HEMATOLOGI
LIMFOMA
OLEH KELOMPOK 4
DOSEN PAKAR
ELMI. M. KES
DOSEN PEMBIMBING
NS.SISKA DAMAIYANTI, S.KEP
Anggota Kelompok
Annisa Khaidir
Atika Yulia Dewi
Cut Yanti
Diana Oktaviani
Elsa Abel Nuine
Febrian Rahmat Suwandi SN
Fernando
Mulliyanti
Mutiara Rahayu
Refika Rahmi
Ruri Marhamah Vina S
Sari Afma Yuliane
Senci Napeli Wulandari
b. Fungsi
Kelenjar
limfe
menyaring
dan
menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebarkan organisme
itu dari tempat masuknya ke dalam
jaringan ,ke bagian lain tubuh.
Pembuluh
limfa
berfungsi
mengangkut cairan untuk kembali
ke
peredaran
darah.
Limfa
sebenarnya
merupakan
cairan
plasma darah yang merembes
keluar dari pembuluh kapiler di
sistem
peredaran
darah
dan
kemudian menjadi cairan intersisial
ruang
antarsel
pada
jaringan.Pembuluh limfa dibedakan
menjadi:
a. Kapiler limfatik
Kapiler limfatik adalah
pembuluh limfatik terkecil yang
berfungsi sebagai penerima
cairan limfe
untuk pertam
kalinya. Didalam tubuh, ada
suatu pemuluh kapiler limfatik
yang berfungsi untuk penyerapan
lemak, pembuluh kapiler ini
disebut lacteal
b.Pembuluh Limfatik
Pengumpul
Pembuluh
limfatik
pengumpul
berfungsi
sebagai penerima cairan
limfe yang berasal dari
kapiler limfatik.
c. Limphonodus
Limphonodus
ini
berbentuk
bulat-oval,
bean shape dan berada
di sepanjang pembuluh
limfe yang berfungsi
untuk menerima cairan
limfe untuk kemudian
disaring,menghancurka
n bakteri, parasit dan
mikroorganisme
yang
berbahaya bagi tubuh.
d. Trunkus Limfatikus
Ada lima Trunkus Limfatikus besar yang ada di tubuh .
Lumbar Trunk, berfungsi sebagai saluran dari cairan
limfe yang berasal dari organ pelvic, ovarium, testis,
ginjal, kelenjar adrenal, ekstremitas bawah, pelvic
dan dinding abdominal.
Intestinal Trunk,sebagai saluran limfe yang berasal
dari organ organ pencernaan yaitu lambung,
pancreas, limpa dan hati
Bronchomediastinal
Trunk, mengumpulkan cairan
limfe yang berasal dari organ-organ yang berada di
toraks dan dinding thoraks
Jugularis Trunk, saluran drainase untuk kepala dan
leher
Subclavian Trunk, saluran limfe dari ekstremitas atas,
dinding toraks yang superpisial, dan dari kelenjar
mamae
Trunkus Limfatikus
e. Ductus Limfaticus
Trunkus-trunkus yang ada kemudian terhubung dengan vena
besar yang berada di daerah thoraks atau bergabung pada
pempuluh limfatik yang lebih besar yang disebut ductus limfatikus
Ductus limfaticus terdiri atas:
Sisterna Chyle
Suatu ductus yang terletak di bagian union dari lumbar trunk dan
mediastinal trunk berbentuk gelembung yang kaya akan lemak.
Thoracic Duct
Ductus ini berjalan naik disepanjang vertebra dan verfungsi untuk
mengosongkan cairan limfe ke pembuluh vena. Ductus ini
mendrainase sekitar tiga perempat dari sistem limfaik tubuh.
Trunkus yang aliran limfenya menuju ductus ini adalah Truncus
jugularis kiri dan trunkus subclavian kiri
Ductus Limfatikus Dextra
Truncus
jugularis
kanan,
subclavia,
bronchomediastinal
membentuk
ductus limfaticus dextra yang bergabung dengan
vena thoracica
yang menyuplai kepala kanan, ekstramitas atas
bagian kanan,
dan thorax kanan
Nodulus limfatikus :merupakan
sekumpulan jaringan limfatik yang
tersebar di sepanjang jaringan ikat
yang terdapat pada membran
mukus yang membatasi dinding
saluran
pencernaan,
saluran
reproduksi, saluran urin, dan
saluran respirasi. Beberapa bentuk
nodulus limfatikus yaitu tonsil dan
folikel limfatik.Tonsil terdapat di
tenggorokan.
Folikel
limfatik
terdapat di permukaan dinding
usus
halus.
Letak
nodulus
limfatikus sangat strategis untuk
berperan dalam respon imun
melawan zat asing yang masuk
dalam tubuh melalui pencernaan
atau pernapasan.
Lanjutan
Aliran limfe normal 2 sampai 4 liter per hari .Kecepatan aliran
sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor lokal dan sistemik,yang
mencakup konsentrasi protein dalam plasma dan cairan
interstisial ,hubungan tekanan arteri dan vena lokal,serta ukuran
pori dan keutuhan kapiler.Tenaga pendorong limfe juga
merupakan proses yang rumit.
Saat istirahat ,kontraksi intrinsik yang brirama dari dinding
duktus pengumpul dianggap mendorong limfe ke arah duktus
torasius dalam bentuk peristeltik.Kontraksi otot rangka aktif
,menekan saluran limfe dan karena adanya katup yang kompeten
dalam saluran limfe ,maka limfe di dorong ke arah
kepala.Peningkatan tekan intra abdomen akibat batuk atau
mengejan,juga menekan pembulu limfe ,mempercepat aliran
limfe ke atas.Perubahan fisik dalam tekanan intratoraks yang
berhubungan dengan pernapasan ,membentuk mekanisme
pompa lain untuk melalui mediastitinum.Aliran darah yang cepat
dalam vena subklavia bisa menimbulkan efek siphon pada duktus
torasikus.
A
M
O
F
LIM
Pengertian Limfoma
Klasifikasi Limfoma
Limfoma terbagi menjadi dua bagian
1. Limfoma Hodgkin
2. Limfoma Non Hodgkin
LIMFOMA HODGKIN
1. Pengertian
Lanjutan
c. Tipe Lymphocyte Depleted
Gambaran patologis mirip diffuse histiocytic
lymphoma, sel Reed-Sternberg banyak sekali dan
hanya ada sedikit sel jenis lain. Biasanya pada orang
tua dan cenderung merupakan proses yang
luas
(agresif) dengan gejala sistemik. Prognosis buruk.
d. Tipe Nodular Sclerosis
Kelenjar mengandung nodul-nodul yang dipisahkan
oleh serat kolagen. Sering dilaporkan sel ReedSternberg yang atifik yang disebut sel Hodgkin. Sering
didapatkan pada wanita muda / remaja. Sering
menyerang kelenjar mediastinum.
Gambaran mikroskopik
Limfosit
Predominan
Sclerosis
Noduler
Selularitas
Campuran
Deplesi
Limfosit
Perjalanan
Penyakit
Lambat
Sedang
Agak cepat
Cepat
3. Etiologi
Penyebab
dari
penyakit
limfoma
maligna masih belum diketahui dengan
pasti. Ada 4 kemungkinan penyebabnya,
yaitu : faktor keturunan, kelainan sistem
kekebalan, infeksi virus (HIV) atau bakteria
(Helicobacter Pilori), virus human T-cell
leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr
virus (EBV), dan toksin lingkungan
(herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
Lanjutan
Ada beberapa faktor pemicu yaitu:
4. Faktor Resiko
Virus tertentu
Usia
Riwayat keluarga
Anggota
keluarga
khususnya
kakak
atau
adik
dari
Lanjutan
Jenis Kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak di derita
oleh pria dibandingkan wanita.
Gaya hidup yang tidak sehat
Resiko limfoma maligna meningkat
pada orang
yang
mengkonsumsi makanan tinggi lemak
hewani,merokok,dan yang terkena paparan UV.
Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang dihubungkan dengan
resiko tinggi limfoma maligna adalah peternak serta
pekerja hutan dan psertanian.Hal ini disebabkan
adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
5. Patofisiologi
Lanjutan
Lanjutan
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah
bening di suatu tempat (misalkan leher / selangkangan) atau
diseluruh tubuh. Kelenjar membesar secara perlahan dan biasanya
tidak menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar getah bening
di tonsil (amandel) menyebabkan gangguan menelan.
Pembesaran kelenjar getah bening jauh didalam dada atau perut
bisa menekan berbagai organ dan menyebabkan: gangguan
pernafasan, berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut,
pembengkakan tungkai.
Jika limfoma menyebar kedalam darah bisa terjadi leukimia.
Limfoma non-hodkin lebih mungkin menyebar ke sum-sum tulang,
saluran pencernaan dan kulit. Pada anak-anak, gejala awalnya adalah
masuknya sel-sel limfoma ke sum-sum tulang, darah, kulit, usus,
otak, dan tulang belakang. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan
anemia, ruam kulit, dan gejala neurologis (misalnya delirium,
penurunan kesadaran). Secara kasat mata penderita tampak pucat,
badan seringkali hangat, dan merasa lemah tak berdaya, selera
makan hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan seluruh
kelenjar getah bening: leher, ketiak, lipat paha, dll.
6. Manifestasi klinis
Lanjutan
Pembesaran kelenjar limfe daerah servikal dan supraklavikular yang hilang
timbul dan tidak menimbulkan rasa nyeri (asimtomatik). Pada 80% anak dengan
penyakit Hodgkin pembesaran kelenjar leher yang menonjol, 60% diantaranya
juga disertai pembesaran massa di mediastinal yang akan menimbulkan gejala
kompresi pada trakea dan bronkus. Pembesaran kelenjar juga ditemukan di
daerah inguinal, aksiler, dan supra diafragma meskipun jarang. Gejala konstitusi
yang menyertai diantaranya adalah demam, keringat malam hari, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, ditemukan pada 40%
pasien, sedangkan demam intermittent diobservasi pada 35% kasus.
Gambaran laboratorium pada umumnya tidak spesifik, diantaranya adalah
leukositosis, limfopenia, eosinofilia, dan monositosis. Gambaran laboratorium ini
merupakan refleksi dari aktifitas yang meningkat di sistem retikuloendotelial
(misalnya meningkatnya laju endap darah, kadar serum feritin, dan kadar
serum tembaga) dipergunakan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit setelah
terdiagnosis. Anemia yang timbul merupakan deplesi dari imobilisasi zat besi
yang terhambat ini menunjukkan adanya penyakit yang telah meluas. Anemia
hemolitik pada penyakit Hodgkin menggambarkan tes Coomb positif
menunjukkan adanya retikulosis dan normoblastik hiperplasia dari sumsum
tulang.
Stadium Penyakit
Lanjutan
staging menurut Ann
konferensi Cotswald.
Stage I
:Penyakit menyerang satu regio kelenjar getah
bening atau satu struktur limfoid (missal : limpa, timus,
cincin Waldeyer).
Stage II :Penyakit menyerang dua atau lebih regio kelenjar
pada satu sisi
diafragma, jumlah regio yang diserang dinyatakan
dengan subskrip
angka, misal : II2, II3, dsb.
Stage III : Penyakit menyerang regio atau struktur limfoid di
atas dan dibawah
diafragma.
III1 : menyerang kelenjar splenikus hiler, seliakal, dan
Lanjutan
Staging menurut Ann Arbor berdasarkan anatomis.
I
Pembesaran kelenjar limfe regional
tunggal
atau
III
IV
Pembesaran
organ
ekstra
limfatik
dengan
atau
tanpa
Lanjutan
Menurut Cotswolds (1990) yang merupakan modifikasi dan
klasifikasi Ann Arbor (1971), Limfoma Hodgkin diklasifikaskan
menjadi 4 stadium menurut tingkat keparahannya :
Stadium
Stadium I
Metastase
Penyebaran
Limfoma
hanya
terdapat
pada
satu
atau
lebih
Penyebaran
limfoma
menyerang
dua
limfoma
menyerang
dua
atau
lebih
Lanjutan
Limfoma Hodgkin juga dikategorikan menjadi A
atau B dan X dan S
A : Jika pasien tidak mengalami gejala demam,
banyak berkeringat, ataupun menurunnya berat
badan
B : Jika pasien mengalami gejala demam,
banyak berkeirngat, ataupun menurunnya berat
badan.
X : bila ada bulky mass ( 1/3 lebar thorax dan
10 cm untuk ukuran kelenjar).
S : bila limpa (spleen)terkena
Lanjutan
Gejala
Berkurangnya
eritrosit
Hilangnya
jumlah Limfoma
kekuatan
Penyebab
sedang
menyebar
sumsum tulang
otot, Pembesaran kelenjar
getah
ke
bening
suara serak
dari hati
Edema wajah, leher, dan alat Pembesaran
gerak
atas(sindrom
kelenjar
yang
pneumonia
Berkurangnya
bening
kava superior)
ke jantung
Pembengkakan tungkai dan Limfoma menyumbat
kaki
Keadaan
getah
aliran
getah
8. Komplikasi Penyakit
Akibat langsung penyakitnya:
a.Penekanan terhadap orglan,khususnya jalan
nafas,usus dan saraf
b.Mudah terjadi infeksi, bila total
Akibat efek samping pengobatan
a.Aplasi sumsum tulang
b.Gagal jantung akibat golongan obat
antrasiklin
c.Gagal ginjal akibat sisplatinum
d.Kluenitis akibat obat vinkristin
Lanjutan
Superior vena cava sidrome
Transfusi leukemic ileus
Gagal fungsi hati
Gangguan pada paru paru
Ketidakmampuan mempunyai keturunan (infertilitas)
Efek samping dari radiasi
Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf
Terjadi infeksi
Akibat efek samping pengobatan
Aplasi sumsum tulang
Gagal jantung akibat golongan obat antrasiklin
Gagal ginjal akibat sisplatinum
Kluenitis akibat obat vinkristin
9. Epidemiologi
Angka kejadian Penyakit Hodgkin yang berdasarkan
populasi di Indonesia belum ada. Pada KOPAPDI II di
Surabaya tahun 1973 dilaporkan bahwa di bagian
penyakit dalam RS. Dr.Sutomo Surabaya antara tahun
1963-1972 (9 tahun) telah dirawat 26.815 pasien, dimana
81 diantaranya adalah limfoma malignum dan 12 orang
adalah penyakit Hodgkin. Pada KOPAPDI VIII tahun 1990
di Yogya dilaporkan bahwa selama 1 tahun di bagian
penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito dirawat 2246 pasien, 32
di antaranya adalah limfoma malignum dan semuanya
adalah limfoma Hodgkin. Dari laporan-laporan tersebut di
atas terlihat bahwa di Indonesia limfoma non-Hodgkin
lebih banyak dari penyakit Hodgkin, dan pria selalu lebih
banyak daripada wanita.
Lanjutan
Sebagian besar pasien penyakit
Hodgkin
tidak
atau
sedikit
mengalami gejla yang berkaitan
dengan
penyakitnya.
Gejala
terssering adalah demam ringan
yang mungkin disertai keringat
malam. Gejala awal penting lainnya
adalah penurunan berat badan
lebih dari 10 persen dalam 6 bulan
atau kurang tanpa sebab yang
jelas. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah rasa lemah,
malaise dan cepat lelah. Pruritus
terdapat pada sekitar 10n persen
pasien pada saat diagnosis, gejala
ini biasanya generalisata dan
mungkin berkaitan dengan ruam
kulit
atau
walaupun
jarang
merupakan satu-satunya gejala
penyakit.
11. Prognosis
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor risiko terjadinya LNH yaitu:
Imunodefisiensi:
diketahui sekitar 25% kelainan
herediter langka yang berhubungan dengan terjadinya
LNH
antara
lain
adalah
severe
combined
immunodeficiency, hypogamma globulinemia, common
variable immunodeficiency, dan ataxia-telangiectasia.
Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-kelainan
tersebut seringkali dihubungkan pula dengan EpsteinBarr virus (EBV) dan jenisnya beragam, mulai dari
hiperplasia poliklonal sel B hingga limfoma monokional.
Agen Infeksius: EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma
Burkit endemik, dan lebih jarang ditemukan pada
limfoma Burkit sporadik. Karena tidak pada semua
kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan
mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit
belum diketahui. Sebuah hipotesis menyatakan bahwa
infeksi awal EBV dan faktor lingkungan dapat
Lanjutan
Lanjutan
Masuknya
sel
limfoma
ini
menyebabkan
enemia,ruam kulit dan gejala neurologis (misalnya
delirium, penurunan kesadaran). Biasanya yang
membesar adalah getah bening di dalam
yang
menyebabkan:
Pengumpulan cairan disekitar paru-paru sehingga
timbul sesak nafas
Penekanan
usus sehingga terjadi penurunan
nafas
Resiko infeksi
Febris terus menerus
Penyumbatan kelenjar getah bening sehingga
terjadi penumpukan cairan
Lanjutan
Bengkak
pada
wajah dan leher
dan daerah-daerah
nodus limfe yang
terkena
Limphadenopaty
Gangguan
pernafasan
Nyeri perut atau
perut kembung
Penurunan BB
Diare
Lanjutan
Gejala
Penyebab
Gangguan
pernapasan
Pembengkakan
wajah
Hilang nafsu makan
Sembelit berat
Nyeri perut atau
perut kembung
Pembengkakan
tungkai
Pembesaran kelenjar
getah bening di dada
Penurunan berat
badan
Diare
Malabsorbsi
Pengumpulan
cairan di sekitar
paru-paru
(efusi pleura)
Kemungkinan
timbulnya
gejala
20-30%
Pembesaran kelenjar
getah bening di perut
30-40%
Penyumbatan pembuluh
getah bening di
selangkangan atau perut
Penyebaran limfoma ke
usus halus
10%
Penyumbatan pembuluh
getah bening di dalam
dada
10%>
20-30%
Lanjutan
Penurunan berat
badan
Demam
Keringat di malam
hari
Anemia
(berkurangnya
jumlah sel darah
merah)
Penyebaran limfoma
ke seluruh tubuh
50-60%
Perdarahan ke dalam
saluran pencernaan
Penghancuran sel darah
merah oleh limpa yang
membesar & terlalu aktif
Penghancuran sel darah
merah oleh antibodi
abnormal (anemia
hemolitik)
Penghancuran sumsum
tulang karena
penyebaran limfoma
Ketidakmampuan
sumsum tulang untuk
menghasilkan sejumlah
sel darah merah karena
obat atau terapi
30%, pada
akhirnya bisa
mencapai 100%
5. Epidemiologi
Limfoma maligna merupakan salah satu kanker yang
dapat disembuhkan dengan kemoterapi atau dengan
kombinasi radioterapi. Insiden penyakit ini khususnya
LNH terlihat terus mengalami peningkatan sekitar 3,4%
setiap tahunnya. The American Cancer Society
memperkirakan terdapat 65.980 kasus baru setiap tahun
dan 19.500 di antaranya meninggal dunia akibat LNH
pada tahun 2009.
Di Indonesia, LNH menduduki peringat ke-6 kanker
terbanyak, bahkan Badan Koordinasi Nasional Hematologi
Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (BAKORNAS
HOMPEDIN) menyatakan, insiden Limfoma lebih tinggi
dari leukemia dan menduduki peringkat ketiga kanker
yang tumbuh paling cepat setelah melanoma dan paru.
6. Manifestasi klinis
Limfoma non Hodgkin mempunyai gambaran klinis oleh
massa abdominal dan intrathorakal (massa mediastinum)
yang sering kali disertai dengan adanya efusi pleura. Pada
anak yang lebih besar massa mediastinal ini seringkali (2535%) ditemukan khususnya pada limfoma limfoblastik sel T.
Gejala yang menonjol adalah nyeri, disfagia, sesak napas,
pembengkakan daerah leher, muka, dan sekitar leher
akibat adanya obstruksi vena cava superior. Pembengkakan
kelenjar limfe (limfadenopati) di sebelah atas diafragma
meliputi leher, supraklavikula atau aksiler, tetapi jarang
sekali retroperitoneal. Adanya pembesaran kelenjar limpa
dan hati menunjukkan adanya keterlibatan sumsum tulang
dan seringkali pasien menunjukkan gejala-gejala leukemia
limfoblastik akut, jarang sekali melibatkan gejala susunan
saraf pusat, kadang-kadang disertai pembesaran testis.
Lanjutan
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran
kelenjar getah bening di suatu tempat (misalnya leher
atau selangkangan) atau di seluruh tubuh. Kelenjar
membesar secara perlahan dan biasanya tidak
menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar
getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan
gangguan menelan. Pembesaran kelenjar getah bening
jauh di dalam dada atau perut bisa menekan berbagai
organ dan menyebabkan:
Gangguan pernapasan
Sembelit berat
Nyeri perut
Pembengkakan tungkai.
7. Klasifikasi
a. Klasifikasi Histopatologik
Klasifikasi histopatologik perkembangan klasifikasi ini
demikian cepat dan dijumpai berbagai jenis klasifikasi yang
satu sama lain tidak kompatibel. Pada tahun 1994 telah
dikeluarkan
klasifikasi
Revisied
American
European
Lymphoma (REAL) dan diterapkan secara luas. Klasifikasi
REAL/WHO mencakup semua keganasan limfoid dan limfoma
dan lebih berdasarkan klinis dibandingkan dengan skemaskema klasifikasi sebelumnya. Secara umum terjadi
pergeseran pembagian limfoma yang awalnya hanya
berdasarkan penampilan histologik menjadi lebih ke arah
sindrom dengan gambaran morfologik, imunofenotipe,
genetik, dan klinis yang khas. Klasifikasi ini juga berguna
untuk mempertimbangkan kemungkinan asal keganasan
masing-masing limfoid berdasarkan fenotipe dan status
penataan ulang imunoglobulinnya.
Sel B (85%)
Neoplasma prekursor sel B
Limfoma/leukimia limfoblastik
prekursor B (ALL-B/LBL)
Neoplasma sel B matur (perifer)
Leukimia limfositik kronik sel B/
Limfoma limfositik kecil
Leukimia prolimfositik sel B
Limfoma limfoplasmasitik
Limfoma sel B zona marginal limpa
(limfosit vilosa)
Leukimia sel berambut
Myeloma sel plasma/ plasmasitoma
b. Klasifikasi Rappaport
Secara umum klasifikasi LNH
dibuat berdasarkan kemiripan
sel-sel pada suatu tipe LNH
dengan limfosit normal dalam
berbagai
kompartemen
diferensiasi.
Klasifikasi
histopatologik harus disesuaikan
dengan kemampuan patologis
serta fasilitas yang tersedia. Dua
jenis klasifikasi yang paling
umum dipakai adalah klasifikasi
Kiel dan Working formulation.
Dibawah ini di uraikan klasifikasi
Rappaport yang merupakan awal
klasifikasi LNH modern, Working
formulation,
serta
klasifikasi
terbaru REAL.
Tabel
2.
Rappaport
Klasifikasi
1. Lymphocytic, poorly
differentiated
a. Nodular (NLPD)
b. Diffuse (DLPD)
2. Lymphocytic, well
differentiated
a. Diffuse (DLWD)
b. Mixed
lymphocytic histiocytic
a. Nodular (NMLH)
b.Diffuse (DMLH)
3. Undifferentiated
a. Diffuse (DU)
Burkitt
type
NonBurkitt
(lymphoblastic) type
c. Klasifikasi Kiel
Klasifikasi
Kiel
membagi
LNH
menjadi 2 golongan
besar, yaitu:
LNH
dengan
derajat
keganasan
rendah
LNH
dengan
derajat
keganasan tinggi
Klasifikasi Kiel sudah
menyesuaikan
dengan kompartemen
Sel T
High grade
malignancy
Lymphocytic
Small cerebriform
cell
Mycosis funguides
Sezarys syndrome
Lymphoepitheloid
(Lenners
lymphomas)
Angioimmunoblast
High grade
ic T zone
malignancy
Pleomorphic small
Centroblastic
Immunoblastic cell
Sel B
Low grade
malignancy
Lymphocytic
Lymphoplasma
cytic
Plasmacytic
Centroblastic/
centrocytic
Follicular
Diffuse
Centrocytic
Large cell
anaplastic (Ki1+)
Burkitts
lymphoma
Lymphoblastic
Rare types
High grade
malignancy
Pleomorphic
medium and large
cell
Immunoblastic
Large cell
Limfoma Folikular
Limfoma Burkitt
Stadium
Skema Stadium LNH dari St.Jude Childrens Research Hospital.
I
II
abdomen
Tumor tunggal (ekstranodal) dengan keterlibatan kelenjar
regional pada satu sisi diafragma pada dua atau lebih area
nodul
Dua tumor (ekstranodal) dengan atau tanpa keterlibatan
kelenjar regional
Tumor lebih dari satu, tetapi masih satu sisi dengan
diafragma
Tumor primer pada gastrointestinal (ileosaekal) dengan
III
kedua
sisi
diafragma
Tumor dua atau lebih pada satu sisi diafragma
Tumor primer di daerah intrathorakal (mediastinal, pleura,
timus)
Limfositik kecil
Sel folikulas, kecil berbelah
Sel folikulas dan campuran sel besar dan kecil
berbelah
Tingkat sedang:
Sel
Sel
Sel
Sel
folikulis, besar
kecil berbelah, difus
campuran besar dan kecil, difus
besar, difus
Tingkat tinggi:
Prognosis
LH
LNH
Lanjutan
Karakteristik
Limfoma
Limfoma Non
Higt Grade
Hodgkin
Hodgkin
Tempat Asal
Nodul
Low Grade
Ekstra Nodul
Ekstra Nodul
Distribusi Nodul
Sentripetal
Sentrifugal
Sentrifugal
Keterlibatan
Jarang
Jarang
Jarang
Ya
Tidak
Ya
prognosis
Sembuh Dengan
Ya
Tidak
Ya
Kemotrapi
Penyebaran Nodul
Contiguous
Non- Contiguous
Non- Contiguous
Keterlibatan
Jarang
Sering
Jarang
Hepar
Pengamatan
Reed Strenberg
Mikroskopik
Cell
Sistem Saraf
Pusat
Keterlibatan
Sunsum Tulang
mempengaruhi
Pada
pasien
dengan limfoma
keganasan
tingkat rendah
stadium III dan
IV, penyinaran
seluruh
tubuh
dosis
rendah
dapat membuat
hasil
yang
Lanjutan
Khemoterapi
Lanjutan
Transplantasi Sumsum Tulang
Limfosit, Normal
%
: 25-40
Monosit, Normal
%
: 2-8
Eosinofil, Normal
%
: 2-4
Eritrosit
Nilai normal HB
Anak
: 10- 16 gr/dl
Dewasa : 4.00010.000/mm3
Bayi/anak : 9.00012.000/mm3
sel/
Perempuan
juta sel
Hematokrit
Perempuan
Laki-laki
: 0-8 mm/jam
: 4,2juta-5,4
/ul darah
Laki-laki : 42-52 %
BBL : 9.000-30.000/mm3
Pemeriksaan LED
: 50-70
: 37-47 %
Trombosit, Normal:
150.000400.000
sel/uldarah
Dosis :
C : Cyclofosfamid 1000 mg/m 2 iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/m 2 iv hari I
P : Prednison 100 mg/m 2 po hari 1-5
MMOP (mekloretamin(nitrogen
Prokarbazin, Prednison.
vinkistrin
(oncovin),
mustard),
procarbazine,
Vinkristin
(onkovin),
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan minimal :
Anamnesia dan Pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris
keringatan malam, penurunan berat badan, limfadenopati dan
hepatosplenomegali.
Pemerikasaan Laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal
hepar, faal ginjal, LDH.
Pemerikasaan Ideal
Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone-scan,
CT-scan, biopsi sunsum tualng, biopsi hepar, USG, endoskopi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan
histopatologi. Untuk LH memakai kritoria lukes dan butler ( 4 jenis ).
Untuk LNH memakai kriteria internasional working formulation (IWF)
menjadi derajat keganasan rendah, sedang dan tinggi.
Pemerikasaan
rontgen dadamembantu menemukan adanya
pembesaran kelenjar didekat jantung.
Limfangigram bisa menggambarkan kelenjer getah bening yang
jauh di dalam perut dan panggul.
Lanjutan
Pengobatan
Lanjutan
Therapy
Pilihan Pengobatan
o
o
o
o
o
o
o
Pencegahan
Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma
Non Hodgkin karena penyebabnya tidak diketahui.
Super lutein merupakan herbal antikanker no 1
yang direkomendasi oleh 6600 dokter didunia,
kemammpuannya sebagai herbal antikanker tidak
dapat dipungkiri lagi. Kandungan iycopene,beta
caroten dan alpha carotene merupakan karotenoid
yang berfungsi sebagai antioksidan yang sangat
baik untuk regenerasi sel-sel yang telah mati dan
menghambat radikal dalam tubuh .karotenoid
tersebut mampu menghambat dan membunuh
mutasi sel-sel kanker ini.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
:
:
Alamat
2.Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri perut terus menerus, demam, nafsu
makan menurun, berat badan menurun 3 bulan yang lalu, dada
nyeri jika perut juga nyeri, dan merasakan ada benjolan di perut
kiri.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluhkan nyeri perut terus mnerus,
demam , nafsu
makan menurun, berat badan
merunun da nada benjolan di perut kiri atas.
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit serupa
sebelumnya
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit
serupa
Eliminasi:
Gejala: Perubahan karakteristik urine dan atau feses Riwayat
obstruksi usus, sindrom malabsobsi (infiltrasi kelj.limfe retroperitoneal)
Tanda: Nyeri tekan kuadran kanan atas, hepatomegali Nyeri tekan
kuadran kiri atas, splenomegaly Penurunan haluaran urine, warna
lebih gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral, gagal ginjal) Disfungsi
usus dan kandung kemih (kompresi spinal cord pada gejala lanjut)
Makanan dan cairan:
Gejala: Anoreksia,Disfagia (tekanan pada esofagus) Penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan 10 % dalam 6 bulan tanpa upaya
diet pembatasan.
Tanda:Pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau ekstremitas
atas (kompresi vena cava superior) Edema ekstremitas bawah, asites
(kompresi vena cava inferior oleh pembesaran kelj.limfe
intraabdominal)
Nyeri dan Kenyamanan:
Gejala: Nyeri/nyeri tekan pada nodus yang terkena misalnya pada
sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral),
nyeri tulang (keterlibatan tulang limfomatus)
Tanda: Fokus pada diri sendiri, perilaku hati-hati.
Pernapasan:
Gejala : Dispnea pada saat aktivitas atau istirahat, nyeri dada.
Keamanan:
Seksualitas:
Penyuluhan/pembelajaran:
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Penurunan kesadaran, kelemahan umum
Kepala
Rambut
Mata.
Hidung
Telinga
Simetris, auricula tidak ada infeksi, liang telinga warna merah muda,
bersih tidak
didapatkan adanya cerumen yang mengeras ataua
menggumpal, fungsi
pendengaran baik ditandai dengan pasien bisa
menjawab pertanyaan dengan spontan
Mulut
Mucosa pucat dan kering, gigi bersih tidak ada caries, tidak ada
radang pada
tonsil,tidak terdapat stomatitis, fungsi mengunyah,
pengecapan kurang ( susah
memasukkan, mencerna dan mengasorbsi
makanan )
Leher
Asimetris
Pemeriksaan Thorak
Abdomen
atas,
teraba
masssa
Analisa data
No
1
Data
DS
Klien mengatakan
bahwa ia demam
DO
Etiologi
Diagnose
keperawatan
Hypertermi
bakteri
Pertahanan tubuh
Klien
tampak
demam
Pruritas
(kemerahan)
menurun
Infeksi
Proses inflamasi
Hypertermi
DS
Tidak mampu
Ketidakseimbangan
Klien
memasukkan,
mencerna dan
kebutuhan tubuh
mengatakan
nafsu
makan
menurun
mengasorbsi
makanan
Klien
mengatakan
susah
Kurang nafsu
makan
mengunyah
makanan
Intake makanan
DO
kurang
BB
klien
mengalami
BB menurun
penurunan
Fungsi
mengunyah dan
pengecapan
Ketidakseimbanga
klien kurang
n nutriai kurang
DS
Mengenai sumsum
Klien
tulang
mengatakan
badannya lemas
Anemia,
pendarahan,
DO
infeksi
Klien
tampak
mengalami
kelemahan
umum
Penurunan
kekuatan otot
Kelemahan,
keletihan
Ketidakseimbanga
n antara suplai
Oksigen dengan
kebutuhan
Intoleran aktivitas
Intoleransi Aktivitas
DS
jika
perut
juga
Klien
tampak
gelisah
cemas
Klien
tampak
mengerinyai
menelan
saat
dan
saat
leher/ketiak/pangkal
paha ditekan
Movement
maksimal
tidak
saat
klien
menoleh ke kiri
dada
juga nyeri
nodus limfa
Agen cidera
biologi
DO
Mengenai
jika
perut
Nyeri
Nyeri Akut
DS
Klien
mengatakan
sakit kepala
Mengenai
Ketidakefektifan
sumsum tulang
Perfusi Jaringan
Perifer
Anemia,
Klien
pendarahan,
mengatakan
ujung jari terasa
infeksi
dingin
DO
Penurunan
\Membran
komponen
mukosa pucat
Ujung
jari
sianosis
Pernapasan
cuping hidung
Mukosa
mulut
selular untuk
pengiriman
oksigen/nutrisi
ke sel
Perubahan
perfusi jaringan
DS
Klien
susah
bernafas
Pernapasan cuping
Obstruksi
trakeobronkial
medina(edema jalan
hidung
Ketidakefektifan
nafas)
DO
Pembesaran nodus
tidak efektif
bernafas
7
Kurang terpajan
DS
Klien
tidak
mengatakan
tahu
banyak
tentang penyakitnya
DO
Klien
tampak
tidak
tahu
informasi-
informasi
mengenai
penyakit
dideritanya
yang
informasi
Defisiensi
pengetahuan
Defisiensi Perngetahuan
Diagnosa keperawatan
No
Diagnosa
Kriteria NOC
NIC
Aktivitas
tubuh Thermor Fever Treatment
Hypertermi Suhu
a,
dalam
berhubung
normal
an dengan Nadi
tidak
dalam
efektifnya
normal
rentang egulation
dan RR
dan
RR
rentang
termoregul Tidak
ada
penurunan
tingkat
kesadaran
asi
perubahan
Temperature Regulation
sekunder
Tingkatkan
terhadap
inflamasi.
intake
cairan
dan
nutrisi
Carar
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
Ketidakseim Adanya
Nutrition
bangan
peningkatan
al status
nutrisi
berat badan
kurang dari
yang sesuai
kebutuhan
dengan tujuan
tubuh
Berat badan
berhubungan
ideal sesuai
dengan tidak
dengan tinggi
mampu
badan
dalam
Mampu
memasukkan
mengidentifikasi
, mencerna
kebutuhan
dan
nutrisi
tanda-tanda
malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan dan
Nutritional Management
Kolaborasi
ahli
gizi
Nutrition
al status
:
dengan
dan
nutrient
intake
Weight
Anjurkan
pasien
untuk
dan vit C
Yakinkan
diet
yang
dimakan
Nutrition
:
dibutuhkan
and fluid
al status
yang
pasien
food
intake
nutrisi
mencegah konstipasi
Monitor
jumlah
nutrisi
dan
kandungan kalori
Nutrition Monitoring
control
Monitor
kadar
albumin,
total
3.
dalam aktivitas
Intoleransi
aktivitas
peningkatan
berhubung
tekanan darah,
an dengan
ketidaksei
mbangan
antara
Berpartisipasi
suplay
tolera
aktivitas sehari-
nce
Tanda-tanda vital
Self
normal
care
ADLs
Energi psikomotor
dengan
Level kelemahan
kebutuhan
Mampu berpindah:
tenaga
dalam
untuk
aktivitas
baik
yang
bantuan
aktivitas
Sirkulasi status
memilih
konsisten
bantuan alat
adekuat
medik
merencanakan
untuk
kardiopulmonari
dengan
rehabilitasi
kelemahan Status
Activit
Mampu melakukan
umum
vation
y
oksigen
dan
conser Kolaborasikan
nadi, dan RR
mengidentifikasi
dalam
beraktivitas
Bantu
pasien
untuk
mengembangkan
multifasi
respon
fisik,
4.
Mampu
Pain level
Nyeri
akut
nyeri, mampu
berhub
menggunakan
ungan
teknik
nonfarmakologi
denga
Pain management
control
Comfort
level
mengurangi
cidera
nyeri, mencari
biologi
bantuan)
Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
untuk
n agen
manajemen nyeri
Mampu
Analgesik Administration
mengenali nyeri
(skala intensitas,
frekuensi, dan
Tingkatkan istirahat
obat
Pengetahua
keluarga
ge :
menyatakn
disease
tentang tingkat
berhubunga
pemahaman
process
pengetahuan pasien
n dengan
tentang
kurang
penyakit,
ge :
terpajan
kondisi,
health
informasi
prognosis dan
behavio
program
pengobatan
Pasien dan
keluarga
mampu
Knowled
Berikan penilaian
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan
yang tepat
secara benar
Pasien dan
keluarga
ifan
bersiha
n jalan
tory
status :
dan dyspnea
ventilat
( mampu
ion
nafas
mengeluarkan
berhub
sputum mampu
ungan
bernapas dengan
tory
dengan
status :
obstruk
pursed lips)
airway
si
Menunjukan jalan
( klien tidak
ronkula
merasa tercekik,
irama nafas
(edema
frekuensi
jalan
pernapasan dalam
nafas)
rentang norma )
Mampu
mengidentifikasi
suctioning
Auskultasi suara napas sebelum dan
sesudah suctioning
Imformasikan pada klien dan keluarga
tentag suctioning
Minta klien napas dalam sebelum
Respira
patency
trakeob
suctiob dilakukan
Berikan O2 dengan menggunakan nasal
untuk memfasilitasi suksion nasatrakeal
Airway management
han
ation management
perfusi
dengan :
jaringan
berhubun
gan
dengan
penuruna
n
diharapkan
kompone
n seluler
untuk
dari 15 mmHg)
Mendemonstrasikan
ditandai dengan :
Tissu
tajam / tumpul
ral
nutrisi ke
sel
kemampuan
Kolaborasi pemberian
Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
Memproses informasi
analgetik
Monitor adanya
tromboplestis