Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa belakangan ini superkonduktor menjadi topik pembicaraan dan penelitian yang
sangat popular. Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan di bawah
suatu nilai suhu tertentu. Suatu superkonduktor dapat saja berupa suatu konduktor,
semikonduktor ataupun suatu insulator pada keadaan ruang. Suhu di mana terjadi perubahan sifat
konduktivitas menjadi superkonduktor disebut dengan temperatur kritis (Tc).

Sejak ditemukan superkonduktivitas oleh seorang fisikawan Belanda Heike Kamerlingh


Onnes dari UniversitasLeiden pada tahun 1911, Onnes mulai mempelajari sifat-sifat listrik dari
logam pada suhu yang sangat rendah karena telah diketahui bahwa hambatan suatu logam akan
turun ketika didinginkan di bawah suhu ruang. Dengan tidak adanya hambatan maka arus dapat
mengalir tanpa kehilangan energi, jika hambatan menjadi nol maka tidak ada energi yang hilang
atau terbuang menjadi panas pada saat arus mengalir. Sehingga pada saat kondisi sifat
superkonduktor, bahan-bahan inimempunyai kemampuan untuk menghantarkan arus searah
(DC) yang besar tanpa adanya hambatan.Sejak ditemukannya superkonduktivitas banyak para
ilmuwan dan para teknisi berusaha mencari aplikasi yang dapat dimanfaatkan dari sifat-sifat unik
superkonduktor. Superkonduktor menjanjikan banyak hal, misalnya transmisi listrik yang efisien
(tidak ada lagi kehilangan energiselama transmisi). Saat ini penggunaan superkonduktor belum
praktis, dikarenakan masalah perlunya proses pendinginan. Suhu kritis superkonduktor masih
jauh di bawah suhu kamar. Oleh karena itu perlu mengetahui bagaimana prinsip kerja dari bahan
superkonduktor serta aplikasi dari penggunaan bahan superkonduktor.

Dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan beberapa pokok pokok penting dari
superkonduktor itu sendiri. oleh sebab itu harus disimak baik-baik karena ini akan memicu akan
keberhasilan hasil belajar mahasiswa itu sendiri. Adapun yang akan dijelaskan yaitu penemu,
konsep, bahan serta pengaplikasian dari Superkonduktor itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah

Berikut merupakan rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan superkonduktor?


b. Bagaimana perkembangan superkonduktor?
c. Apa saja aplikasi dari superkonduktor?

1.3 Tujuan

Berikut merupakan tujuan dari makalah ini adalah:

a. Mengetahui apa itu bahan superkonduktor


b. Mengetahui perkembangan superkonduktor
c. Mengetahui aplikasi dari superkonduktor

BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Superkonduktor
Berikut merupakan sejarah perkembangan tentang superkonduktor:

1. Tahun 1911 oleh Heike Kamerlingh Onnes.

Gambar. Penemu superkonduktor

Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang fisikawan Belanda, Heike


Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun 1911. Pada tanggal 10 Juli 1908,
Onnes berhasil mencairkan helium dengan cara mendinginkan hingga 4 K atau 269oC.
Kemudian pada tahun 1911, Onnes mulai mempelajari sifat-sifat listrik dari logam pada
suhu yang sangat dingin. Pada waktu itu telah diketahui bahwa hambatan suatu logam
akan turun ketika didinginkan dibawah suhu ruang, akan tetapi belum ada yang dapat
mengetahui berapa batas bawah hambatan yang dicapai ketika temperatur logam
mendekati 0 K atau nol mutlak. Beberapa ilmuwan pada waktu itu seperti William Kelvin
memperkirakan bahwa elektron yang mengalir dalam konduktor akan berhenti ketika
suhu mencapai nol mutlak. Dilain pihak,ilmuwan yang lain termasuk Onnes
memperkirakan bahwa hambatan akan menghilang pada keadaan tersebut.
Untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi, Onnes kemudian mengalirkan arus pada
kawat merkuri yang sangat murni dan kemudian mengukur hambatannya sambil
menurunkan suhunya. Pada suhu 4,2 K, Onnes mendapatkan hambatannya tiba-tiba
menjadi hilang. Arus mengalir melalui kawat merkuri terus-menerus.suhu tersebut
kemudian diberi nama suhu kritis. Pada saat mengukur ketahanan suatu tabung kecil diisi
dengan air raksa, ia heran untuk mengamati bahwa perlawanan yang jatuh dari ~ 0,1 Ω
pada suhu 4,3 K untuk kurang dari 3 ×10-6 pada 4,1 K. Di bawah 4.1 K, merkuri
dikatakan superkonduktor, dan tidak ada eksperimen belum terdeteksi perlawanan
terhadap aliran arus yang stabil dalam bahan superkonduktor. Suhu di bawah ini yang
menjadi superkonduk tormerkuri dikenal sebagai Tc:
Suhu Kritis
Perubahan sifat bahan dari keadaan normal ke keadaan superkonduktor
dapat dianalogikan misalnya dengan perubahan fase air dari keadaan cair ke
keadaan padat. Perubahan watak seperti ini sama-sama mempunyai suatu suhu
transisis, pada transisi superkonduktor suhu ini disebut sebagai suhu kritik Tc,
pada transisi fase ada yang disebut titik didih (dari fase cair ke gas) dan titik
beku (dari fase cair ke padat). Pada transisi feromagnetik suhu transisinya
disebut suhu Curie. Besaran fisis yang berkaitan dengan transisi
superkonduktor adalah resistivitas bahan, mari kita lihat grafik resistivitas
sebagai fungsi suhu mutlak pada gambar. Pada suhu T > Tc bahan dikatakan
berada dalam keadaan normal, ia memiliki resistansi listrik. Transisi ke
keadaan normal ini bukan selalu berarti menjadi konduktor biasa yang baik,
pada umumnya malah menjadi penghantar yang jelek, bahkan ada yang
ekstrim menjadi isolator.

Gambar. Grafik resistivitas sebagai fungsi suhu mutlak

Grafik diatas menunjukkan ketahanan suatu spesimen merkuriversus


suhu absolute. Dengan tidak adanya hambatan, maka arus dapat mengalir
tanpa kehilangan energi. Percobaan Onnes dengan mengalirkan arus pada
suatu kumparan superkonduktor dalam suatu rangkaian tertutup dan kemudian
mencabut sumber arusnya lalu mengukur arusnya satu tahun kemudian
ternyata arus masih tetap mengalir. Fenomena ini kemudian oleh Onnes diberi
nama superkondutivitas. Atas penemuannya itu, Onnes dianugerahi Nobel
Fisika pada tahun 1913.
2. Tahun 1933 Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld

Gambar. Penemu Superkonduktor

Penemuan lainnya yang berkaitan dengan superkonduktor terjadi pada tahun 1933.
Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa suatu superkonduktor akan
menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila suatu konduktor digerakkan
dalam medan magnet, suatu arus induksi akan mengalir dalam konduktor tersebut.
Prinsip inilah yang kemudian diterapkan dalam generator. Akan tetapi, dalam
superkonduktor arus yang dihasilkan tepat berlawanan dengan medan tersebut sehingga
medan tersebut tidak dapat menembus material superkonduktor tersebut. Hal ini akan
menyebabkan magnet tersebut ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah
diamagnetisme dan efek ini kemudian dikenal dengan efek Meissner.
Efek Meissner ini sedemikian kuatnya sehingga sebuah magnet dapat melayang
karena ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet ini juga tidak boleh terlalu besar.
Apabila medan magnetnya terlalu besar, maka efek Meissner ini akan hilang dan material
akan kehilangan sifat superkonduktivitasnya.Dengan berlalunya waktu, ditemukan juga
superkonduktor-superkonduktor lainnya. Selain merkuri, ternyata beberapa unsur-unsur
lainnya juga menunjukkan sifat superkonduktor dengan harga Tc yang berbeda. Sebagai
contoh, karbon juga bersifat superkonduktor dengan Tc 15 K. Hal yang ironis adalah
logam emas, tembaga dan perak yang merupakan logam konduktor terbaik bukanlah
suatu superkonduktor.

3. Tahun 1986 Alex Muller and Georg Bednorz


Gambar. Penemu terobosan baru dibindang superkonduktor

Pada tahun 1986 terjadi sebuah terobosan baru di bidang superkonduktivitas. Alex
Muller and Georg Bednorz, peneliti di Laboratorium Riset IBM di Rischlikon,
Switzerland berhasil membuat suatu keramik yang terdiri dari unsur Lanthanum, Barium,
Tembaga, dan Oksigen yang bersifat superkonduktor pada suhu tertinggi pada waktu itu,
30 K. Penemuan ini menjadi spektakuler karena keramik selama ini dikenal sebagai
isolator. Keramik tidak menghantarkan listrik sama sekali pada suhu ruang. Hal ini
menyebabkan para peneliti pada waktu itu tidak memperhitungkan bahwa keramik dapat
menjadi superkonduktor. Penemuan ini membuat keduanya diberi penghargaan hadiah
Nobel setahun kemudian.
Penemuan demi penemuan dibidang superkonduktor kini masih saja dilakukan oleh
para peneliti di dunia. Penemuan lainnya yang juga fenomenal adalah berhasil
disintesanya suatu bahan organik yang bersifat superkonduktor, yaitu (TMTSF)2PF6.
Titik kritis senyawa organik ini masih sangat rendah yaitu 1,2 K.

B. Konsep Superkonduktivitas
Kita semua mengenal konduktor sebagai bahan yang dapat menghantarkan listrik.
Bahan konduktor dapat kita temukan di berbagai peralatan listrik yang kita gunakan
sehari-hari. Pada logam-logam yang biasa digunakan sebagai konduktor seperti Tembaga,
Elektron-elektron yang mengalir di dalamnya tidak serta-merta mengalir dengan lancar
tanpa hambatan, Elektron-elektron di dalam bahan konduktor bertumbukan dengan ion-
ion bermuatan postif dan berakibat pada dilepaskannya energi panas. Hambatan ini
mengakibatkan tidak seluruhnya energi listrik dapat dilewatkan dalam bahan konduktor
karena sebagian energinya diubah dan dilepaskan dalam bentuk energi panas. Dalam
pembahasan fisika dasar kita mengenal hambatan ini sebagai resistansi yang secara
mudah dideskripsikan oleh hukum Ohm.
Superkonduktivitas adalah suatu fenomena hilangnya hambatan listrik pada suatu
material di bawah temperatur kritis. Superkonduktivitas dapat diamati berdasarkan sifat
listrik dan sifat magnetnya yakni berturut-turut dapat menghantarkan arus listrik tanpa
hambatan dan dapat menolak medan magnet. Jika sampel menampilkan kedua sifat
tersebut maka bahan tersebut merupakan bahan superkonduktor.
Dalam superkonduktor konvensional, superkonduktivitas disebabkan oleh sebuah
gaya tarik antara elektron konduksi tertentu yang meningkat dari pertukaran photon, yang
menyebabkan elektron konduksi memperlihatkan fase super fluid terdiri dari pasangan
elektron yang berhubungan. Ada juga sebuah kelas material, dikenal sebagai
superkonduktor tidak konvensional, yang memperlihatkan superkonduktivitas tetapi yang
ciri fisiknya berlawanan dengan teori superkonduktor konvensional. Apa yang disebut
superkonduktor suhu-tinggi superkonduk pada suhu yang jauh lebih tinggi dari yang
dimungkinkan menurut teori konvensional (meskipun masih jauh di bawah suhuruangan).
Sekarang ini tidak ada teori lengkap tentang superkonduktivitas suhu-tinggi.
❖ Bebas hambatan
Dalam fisika dikenal suatu fenomena yang dinamakan superkonduktivitas. Dari
namannya, kata "super" selalu identik dengan sesuatu yang memiliki sifat atau

kemampuan di atas kebiasaan, jadi secara mudah superkonduktivitas dapat


diartikan sebagai fenomena dimana pada bahan tertentu hambatan di dalamnya
hilang sama sekali sehingga elektron-elektron dapat mengalirdengan lancar tanpa
bertumbukan dengan ion-ionpositif.

Gambar. Grafik hubungan antara suhu dan resistansi pada superkonduktor

❖ Elektron yang berpasangan


Teori yang dapat menjelaskan fenomena superkonduktivitas dikenal sebagai

teori BCS (Bardeen-Cooper-Schrieffer). Dalam teori BCS hilangnya hambatan


dalam bahan superkonduktor muncul akibat adanya pasangan elektron yang
bergerak secara koheren. Gerak koheren dapat dibayangkan seperti barisan tentara
yang bergerak secara seragam dengan jarak antar tentara yang tetap selama
berpindah posisi. Pasangan elektron, disebut Cooper pair, terbentuk ketika
elektron bergerak melalui kisi-kisi (kisi atau lattice adalah istilah yang biasa
digunakan untuk menyebut atom-atom yang tersusun teratur) ion-ion bermuatan
positif.
Gambar. Pembentukan pasangan elektron (Copper pair) dimediasi oleh ion positif yang
terdefleksi.

Elektron berinteraksi dengan ion-ion bermuatan positif di sekitarnya dan


mengakibatkan kisi ion positif mengalami sedikit penyimpangan dari posisi
asalnya. Penyimpangan ini akan bertahan beberapa saat, sama halnya jika kita
membayangkan lonceng yang dipukul pada satu sisinya sehingga lonceng
berayun beberapa saat. Akibat penyimpangan posisi ion-ion positif, jarak antar
ion-ion positif memendek sehingga mengakibatkan peningkatan rapat muatan
positif di daerah di sekitar ion-ion positif yang mengalami penyimpangan.
Peningkatan rapat muatan positif ini menjadi sumber gaya tarik yang membuat
elektron lain mendekat . Dua interaksi ini, elektron 1 dengan ion-ion positif dan
ion-ion positif dengan elektron 2, jika saat dan keadaannya tepat akan
menyebabkan dua elektron berinteraksi saling tarik-menarik sehingga terbentuk
pasangan elektron atau Cooper pair. Dalam bahan superkonduktor terdapat
banyak sekali pasangan elektron, pasangan-pasangan elektron ini akan bergerak
secara koheren ketika terdapat beda potensial. Gerakan kolektif elektron pada
superkonduktor memungkinkannya bergerak tanpa hambatan dan tanpa ada
energi yang terbuang dalam bentuk panas.
❖ Melayang di udara
Selain fenomena hilangnya hambatan listrik pada temperatur rendah bahan
superkonduktor juga memunculkan fenomena tidak biasa lainnya. Fenomena ini
menyebabkan bahan superkonduktor dapat melayang-lanyang di udara jika
diletakkan di atas magnet. Ketika bahan superkonduktor ditempatkan di atas
bahan magnet dengan medan magnet yang lemah kemudian didinginkan hingga
mencapai temperatur kritisnya, bahan superkonduktor akan melayang di udara
akibat tidak adanya medan magnet yang dapat menembus bahan superkonduktor.
Pada temperatur di atas Tc, medan magnet dapat menembus bahan
superkonduktor, akan tetapi ketika superkonduktor didinginkan hingga mencapai
temperatur kritisnya elektron-elektron pada permukaan bahan superkonduktor
bergerak sehingga menimbulkan arus listrik.

Gambar 8. lustrasi efek Meissner.

Pada saat temperatur di atas temperatur kritis Tc medan magnet (garis biru) dapat
menembus bahan superkonduktor (bola abu-abu), akan tetapi ketika temperatur
diturunkan hingga lebih rendah dari Tc medan magnet internal tambahan (garis
merah) akan mucul pada permukaan bahan superkonduktor yang menyebabkan
medan magnet eksternal tidak dapat menembus bahan superkonduktor.
Munculnya arus listrik ini mengakibatkan munculnya medan magnet tambahan
pada permukaan bahan superkonduktor yang arahnya berlawanan dengan arah
medan magnet ekseternal yang ditimbulkan bahan magnet, medan magnet pada
permukaan inilah yang menyebabkan tidak dapat menembusnya medan magnet
dari luar ke dalam bahan superkonduktor. Gaya magnet dari luar ini mengangkat
bahan superkonduktor ke udara sehingga menimbulkan efek pelayangan.

C. Material Superkonduktor dan Bahan Superkonduktor


1) Pengertian Bahan Superkonduktor
Bahan superkonduktor merupakanbahan material yang memiliki hambatan
listrik bernilai nol pada suhu yang sangat rendah. Artinya 2 superkonduktor dapat
menghantarkan arus walaupun tanpa adanya sumber tegangan. Karakteristik dari
bahan Superkonduktor:
● Medan magnet dalam superkonduktor bernilai nol
● Mengalami efek meissner.
● Resistivitas suatu bahan bernilai nol jika dibawah suhu kritisnya.
Dalam bahan superkonduktor, resistivitas turun tiba‐tiba menjadi nol ketika
material didinginkan di bawah temperature kritis. Arus listrik yang mengalir dalam
loop kawat superkonduktor dapat bertahan tanpa batas waktu tanpa sumber listrik.
Superkonduktor membutuhkan suhu yang sangat dingin, pada urutan 39 kelvin
(minus 234°C, dikurangi 389 F) untuk superkonduktor konvensional.

Gambar. Grafik hubungan antara resistivitas terhadap Suhu

2) Sifat Kelistrikan Superkonduktor


Sebelum menjelaskan prinsip superkonduktor, akan lebih baik jika terlebih
dahulu menjelaskan bagaimana kerja logam konduktor pada umumnya. Bahan logam
tersusun dari kisi-kisi dan basis serta electron bebas. Ketika medan listrik diberikan
pada bahan, electron akan mendapat percepatan. Medan listrik akan menghamburkan
electron ke segala arah dan menumbuk atom-atom padakisi. Hal ini menyebabkan
adanya hambatan listrik pada logam konduktor.
Gambar. Keadaan Normal Atom Kisi Pada Logam

Pada bahan superkonduktor terjadi juga interaksi antara elektron dengan inti
atom. Namun elektron dapat melewati inti tanpa mengalami hambatan dari atom kisi.
Efek ini dapat dijelaskan oleh Teori BCS(Bardeen-CooperSchrieffer). Ketika elektron
melewati kisi, inti yang bermuatan positif menarik elektron yang bermuatan negatif
dan mengakibatkan elektron bergetar.

Gambar. Keadaan Superkonduktor Atom Kisi pada logam

Jika ada dua buah elektron yang melewati kisi, elektron kedua akan mendekati
elektron pertama karena gaya tarik dari inti atom-atom kisi lebih besar. Gaya ini
melebihi gaya tolak-menolak antar elektron sehingga kedua elektron bergerak
berpasangan. Pasangan ini disebut Cooper Pairs. Efek ini dapat dijelaskan dengan
istilah Phonons. Ketika elektron pertama pada Cooper Pairs melewati inti atom kisi.
Elektron yang mendekati inti atom kisi akan bergetar dan memancarkan Phonon.
Sedangkan elektron lainnya menyerap Phonon. Pertukaran Phonon ini mengakibatkan
gaya tarik menarik antar elektron. Pasangan elektron ini akan melalu kisi tanpa
gangguan dengan kata lain tanpa hambatan.

3) Sifat Kemagnetan Superkonduktor


Sifat lain dari superkonduktor yaitu bersifat diamagnetisme sempurna. Jika
sebuah superkonduktor ditempatkan pada medan magnet, maka tidak akan ada medan
magnet dalam superkonduktor. Hal ini terjadi karena superkonduktor menghasilkan
medan magnet dalam bahan yang berlawanan arah dengan medan magnet luar yang
diberikan. Efek yang sama dapat diamati jika medan magnet diberikan pada bahan
dalam suhu normal kemudian didinginkan sampai menjadi superkonduktor. Pada
suhu kritis, medan magnet akan ditolak. Efek ini dinamakan Efek Meissner.

Gambar. Diamagnetik Sempurna

4) Sifat Quantum Superkonduktor


Teori dasar Quantum untuk superkonduktor dirumuskan melalui tulisan
Bardeen, Cooper dan Schriefer pada tahun 1957. Teori dinamakan teori BCS. Fungsi
gelombang BCS menyusun pasangan partikel dan. Ini adalah bentuk lain dari
pasangan partikel yang mungkin dengan Teori BCS. Teori BCS menjelaskan bahwa :
a) Interaksi tarik menarik antara elektron dapat menyebabkan keadaan dasar
terpisah dengan keadaan tereksitasi oleh energi gap.
b) Interaksi antara elektron, elektron dan kisi menyebabkan adanya energi gap
yang diamati. Mekanisme interaksi yang tidak langsung ini terjadi ketika satu
elektron berinteraksi dengan kisi dan merusaknya. Elektron kedua
memanfaatkan keuntungan dari deformasi kisi. Kedua elektron ini
beronteraksi melalui deformasi kisi
c) London Penetration Depth merupakan konsekuensi dari Teori BCS, yaitu
medan magnet akan menembus superkonduktor pada jarak yang sangat kecil
sekitar 100 nm.
d) Teori BCS memprediksisuhukritis39 kelvin (minus 234°C, dikurangi 389
untuk superkonduktor konvensional.

5) Efek Meissener
Efek Meissner adalah efek dimana superkonduktor menghasilkan medan
magnet. Efek Meissner ini sangat kuat sehingga sebuah magnet dapat melayang
karena ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet ini juga tidak boleh terlalu besar.
Apabila medan magnetnya terlalu besar, maka efek Meissner ini akan hilang dan
material akan kehilangan sifat superkonduktivitasnya.
Jadi, apakah bukti bahwa Meissner Effect ini benar-benar ada? Salah satunya
adalah, kita bisa menaruh magnet diatas superkonduktor dan magnet itu akan
melayang (kalau magnet itu tidak melayang, itu menunjukkan bahwa medan dari
magnet tersebut menembus superkonduktor). Tentu saja kalau magnet itu terlalu
berat, gaya gravitasi dari magnet tersebut akan lebih besar dan magnet itu tidak
melayang. Tetapi, fenomena ini tidak akan terjadi kalau medan magnet disekitar
superkonduktor itu terlalu besar dan superkonduktor ini akan menjadi konduktor
biasa. Karena ini, superkonduktor bisa dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
1) Katergori pertama, medan magnet akan dapat menembus superkonduktor jika
eksternal medan magnet ini mencapai nilai tertentu yang dinamakan, critical
field. Bukan hanya itu, superkonduktor ini akan mempunyai hambatan setelah
ini.
2) Superkonduktor dari kategori kedua, yang biasanya merupakan
materialmaterial kompleks seperti Vanadium, Niobium ataupun Technetium,
mereka mempunyai dua critical field. Setelah kekuatan eksternal medan
magnet telah mencapai critical field yang pertama, medan magnet akan dapat
menembus superkonduktor itu meskipun superkonduktor itu tidak mempunyai
hambatan sama sekali. Setelah medan magnet ini mencapai critical field yang
kedua, barulah superkonduktor ini mempunyai hambatan.

Gambar. Efek Meissner

6) Tipe – tipe Superkonduktor


Berdasarkan interaksi dengan medan magnetnya, maka superkonduktor dapat dibagi
menjadi dua tipe yaitu Superkonduktor Tipe I dan Superkonduktor Tipe II.
1. Superkonduktor Tipe I
Superkonduktor tipe I menurut teori BCS (Bardeen, Cooper, dan
Schrieffer) dijelaskan dengan menggunakan pasangan elektron (yang sering
disebut pasangan Cooper). Pasangan electron bergerak sepanjang terowongan
penarik yang dibentuk ion-ion logam yang bermuatan positif. Superkonduktor
yang berkelakuan seperti ini disebut superkonduktor jenis pertama yang
secara fisik ditandai dengan efek Meissner. Bila kuat medannya melebihi
batas kritis, gejala superkonduktivitasnya akan menghilang. Maka pada
superkonduktor tipe I akan terus-menerus menolak medan magnet yang
diberikan hingga mencapai medan magnet kritis. Kemudian dengan tiba-tiba
bahan akan berubah kembali kekeadaan normal.

Gamba. Grafik Magnetisasi terhadap Medan magnet

Tipe I Temperatur transisi kritis Struktur Kisi-Kisi Padat


Superkonduktor
(Tc) Yang Memproduksi Tc
7.196
Lead (Pb) K FCC
Lanthanum (La) 4.88 K HEX
Tantalum (Ta) 4.47 K BCC
Mercury (Hg) 4.15 K RHL
Tin (Sn) 3.72 K TET
Indium (In) 3.41 K TET
Palladium (Pd)* 3.3 K (see note 1)
Chromium (Cr)* 3K (see note 1)
Thallium (Tl) 2.38 K HEX
1.697
Rhenium (Re) K HEX
Protactinium (Pa) 1.40 K TET
Thorium (Th) 1.38 K FCC
1.175
Aluminum (Al) K FCC
1.083
Gallium (Ga) K ORC
0.915
Molybdenum(Mo) K BCC
Zinc (Zn) 0.85 K HEX
Osmium (Os) 0.66 K HEX
Zirconium (Zr) 0.61 K HEX
Americium (Am) 0.60 K HEX
0.517
Cadmium (Cd) K HEX
Ruthenium (Ru) 0.49 K HEX
Titanium (Ti) 0.40 K HEX
Uranium (U) 0.20 K ORC
0.128
Hafnium (Hf) K HEX
Iridium (Ir) 0.1125K0.023K(SRM FCC
Beryllium (Be) 768) HEX
Tungsten (W) 0.0154 K BCC
Platinum (Pt)* 0.0019 K (see note 1)
Rhodium (Rh) 0.000325 K FCC
Tabel. Daftar Tipe I Superkonduktor

Di atas adalah daftar tipe 1 superkonduktor yang sampai saat ini sudah
dikenal, kolom kedua adalah temperature transisi yang kritis (Tc). Kolom
ketiga memberi struktur kisi-kisi padat yang memproduksi Tc.

2. Superkonduktor Tipe II
Tabel. Daftar Tipe II superkonduktor

Superkonduktor tipe II ini tidak dapat dijelaskan dengan teori BCS


karena apabila superkonduktor jenis II ini dijelaskan dengan teori BCS, efek
Meissnernya tidak terjadi. Abrisokov berhasil memformulasikan teori baru
untuk menjelaskan superkonduktor jenis II ini. Ia mendasarkan teorinya pada
kerapatan pasangan elektron yang dinyatakan dalam parameter keteraturan
fungsi gelombang. Abrisokov dapat menunjukkan bahwa parameter tersebut
dapat mendeskripsikan pusaran (vortices) dan bagaimana medan magnet dapat
memenetrasi bahan sepanjang terowongan dalam pusaran-pusaran ini. Lebih
lanjut ia pun dengan secara mendetail dapat memprediksikan jumlah pusaran
yang tumbuh seiring meningkatnya medan magnet. Teori ini merupakan
terobosan dan masih digunakan dalam pengembangan dan analisis
superkonduktor dan magnet. Superkonduktor tipe II akan menolak medan
magnet yang diberikan. Namun perubahan sifat kemagnetan tidak tiba-tiba
tetapi secara bertahap. Pada suhu kritis, maka bahan akan kembali kekeadaan
semula. Superkonduktor Tipe II memiliki suhu kritis yang lebih tinggi dari
superkonduktor tipe I

Gambar. Grafik Magnetisasi terhadap Medan magnet

D. Bahan Seperkonduktor (Low-Tc dan Hight-Tc)

❖ Superkonduktor Bersuhu Kritis Rendah


Superkonduktor bersuhu kritis rendah atau sering disebut Low-TC
Superconductors singkatan dari "Low Temperature Critical Superconductors",
biasanya mengacu pada bahan dasar paduan Nb (pada umumnya Nb – 47 wt.%
Ti) dan A15 (Nb3Sn dan Nb3Al) yang digunakan sebelum penemuan
superkonduktor bersuhu kritis tinggi pada tahun 1986 . "Suhu" di sini mengacu
pada suhu rendah dimana superkonduktor harus didinginkan agar bisa menjadi
superkonduktor. Untuk superkonduktor bersuhu kritis rendah, suhu biasanya jauh
di bawah 20 K (-253 ° C). Paduan Nb – 47 wt.% Ti telah menjadi Superkonduktor
komersial dominan karena biaya produksinya relatif terjangkau untuk mencapai
bentuk elastisnya dengan struktur nano prasyarat yang dibutuhkan untuk arus
kritis tinggi. Seperti halnya untai berbasis Nb3Sn, walaupun berdasarkan fase
superkonduktor A15 rapuh, dapat diproduksi menjadi komposit kuat dalam

panjang hingga kilometer dan produksi komponen mikrokontroler yang


mendukung kerapatan arus kritis yang tinggi. Superkonduktor ini sering disebut
"superkonduktor teknis" karena penerapannya pada tugas teknik. Semua
konduktor ini memerlukan pendinginan sampai 4 K (cairan Helium adalah
pendingin yang paling umum digunkan).

❖ Superkonduktor Bersuhu Kritis Tinggi


Superkonduktor bersuhu kritis tinggi atau sering disebut High-TC
Superconductors singkatan dari "High Temperature Critical Superconductors",
adalah bahan yang bersifat superkonduktor pada suhu yang sangat tinggi.
Superkonduktor bersuhu kritis tinggi pertama ditemukan pada tahun 1986 oleh
IBM Karl Müller dan Joanne Bednorz, yang dianugerahi Hadiah Nobel dalam
bidang Fisika pada tahun 1987 untuk terobosan penting dalam penemuan
superkonduktivitas material keramik.
Sedangkan superkonduktor logam biasanya memiliki suhu transisi (suhu di bawah
sifat superkonduktor) di bawah 30 K (-243,2 °C), superkonduktor bersuhu kritis
tinggi telah ditemukan dengan suhu transisi tinggi 138 K (-135 °C). Hingga tahun
2008, beberapa senyawa tembaga dan oksigen tertentu (yang disebut "cuprates")
yang diyakini memiliki sifat superkonduktor bersuhu kritis tinggi, dan istilah
superkonduktor suhu tinggi digunakan secara bergantian dengan superkonduktor
cuprate untuk senyawa seperti BSCCO dan YBCO. Namun, beberapa senyawa
berbasis besi (Fe) sekarang dikenal memiliki sifat superkonduktor pada suhu
tinggi.

❖ Superkonduktor YBaCuO
Gambar. Struktur bahan superkonduktor YBaCuO

Superkonduktor pertama yang ditemukan dengan suhu kritis TC > 77 K (titik


didih nitrogen cair) adalah itrium barium tembaga oksida (YBa2Cu3O7-x),
proporsi dari 3 logam yang berbeda di dalam superkonduktor YBa2Cu3O7 berada
dalam rasio mol dari 1 ke 2 ke 3 untuk masing-masing itrium ke barium ke
tembaga. Dengan demikian, superkonduktor khusus ini sering disebut sebagai
superkonduktor 123.
Sel satuan YBa2Cu3O7 terdiri dari tiga pseudokubik dasar sel satuan perovskite .
Setiap sel satuan perovskite mengandung atom Y atau Ba di bagian tengah: Ba di
sel bawah, Y di bagian tengah, dan Ba di sel atas. Dengan demikian, Y dan Ba
ditumpuk dalam urutan [Ba-Y-Ba] di sepanjang sumbu-c. Semua sudut sel satuan
ditempati oleh Cu, yang memiliki dua koordinat berbeda, Cu (1) dan Cu (2),
bergandengan dengan oksigen. Ada empat situs kristalografi yang mungkin untuk
oksigen: O (1), O (2), O (3) dan O (4). Koordinasi polyhedra Y dan Ba berbeda
dengan oksigen. Tiga kali lipat dari sel perovskite menunjukkan sembilan atom
oksigen, sedangkan YBa2Cu3O7 memiliki tujuh atom oksigen dan, oleh karena
itu, disebut sebagai struktur perovskit yang kekurangan oksigen. Strukturnya
memiliki susunan lapisan yang berbeda: (CuO) (BaO) (CuO2) (Y) (CuO2) (BaO)
(CuO). Salah satu fitur utama sel satuan YBa2Cu3O7-x (YBCO) adalah adanya
dua lapisan CuO2. Peranan bidang Y adalah sebagai pemisah
antara dua bidang CuO2. Di YBCO, rantai Cu-O diketahui
berperan penting untuk superkonduktivitas. Suhu kritis
maksimamum sekitar 92 K saat x ≈ 0,15 dan strukturnya
ortorombik. Superkonduktivitas menghilang saat x ≈ 0,6, di
mana transformasi struktural YBCO berubah dari
ortorombik menjadi tetragonal.

❖ Superkonduktor bersuhu kritis tinggi berbasis Bi, Tl, dan Hg


Struktur kristal superkonduktor bersuhu kritis tinggi berbasis Bi, Tl, dan Hg
sangat mirip seperti YBCO. Fitur bentuk perovskite dan adanya lapisan CuO2
juga ada pada superkonduktor ini. Namun, tidak seperti YBCO, rantai Cu-O tidak
ada dalam superkonduktor ini. Superkonduktor YBCO memiliki struktur
ortorombik, sedangkan superkonduktor bersuhu kritis tinggi lainnya memiliki
struktur tetragonal.

❖ Superkonduktor bersuhu kritis tinggi berbasis Bi (Bi-Sr-Ca-Cu-O)


Sistem Bi-Sr-Ca-Cu-O memiliki tiga fase superkonduktor yang membentuk
rangkaian homolog sebagai Bi2Sr2Can-1CunO4 + 2n + x (n = 1, 2 dan 3). Ketiga
fasa ini adalah Bi-2201, Bi-2212 dan Bi-2223, yang memiliki suhu transisi
masing-masing 20, 85 dan 110 K, dimana sistem penomoran mewakili jumlah
atom untuk Bi, Sr, Ca dan Cu masing-masing. Dua fase memiliki struktur
tetragonal yang terdiri dari dua sel satuan kristalografi yang terpotong. Sel satuan
dari fase ini memiliki dua bidang Bi-O yang ditumpuk sedemikian sehingga atom
Bi berada satu bidang di bawah atom oksigen dari bidang berturut-turut
berikutnya. Atom Ca membentuk lapisan di dalam lapisan CuO2 dalam Bi-2212
dan Bi-2223; Tidak ada lapisan Ca dalam fase Bi-2201. Tiga fase berbeda satu
sama lain dalam jumlah bidang CuO2; Bi-2201, Bi-2212 dan Bi-2223 memiliki
masing-masing satu, dua dan tiga bidang CuO2. Sumbu c dari fase ini meningkat
dengan jumlah bidang CuO2. Koordinasi atom Cu berbeda dalam tiga fase. Atom
Cu membentuk koordinat oktahedral menggandeng atom oksigen dalam fase
2201, sedangkan pada 2212, atom Cu dikelilingi oleh lima atom oksigen dalam
susunan piramidal. Dalam struktur 2223, Cu memiliki dua koordinat
bergandengan dengan oksigen: satu atom Cu terikat dengan empat atom oksigen
dalam konfigurasi bidang persegi dan atom Cu lainnya dikoordinasikan dengan
lima atom oksigen dalam susunan piramidal.

❖ Superkonduktor bersuhu kritis tinggi berbasis Tl (Tl-Ba-Ca-Cu-O)


superkonduktor seri pertama berbasis Tl mengandung satu lapisan Tl-O memiliki
rumus umum TlBa2Can-1CunO2n + 3, sedangkan seri kedua mengandung dua
lapisan Tl-O memiliki formula Tl2Ba2Can-1CunO2n + 4 dengan n = 1, 2, dan 3.
Dalam struktur Tl2Ba2CuO6 (Tl-2201), ada satu lapisan CuO2 dengan urutan
susunan (Tl-O) (T-O) (Ba-O) (Cu-O) (Ba-O) (Tl - O) (Tl-O). Dalam
Tl2Ba2CaCu2O8 (Tl-2212), ada dua lapisan Cu-O dengan lapisan Ca di
antaranya. Serupa dengan struktur Tl2Ba2CuO6, lapisan Tl-O hadir di luar
lapisan Ba-O. Dalam Tl2Ba2Ca2Cu3O10 (Tl-2223), ada tiga lapisan CuO2 yang
melapisi lapisan Ca masing-masing diantaranya. Pada superkonduktor Tl, suhu
kritis meningkat seiring dengan peningkatan lapisan CuO2. Namun, nilai suhu
kritis menurun setelah empat lapisan CuO2 pada TlBa2Can-1CunO2n + 3, dan
pada senyawa Tl2Ba2Can-1CunO2n + 4, menglami penurunkan setelah tiga
lapisan CuO2.

❖ Superkonduktor bersuhu kritis tinggi berbasis Hg (Hg-Ba-Ca-Cu-O)


Struktur kristal HgBa2CuO4 (Hg-1201), HgBa2CaCu2O6 (Hg-1212) dan
HgBa2Ca2Cu3O8 (Hg-1223) serupa dengan Tl-1201, Tl-1212 dan Tl-1223,
dengan Hg menggantikan Tl. Perlu dicatat bahwa senyawa suhu kritis dari
senyawa Hg (Hg-1201) yang mengandung satu lapisan CuO2 jauh lebih besar
dibandingkan dengan senyawa lapis-1 dari CuO2 dari thallium (Tl-1201). Pada
superkonduktor berbasis Hg, suhu kritisnya juga meningkat saat lapisan CuO2
meningkat. Untuk Hg-1201, Hg-1212 dan Hg-1223, nilai suhu kritisnya masing-
masing adalah 94, 128, dan nilai yang tercatat pada tekanan ambien 134 K.
Pengamatan bahwa suhu kritis dari Hg-1223 meningkat menjadi 153 K di bawah
tekanan tinggi menunjukkan bahwa suhu kritis senyawa ini sangat sensitif
terhadap struktur senyawa.

E. Aplikasi Superkonduktor

● Kereta Maglev
Kereta Maglev adalah singkatan dari Magnetically Levitated (levitasi magnetik),
yang berarti bahwa kereta ini akan mengapung/mengambang di atas relnya (tidak
menyentuh rel) dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kemagnetan. Kita tahu bahwa
dua buah magnet apabila didekatkan akan terjadi interaksi pada keduanya (masing-
masing mendapatkan gaya magnet), kutub magnet yang berbeda jika didekatkan akan
tarik menarik dan kutub magnet yang sejenis akan tolak menolak, konsep inilah yang
merupakan prinsip dasar di balik mengapung dan bergeraknya kereta Maglev. Magnet
yang digunakan pada proses kerja kereta Maglev ialah elektromagnet sehingga sifat
kemagnetan, polarisasi kemagnetan dan medan magnet yang dihasilkannya dapat diatur
sesuai dengan keinginan. Ada tiga komponen yang dibutuhkan untuk sistem kereta
seperti ini, yaitu: 1). Sumber daya listrik yang besar, 2). Kumparan logam pada lintasan
rel, dan 3). Elektromagnet yang cukup kuat pada bagian bawah kereta. Masing-masing
komponen ini memiliki nilai yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan.

Gambar. Kereta Maglev The Yamanashi MLX01

Ada dua cara kerja kereta maglev ini, yang biasa membuat mengambang yang
pertama adalah EMS (electromagnetic supension). Menggunakan tenaga magnet listrik
biasa dari rel, agar kereta dapat terangkat 10 milimeter. Namun, cara ini tidak stabil.
Akibatnya, jarak mengambang harus selalu dikontrol. Ketika daya magnet berkurang,
kereta bisa turun dan menabrak rel. Cara ini pertama kali dikembangkan di jerman.
Cara yang kedua adalah EDS (electrondynamic supension). Menggunakan tenaga magnet
superkonduktor. Tenaga ini mampu mengangkat kereta sejauh 100 hingga 150 milimeter.
Cara ini jauh lebih stabil ketimbang cara yang pertama. Daya angkat yang dihasilkan
tidak hanya melalui guideway saja, tetapi juga dari kereta itu sendiri. Magnet
superkonduktor ini harus selalu didinginkan dengan alat pendingin pada kereta maglev
agar tidak mudah rusak.
Komponen penting yang lain dalam sistem kereta maglev adalah jalurnya (rel
keretanya). Sepanjang jalur kereta Maglev dilengkapi dengan logam yang termagnetisasi
yang disebut guideway. Guideway ini berfungsi untuk membuat kereta Maglev yang ada
diatasnya mengapung dengan cara memberikan gaya magnet yang cukup besar pada
badan kereta yang telah dilengkapi dengan elektromagnet yang memungkinkan kereta
untuk naik antara 0,39 sampai 3,93 inci (1 sampai 10 cm) di atas guideway tersebut.
Karena kereta maglev mengapung diatas relnya (tidak menyentuh rel), maka tidak ada
gaya gesekan antara kereta dengan rel yang dapat menghambat pergerakan kereta,
sehingga kereta maglev dapat bergerak dengan sangat cepat yaitu bisa mencapai lebih
dari 310 mil/jam atau sekitar 500 km/jam (138,8 m/s). Sebagai perbandingan, pesawat
Boeing-777 yang digunakan sebagai pesawat komersial untuk penerbangan jarak jauh
dapat mencapai kecepatan tertinggi sekitar 562 mil/jam atau sekitar 905 km/jam (251,3
m/s.

Gambar. Guideway pada Kereta Maglev Yamanashi di Jepang

Kecepatan kereta Maglev yang sangat besar ini didukung oleh sistem penggerak
yang cukup unik, tidak seperti kereta lain yang memanfaatkan motor listrik atau
pambakaran bahan bakar, kereta Maglev memanfaatkan medan magnet yang diciptakan
oleh kumparan listrik (elektromagnet) di dinding guideway untuk menggerakan kereta.
Ketika kereta mengapung, listrik dipasok ke kumparan pada dinding guideway untuk
menciptakan sebuah sistem medan magnet yang unik yang dapat menarik dan mendorong
kereta sepanjang guideway.
Polaritas arus listrik yang dialirkan ke kumparan pada dinding guideway terus
bergantian dengan tujuan untuk mengubah polaritas kumparan magnet pada guideway.
Perubahan polaritas ini diatur sedemikian rupa sehingga medan magnet yang dihasilkan
kumparan guideway yang terdapat di depan kereta menarik kereta ke depan, sementara
medan magnet yang dihasilkan kumparan guideway yang terdapat di belakang kereta
mendorong kereta ke depan. Peristiwa ini dapat dengan jelas kita lihat dari ilustrasi
gambar 21, dimana polaritas electromagnet guideway yang terdapat di depan kereta
selalu berlawanan dengan polaritas elektromagnet yang terdapat pada bagian depan
kereta sehingga kereta ditarik kedepan, sedangkan polaritas elektromagnet guideway

yang terdapat di belakang kereta selalu sama dengan polaritas elektromagnet yang
terdapat pada bagian belakang kereta sehingga kereta didorong kedepan. Sistem
penggerak seperti inilah yang menggerakan kereta maglev.

Gambar. Cara Kerja Kereta Maglev Untuk Melayang dan Bergerak Maju

Kereta Maglev memiliki rel (lintasan) kereta yang berbeda dengan rel kereta yang
sudah kita kenal selama ini. Pada kedua sisi lintasan Rel kereta terbang ini terdapat
dinding-dinding yang dilengkapi dengan kumparan-kumparan kawat. Oleh prinsip
induksi elektromagnet, kumparan-kumparan kawat ini dapat menjadi magnet. Kereta bisa
bergerak maju karena adanya interaksi antara magnet-magnet pada dinding-dinding itu
dengan magnet-magnet pada kereta.
Pada Gambar A diatas kita bisa melihat jajaran magnet di sepanjang dinding dan di
sepanjang kereta (huruf-huruf U menunjukkan kutub Utara, dan S menunjukkan kutub
Selatan). Jajaran magnet di sepanjang dinding ini dihasilkan oleh arus listrik bolak-balik
dari stasiun-stasiun terdekat. Kutub Utara (U) di gerbong kereta paling depan ditarik oleh
kutub Selatan dan ditolak oleh kutub Utara dinding lintasan. Hal yang sama terjadi pada
sisi kereta yang lain. Pada gambar, panah berwarna hijau menunjukkan gaya tarik antara
kutub Utara dan Selatan yang menarik maju kereta. Panah kecil berwarna biru
menunjukkan gaya tolak antar kutub sejenis (Utara dengan Utara, Selatan dengan
Selatan). Gaya tarik dan gaya tolak yang bekerja bersamaan ini membuat kereta bergerak
maju dengan mulus.
Pada Gambar B diatas kita melihat adanya magnet pada dinding lintasan. Magnet
ini dihasilkan oleh induksi elektromagnet akibat gerakan kereta. Ketika posisi kereta
beberapa sentimeter dibawah pusat magnet dinding ini, maka kutub Selatan dinding akan
menarik kereta ke atas dan kutub Utaranya akan mendorong kereta juga ke atas. Gaya
tarik dan gaya dorong ini membuat kereta melayang , tidak menyentuh rel sama sekali.
Dinding yang memagari lintasan kereta ini tidak hanya berfungsi untuk menarik dan
mendorong kereta supaya bergerak maju dan mengangkat kereta sehingga bisa melayang.
Ada satu fungsi lainnya yang tidak kalah pentingnya, yaitu sebagai pengendali arah laju
kereta (guidance). Maksudnya adalah supaya kereta tidak pernah keluar jalur dan tetap
berada di tengah-tengah lintasan setiap saat. Prinsip magnet kembali digunakan sebagai
pengendali. Ketika kereta oleng ke kiri, gerakan kereta ini mengakibatkan kumparan
kawat dinding kiri dan kanan menjadi magnet. Magnet pada dinding kiri dan dinding
kanan diusahakan memiliki kutub yang sama, misalnya kutub Utara. Misalnya gerbong
kereta yang berhadapan dengan dinding di sisi kiri memiliki kutub Utara juga, dan
gerbong kereta yang berhadapan dengan dinding di sisi kanan memiliki kutub Selatan.
Pada sisi kiri akan terjadi tolak-menolak antara kutub Utara dari dinding dan kutub Utara
gerbong kereta. Pada sisi kanan terjadi tarik-menarik antara kutub Utara dinding dan
kutub Selatan kereta. Gaya-gaya ini akan mengembalikan kereta pada posisi sebelum
oleng. Demikian juga jika kereta oleng ke kanan, kereta akan dikembalikan ke posisi
semula oleh gaya magnet ini. Jadi gaya magnet ini akan mempertahankan kereta supaya
tetap berada di lintasannya (stabil di tengah-tengah lintasan), tidak akan keluar jalur.
Kelebihan utama dari kereta ini adalah kemampuannya yang bisa melayang di atas rel,
sehingga tidak menimbulkan gesekan. Konsekuensinya, secara teoritis tidak akan ada
penggantian rel atau roda kereta karena tidak akan ada yang aus sehingga dapat
menghemat biaya. Keuntungan sampingan lainnya adalah tidak ada gaya resistansi akibat

gesekan. Gaya resistansi udara tentunya masih ada. Untuk itu dikembangkan lagi Kereta
Maglev yang lebih aerodinamis.

● Kabel superkonduktor
Salah satu kelemahan material superkonduktor berbasis keramik adalah sifatnya
yang keras tapi rapuh, tidak lentur. Dengan demikian, material ini sangat mudah rusak.
Pada tahun 1990-an para ilmuan dari American Superconductor Corp. (Westborough,
MA) berhasil mensintesis material superkonduktor yang lentur, sehingga mudah
dijadikan kabel seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar. Struktur dan penampang kabel 3 line superkonduktor. Di bagian tengah kabel terdapat
saluran untuk mengalirkan nitrogen cair.
Detroit Edison Company merupakan perusahaan pertama yang menggunakan kabel
ini sebagai pengganti kabel tembaga. Kapasitas penghantaran listrik kabel baru ini tiga
kali lebih besar jika dibandingkan dengan kabel konvensional. Untuk transmisi listrik
dapat digunakan kabel dari bahan superkonduktor dengan pendingin nitrogen untuk
menggantikan kabel tembaga. Menurut perhitungan, arus yang dapat ditransmisikan akan
jauh meningkat, karena 250 pon kabel superkonduktor dapat menggantikan 18.000 pon
kabel tembaga. Selain itu, kabel superkonduktor juga dapat dibentuk kumparan yang
berfungsi sebagai penyimpan energi listrik. Secara teoritis, dengan tidak adanya
hambatan pada kabel superkonduktor, elektron akan terus bergerak dalam kumparan.

BAB III
KESIMPULAN

Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memilki hambatan dibawah suatu nilai
suhu tertentu. Superkonduktor dapat berupa suatu konduktor, semikonduktor maupun isolator
pada keadaan ruang. Suhu dimana terjadi perubahan sifat konduktivitas menjadi superkonduktor
disebut dengan temperatur kritis (Tc).
Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang fisikawan Belanda. Heike
Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun 1911. Ada pun menurut Teori BCS tipe
superkonduktor ada dua yaitu Superkonduktor tipe I dan Superkonduktor tipe II yang memiliki
suhu kritis lebih tinggi dibanding superkonduktor tipe I. Kelompok superkonduktor dibagi
menjadi dua yaitu superkonduktor suhu kritis rendah yaitu kurang dari 23 K dan super kondutor
suhu kritis tinggi yaitu lebih dari 78K.
Pada aplikasi superkonduktor ini sangatlah berguna disegala bidang yaitu dalam bidang
computer disebut cryotrons, dalam bidang fisika yaitu fusilaser dan dalam bidang kesehatan
terdapat MRI serta di bidang industri digunakan untuk kabel listrik dengan hambatan nol dan
juga bidang transportasi yaitu kereta super cepat MAGLEV seperti kereta cepat Jepang, Prancis,
Jerman serta China yang dimana teknologi superkonduktor ini sangat berguna serta berteknologi
tinggi yang ramah dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1987. Konsep Fisika Modern Edisi Keempat (Terjemehan The Houw
Liong). Jakarta:Erlangga.

Sains Hack. 2015. Mengenal fenomena superkonduktivitas. Artikel. Tersedia pada


http://www.sainshack.com/2015/09/18/mengenal-fenomena-superkonduktivitas
Tienkartika. 2011. Superkonduktor. Artikel. Tersedia pada
https://tienkartina.wordpress.com/2011/04/27/superkonduktor.html

Tejonugroho, Dimas Prabu. 2012. Prinsip Kerja Kereta Magnet. Artikel. Tersedia pada
http://prinsipkereta.webatu.com/keretamagnet.html

Wikipedia. 2013. Kereta Maglev. Artikel. Tersedia pada


http://id.wikipedia.org/wiki/Keretamaglev

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND.../9C.SUPERKONDUKT

http://www.superconductors.org

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0201/25/iptek/meng34.htm

http://www.gomemorize.com/id/Superkonduktivitas

http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62172/5/BAB%20I I
%20Tinjauan%20Pustaka.pdf

http://zairifblog.blogspot.co.id/2010/11/efek-meissner

Anda mungkin juga menyukai