Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM ATOM DAN MOLEKUL

PENENTUAN KONSTANTA PLANCK

Yang dibimbing oleh Dr. Robi Kurniawan, M.Si.

Disusun oleh:
Rizqi Dwi N
200321614860

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
A. TUJUAN...................................................................................................... 1
B. DASAR TEORI........................................................................................... 1
C. ALAT DAN BAHAN .................................................................................. 4
D. GAMBAR SET ALAT PERCOBAAN ...................................................... 6
E. PROSEDUR ................................................................................................ 6
F. LEMBAR DATA ........................................................................................ 7
G. ANALISIS DATA ...................................................................................... 8
H. PEMBAHASAN DAN TUGAS ................................................................ 13
I. KESIMPULAN ......................................................................................... 18
J. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 19
K. LAMPIRAN ............................................................................................. 20

i
PERCOBAAN 1
PENENTUAN KONSTANTA PLANCK

A. TUJUAN
Tujuan dalam eksperimen yang memanfaatkan fenomena fotolistrik pada
kotak h/e, praktikan diharapkan mampu; mengukur tegangan pada kotak h/e
untuk bervariasi intensitas dari satu warna cahaya yang menimpa katoda;
mengukur tegangan pada kotak h/e untuk beberapa warna cahaya yang
menimpa logam dengan intensitas terkontrol tetap; mendapatkan hubungan
antara energi kinetik elektron yang terpancar dengan frekuensi cahaya yang
menimpa katoda; menentukan konstanta alam Planck; dan menentukan fungsi
kerja bahan lempeng katoda.
B. DASAR TEORI
Dalam postulatnya, Planck menyebutkan bahwa energi dapat dimiliki
osilator namun tetap memandang radiasi thermal dalam rongga sebagai gejala
gelombang. Einstein juga mengatakan apabila suatu osilator dengan energi
pindah ke suatu keadan dengan energi maka osilator tersebut memancarkan
suatu gumpalan energi elektromagnetik dengan energi. Einstein berasumsi
bahwa gumpalan energi tersebut yang kemudian dikenal dengan foton.[1]
Konstanta Planck (dilambangkan dengan h) adalah konstanta fisik yang
merupakan kuantum tindakan, pusat dalam mekanika kuantum. Pertama kali
dikenalkan pada tahun 1900 oleh Max Planck. Ia dikenal sebagai konstanta
proporsionalitas antara peningkatan energi minimal (E) dari sebuah isolator
elektrik hipotesis dalam rongga yang mengandung radiasi benda hitam, dan
frekuensi (𝑓) gelombang elektromagnetik yang terkait. Konstanta Planck
sendiri dari hasil pengukuran dan penelitian yang pernah dilakukan
menghasilkan nilai ℎ = 6,626 × 10−34[2]. Peningkatan energi minimal dari
isolator hipotesis, secara teori dikaitkan oleh Albert Einstein dengan elemen
minimal dari gelombang elektromagnetik itu sendiri. Kuantum cahaya
berperilaku dalam beberapa hal sebagai partikrl yang netral, yang disebut
foton. Konstanta Planck merupakan suatu konstanta yang sifatnya
fundamental alam yang berkaitan erat dengan konsep kuantum dalam fisika
modern[3].

1
Efek fotolistrik merupakan emisi elektron (selanjutnya disebut
elektronfoto) yang terjadi ketika cahaya menimpa suatu permukaan. Proses
efek fotolistrik secara sederhana tergambar pada Gambar 1. Dalam
eksperimen fotolistrik jumlah pancaran elektron diukur sebagai arus listrik
yang dicatat oleh ampermeter, sementara energi kinetik elektron ditentukan
dengan memberikan potensial pelambat pada anoda sehingga elektron tidak
mempunyai energi yang cukup untuk memanjati tanggul potensial. [6]

Gambar 1. Gambaran sederhana peristiwa fotolistrik

Gambar 2. Skema proses terjadinya efek fotolistrik


Jika tegangan pelambat terus diperbesar maka suatu saat amperemeter
menunjuk nol. Tegangan ini disebut potensial penghenti 𝑉𝑠 (stopping
potential). Karena elektronfoto dengan energi kinetik tertinggi tidak mampu
melewati potensial pelambat 𝑉𝑠 maka pengukuran 𝑉𝑠 merupakan suatu cara
untuk menentukan energi kinetik maksimum elektron 𝐾𝑚𝑎𝑥. [6]
𝐾𝑚𝑎𝑥 = 𝑒𝑉𝑠 (1)
e adalah muatan elektron. Nilai khas 𝑉𝑠 adalah dalam orde beberapa volt.

2
Gambar 3. Eksperimen efek fotolistrik
Salah satu fakta yang mendukung kebenaran dari Teori Kuantum
Planck adalah eksperimen Efek Fotolistrik yang dikemukakan oleh Albert
Einstein tahun 1905. Efek fotolistrik adalah keadaan dimana cahaya
mengeluarkan elektron dari permukaan beberapa logam (logam alkali)[4].
Jika foton memiliki energi hf melebihi fungsi kerja, maka energi kinetik
maksimal yang dialami elektron memenuhi persamaan sebagai berikut:
𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑒𝑉𝑠 (1)
dimana 𝑒 adalah besar muatan listrik elektron [5].
Untuk membangun formulasi yang mencermirkan fenomena fotolistrik,
Enstein menggunakan asas konservasi energi
𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔i 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑i𝑠𝑒𝑟𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛 = 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔i 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑i𝑡𝑒𝑟i𝑚𝑎 𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛
foton berfrekuensi 𝑣 menyerahkan energi sebesar ℎ𝑣. Energi foton datang
sebesar fungsi kerja logam dan gerak dengan energi kinetik 𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠.
ℎ𝑣 = Ø + 𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠

untuk mendapatkan kuantitas energi kinetik, maka


𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠 = ℎ𝑣 − Ø
Energi kinetik maksimum secara eksperimen dapat diperoleh dari potensial
penghenti 𝑉𝑠
𝑒𝑉𝑠 = ℎ𝑣 − Ø
atau
ℎ Ø
𝑉𝑠 = ( ) 𝑣 −
𝑒 𝑒
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menentukan konstanta alam planck.

3
Persamaan linier bagi hubungan antara potensial penghenti elektron
yang terlepas dari logam vs. frekuensi dapat kita manfaatkan untuk
melakukan penentukan ulang konstanta Planck h. [6]
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Lengkap
Set up peralatan tersusun atas bagian utama dan peralatan bantu. Bagian
utama terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Kotak h/e.
b. Kotak sumber cahaya Hg.
c. Filter cahaya tampak.
Peralatan bantu terdiri dari:
a. Batang penghubung dari kotak h/e ke kotak sumber cahaya.
b. Landasan penyangga kotah h/e.
c. Perangkat lensa dan kisi yang dilekatkan pada sisi depan kotak
sumber cahaya.
d. Tameng cahaya yang dilekatkan pada sisi belakang kotak sumber
cahaya Hg.
e. Papan pengatur cahaya yang dilekatkan pada kotak h/e.
f. Voltmeter digital yang harus terhubung ke kotak h/e.
2. Fungsi Alat
a. Kotak h/e
Kotak h/e adalah bagian utama yang berfungsi memperlihatkan gejala
efek fotolistrik. Di dalam kotak h/e terdapat tabung vakum kecil yang
berisi katoda dan pelat anoda. Pelat katoda dirancang memiliki kerja
rendah sehingga cahaya tampak pada rendah dapat melepaskan elektron
di katoda. Selain itu, elektron yang dilepaskan dari katoda akan
menumpuk di pelat anoda. Fotodioda ini terhubung ke sirkuit elektronik
yang memiliki kapasitas sangat kecil, oleh karena itu akan diisi dengan
arus fotoelektron. Jika perbedaan kapasitansi mencapai nilai tegangan
shutdown fotoelektron, arus listrik dalam elektronik akan berkurang
menjadi nol dan perbedaan tegangan antara katoda dan anoda akan
stabil. Perbedaan tegangan ini dikenal sebagai tegangan shutdown
fotoelektron. Tegangan shutdown ini dapat diukur dari terminal output
pada panel sisi depan h/e.
4
Ada dua baterai di dalam kotak h/e yang terletak di dalam. Setiap kali
Anda melakukan percobaan, ini harus diperiksa menggunakan voltmeter
dan menghubungkan terminal uji baterai ke instalasi baterai. Batas
terendah baterai adalah 6 Volt.
b. Sumber cahaya Hg
Sumber cahaya Hg menghasilkan emisi polikromatik. Kotak
sumber cahaya memiliki dua jendela cahaya. Praktisi hanya boleh
menggunakan salah satu jendela, yaitu jendela yang mengarah ke katoda
h/e. Selama lampu Hg menyala, harus didinginkan dengan kipas angin.
c. Filter cahaya tampak
Tersedia tiga filter cahaya tampak, yaitu filter lampu merah, filter
lampu hijau, dan filter relatif .
3. Desain Percobaan
Merangkai tiap peralatan sehingga kotak h/e dan sumber cahaya Hg
saling berhadapan. Kemudian mengatur posisi lensa dan kisi, sehingga
cahaya dari sumber terfokus pada papan pengatur cahaya yang terletak
di kotak h/e. Setelah kondisi ini tercapai, pertahankan posisi lensa/kisi
dengan mengencangkan sekrup. Selain itu, perlu untuk mengatur posisi
kotak h/e sehingga dapat dipastikan bahwa cahaya yang melewati celah
akan mencapai fotodioda tanpa bertabrakan dengan cahaya lain di
sekitarnya.

5
D. GAMBAR SET ALAT PERCOBAAN

Gambar 4. Set Alat Percobaan


E. PROSEDUR
1. Persiapan
a. Memeriksa semua kelengkapan peralatan sebelum melakukan
eksperimen.
b. Memeriksa bahwa semua unit dalam keadaan OFF dan skala sumber
terkecil dan skala alat ukur terbesar.
c. Menyusun set rangkaian eksperimen sesuai desain percobaan.
2. Percobaan 1
Percobaan 1 mengamati hubungan antara pengukuran potensial
penghenti dengan variasi intensitas cahaya.
a. Mengatur posisi tabung h/e sedemikian sehingga hanya satu warna
yang jatuh pada celah cahaya (pada papan pengatur cahaya) yang
selanjutnya lewat jendela masuk menuju fotodioda. Jika warna cahaya
yang diinginkan adalah merah, maka tempelkan filter warna merah
pada papan pengatur cahaya.
b. Menempelkan filter transmisi di depan filter warna, kemudian
memilih tingkat transmisi 100% (intensitas penuh). Mengukur beda
potensial penghenti (dengan voltmeter) melalui terminal output pada
panel kotak h/e; mencatat pada tabel.

6
c. Menekan tombol pelepas muatan push to zero lalu melepas tekanan
dan mengamati displai pembaca voltmeter. Melepaskan filter
transmisi cahaya (sehingga tinggal filter warna saja). Mengukur beda
potensial penghenti (seperti langkah 3 dan 4).
d. Mengulangi langkah 2, 3, 4 dan 5 dengan melakukan variasi tingkat
transmisi lainnya (80%, 60%, 40% dan 20%).
e. Mengulangi langkah 2 sampai 6 untuk warna hijau.
3. Percobaan 2
Percobaan 2 mengamati hubungan antara pengukuran potensial
penghenti dengan variasi frekuensi cahaya tampak. Memfokuskan
perhatian pada spektrum difraksi tingkat pertama, tampak terdapat 5
warna, berurutan: kuning, hijau, biru, violet dan ultraviolet.
a. Menjatuhkan spektrum cahaya warna kuning (pola interferensi) orde
pertama pada celah cahaya kotak h/e (pada papan pengatur cahaya)
agar cahaya tersebut mengenai fotodioda.
b. Mengamati penunjukan beda potensial penghenti dan mencatat pada
tabel yang sesuai.
c. Mengulangi langkah 8 dan 9 untuk warna-warna berikutnya.
d. Mengulangi langkah-langkah 8, 9 dan 10 untuk spektrum (pola
interferensi) orde kedua.
F. LEMBAR DATA
Variabel kontrol : Jenis filter (merah dan hijau) dan jenis orde (orde pertama
dan orde kedua)
Variabel bebas : Tingkat transmisi
Variabel terikat : Tegangan (potensial penghenti) yang terukur (𝑉s )
Nst voltmeter : 0,01 Volt
Tabel 1. Data Pengamatan Percobaan 1 (Filter Merah)
No. Tingkat Transmisi 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠(V)
1 20 % 0,07 ± 0,005
2 40 % 0,11 ± 0,005
3 60 % 0,13 ± 0,005
4 80 % 0,17 ± 0,005

7
5 100 % 0,19 ± 0,005

Tabel 2. Data Pengamatan Percobaan 1 (Filter Hijau)


No. Tingkat Transmisi 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠(V)
1 20 % 0,08 ± 0,005
2 40 % 0,10 ± 0,005
3 60 % 0,13 ± 0,005
4 80 % 0,15 ± 0,005
5 100 % 0,18 ± 0,005

Tabel 3. Data Pengamatan Percobaan 2 (Orde Pertama)


No. Warna 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠(V)
1 Ungu 0,11 ± 0,005
2 Hijau 0,7 ± 0,005
3 Jingga 0,3 ± 0,005

Tabel 4. Data Pengamatan Percobaan 2 (Orde Kedua)


No. Warna 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠(V)
1 Ungu 0,9 ± 0,005
2 Hijau 0,7 ± 0,005
3 Jingga 0,3 ± 0,005

G. ANALISIS DATA
a. Percobaan 1: pengamatan hubungan antara variasi intensitas cahaya
dengan pengukuran potensial penghentinya.
Berdasarkan data pada tabel 1 dan tabel 2 yang telah diperoleh dari
percobaan pertama yaitu mengamati hubungan antara variasi tingkat
transmisi dengan pengukuran potensial penghenti. Berikut merupakan
grafik hubungan antara Potensial Penghenti 𝑉𝑠 dengan tingkat transmisi:
1) Filter Kuning

8
Grafik Hubungan antara Tingkat Transmisi dengan
Potensial Penghenti (Vs) pada Filter Kuning

0,18

0,14 y = 0,15x + 0,044


R² = 0,9868
0,1

0,06

0,02
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

2) Filter Hijau

Grafik Hubungan antara Tingkat Transmisi dengan


Potensial Penghenti (Vs) pada Filter Kuning
0,22

y = 0,0669e1,0137x
0,18
R² = 0,9896

0,14

0,1

0,06

0,02
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

b. Percobaan 2: pengamtan hubungan antara potensial penghenti


dengan variasi frekuensi cahaya tampak
Berdasarkan data pada tabel 3 dan tabel 4 yang telah diperoleh dari
percobaan kedua yaitu dengan mengamati hubungan antara variasi
frekuensi cahaya tampak dengan pengukuran potensial penghenti kemudia
diformulasikan ke dalam bentuk grafik hubungan antara frekuensi dengan
potensial penghenti dengan uraian sebagai berikut:
Energi kinetik maksimum dari elektron adalah
𝐸𝑘𝑚𝑎𝑧 = 𝑒𝑉𝑠
𝐸𝑘𝑚𝑎𝑧 = 𝐸 − 𝑤
𝐸𝑘𝑚𝑎𝑧 = ℎ𝑣 − 𝑤
𝑒𝑉0 = ℎ𝑣 − 𝑤

9
dengan menggunakan ralat kuadrat terkecil dan ralat grafik diperoleh
persamaan garis lurus, yaitu:
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
sehingga diperoleh kesamaan nilai atau linearisasi grafik sebagai berikut:
ℎ 𝑤
𝑒𝑉0 = 𝑦; ( ) = 𝑚; 𝑣 = 𝑥; (− ) = 𝑐
𝑒 𝑒
1) Orde Pertama
Berdasarkan data pada tabel 3 diperoleh data warna yang dapat diubah
ke rentang frekuensinya, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
No. Warna Frekuensi (Hz) 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠(V)
1 Ungu 7,89 × 1014 0,11 ± 0,005
2 Hijau 6,06 × 1014 0,07 ± 0,005
3 Jingga 5,08 × 1014 0,03 ± 0,005

Berikut merupakan grafik yang diperoleh dengan menggukan


persamaan ralat kuadrat terkecil dengan frekuensi sebagai sumbu
𝑥 dan 𝑉𝑠 sebagai sumbu 𝑦

Grafik Hubungan antara Frekuensi dengan


Potensial Penghenti Orde Pertama
0,8
0,6 y = -1E-15x + 1,0049
R² = 0,2247
0,4
0,2
0
0 5E+14 1E+15

Simpangan y : 𝑆𝑦 = 0,375026
Nilai gradien : 𝑚 = −1,0009 × 10−15
Simpangan gradien garis : 𝑆𝑚 = 1,859 × 10−15
Ralat relatif gradien : 𝑅𝑚 = 185,7%
Jadi, diperoleh nilai nilai gradien garis 𝑚 = (−1,001 ± 1,859 ) ×
10−15 dengan ralat relatif sebesar 185% (1 AP)

10
Menentukan Konstanta Alam Planck
𝑒 adalah muatan listrik elektron yang nilainya 1,602 × 10−19C.
Konstanta planck : ℎ = −1,6 × 10−34
Ralat rambat : 𝑆ℎ = 1,99 × 10−34
Ralat relatif : 𝑅ℎ = 124%
Jadi, diperoleh nilai konstanta alam plack ℎ = (−1,6 ± 1,99) ×
10−34J.s dengan ralat relatif sebesar 124% (1 AP).

Menentukan Fungsi Kerja Bahan Lempeng Katoda


Nilai konstanta : 𝑐 = 1,0049
Simpangan konstanta : 𝑆𝑐 = 1,199
Fungsi kerja : 𝑤 = −1,61 × 10−19
Simpangan fungsi kerja : 𝑆w = 1,28 × 10−19
Ralat relatif fungsi kerja : 𝑅w = 79,6%
Jadi, diperoleh nilai fungsi kerja 𝑤 = (1,28 ± −1,6) × 10−19J.s
dengan ralat relatif sebesar 80% (2
2) Orde Kedua
Berdasarkan data pada tabel 4 diperoleh data warna yang dapat diubah
ke rentang frekuensinya, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
No. Warna Frekuensi (Hz) 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠(V)
1 Ungu 7,89 × 1014 0,9 ± 0,005
2 Hijau 6,06 × 1014 0,7 ± 0,005
3 Jingga 5,08 × 1014 0,3 ± 0,005

Berikut merupakan grafik yang diperoleh dengan menggukan


persamaan ralat kuadrat terkecil dengan frekuensi sebagai sumbu
𝑥 dan 𝑉𝑠 sebagai sumbu 𝑦

11
Grafik Hubungan antara Frekuensi dengan
Potensial Penghenti Orde Kedua
1
0,8
y = 2E-15x - 0,6369
0,6
R² = 0,8739
0,4
0,2
0
0 5E+14 1E+15

Simpangan y : 𝑆𝑦 = 0,1534
Nilai gradien garis : 𝑚 = 2,00239 × 10−15
Simpangan gradien garis : 𝑆𝑚 = 7,606 × 10−16
Ralat relatif gradien : 𝑅𝑚 = 37,99%
Jadi, diperoleh nilai nilai gradien garis 𝑚 = (2,002 ± 0,761) ×
10−15 dengan ralat relatif sebesar 38% (2 AP).

Menentukan Konstanta Alam Planck


𝑒 adalah muatan listrik elektron yang nilainya 1,602 × 10−19C.
Konstanta planck : ℎ = 3,21 × 10−34
Ralat rambat : 𝑆ℎ = 8,12 × 10−35
Ralat relatif : 𝑅ℎ = 25,3%
Jadi, diperoleh nilai konstanta alam plack ℎ = (3,21 ± 0,82) ×
10−34J.s dengan ralat relatif sebesar 25% (2 AP).

Menentukan Fungsi Kerja Bahan Lempeng Katoda


Nilai komstamta : 𝑐 = 0,636851
Fungsi kerja : 𝑤 = 1,02 × 10−19
Simpangan konstanta : 𝑆𝑐 = 0,491
Simpangan fungsi kerja : 𝑆w = 5,24 × 10−20
Ralat relatif fungsi kerja : 𝑅w = 51,4%
Jadi, diperoleh nilai fungsi kerja 𝑤 = (1,02 ± 0,54) × 10−19J.s
dengan ralat relatif sebesar 51% (2 AP).

12
H. PEMBAHASAN DAN TUGAS

1. PEMBAHASAN
Eksperimen yang dilakukan untuk menentukan kembali konstanta
Planck dilakukan dengan menggunakan fenomena fotolistrik. Efek
fotolistrik adalah pancaran elektron oleh permukaan ketika menyerap
radiasi elektromagnetik di atas frekuensi ambang tergantung pada jenis
permukaan. Elektron tersebut akan tertarik ke kutub positif dan
menyebabkan aliran listrik. Cahaya terdiri dari partikel foton yang
energinya sebanding dengan frekuensi cahaya itu sendiri.
Jika frekuensi cahaya rendah, maka foton memiliki energi sedikit
dan tidak dapat memukul elektron keluar dari permukaan logam,
begitupun sebaliknya.Pada percobaan pertama dilakukan proses
pengamatan hubungan antara variasi intensitas cahaya dengan pengukuran
potensial penghenti. Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi intensitas cahaya yang mengenai kotak
h/e, maka semakin tinggi pula nilai potensial henti yang diukur oleh
voltmeter. Potensi penghentian itu sendiri sebanding dengan energi
kinetik maksimum. Jika lebih sedikit cahaya yang masuk, energi kinetik
maksimum berkurang.
Pada percobaan kedua, proses pengamatan antara variasi frekuensi
cahaya tampak dilakukan pengukuran potensial henti. Dengan potensi
penghentian dari perangkat yang digunakan, intensitas pada potensi
penghentian dan variasi intensitas cahaya dapat diamati. Pada percobaan
ini diamati tiga warna cahaya tampak, yaitu ungu, hijau dan jingga.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap data yang diperoleh
pada percobaan orde pertama , hal ini tidak sesuai dengan teori , tetapi
pada percobaan orde kedua konsisten dengan teori. Frekuensi harus
sebanding dengan beda potensial henti, yang artinya semakin tinggi
frekuensi, semakin kecil beda potensial henti. Sebaliknya, semakin besar
frekuensi warna yang digunakan, semakin besar beda potensial henti.
Frekuensi juga berbanding terbalik dengan panjang gelombang, semakin
kecil frekuensi maka semakin besar panjang gelombangnya. Sebaliknya,
13
semakin besar frekuensi , semakin kecil panjangnya. Dengan demikian,
pada cahaya tampak yang teramati, warna jingga memiliki frekuensi
terkecil dan warna ungu memiliki frekuensi tertinggi. Serta warna jingga
memiliki panjang gelombang terbesar dan warna ungu mempunyai
panjang gelombang terpendek.
Berdasarkan analisis percobaan yang telah dilakukan untuk
menentukan besarnya konstanta Planck, didapatkan hasil konstanta alam
Planck pada orde pertama adalah ℎ = (−1,6 ± 1,99) × 10−34J.s dengan
ralat relatif sebesar 124% (1 AP) dan konstanta alam Planck pada orde
kedua adalah ℎ = (3,21 ± 0,82) × 10−34J.s dengan ralat relatif sebesar
25% (2 AP).
Berdasarkan analisis percobaan yang telah dilakukan untuk
menentukan besarnya fungsi kerja plat katoda yang digunakan didapatkan
nilai fungsi kerja kotak ℎ/𝑒 pada orde pertama 𝑤 = (1,28 ± −1,6) ×
10−19J.s dengan ralat relatif sebesar 80% (2 AP) dan nilai fungsi kerja
kotak ℎ/𝑒 pada orde kedua 𝑤 = (1,02 ± 0,54) × 10−19J.s dengan ralat
relatif sebesar 51% (2 AP).
Pada percobaan ini nilai Konstanta Planck yang didapatkan masih
cukup jauh dari teori. Hal ini dapat terlihat dari nilai ralatnya yang cukup
besar. Nilai konstanta Planck menurut referensi, yaitu sebesar ℎ = 6,26 ×
10−34 J.s.
Selama percobaan, hal yang dapat menyebabkan kesalahan adalah
kurangnya ketelitian dan kehati-hatian dalam memposisikan warna cahaya
untuk mencapai kotak ℎ/𝑒. Selain itu, posisi filter dengan transmisi juga
menjadi salah satu penyebab error. Posisi filter dan transmisi yang miring
menyebabkan cahaya Hg tidak tepat mengenai transmisi. Selain itu, ada
mungkin juga ada kesalahan saat mengurai data sehingga juga
mempengaruhi analisis yang dihasilkan.
2. TUGAS
a. Deskripsikan hasil pengukuran potensial penghenti untuk berbagai
intensitas cahaya yang menimpa pelat katoda dengan satu warna filter
cahaya yang dikontrol tetap. Mengapa demikian? Kaitkan dengan data
eksperimen pada eksperimen fotolistrik yang sesungguhnya, jika
terdapat kontradiksi bagaimana penjelasan fenomenologisnya?
14
Jawab:
Berdasarkan data pengamatan untuk filter warna orde tetap dengan
intensitas cahaya berbeda yang mengenai pelat katoda, filter kuning
dan hijau menghasilkan perubahan besar dalam potensi berhenti untuk
intensitas yang digunakan. Pada data yang diperoleh, dapat dikatakan
bahwa semakin rendah intensitas cahaya yang ditembakkan, semakin
rendah pula potensial hentinya. Hal ini dikarenakan untuk penentuan
ulang konstanta Planck pada set percobaan yang digunakan
seharusnya di pasang amperemeter sebagai pengamat banyaknya
elektron yang lewat tiap detik sebagai arus listrik. Jadi semakin besar
intensitas , semakin besar jumlah elektron yang dilepaskan dan
mengalir, sehingga diperlukan penghentian yang besar. Sesuai dengan
pendapat fisika modern bahwa distribusi energi elektron yang
dipancarkan tidak bergantung pada cahaya. Berkas cahaya yang kuat
hanya menghasilkan lebih banyak atau elektron yang dipancarkan
tetapi energi fotoelektron rata-rata sama dibandingkan dengan
fotoelektron oleh berkas cahaya yang lebih lemah dengan frekuensi
yang sama.
b. Deskripsikan hasil pengukuran potensial penghenti dengan frekuensi
cahaya yang menimpa pelat katoda jika intensitas cahaya dikontrol
tetap.
Jawab:
Berdasarkan data pengamantan pada tabel 4 terlihat bahwa besar
potensial penghenti berbanding lurus dengan frekuensi cahaya yang
menimpa plat katoda sehingga semakin besar frekuensi cahaya yang
ditembakkan pada pelat katoda maka potensial penghentinya juga
semakin besar. Hal ini dikarenakan energi yang diserap oleh
elektronfoto semakin besar sehingga dibutuhkan energi potensial
penghenti yang lebih besar, ditandai dengan pembacaan potensial
penghenti pada voltmeter yang semakin besar.

15
c. Dapatkan hubungan antara energi potensial penghenti dengan
frekwensi cahaya yang menimpa pelat katoda jika intensitas cahaya
dikontrol tetap. Mewakili besaran apakah potensial penghenti?
Jawab:
Energi potensial penghenti dengan frekuensi cahaya yang menimpa
plat katoda berbanding berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan
persamaan
𝑒𝑉𝑠 = ℎ𝑣 − Ø
d. Dengan metode kuadrat terkecil,
1) Tentukan konstanta Planck. Bandingkan dengan nilai yang
tersedia pada literatur.
Jawab:
Nilai konstanta Planck dari percobaan untuk orde pertama adalah
sebesar ℎ = (−1,6 ± 1,99) × 10−34 J.s dan untuk orde kedua
adalah sebesar ℎ = (3,21 ± 0,82) × 10−34 J.s. Nilai konstanta
Planck yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan
berbeda jauh dengan nilai konstanta pada literatur yaitu ℎ =
6,26 × 10−34 J.s.
2) Tentukan fungsi kerja logam yang digunakan sebagai anoda.
Bandingkan dengan nilai yang tersedia dalam literatur.
Jawab:
Dari hasil percobaan diperoleh nilai fungsi kerja untuk orde
pertama 𝑤 = (1,28 ± −1,6) × 10−19Js dan orde kedua 𝑤 =
(1,02 ± 0,54) × 10−19Js.

16
e. Buat paparan tentang fenomena 3 dan 4 ini andai digunakan konsep
fisika klasik bandingkan dengan kerangka fisika modern.
Jawab:
Secara klasik, sebenarnya peristiwa terpancarnya elektron dari
permukaan logam yang disinari merupakan hal atau fenomena yang
wajar. Hasil pengamatan yang tidak wajar dan tidak dapat dijelaskan
oleh pemahaman klasik yaitu Tidak ada keterlambatan waktu antara
datangnya cahaya pada permukaan logam dan terpancarnya elektron.
Secara klasik, misalkan permukaan logam pada eksperimen adalah
natrium, arus fotolistrik teramati jika energi elektromagnetik 10−6
J/m2 terserap oleh permukaan. Sementara ada 1019 atom pada selapis
natrium setebal satu atom seluas 1 m2. Jika dianggap cahaya datang
diserap oleh lapisan atas dari atom-atom natrium, setiap atom
menerima energi rata-rata dengan laju 10−25 W. Pada laju ini, natrium
membutuhkan waktu 1,6 × 106 detik atau sekitar dua minggu untuk
mengumpulkan energi sebesar 1 eV, yaitu energi fotoelektron.
Energi fotoelektron bergantung pada frekuensi cahaya yang digunakan
dan dibawah frekuensi tertentu tidak ada elektron dipancarkan walau
intensitas diperbesar. Energi kinetik elektron, energi cahaya, dan
energi minimum dari cahaya memenuhi hubungan
𝐸𝑘 = 𝐸 − 0

Jelas, jika energi cahaya 𝐸 kurang dari energi minimum 0 tidak ada
elektron terpancar.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan ini jika digunakan
konsep fisika klasik bandingkan dengan kerangka fisika modern,
maka kemungkinan besar potensial penghenti dan konstanta Planck
tidak dapat terukur atau ditentukan sebaik saat menggunakan fisika
modern. Disinilah peran dari fisika modern dalam menyempurnakan
kekurangan-kekurangan yang ada di dalam atau hal-hal yang tidak
dapat dijelaskan dengan baik oleh fisika klasik seperti fenomena efek
fotolistrik ini.

17
f. Bersandar pada data hasil ekperimen, bahaslah tingkat ketelitian hasil
percobaan.
Jawab:
Tingkat presisi yang diperoleh pada percobaan ini cukup besar. Pada
percobaan orde pertama didapat nilai ralat sebesar 185% dan pada
percobaan orde kedua didapat ralat 38%. Error yang cukup besar ini
menunjukkan bahwa dalam percobaan ini tingkat presisi masih kecil
dan terdapat banyak kesalahan selama percobaan maupun saat analisis
data.

I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktek penentuan konstanta Planck dengan menggunakan
prinsip pengaruh diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, tegangan yang
diukur pada kotak h/e akan tinggi jika intensitas cahayanya lebih tinggi.
Semakin tinggi intensitas cahaya, semakin besar potensial henti. Kedua, untuk
nilai voltase pada kotak h/e dengan intensitas terkontrol tetap pada beberapa
warna yang mengenai logam. Dalam percobaan ini, ditemukan bahwa
semakin tinggi frekuensi warna cahaya yang mengenai , semakin tinggi
potensial henti. Ketiga, hubungan antara frekuensi cahaya yang menimpa
katoda dengan energi kinetik elektron yang terpancar adalah sesuai
persamaan 𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠 = ℎ𝑣 − Ø sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar
frekuensi cahaya maka semakin besar pula energi kinetik elektronnya.
Keempat, berdasarkan analisis percobaan yang telah dilakukan untuk
menentukan besarnya konstanta Planck, didapatkan hasil konstanta alam
Planck pada orde pertama adalah ℎ = (−1,6 ± 1,99) × 10−34J.s dengan ralat
relatif sebesar 124% (1 AP) dan konstanta alam Planck pada orde kedua
adalah ℎ = (3,21 ± 0,82) × 10−34J.s dengan ralat relatif sebesar 25% (2 AP).
Kelima berdasarkan analisis percobaan yang telah dilakukan untuk
menentukan besarnya fungsi kerja plat katoda yang digunakan didapatkan
nilai fungsi kerja kotak ℎ/𝑒 pada orde pertama𝑤 = (1,28 ± −1,6) ×
10−19J.s dengan ralat relatif sebesar 80% (2 AP) dan

18
nilai fungsi kerja kotak ℎ/𝑒 pada orde kedua 𝑤 = (1,02 ± 0,54) × 10−19J.s
dengan ralat relatif sebesar 51% (2 AP).

J. DAFTAR PUSTAKA
[1] Hamadani. 2007. Metode Sederhana Untuk Menentukan Rasio Konstanta
Planck Terhadap Muatan Listrik Menggunakan Karakteristik Light
Emitting Diode (LED)z. Bandung: Perpustakaan Digital ITB.
[2] Beiser, A. 1992. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
[3] Beiser. (1990). Concepts of Modern Physics, Fourth Edition. In Beiser,
Concepts of Modern Physics, Fourth Edition. Jakarta: Erlangga.
[4] Brady, J. (1990). General Chemistry : Principles and Structure, Fifth
Edition. In J. Brady, General Chemistry : Principles and Structure, Fifth
Edition. USA: American Chemical Society.
[5] Krane, K. 2012. Modern Physics Third Edition. Oregon State University:
John Willey and Sons, Inc.
[6] Tim Praktikum Optika. 2022. Modul Praktikum Optika. Malang:
Departemen Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.

19
K. LAMPIRAN
Lampiran 1. Proses Analisis Data
1. Percobaan 1
a. Filter Kuning
Tabel 1. Data Pengamatan Percobaan 1 (Filter Kuning)
No. Tingkat Transmisi 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠(V)
1 20 % 0,07 ± 0,005
2 40 % 0,11 ± 0,005
3 60 % 0,13 ± 0,005
4 80 % 0,17 ± 0,005
5 100 % 0,19 ± 0,005

Ralat relatif untuk setiap tingkat transmisi pada filter kuning


1
𝑛𝑠𝑡
= | 2 × 100%|
𝑅𝑉𝑠
𝑉𝑠

Tingkat transimisi 20%


0,005
𝑅𝑉𝑠 = | 0,07 × 100%|
𝑅𝑉𝑠 = 7,143%
Tingkat transimisi 40%
0,005
𝑅𝑉𝑠 = | 0,11 × 100%|
𝑅𝑉𝑠 = 4,545%
Tingkat transimisi 60%
0,005
𝑅𝑉𝑠 = | 0,13 × 100%|
𝑅𝑉𝑠 = 3,846%
Tingkat transimisi 80%
0,005
𝑅𝑉𝑠 = | 0,17 × 100%|
𝑅𝑉𝑠 = 2,941%
Tingkat transimisi 100%
0,005
𝑅𝑉𝑠 = | 0,19 × 100%|

20
𝑅𝑉𝑠 = 2,632%

Grafik Hubungan antara Tingkat Transmisi dengan


Potensial Penghenti (Vs) pada Filter Kuning

0,18

0,14
y = 0,15x + 0,044
R² = 0,9868
0,1

0,06

0,02
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

b. Filter Hijau
Tabel 2. Data Pengamatan Percobaan 1 (Filter Hijau)
No. Tingkat Transmisi 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠(V)
1 20 % 0,08 ± 0,005
2 40 % 0,10 ± 0,005
3 60 % 0,13 ± 0,005
4 80 % 0,15 ± 0,005
5 100 % 0,18 ± 0,005

Ralat relatif untuk setiap tingkat transmisi pada filter kuning


1
𝑛𝑠𝑡
2
𝑅𝑉𝑠 = | × 100%|
𝑉𝑠

Tingkat transimisi 20%


0,005
𝑅𝑉𝑠 = | 0,07 × 100%|
𝑅𝑉𝑠 = 6,25%
Tingkat transimisi 40%
0,005
𝑅𝑉 𝑠 = | 0,1
× 100%|
𝑅𝑉𝑠 = 5%

21
Tingkat transimisi 60%
0,005
𝑅𝑉𝑠 = | 0,13 × 100%|
𝑅𝑉𝑠 = 3,85%
Tingkat transimisi 80%
0,005
𝑅𝑉𝑠 = | 0,15 × 100%|
𝑅𝑉𝑠 = 3,33%
Tingkat transimisi 100%
0,005
𝑅𝑉𝑠 = | 0,18 × 100%|
𝑅𝑉𝑠 = 2,78%

Grafik Hubungan antara Tingkat Transmisi dengan


Potensial Penghenti (Vs) pada Filter Kuning
0,22

0,18 y = 0,125x + 0,053


R² = 0,9952
0,14

0,1

0,06

0,02
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

2. Percobaan 2
a. Orde Pertama
Tabel 3. Data Pengamatan Percobaan 1 (Orde Pertama)
No. Warna 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠(V)
1 Ungu 0,11 ± 0,005
2 Hijau 0,7 ± 0,005
3 Jingga 0,3 ± 0,005

22
Berdasarkan data pada tabel 3 diperoleh data warna yang dapat diubah
ke rentang frekuensinya, kemudian dimasukkan ke dalam tabel ralat
kuadrat terkecil sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
No. 𝑥 𝑦 𝑥2 𝑦2 𝑥𝑦
1. 7,89 × 1014 0,11 6,23 × 1029 0,0121 8,679 × 1014
2. 6,06 × 1014 0,7 3,67 × 1029 0,49 4,242 × 1014
3. 5,08 × 1014 0,3 2,58 × 1029 0,09 1,524 × 1014
∑ 1,903 × 1015 1,11 1,25 × 1030 0,5921 6,634 × 1014
∑2 3,621 × 1030 1,23 1,56 × 1060 0,351 4,401 × 1029

Energi kinetik maksimum dari elektron adalah


𝐸𝑘𝑚𝑎𝑧 = 𝑒𝑉𝑠
𝐸𝑘𝑚𝑎𝑧 = 𝐸 − 𝑤
𝐸𝑘𝑚𝑎𝑧 = ℎ𝑣 − 𝑤
𝑒𝑉0 = ℎ𝑣 − 𝑤
dengan menggunakan ralat kuadrat terkecil dan ralat grafik diperoleh
persamaan garis lurus, yaitu:
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
sehingga diperoleh kesamaan nilai atau linearisasi grafik sebagai
berikut:
ℎ 𝑤
𝑒𝑉0 = 𝑦;
( ) = 𝑚; 𝑣 = 𝑥; (− ) = 𝑐
𝑒 𝑒
Analisis menggunakan ralat kuadrat terkecil
Simpangan baku nilai y
1 ∑ 𝑥2(∑ 𝑦) 2−2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦 ∑ 𝑦+𝑛(∑ 𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √ ∑
𝑛−2
| 𝑦2 − 𝑛 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2
|

𝑆𝑦 =
√ 1 |0,5921 − (1,25×1030)(1,232)−2(1,903×1015)(6,634×1014)(1,11)+3(4,401×1029)
3−2
|
3(1,25×1030)−(3,621×1030)

1 1,537×1030−2,803×1030+1,32×1030
𝑆𝑦= √ |0,5921 − |
1 1,221×1029

0,551×1029
𝑆𝑦 = √|0,5921 − 1,221×1029|

23
0,551×1029
𝑆𝑦 = √|0,5921 − |
1,221×1029

𝑆𝑦 = √|0,5921 − 0,4514|
𝑆𝑦 = √0,1406
𝑆𝑦 = √0,1406
𝑆𝑦 = 0,375026
Menentukan nilai gradien
𝑛 ∑ 𝑥𝑦−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑚=𝑏=
𝑛 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2
3(6,634×1014)−(1,903×10 15)(1,11)
𝑚= 3(1,25×1030)−(3,621×1030)

1,99×1015−2,11×1015
𝑚=
1,221×1029
−1,22×1014
𝑚=
1,221×1029

𝑚 = −1,0009 × 10−15
Simpangan baku gradien
𝑛
̅ = 𝑆𝑦̅ √
𝑆𝑚 𝑛 ∑ 𝑥 2−(∑ 𝑥)2

3
̅ = 0,375026 √
𝑆𝑚
3(1,25×1030 − 3,621×1030) (
)
̅ = 0,375026√2,458 × 10−29
𝑆𝑚
𝑆𝑚̅ = 1,859 × 10−15

Ralat relatif gradien


̅
𝑆𝑚
𝑅𝑚 = | 𝑚 × 100%|
1,859×10−15
𝑅𝑚 = |−1,0009×10−15 × 100%|

𝑅𝑚 = 1,857 × 100%
𝑅𝑚 = 185,7%
Jadi, diperoleh nilai nilai gradien garis 𝑚 = (−1,001 ± 1,859 ) ×
10−15 dengan ralat relatif sebesar 185% (1 AP)

Menentukan Konstanta Alam Planck

24
𝑒 adalah muatan listrik elektron yang nilainya 1,602 × 10−19C.

( ) = 𝑚; ℎ = 𝑚 × 𝑒
𝑒
ℎ = (−1,001 × 10−15)(1,602 × 10−19)
ℎ = −1,6 × 10−34
dalam menentukan nilai konstanta planck secara tidak langsung
diperlukan ralat rambat
6ℎ 6(𝑚𝑒)
𝑆 = √| 2 √ 𝑆 |2

6𝑚
𝑆𝑚| = | 6𝑚 𝑚
2
𝑆 = √ | 𝑒𝑆𝑚| 2
ℎ 3
2 2
𝑆ℎ̅ = √ | ( 1,602 × 10 −19)( 1,859 × 10 −15 )|
3

𝑆ℎ = √|1,99 × 10−34 |2
𝑆ℎ = 1,99 × 10−34
Ralat relatif konstanta alam planck
𝑆̅ℎ
𝑅ℎ = | ℎ × 100% |
1,99×10−34
𝑅ℎ = | × 100% |
−1,6×10 −34

𝑅ℎ = 1,24 × 100%
𝑅ℎ = 124%
Jadi, diperoleh nilai konstanta alam plack ℎ = (−1,6 ± 1,99) ×
10−34J.s dengan ralat relatif sebesar 124% (1 AP).

Menentukan Fungsi Kerja Bahan Lempeng Katoda


∑ 𝑦 ∑ 𝑥2−∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦
𝑐=𝑎=
𝑛 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2
(1,11)(1,25×1030)−(1,903×10 15)(6,634×1014)
𝑐=
3(1,25×1030)−(3,621×1030)

(1,385×1030)−(1,262×10 30)
𝑐=
1,221×1029

1,226×1029
𝑐=
1,221×1029

𝑐 = 1,0049

25
Fungsi kerja
𝑤
(− ) = 𝑐; 𝑤 = −𝑐𝑒
𝑒
karena fungsi kerja bahan merupakan fungsi ambang untuk
menghasilkan efek fotolistrik maka hasilnya akan negatif, sehingga
𝑤 = −(1,0049 )(1,602 × 10−19)
𝑤 = −1,61 × 10−19

Simpangan baku c
∑ 𝑥2
𝑆𝑐̅ = 𝑆𝑦̅ √𝑛 ∑ 𝑥 2−(∑ 𝑥)2

1,25×1030
𝑆𝑐̅ = 0,375026 √
3(1,25×1030)−(3,621×1030)

1,25×1030
𝑆𝑐̅ = 0,375026√
1,221×1029

𝑆𝑐̅ = 0,375026√10,2235
𝑆𝑐̅ = 1,199

Simpangan baku w
6w 2
6(−𝑐𝑒) 2
𝑆 = √| 𝑆 | = √ | 𝑆 𝑐|
w 6𝑐 𝑐 6𝑐
2
𝑆 =√ 2
w |3𝑒𝑆𝑐|

2 2
̅ = √ | ( 1,602 × 10 −19)( 1,199)|
𝑆w
3

𝑆w = 1,28 × 10−19

Ralat relatif fungsi kerja 𝑤


̅
𝑆w
𝑅w = | w × 100% |
1,28×10−19
𝑅w = |−1,61×10−19 × 100% |

𝑅w = 0,796 × 100%
𝑅w = 79,6%

26
Jadi, diperoleh nilai fungsi kerja 𝑤 = (1,28 ± −1,6) × 10−19J.s
dengan ralat relatif sebesar 80% (2 AP).

Grafik Hubungan antara Frekuensi dengan


Potensial Penghenti Orde Pertama
0,8
0,6 y = -1E-15x + 1,0049
R² = 0,2247
0,4
0,2
0
0 5E+14 1E+15

b. Orde Kedua
Tabel 4. Data Pengamatan Percobaan 1 (Orde Kedua)
No. Warna 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠(V)
1 Ungu 0,9 ± 0,005
2 Hijau 0,7 ± 0,005
3 Jingga 0,3 ± 0,005

Berdasarkan data pada tabel 4 diperoleh data warna yang dapat diubah
ke rentang frekuensinya, kemudian dimasukkan ke dalam tabel ralat
kuadrat terkecil sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
No. 𝑥 𝑦 𝑥2 𝑦2 𝑥𝑦
1. 7,89 × 1014 0,9 6,23 × 1029 0,81 7,101 × 1014
2. 6,06 × 1014 0,7 3,67 × 1029 0,49 4,242 × 1014
3. 5,08 × 1014 0,3 2,58 × 1029 0,09 1,524 × 1014
∑ 1,903 × 1015 1,9 1,25 × 1030 1,39 1,287 × 1015
∑2 3,621 × 1030 3,61 1,56 × 1060 1,93 1,656 × 1030

Energi kinetik maksimum dari elektron adalah


𝐸𝑘𝑚𝑎𝑧 = 𝑒𝑉𝑠
𝐸𝑘𝑚𝑎𝑧 = 𝐸 − 𝑤
𝐸𝑘𝑚𝑎𝑧 = ℎ𝑣 − 𝑤

27
𝑒𝑉0 = ℎ𝑣 − 𝑤
dengan menggunakan ralat kuadrat terkecil dan ralat grafik diperoleh
persamaan garis lurus, yaitu:
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
sehingga diperoleh kesamaan nilai atau linearisasi grafik sebagai
berikut:
ℎ 𝑤
𝑒𝑉0 = 𝑦;
( ) = 𝑚; 𝑣 = 𝑥; (− ) = 𝑐
𝑒 𝑒
Analisis menggunakan ralat kuadrat terkecil
Simpangan baku nilai y
1 ∑ 𝑥2(∑ 𝑦) 2−2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦 ∑ 𝑦+𝑛(∑ 𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √ ∑
𝑛−2
| 𝑦2 − 𝑛 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2
|

𝑆𝑦 =
√ 1 |1,93 − (1,25×1030)(3,61)−2(1,903×1015)(1,287×1015)(1,9)+3(1,656×1030)
3−2
|
3(1,25×1030)−(3,621×1030)

1 4,505×1030−9,305×1030+4,967×1030
𝑆𝑦= √ |1,93 − |
1 1,221×1029

1,668×1029
𝑆𝑦 = √|1,93 − 1,221×1029|

𝑆𝑦 = √|1,93 − 0,0235|

𝑆𝑦 = √0,0235
𝑆𝑦 = 0,1534

Menentukan nilai gradien


𝑛 ∑ 𝑥𝑦−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑚=𝑏=
𝑛 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2
3(1,287×1015)−(1,903×10 15)(1,9)
𝑚= 3(1,25×1030)−(3,621×1030)

3,86×1015−3,616×1015
𝑚=
1,221×1029
2,444×1014
𝑚=
1,221×1029

𝑚 = 2,00239 × 10−15

Simpangan baku gradien

28
𝑛
̅ = 𝑆𝑦̅ √
𝑆𝑚 𝑛 ∑ 𝑥 2−(∑ 𝑥)2

3
̅ = 0,1534 √
𝑆𝑚
3(1,25×1030 − 3,621×1030) (
)
̅ = 0,1534 √2,458 × 10−29
𝑆𝑚
𝑆𝑚̅ = 7,606 × 10−16

Ralat relatif gradien


̅
𝑆𝑚
𝑅𝑚 = | 𝑚 × 100%|
7,606×10−16
𝑅𝑚 = | × 100%|
2,00239×10−15

𝑅𝑚 = 0,3799 × 100%
𝑅𝑚 = 37,99%
Jadi, diperoleh nilai nilai gradien garis 𝑚 = (2,002 ± 0,761) ×
10−15 dengan ralat relatif sebesar 38% (2 AP).

Menentukan Konstanta Alam Planck


𝑒 adalah muatan listrik elektron yang nilainya 1,602 × 10−19C.

( ) = 𝑚; ℎ = 𝑚 × 𝑒
𝑒
ℎ = (2,00239 × 10−15 )(1,602 × 10−19)
ℎ = 3,21 × 10−34
dalam menentukan nilai konstanta planck secara tidak langsung
diperlukan ralat rambat
6ℎ
𝑆 = √| 2 √ 6(𝑚𝑒) 𝑆 | 2

6𝑚
𝑆𝑚| = | 6𝑚 𝑚
2
𝑆 = √ | 𝑒𝑆𝑚| 2
ℎ 3
2 2
𝑆ℎ̅ = √ | ( 1,602 × 10 −19)( 7,606 × 10 −16 )|
3

𝑆ℎ = √|1,99 × 10−34 |2
𝑆ℎ = 8,12 × 10−35
Ralat relatif konstanta alam planck

29
𝑆̅ℎ
𝑅ℎ = | ℎ × 100% |
8,12×10−35
𝑅ℎ = | × 100% |
3,21×10−34

𝑅ℎ = 0,253 × 100%
𝑅ℎ = 25,3%
Jadi, diperoleh nilai konstanta alam plack ℎ = (3,21 ± 0,82) ×
10−34J.s dengan ralat relatif sebesar 25% (2 AP).

Menentukan Fungsi Kerja Bahan Lempeng Katoda


∑ 𝑦 ∑ 𝑥2−∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦
𝑐=𝑎=
𝑛 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2
(1,9)(1,25×1030)−(1,903×10 15)(1,287×1015)
𝑐= 3(1,25×1030)−(3,621×1030)

(2,371×1030)−(2,449×10 30)
𝑐=
1,221×1029

−7,773×1028
𝑐=
1,221×1029

𝑐 = 0,636851

Fungsi kerja
𝑤
(− ) = 𝑐; 𝑤 = −𝑐𝑒
𝑒
karena fungsi kerja bahan merupakan fungsi ambang untuk
menghasilkan efek fotolistrik maka hasilnya akan negatif, sehingga
𝑤 = −(−0,636851 )(1,602 × 10−19)
𝑤 = 1,02 × 10−19

Simpangan baku c
∑ 𝑥2
𝑆𝑐̅ = 𝑆𝑦̅ √𝑛 ∑ 𝑥 2−(∑ 𝑥)2

1,25×1030
𝑆𝑐̅ = 0,1534 √
3(1,25×1030)−(3,621×1030)

1,25×1030
𝑆𝑐̅ = 0,375026√
1,221×1029

𝑆𝑐̅ = 0,375026√10,2235

30
𝑆𝑐 = 0,491

Simpangan baku w
6w 6(−𝑐𝑒)2 2
𝑆 = √| 𝑆 | = √ |
w 6𝑐 𝑐 6𝑐
𝑆 𝑐|
2
𝑆 =√ 2
w |3𝑒𝑆𝑐|

2 2
̅ = √ | ( 1,602 × 10 −19)( 0,491 )|
𝑆w
3

𝑆w = 5,24 × 10−20

Ralat relatif fungsi kerja 𝑤


̅
𝑆w
𝑅w = | w × 100% |
5,24×10−20
𝑅w = |1,02×10−19 × 100% |
𝑅w = 0,514 × 100%
𝑅w = 51,4%
Jadi, diperoleh nilai fungsi kerja 𝑤 = (1,02 ± 0,54) × 10−19J.s
dengan ralat relatif sebesar 51% (2 AP).

Grafik Hubungan antara Frekuensi dengan


Potensial Penghenti Orde Kedua
1
0,8
y = 2E-15x - 0,6369
0,6
R² = 0,8739
0,4
0,2
0
0 5E+14 1E+15

31
Lampiran 2. Laporan Sementara

32
33
Lampiran 3. Dokumentasi Percobaan
Link video praktikum:
https://drive.google.com/file/d/15xKyOWL2GE4dIF8m9479WcA49KL5Nm
Ap/view?usp=share_link

34
Lampiran 4. Plagiarisme

35

Anda mungkin juga menyukai