Anda di halaman 1dari 11

Sistem Limfatik pada Manusia

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah
bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem
kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa
melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi

Sistem limfatik terdiri dari dua bagian penting, yaitu pembuluh llimfa serta berbagai macam jaringan
dan organ limfoid di seluruh tubuh. Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan kembali ke
peredaran darah. Organ limfoid berfungsi sebagai tempat hidup sel fagositik dan limfosit yang
berperan penting untuk melawan penyakit.

Limfa berasal dari plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem peredaran
darah. Cairan yang keluar tersebut menjadi cairan intersisial yang mengisi ruang antara sel-sel di
jaringan. Setelah beredar ke seluruh tubuh, cairan tersebut dikumpulkan dan dikembalikan ke sistem
peredaran darah melalui sistem limfa.

Fungsi Sistem Limfatik


Mengangkut limfosit.
Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke sirkulasi darah.
Membawa lemak emulsi dari jaringan sekitar usus halus ke darah .
Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran.
Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat imun (antibodi) untuk melindungi tubuh
terhadap mikroorganisme

Anatomi Sistem Limfatik

1. Pembuluh Limfatik

Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup sehingga
pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih. Pembuluh limfe yang terkecil atau
kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis endotelium. Pembuluh limfe
bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam
jaringan berbagai organ. Pembuluh limfe khusus di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi
lemak (kilomikron), disebut lacteal villi.

Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan untuk kembali ke peredaran darah. Limfa
sebenarnya merupakan cairan plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem
peredaran darah dan kemudian menjadi cairan intersisial ruang antarsel pada jaringan. Pembuluh
limfa dibedakan menjadi:

Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster) : Pembuluh limfa kanan terbentuk dari cairan limfa
yang berasal dari daerah kepala dan leher bagian kanan, dada kanan, lengan kanan, jantung dan paru-
paru yang terkumpul dalam pembuluh limfa. Pembuluh limfa kanan bermuara di pembuluh balik
(vena) di bawah selangka kanan.

Pembuluh limfa kiri (duktus limfatikus toraksikus) : Pembuluh limfa kiri disebut juga pembuluh dada.
Pembuluh limfa kiri terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari kepala dan leher bagian kiri dan
dada kiri, lengan kiri, dan tubuh bagian bawah. Pembuluh limfa ini bermuara di vena bagian bawah
selangka kiri.

Peredaran limfa merupakan peredaran yang terbuka. Peredaran ini dimulai dari jaringan tubuh dalam
bentuk cairan jaringan. Cairan jaringan ini selanjutnya akan masuk ke dalam kapiler limfa. Kemudian
kapiler limfa akan bergabung dengan kapiler limfa yang membentuk pembuluh limfa yang lebih besar
dan akhirnya bergabung menjadi pembuluh limfa besar yaitu pembuluh limfa kanan dan kiri. Kurang
lebih 100 mil cairan limfa akan dialirkan oleh pembuluh limfa menuju vena dan dikembalikan ke
dalam darah.

2. Jaringan / Organ Limfatik

Organ Limfatik Primer

Sumsum Tulang Merah : merupakan jaringan penghasil limfosit. Sel-sel limfosit yang dihasilkan
tersebut akan mengalami perkembangan. Limfosit yang berkembang di dalam sumsum tulang akan
menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang berkembang di dalam kelenjar timus akan menjadi
limfosit T. Limfosit-limfosit ini berperan penting untuk melawan penyakit.

Kelenjar Timus : memiliki fungsi spesifik, yaitu tempat perkembangan limfosit yang dihasilkan dari
sumsum merah untuk menjadi limfosit T. Timus tidak berperan dalam memerangi antigen secara
langsung seperti pada organorgan limfoid yang lain. Untuk memberikan kekebalan pada limfosit T
ini, maka timus mensekresikan hormon tipopoietin.

Organ Limfatik Sekunder

Nodus Limfe : berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang pembuluh limfe.
Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut nodulus. Nodulus terbagi menjadi
ruangan yang lebih kecil lagi yang disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag.
Fungsi nodus limfa adalah untuk menyaring mikroorganisme yang ada di dalam limfa. Kelompok-
kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipatan paha.

Limpa : Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang dihasilkan dari limpa
berwarna ungu tua. Limpa terletak di belakang lambung. Fungsi limpa antara lain: membunuh kuman
penyakit; membentuk sel darah putih (leukosit) dan antibodi; menghancurkan sel darah merah yang
sudah tua.

Nodulus Limfatikus : merupakan sekumpulan jaringan limfatik yang tersebar di sepanjang jaringan
ikat yang terdapat pada membran mukus yang membatasi dinding saluran pencernaan, saluran
reproduksi, saluran urin, dan saluran respirasi. Beberapa bentuk nodulus limfatikus yaitu tonsil dan
folikel limfatik. Tonsil terdapat di tenggorokan. Folikel limfatik terdapat di permukaan dinding usus
halus. Letak nodulus limfatikus sangat strategis untuk berperan dalam respon imun melawan zat asing
yang masuk dalam tubuh melalui pencernaan atau pernafasan.
Fisiologi Sistem Limfatik

Sirkulasi limfe merupakan proses yang rumit dan sulit dipahami. Satu fungsi utama sistem limfe
adalah untuk berpartisipasi dalam pertukaran kontinyu cairan interstial merupakan filtrat plasma yang
menyilang dinding kapiler dan kecepatan pembentukannya tergantung pada perbedaan tekanan di
antara membran ini. Pappenhimer dan soto-rivera mendukung konsep bahwa pori-pori kapiler adalah
kecil dan hanya permeabel sebagian bagi molekul besar seperti protein plasma. Molekul besar ini
yang tertangkap di dalam kapiler menimbulkan efek osmotik yang cenderung menjaga volume cairan
di dalam ruang kapiler. Sehingga pertukaran cairan antara kapiler dan ruang interstiasial tergantung
pada empat faktor : tekanan hidrostatik di dalam kapiler dan di dalam ruang interstiasial serta tekanan
osmotik di dalam dua ruangan ini. Tekanan onkotik plasma normal sekitar 25 mmHg, sementara
tekanan onkotik cairan interstisial hanya kira-kira 1 mmHg. Tekanan hidrostatik pada ujung arteiola
kapiler diperkirakan 37 mmHg. Dan pada ujung vena 17 mmHg. Tekanan Hidrostatik cairan
interstisial bervariasi dalam jaringan yang berbeda sebesar –2mmHg dalam jaringan subkutis dan +6
mmHg di dalam ginjal. Ada aliran bersih cairan keluar dari kapiler ke dalam ruang interstisial pada
ujung arteriola yang bertekanan tinggi dari suatu kapile, dan aliran bersih ke dalam pada ujung venula
( gambar 1 ). Normalnya aliran keluar bersih melebihi aliran masuk bersih dan cairan tambahan ini
kembali ke sirkulasi melalui pembuluh limfe. Aliran limfe noramal 2 samapi 4 liter perhari.
Kecepatan aliran sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor lokal dan sistemik, yang mencakup
konsentrasi protein dalam plasma dan cairan interstisial, hubungan tekanan arteri dan vena lokal, serta
ukuran pori dan keutuhan kapiler.

Tenaga pendorong limfe juga merupakan proses yang rumit. Saat istirahat, kontraksi intrinsik yang
berirama dari dinding duktus pengumpul dianggap mendorong limfe ke arah duktus torasikus dalam
bentuk peristeltik. Kontraksi otot rangka aktif , menekan saluran limfe dan karena adanya katup yang
kompeten dalam saluran limf, maka limfe di dorong ke arah kepala. Peningkatan tekan intra-abdomen
akibat batuk atau mengejan, juga menekan pembulu limfe, mempercepat aliran limfe ke atas.
Perubahan fasik dalam tekanan intratoraks yang berhubungan dengan pernafasn, membentuk
mekanisme pompa lain untuk mendoong limfe melalui mediastitinum. Aliran darah yang

cepat dalam vena subklavia bisa menimbulkan efek siphon pada duktus torasikus.

Kelainan Sistem Limfatik

Radang amandel (tonsillitis) : adalah infeksi pada amandel yang kadang-kadang mengakibatkan sakit
tenggorokan dan demam. Secara klinis peradangan ini ada yang akut (baru), ditandai dengan nyeri
menelan (odinofagi), dan tidak jarang disertai demam. Sedangkan yang sudah menahun biasanya
tidak nyeri menelan, tapi jika ukurannya cukup besar (hipertrofi) akan menyebabkan kesulitan
menelan (disfagia). Para bakteri penyebab umum paling adalah Group A-hemolitik streptokokus β (
GABHS ), yang menyebabkan radang tenggorokan.

Bovine Leukosis : adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya sel-sel leukosit dalam
darah terutama sel leukosit berinti 1 (leukosit). Hal ini terjadi karena adanya rangsangan oleh agen
penyakit ini pada jaringan sehingga sel-sel jaringan tersebut mengalami hipertropi (pembengkakan).
Penyebab bovine leukosis enzootik (BLE) adalah jenis virus onkogenik yang mempunyai inti RNA
(disingkat onkorna). Partikel-partikel yang dimilikinya bertipe C. Partikel inilah yang menyebabkan
leukimia.

Obstruksi limfatik : adalah penyumbatan kelenjar getah bening, pembuluh yang mengalirkan cairan
dari jaringan ke seluruh tubuh. Obstruksi limfatik juga disebut lymphedema, yang berarti
pembengkakan pada bagian kelenjar getah. Ada banyak penyebab obstruksi limfatik, termasuk:
infeksi kulit seperti selulitis (lebih umum pada pasien obesitas), infeksi parasit seperti filariasis,
cedera, tumor, bedah, terapi radiasi.

Filariasis limfatik (FL) : merupakan salah satu penyakit yang paling melemahkan dan merusak
penampilan seseorang. Infeksinya disebabkan oleh tiga cacing helmintik – Wucheraria bancrofti,
Brugia malayi dan Brugia timori, dan ditularkan oleh nyamuk yang termasuk dalam 4 kelompok
vector – Culex, Anopheles, Aedine dan Mansonia. Cacing – cacing tersebut menghuni saluran
limfatik (getah bening) dan menyebabkan terjadinya penyumbatan rongga limfatik, yang pada fase
selanjutnya menyebabkan pembengkakan (lymphoedema) dan elephantiasis.

Penyakit pada sistem limfatik


Penyakit dan gangguan dari sistem limfatik biasanya diobati oleh immunologists. Ahli bedah
vaskular, ahli kulit, ahli kanker dan physiatrists juga terlibat dalam pengobatan berbagai penyakit
limfatik. Ada juga terapis lymphedema yang mengkhususkan diri dalam drainase manual dari
sistem limfatik.

1. Lymphedema adalah pembengkakan kronis pada tungkai yang disebabkan oleh akumulasi
cairan getah bening yang terjadi jika sistem limfatik rusak atau tidak berfungsi dengan baik.
Sementara anggota badan biasanya terlibat, wajah, leher dan perut mungkin juga terpengaruh.
Banyak mengembangkan terapi kanker gangguan berikut – terutama kanker payudara di mana
kelenjar getah bening di bawah lengan dikeluarkan – infeksi berulang, luka atau bedah vaskuler.
2. Limfoma Hodgkin adalah jenis kanker yang biasanya terjadi ketika sel-sel darah putih dalam
tubuh menjadi sakit atau rusak.
3. Penyakit Castleman disebabkan oleh tumor jinak yang mempengaruhi kelenjar getah bening.
Meskipun tidak secara khusus kanker, itu adalah mirip dengan limfoma dan sering diobati
dengan kemoterapi. Penyakit Castleman terlokalisasi mempengaruhi kelenjar getah bening perut
dan dada. Penyakit multisenter Castleman mempengaruhi lebih dari satu daerah kelenjar getah
bening serta limfoid yang mengandung organ seperti limpa.
4. Lymphangiomatosis adalah penyakit yang melibatkan beberapa kista atau lesi yang terbentuk
dari pembuluh limfatik. Dalam gajah, infeksi pada pembuluh limfatik menyebabkan penebalan
kulit dan pembesaran jaringan di bawahnya, terutama di kaki dan alat kelamin.
5. Lymphangiosarcoma adalah tumor jaringan lunak ganas, sedangkan limfangioma adalah tumor
jinak yang terjadi sering berkaitan dengan sindrom Turner.
6. Lymphangioleiomyomatosis adalah tumor jinak otot polos limfatik di paru-paru.
7. Leukemia limfoid dan limfoma disebut “leukemia” ketika dalam darah atau sumsum dan
“lymphoma” ketika berada di jaringan limfatik.
8. Filiaris limfatik adalah penyakit di mana cacing parasit menyusup sistem getah bening melalui
gigitan nyamuk. Sekitar 120 juta orang di seluruh dunia terkena penyakit ini.

CAIRAN TUBUH
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Air adalah pelarut bagi semua
zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi maupun larutan. Presentase dari berat air
dibanding dengan berat badan total disebut Air Tubuh Total (TBW,total body water),bervariasi
menurut umur,jenis kelamin dan kandungan lemak tubuh (derajat obesitas).

FUNGSI CAIRAN TUBUH


1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2. Mengeluarkan buangan-buangan sel
3. Membantu dalam metabolisme sel
4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5. Membantu memelihara suhu tubuh
6. Membantu pencernaan
7. Mempermudah eliminasi
8. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim,)

JUMLAH & DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH


Bayi : 80% berat badannya adalah air
Orang Dewasa
Laki-laki : TBW 60% berat badan (sekitar 40 L)
Perempuan : TBW 50% berat badan (sekitar 30 L)
TBW pd perempuan < TBW pd laki-laki karena lemak subkutannya sangat banyak.
Semakin tinggi kandungan lemak tubuh semakit sedikit kandungan air tubuh,karena lemak
bebas air (mengandung air selular sgt kecil, ± 10 %)

Obesitas dpt terjadi pd kandungan TBW yg berkisar antara 25% s/d 30% berat tubuh.
Orang usia > 65 TBW 40% s/d 50% berat badan
Bayi, lansia, & penderita obesitas rentan dg kehilangan air (dehidrasi)

Distribusi TBW:

 Otot :50%

 Kulit : 20%

 Organ Lain: 20%

 Darah: 10%

KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH


Seluruh cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama yaitu:

 Kompartemen Cairan Intraseluler (CIS)

 Kompartemen Cairan Ekstraseluler (CES)

KOMPARTEMEN CAIRAN INTRASELULAR (CIS)


Cairan tubuh yg terdapat dlm sel, ± 2/3 cairan tubuh (67%)
Komposisi :
Ion Kalium (K) berkonsentrasi tinggi, ion Natrium (Na) berkonsentrasi rendah
Konsentrasi protein dalam sel: tinggi, sekitar 4x konsentrasi dlm plasma.

KOMPARTEMEN CAIRAN EKSTRASELULAR (CES)


Cairan tubuh yg terdapat di luar sel, ± 1/3 cairan tubuh (33%)
Distribusi Sub Kompartemen:
 Cairan Interstisial –> cairan di sekitar tubuh, limfe –>cairan dlm pembuluh
limfatik. Gabungan keduanya mencapai ¾ CES.

 Plasma Darah adalah bagian cair dr darah (¼ CES)

 Cairan transeluler (1-3% berat badan), meliputi seluruh cairan tubuh yg dipisahkan dr CES
o/ lapisan sel epitel, antara lain : keringat, cairan cairan serebrospinal, cairan sinovial,
cairan intraokuler,dan sekresi cairan cerna, dsb.

Komposisi cairan ekstrasellular (CES):

 Plasma darah & cairan interstisial memiliki isi yg sama, yi ion Natrium (Na+) & Klorida (Cl-)
serta ion bikarbonat (HCO3-) dlm jumlah besar

 Ion Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg+), fosfat (HPO42-), sulfat (S042-), &
asam organik.

 Protein pd plasma > protein pd cairan interstisial


PERGERAKAN CAIRAN ANTARKOMPARTEMEN
Osmosis adalah perpindahan cairan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi

Besar tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah osmosis disebut dengan tekanan osmotik.
Tekanan osmotik bukan merupakan tekanan yang menimbulkan difusi akhir air melalui
membran.Sebaliknya tekan osmotik sama dengan besar tekanan yang harus diberikan untuk
mencegah difusi akhir melalui membran.
Semakin tinggi tekanan osmotik suatu larutan konsentrasi zat terlarut semakin tinggi dan
konsentrasi air semakin rendah. Jadi tekanan osmotik berbanding langsung terhadap
konsentrasi partikel yang aktif secara osmotik dalam cairan dan berbanding terbalik terhadap
konsentrasi air .

Antara Sel & CES


Ditentukan oleh efek/tekanan osmotik dari zat terlarut
Tekanan osmotik berkaitan dg konsentrasi zat terlarut total (osmolalitas) di dlm dan di luar sel.
Air bergerak dr regia osmolalitas rendah ke regia osmolalitas tinggi
Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen.
Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi
perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

Antara Plasma & Cairan interstisial


Distribusi air diantara keduanya diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah
kapiler,terutama akibat pompa jantung dan tekanan osmotik keloid yang terutama diakibatkan
oleh albumin serum.
Albumin bekerja sebagai osmol efektif yang tidak mudah melewati membran kapiler. Pada ujung
arteri dari kapiler tekan hidrostatik lebih tinggi dari tekanan osmotik keloid sehigga air berpidah
keruang intersisial.
Pada ujung vena kapiler cairan berpindah dari intersisial ke ruang intravaskuler,karena pada
ujung vena kapiler tekanan osmotik keloid melebihi tekanan hidrostatik ( hukum Starling).

Proses perpindahan cairan dari kapiler ke interstisial disebut ultrafiltrasi, karena air elektrolit dan
zat terlarut lainnya ( kecuali protein) dengan mudah menembus membran kapiler.
Pada keadaan tertentu dapat terjadi kebocoran protein plasma keruang intersisial tekanan
osmotik jaringan akan meningkat cukup tinggi,sistem limfatik secara normal akan
mengembalikan kelebihan cairan dan proterin ke sirkulasi umum.
Penimbunan cairan yang berlebihan pada ruang intersisial disebut edema,ada empat faktor yang
menyebabkan edema
1. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler (gagal jantung)
2. Penurunan tekanan osmotik plasma (sirosis dan sindroma nefrotik)
3. Peningkatan permeabilitas membran ( inflamasi)
4. Obstruksi limfe (operasi)

PENGATURAN KESEIMBANGAN AIR

Asupan & Output Air Harian

 Dlm tubuh yg sehat, penyesuaian thd


keseimbangan air terjadi melalui
peningkatan asupan air dlm mekanisme
haus atau melalui penurunan keluaran air
oleh ginjal.

 Haus: keinginan secara sadar untuk


mendapatkan air. Dikendalikan oleh pusat
haus dlm hipotalamus yg mengandung saraf osmoreseptor, letaknya dekat dg neuron yg
mensekresi Antideuretik Hormon (ADH)

 Stimulus untuk pusat haus : Peningkatan osmolalitas CES, penurunan volume & tekanan
darah, mulut & kerongkongan kering.

GANGGUAN KESEIMBANGAN AIR


 Dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)
 Overhidrasi (kelebihan cairan tubuh)
ELEKTROLIT
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.
Nonelektrolit adl zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik.
Terdiri dari protein,glukose,karbondioksida.
Elektrolit (ion) adl zat terlarut yang dalam larutan dan bermuatan listrik.

Elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca+), magnesium ( Mg++ ),
klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat ( HPO4 – ) dan sulfat ( SO4 – ). Ion-ion yang bermuatan
positif disebut kation dan yang bermuatan negatif disebut anion.
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian lainnya,dan
dalam keadaan sehat mereka harus berada pada bagian yang tepat dan dalam jumlah yang
tepat.
Pada cairan intraseluler kalium adalah kation utama dan fosfat adalah anion utama,dan
sebaliknya konsentrasi elektrolit ini rendah pada cairan ekstraseluler.
Natrium sebagai partikel terbanyak pada cairan ektraseluler memegang peranan penting dalam
mengendalikan volume cairan tubuh total.Sedangkan kalium penting dalam pengendalian
volume sel.

Perbedaan muatan listrik di luar dan di dalam membran penting untuk menghasilkan kerja otot
dan saraf,perbedaan konsentrasi kalium dan natrium di dalam dan di luar membran sel penting
untuk mempertahankan perbedaan muatan listrik.

Kation utama pada cairan ekstraseluler adalah Natrium dan anion utama adalah klorida dan
bikarbonat,konsentrasi ini rendah pada cairan intraseluler

KESEIMBANGAN ELEKTR0LIT
Diatur melalui volume CES & osmolalitas, bergantung pada keseimbangan elektrolit CES, krn
osmolalitas menentukan daya penarikan air suatu larutan
Ion Na merupakan ion plg banyak (90%) dr kation yg ada dlm CES
Gangguan pada CES meyebabkan perubahan volume plasma & tekanan darah yg
mekanismenya melibatkan pengendalian kandungan Na dlm tubuh
Konsentrasi elektrolit dlm cairan tubuh dinyatakan dlm miliequivalen per liter (mEq/L), yi ukuran
sejumlah ion dlm larutan X jml muatan listrik yg dibawa ion dlm setiap liternya.
Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur,
suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.

ASAM-BASA
 Asam adalah senyawa kimia yang melepaskan ion hidrogen ke suatu larutan/senyawa
basa. Contohnya: Asam klorida, asam sulfat, asam nitrat, asam laktat, dsb.

 Basa adalah senyawa kimia yg menerima ion hidrogen. Contohnya: natrium hidroksida,
kalium hidroksida, amonia.
Bufer Asam-Basa adalah larutan yang terdiri dari 2 atau lebih zat kimia yg mencegah terjadinya
perubahan yg signifikan pd konsentrasi ion hidrogen (pH) jk asam atau basa ditambahkan ke
dalam larutan. Terdiri dari asam lemah, spt asam karbonat & garam asam, spt natrium
bikarbonat
Tujuan bufer:untuk mengganti asam lemah dg asam kuat atau basa kuat dg basa lemah.

KESEIMBANGAN ASAM-BASA
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan
tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH <7,35
dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari
aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan
tubuh dari 3 sumber, yaitu:

 pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat.

 katabolisme zat organik

 disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak
terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan
ion H.

Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:

 perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat,
sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
 mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
 mempengaruhi konsentrasi ion K
 Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti nilai semula dengan cara:
 mengaktifkan sistem bufer kimia
 mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
 mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan (pengaturan ginjal)
Ada 4 sistem bufer:

 Dapar bikarbonat; merupakan sistem bufer di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan
yang disebabkan oleh non-bikarbonat

 Dapar protein; merupakan sistem bufer di cairan ekstrasel dan intrasel

 Dapar hemoglobin; merupakan sistem bufer di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat

 Dapar fosfat; merupakan sistem bufer di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Anda mungkin juga menyukai