.  Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling kedokter atau petugas kesehtan

apabila mengalami tanda dan gejala penyakit menular seksual meliputi:rasa sakit atau

nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual ,rasa nyeri pada perut bagian

bawah.Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,keputihan berwarna putih

susu,bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin tau

sekitarnya,keputihan yang berbusa,kehijauan,berbau busuk,dan gatal,timbul bercak-

bercak darah setelah berhubungan seks bintil-bintil berisi cairan,lecet atau borok pada

alat kelamin.

2. Pencegahan sekunder,meliputi:

a.   Adanya siraman rohani yang dilakukan di lokalisasi.

b.  Peningkatan pengetahuan tentang penyakit menular seksual meliputi penyuluhan  dari

dinas kesehatan.

3. Pencegahan tersier meliputi:

a.   Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi.


b.  Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan keterampilan pada wanita pekerja seksual

yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seksual.

C.STERILISASI

1. Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua

kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan

keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti

formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia; oleh

sinar lembayungultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara

mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Curtis, 1999).

Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang

terdapat pada atau di dalam suatu benda (Hadioetomo, 1990).Bahan atau peralatan yang

digunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril.Steril artinya tidak

didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau

mertsak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan.Setiap proses

baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama

mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo,2005).Lay dan Hastowo (1992)

mengemukakanbahwasterilisasimerupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme y
ang hidup.Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri 

masih berlangsungdan tidaksempurnanya prosessterilisasi.Jika sterilisasiberlangsungsempura,

maka spora bakteri akan dilemahkan.Sterilisasi adalah suatu prosesuntuk membunuh semua

jasad renik yang ada, sehinggajika ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada lagi jasad

renik yang dapat berkembangbiak.Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling

tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).

2. Tujuan dan Efektifitas Metode Sterilisasi

Sterilisasi dengan cara pengeringan akan dapat menghentikan ataumengurangi aktivitas

metabolik dan kemudian diikuti kematian mikroba.Secaraumum dikatakan efek dari desikasi

adalah bakteriostatik.Prinsip desikasi adalahmenghilangkan air dari sel mikroorganisme

(Waluyo, 2005).Hadioetomo (1990) menyatakan bahwa proses sterilisasi lain jugadilakukan

pada suhu kamar ialah penyaringan. Dengan cara ini larutan ataususpensi dibebaskan dari

semua organismehidup dengan cara melakukannyalewat saringan dengan ukuran pori yang

sedemikian kecilnya (0,45 atau 0,22um)sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan

diatasnya sedangkanfiltratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Beberapa contoh bahan

yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri,

medium sintetik tertentu dan antibiotik.Agar efektif sterilisasi butuh waktu, kontak, suhu

dengansterilisasiuap, bertekanan tinggi. Efektivitas setiap metode sterilisasi juga bergantung 

padaempat faktor lain sebagai berikut :

Jenis mikroorganisme yang ada. Sebagai mikroorganisme sangat

sulitdibunuh. Sebagian lain dapat mudah dibunuh.
Jumlah mikroorganisme yang ada. Lebih mudah membunuh satu organismedari pada

banyak.

Jumlah dan jenis bakteri organik yang melindungi mikroorganisme tersebut.

Jumlah cetakan dua celah pada peralatan sebagai tempat menempelmikroorganisme.

Mikroorganisme berkumpul di dalam dan dilindungi olehgoresan, retakan dan celah, seperti

jepitan yang bergerigi tajam dan curam jaringan. Akhirnya pada pembersihan yang teliti,

untuk membuang sisa bahanorganik tidak akan menjamin tercapainya sterilisasi, walaupun

sterilisaidiperpanjang (Tietjen dan Debora, 2004).

3. Macam-Macam Sterilisasi

Macam-macam sterilisasi (Machmud, 2008) pada prinsipnya sterilisasidapat dilakukan

dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.

Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berporisangat

kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan padasaringan tersebut.

Prosesiniditujukanuntuksterilisasibahanyangpeka panas, misalnya larutan enzim dan antibioti

k.Sterilisasi secara mekanik,digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi

atau tekanantinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter.Sistem

kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksiterhadap partikel-partikel

yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba)(Suriawiria, 2005).

Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.Pemijaran

(dengan api langsung): membakar alat pada api secaralangsung, contoh alat : jarum

inokulum, pinset, batang L, dll. b)Panas kering Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan

dengan uap, paling baik disterilkan dengan panas kering.Misalnya petrolatum jelly,minyak


mineral, lilin, wax, serbuk talk.Karena panas kering kurang efisien dibanding panas lembab,

pemaparan lama dan temperature tinggi dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam

temperatur bervariasi telah diterapkanberdasarkan tipe indikator steril yangdigunakan,kondisi

kelembaban dan faktor lain. Jumlahair dalam selmikroba diketahui mempengaruhi

resistensinyaterhadapdestruksi panaskering.Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibun

uh oleh proses oksidasi. Ini berlawanandengan penyebab kematian olehkoagulasiprotein pada

selbakteriyangterjadidengansterilisasiuap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan w

aktu pemaparanyangdibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah

tekanan.Sterilisasi panas keringmembutuhkan pemaparan pada suhu 150°Csampai 170°C

selama 1-4 jam.Alat yang digunakan pada umumnya

Pada sterilisasi dengan minyak panas, setelah sterilisasi peralatan harusdibilas untuk

menghilangkan lemak dan minyak yang menempel sehinggawaktunya lebih lama.

Zat-zat yang terkandung pada medium dapat terurai pada sterilisasi dengan panas basah.

BAB 3

PENUTUP

1.    KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan maka simpulan yang kami dapatkan dalam

makalah ini adalah : Rickettsia berasal dari Phylum : Proteobacteria,Kelas : Alpha

Proteobacteria Ordo : Rickekettsiales Famili : Rickettsiaceae Genus : Rickettsia, Gram-


negatif, non-sporeforming, bentuknya  pleomorfik yang pada umumnya berukuran 1 – 0,3

mikron dapat hadir sebagai cocci (0,1 pM diameter), batang (1-4 pM panjang) atau benang

seperti (10 pM panjang). Kemudian infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri rickettsia

menimbulkan penyakit typus, demam rocky mountain,dll. Mekanisme pertahanan tubuh

manusia ketika diinfeksi oleh bakteri pathogen ini bermacam-macam seperti tubuh akan

memngeluarkan sel NK(natural killer), hingga imunitas yg dikeluarkan secara langsung oleh

tubuh kita. Adapun cara pemberantasan atau pencegahan dari bakteri Rickettsia ini adalah

dengan memutus rantai infeksi, melakukan imunisasi, dan menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Beberapa Tes yang sering digunakan : Tes Imunoflourensi Tidak Langsung

dengan Antigen Riketsia,Ikatan komplemen dengan antigen riketsia,Aglutinasi

riketsia,Hemaglutinasi tidak langsung dan tes aglutinasi lateks,EIA

  Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh virus chlamydia

trachomatis (klamidia trakomatis). Klamidia, sering menyebabkan apa yang dinamakan

uretritis non spesifik yakni radang saluran kemih yang tidak spesifik, yang dikenal

merupakan salah satu infeksi/penyakit, akibat dari hubungan seksual yang terjadi pada pria.

Sedangkan pada wanita klamidia lebih sering menyebabkan cervicitis (serviksitis), yaitu

infeksi leher rahim, dan penyakit peradangan pelvis (pinggul/panggul), bahkan menyebabkan

infertilitas.

           Klamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan menjadi 3

spesies :

1. Chlamydia psittaci, penyebab psittacosis

2. C. trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma,infeksi alat kelamin (lihat

bawah), Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan serotipe lain yang

menyebabkan Lymphogranuloma venereum
3. C. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk pneumonia

dan  merupakan penyebab penyakit arteri koroner.

          Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang tersering,

terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidial

yang tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic inflammatory disease.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa :

Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semuaorganisme yang

terdapat pada atau di dalam suatu benda

Sterilisasi bertujuan agar alat atau bahan dalam keadaan steril sehingga tidakada

kontaminasi

Agar efektif sterilisasi butuh waktu, kontak, suhu dengan sterilisasi uap, bertekanan tinggi.

Sterilisasi terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu mekanik, fisik, dankimiawi

Adapula sterilisasi pada benda yang tidak tahan terhadap suhu tinggi dengancara

pasteurisasi dan tyndalisasi

Kelebihan dan kekurangan berbeda tergantung jenis sterilisasinya

2.    SARAN

Setelah mempelajari mata kuliah mikrobiologi dan parasitologi diharapkan mahasiswa dapat

memahami mata kuliah ini dengan baik, sebagai seorang kesehatan masyarakat,dalam

menyikapi kasus seperti ini,kita harus memberikan masukan atau penyuluhan kepada mereka
yang telah terinfeksi penyakit menular tersebut.kita tidak perlu menjauhi mereka.yang

seharusnya kita lakukan adalah memberi dukungan moral dan pendidikan kesehatan serta

penyuluhan kepada mereka karena penyakit klamidia ini masih bisa diobati.selain

itu,memberikan penyuluhan juga kepada para remaja tentang pentingnya menjaga organ

reproduksi serta dampak dan bahaya nya jika melakukan seks bebas, selain itu,untuk diri

sendiri atau untuk individu,harus berhati-hati lagi dalam menghadapi kemajuan

budaya,modernisasi yang terus berkembang serta teknologi sekarang yang jelas lebih

mempermudah dalam hal seks bebas.dan sebaiknya hindari untuk berganti ganti pasangan

karena penyakit infeksi menular seksual lebih mudah penularannya melalui hubungan

seksual.

DAFTAR PUSTAKA

1.)www.who.int/entity/hiv/pub/guidelines/who_ilo_guidelines_indonesian.pdf

2.)whqlibdoc.who.int/publications/2004/9241562846_ind.pdf

3.)whqlibdoc.who.int/publications/2003/9241545453_ind.pdf

4).www.who.int/bulletin/archives/79(2)118.pdf

5.)Harris JRW, Foster SM., 1991, Genital Chlamydial Infection; Clinical Aspects,    

Diagnosis, Treatment and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases and AIDS, 219,

Churcill Livingstone, New York.


6).Kartono.Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Pustaka Sinar  Harapan;Jakarta;

1998.

7.)Hutapea NO, Tarigan J., 1992, Infeksi Chlamydia di antara Mitra Seksual: Kumpulan

Makalah Ilmiah Konas VII PERDOSKI, 171, Bukit Tinggi.

8.) Centers for Disease Control and Prevention   1600 Clifton Rd. Atlanta, GA 30333,   USA.

9.) Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Disease Surveillance,

2009. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services; 2010.

10.) U.S. Department of Health & Human Services - 200 Independence Avenue, S.W. -

Washington, D.C. 2001.

11.) World Bank. World Development report: Investing in Health.Washington, 1993.

12.) Anonim, 2004, Klamidia, http://www.pppl.depkes.go.id, diakses tanggal 20 Oktober

2011.

13.) Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba.BalaiPenelitian Bioteknologi Tanaman

Pangan, Bogor.

http://anekaplanta.wordpress.com/2008 /03/02/teknik-penyimpanan-dan-  pemeliharaan-

mikroba/ 

Anda mungkin juga menyukai