perlawanan yang jatuh dari -0,1Ω pada suhu 4,3K kurang dari 3 ×
10−6 pada suhu 4,1K. Dibawah 4,1K, merkuri dikatakan
superkonduktor, dan tidak ada eksperimen belum terdeteksi
perlawanan terhadap aliran arus yang stabil dalam bahan
superkonduktor. Suhu dibawah ini yang menjadi superkonduktor
merkuri dikenal sebagai Tc
2.1.1 Suhu Kritis
Perubahan sifat bahan dari keadaan normal ke keadaan
superkonduktor dapat dianalogikan misalnya dengan perubahan
fase air dari keadaan cair ke keadaan padat. Perubahan ini sama-
sama mempunyai suatu suhu transisi, pada suhu transisi super-
konduktor ini disebut sebagai suhu kritik Tc, pada transisi fase ada
yang disebut titik didih (dari fase cair ke gas) dan titik beku (dari
fase cair ke padat). Pada transisi feromagnetik suhu transisinya
disebut suhu Curie. Besaran fisis yang berkaitan dengan transisi
superkonduktor adalah resistivitas bahan, mari kita lihat grafik
resistivitas sebagai fungsi suhu mutlak pada gambar 2.
Pada suhu T > Tc bahan
dikatakan berada dalam
keadaan normal, ia
memliki resistansi listrik.
Transisi ke keadaan
normal ini bukan selalu
berarti menjadi konduktor
biasa yang baik, pada
umumnya malah menjadi
penghantar yang jelek,
Gambar 3. Grafik resistivitas sebagai bahkan ada yang ekstrim
fungsi suhu mutlak menjadi isolator.
Untuk T < Tc bahan berada dalam keadaan superkonduktor.
Didalam eksperimen, pengukuran resistivitasnya dilakukan
dengan menginduksi suatu sampel bahan berbentuk cincin,
SUPERKONDUKTOR |4
Gambar 7.
Pembentukan pasangan
electron (Copper Pair)
dimediasi oleh ion
positif yang terdefleksi
Gambar 9. Grafik
Hubungan Antara
Resistivitas Terhadap
Suhu
S U P E R K O N D U K T O R | 14
Gambar 12.
Diamagnetic Sempurna
S U P E R K O N D U K T O R | 16
Superkonduktor Tipe II
Superkonduktor tipe II ini tidak dapat dijelaskan dengan
teori BCS karena apabila superkonduktor jenis II ini dijelaskan
dengan teori BCS, efek Meissnernya tidak terjadi. Abrisokov
berhasil memformulasikan teori baru untuk menjelaskan
superkonduktor jenis II ini. Ia mendasarkan teorinya pada
kerapatan pasangan elektron yang dinyatakan dalam parameter
keteraturan fungsi gelombang. Abrisokov dapat menunjukkan
bahwa parameter tersebut dapat mendeskripsikan pusaran
(vortices) dan bagaimana medan magnet dapat memenetrasi
bahan sepanjang terowongan dalam pusaran-pusaran ini. Lebih
lanjut ia pun dengan secara mendetail dapat memprediksikan jumlah
pusaran yang tumbuh seiring meningkatnya medan magnet. Teori
ini merupakan terobosan dan masih digunakan dalam
pengembangan dan analisis superkonduktor dan magnet.
Superkonduktor tipe II akan menolak medan magnet yang
diberikan. Namun perubahan sifat kemagnetan tidak tiba-tiba
tetapi secara bertahap. Pada suhu kritis, maka bahan akan kembali
kekeadaan semula. Superkonduktor Tipe II memiliki suhu kritis
yang lebih tinggi dari superkonduktor tipe I.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang
Fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh Onnes dari
Universitas Leiden pada tahun 1911.
3.2 Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki
hambatan dibawah suatu nilai suhu tertentu.
3.3 Bahan logam tersusun dari kisi-kisi dan basis serta electron
bebas. Ketika medan listrik diberikan pada bahan, electron
akan mendapat percepatan. Medan listrik akan
menghamburkan electron ke segala arah dan menumbuk
atom-atom pada kisi. Hal ini menyebabkan adanya
hambatan listrik pada logam konduktor.
3.4 Jika sebuah superkonduktor ditempatkan pada medan
magnet, maka tidak akan ada medan magnet dalam
superkonduktor. Hal ini terjadi karena superkonduktor
menghasilkan medan magnet dalam bahan yang berlawanan
arah dengan medan magnet luar yang diberikan.
3.5 Superkonduktor terjadi karena ada gaya tarik menarik antara
electron-elektron konduksi akibat distorsi pada kisi yang
dilalui oleh electron, suatu interaksi lemah karena pada
logam interaksi ini luluh oleh aktivasi termal pada
temperature sangat rendah.
3.6 Aplikasi dari superkonduktor antara lain, kereta magnet
(Maglev, Magnetic Levitation Train) di Jepang, generator
listrik, supercomputer, MRI (sebuah alat pencitra gema
magnetik).
S U P E R K O N D U K T O R | 30
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Fuad. 2012. Sejarah dan Pengertian Superkonduktor.
Diakses di http://fanwar.staff.uns.ac.id/2010/04/23/sejarah-
dan-pengertian-superkonduktor/ pada tanggal 9 Maret 2018.
Hayt and Buck. 2006. Elemktromagnetika Edisi Kesepuluh.
Jakarta: Erlangga.
Hidayat, Muslih. 2012. Bahan Superkonduktor dan Material
Superkonduktor. Diakses di
http://www.scribd.com/doc/171146491/BAHAN-
SEMIKONDUKTOR-DAN-SUPERKONDUKTOR.pdf
pada tanggal 9 Maret 2018.
Ismandar. 2013. Makalah Ilmu Bahan Listrik. Diakses di
http://janwardi.files.wordpress.com/2013/04/bab-i-
makalah-ibl.doc pada tanggal 9 Maret 2018.
Munasir. 2017. Buku Ajar Mahasiswa Bahan Elektrik. Surabaya:
Jaudar Press
Pikatan, Sugata. 1989. Mengenal Superkonduktor. Diakses di
http://tan.awardspace.com/pubi/Konduktor.PDF pada
tanggal 9 Maret 2018.
Sains Hack. 2015. Mengenal fenomena superkonduktivitas.
Diakses di
http://www.sainshack.com/2015/09/18/mengenal-
fenomena-superkonduktivitas (Pada tanggal 10 Maret 2018)
Smallman, R. E dan Bishop, R. J. 2000. Metalurgi Fisik Modern
dan Rekayasa Material Edisi Keenam. Surabaya: Erlangga.
Sumardi, FR. 2013. Superkonduktor. Diakses di
htpp://digilib.unila.ac.id/76/8/BAB%2011.pdf pada tanggal
9 Maret 2018.
S U P E R K O N D U K T O R | 31