Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Superkonduktor masih menjadi topik yang hangat dikaji, mengingat
besarnya sumbangan yang akan diberikan apabila suhu kritis yang akan
dicapai sudah mendekati suhu ruang. Namun dewasa ini para peneliti masih
dipermasalahkan dengan beberapa macam tantangan. Khusus
superkonduktor sistem Bismuth yang terdiri atas tiga fase Tc-rendah 2201
(30K), fase Tc-rendah 2212 (80K), dan fase Tc-tinggi 2223 (110K) dalam
menghasilkan sampel dengan kualitas semurni mungkin. Sintesis fase
tunggal atau kristal tunggal superkonduktor sistem bismuth, khususnya fase
suhu tinggi (fase 2223) yang mempunyai suhu kritis sekitar 110K, masih
sangat susah. Hal ini disebabkan jangkauan suhu pembentukan
superkonduktor fase 2223 sangat pendek, yaitu berkisar antara 8350 C
sampai 8570 C seperti yang telah dilaporkan oleh Strobel dan kawan-kawan.
Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk memperoleh fase tunggal
atau kristal tunggal superkonduktor fase 2223, seperti penggunaan doping
Pb dan doping Sb, penggunaan fluks (Bi2O3, KCl, dan NaCl). Disamping
itu juga dilakukan dengan mengubah beberapa parameter pemrosesan seperti
variasi komposisi awal seperti yang dilaporkan oleh Satoshi dan kawan-
kawan dan variasi suhu sintering. Namun semua penelitian tersebut belum
mampu menghasilkan sampel sesuai dengan yang diharapkan.

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan dalam makalah ini dititik beratkan pada masalah mengenai
bahan-bahan superkonduktor dan aplikasi bahan-bahan superkonduktor
dalam berbagai bidang.

1
Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penyusun membuat suatu
rumusan masalah, yaitu :
1. Prinsip Superkonduksi.
2. Contoh Superkonduktor.
3. Penggunaan Bahan Superkonduktor.

1.3. Batasan Masalah


Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dan mengambang dari
tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan
data dan informasi yang diperlukan, maka kami menetapkan batasan
masalah sampai kepada jenis superkonduktor.

1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini dapat saya bagi menjadi
dua:
1.4.1 Tujuan Umum
1. Memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan superkonduktor.
2. Penerapan bahan superkonduktor dalam berbagai bidang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia dan Bahan Listrik.

1.5. Manfaat
Makalah ini kami susun dengan maksud agar kita semua dapat
mendalami tentang bagaimana prinip kerja superkonduktor, mengetahui apa-
apa saja contoh dari superkonduktor tersebut, serta memahami penggunaan
superkonduktor tersebut.

2
1.6. Metode Penyusunan

Data yang dikemukakan dalam makalah ini diperoleh melalui beberapa


sumber dari buku-buku ilmiah dan penelusuran lewat jaringan internet

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Superkonduktor

Superkonduktivitas suatu bahan bukanlah hal yang baru. Sifat ini


diamati untuk yang pertama kalinya pada tahun 1911 oleh fisikawan
Belanda H.K. Onnes, yaitu ketika ia menemukan bahwa air raksa murni
yang didinginkan dengan helium cair ( suhu 4,2 K ) kehilangan seluruh
resistansi listriknya. Sejak itu harapan untuk menciptakan alat-alat listrik
yang ekonomis terbuka lebar-lebar. Dengan resistansinya yang nol itu
superkonduktor dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan daya
sedikitpun, kawat superkonduktor tidak akan menjadi panas dengan
lewatnya arus listrik.

Kendala terbesar yang masih menghadang terapan superkonduktor


dalam peralatan praktis sehari-hari adalah bahwa superkonduktivitas bahan
barulah muncul pada suhu yang ama trendah, jauh di bawah 0 C. Dengan
demikian niat penghematan pemakaian daya listrik masih harus bersaing
dengan biaya pendinginan yang harus dilakukan. Oleh sebab itulah para ahli
sampai sekarang terus berlomba-lomba menemukan bahan superkonduktor
yang dapat beroperasi pada suhu tinggi.

2.2. Suhu Kritik

Perubahan watak bahan dari keadaan normal ke keadaan superkonduktor


dapat dianalogikan misalnya dengan perubahan fase air dari keadaan cair ke
keadaan padat. Perubahan watak seperti ini sama-sama mempunyai suatu
suhu transisis, pada transisi superkonduktor suhu ini disebut sebagai suhu
kritik Tc, pada transisi fase ada yang disebut titik didih (dari fase cair ke gas)
dan titik beku (dari fase cair ke padat). Pada transisi feromagnetik suhu
transisinya disebut suhu Curie. Besaran fisis yang berkaitan dengan transisi

4
superkonduktor adalah resistivitas bahan, berikut grafik resistivitas sebagai
fungsi suhu mutlak pada gambar 1.

Gambar 1. Resistivitas superkonduktor

Pada suhu T > Tc bahan dikatakan berada dalam keadaan normal, ia


memiliki resistansi listrik. Transisi ke keadaan normal ini bukan selalu
berarti menjadi konduktor biasa yang baik, pada umumnya malah menjadi
penghantar yang jelek, bahkan ada yang ekstrim menjadi isolator. Untuk
suhu T < Tc bahan berada dalam keadaan superkonduktor. Di dalam
eksperimen, pengukuran resistivitasnya dilakukan dengan menginduksi
suatu sampel bahan berbentuk cincin, ternyata arus listrik yang terjadi dapat
bertahan sampai bertahun-tahun. Resistivitasnya yang terukur tidak akan
melebihi 10-25 ohm.meter, sehingga cukup beralasan bila resistivitasnya
dikatakan sama dengan nol.

5
Perkembangan bahan superkonduktor dari saat pertama kali ditemukan
sampai sekarang dapat diikuti pada tabel di bawah ini.

Bahan Tc (K) Ditemukan tahun


Raksa Hg (α) 4,2 1911
Timbal Pb 7,2 1913
Niobium nitrida 16,0 1960-an
Niobium-3-timah 18,1 1960-an
Al0,8Ge0,2Nb3 20,7 1960-an
Niobium germanium 23,2 1973
Lanthanum barium
28 1985
tembaga oksida
Yttrium barium tembaga
93 1987
oksida (1-2-3 atau YBCO)
Thalium barium kalsium
125 1987
tembaga oksida

Tabel 1. Perkembangan bahan superkonduktor dari tahun ke tahun

Keluarga superkonduktor yang terdiri dari unsur-unsur tunggal yang


dipelopori oleh temuan Onnes, disebut superkonduktor tipe I atau
superkonduktor konvensional, ada kira-kira 27 jenis dari tipe ini. Suatu hal
yang menarik, bahwa unsur-unsur yang pada suhu kamar merupakan
konduktor banyak diantara mereka yang tidak memiliki sifat superkonduktor
pada suhu rendah, contohnya tembaga, perak dan golongan alkali.

Pada tahun 1960-an lahirlah keluarga superkonduktor tipe II, yang


biasanya berupa kombinasi unsur molybdenum (Mo), niobium (Nb), timah
(Sn), vanadium (V), germanium (Ge), indium (In) atau galium (Ga).
Sebagian merupakan senyawa, sebagian lagi merupakan larutan padatan.
Sifatnya agak berbeda dengan tipe I karena suhu kritiknya relatif lebih
tinggi, sehingga tipe II ini sering disebut superkonduktor yang alot. Semua
alat yang telah menerapkan superkonduktor dewasa ini menggunakan bahan
tipe II ini, alasannya akan menjadi jelas kemudian.

6
Pada tahun 1985 di laboratorium riset IBM di Zurich, A.Muller dan
G.Bednorz memulai era baru bagi ilmu bahan superkonduktor. Mereka
menemukan bahwa senyawa keramik tembaga oksida dapat memiliki sifat
superkonduktor pada suhu yang relatif tinggi, rekor suhu kritik yang saat ini
sudah mencapai 125 K juga dipegang oleh golongan ini. Perkembangan
selanjutnya tampak agak seret, para ahli sendiri masih meributkan ada
tidaknya batas suhu kritik yang mungkin dicapai. Ahli riset di Institut
Teknologi California meramalkan bahwa suhu kritik superkonduktivitas
tidak akan pernah melampaui 250 K, jadi masih cukup jauh di bawah suhu
kamar. Apakah benar demikian, kita tunggu saja hasil-hasil penelitian
berikutnya.

2.3. Medan Magnet Kritik

Gambar 2.Grafik pengaruh Tc dengan kuat medan magnet

Tinggi rendahnya suhu transisi Tc dipengaruhi banyak faktor. Seperti


tekanan yang dapat menurunkan titik beku air, suhu kritik superkonduktor
juga bisa turun dengan hadirnya medan magnet yang cukup kuat. Kuat
medan magnet yang menentukan harga Tc ini disebut medan kritik (Hc). Kita
lihat grafik ketergantungan Tc terhadap kuat medan magnet pada gambar2.

Walaupun Pb bersuhu kritik normal (tanpa medan magnet) 7,2 K,


apabila ia dikenai medan H = 4,8x104 A/m misalnya, suhu kritiknya turun

7
menjadi 4 K. Artinya dengan medan sebesar itu pada suhu 5 K pun Pb masih
bersifat normal. Medan kritiknya ini dapat dinyatakan dengan persamaan :

Hc(T) = Hc(0) [ 1 - (T/Tc)2 ]

Hc (0) adalah harga maksimum Hc yaitu harga pada suhu 0 K.

Medan kritik ini tidak harus berasal dari luar, tapi juga bisa ditimbulkan
oleh medan internal, yaitu jika ia diberi aliran arus listrik. Untuk
superkonduktor berbentuk kawat beradius r, arus kritiknya dinyatakan oleh
aturan Silsbee :

Ic = 2π . r . Hc

Jadi pada suhu tertentu ( T < Tc ) , bahan superkonduktor memiliki


ketahanan yang terbatas terhadap medan magnet dari luar dan arus listrik
yang bisa diangkutnya. Kalau harga-harga kritik ini dilampaui, sifat
superkonduktor bahan akan lenyap dengan sendirinya. Ambil contoh untuk
kawat Pb beradius 1 mm pada suhu 4 K, agar ia tetap bersifat
superkonduktor ia tidak boleh menerima medan magnet lebih besar dari
48000 A/m atau mengangkut arus listrik lebih dari 300 A. Pada ukuran dan
suhu yang sama Nb3Sn mampu mengangkut 12500 A, oleh sebab itulah
secara teknis superkonduktor tipe II lebih baik pakai.

Sebagai perbandingan YBCO pada suhu 77 K dapat mengangkut arus


sebesar 530 A. Naiknya suhu operasi mempunyai nilai ekonomis, karena
biaya pendinginan menjadi lebih murah dibandingkan helium cair (untuk
menjaga suhu 4 K).

Satu liter He harganya US$ 4 (Rp.7000) sedangkan satu liter N2 cuma


25 cent (Rp.450), padahal dalam prakteknya penguapan 1 liter N2 setara
dengan penguapan 25 liter He.

8
2.4. Efek Meissner

Sifat kemagnetan superkonduktor diamati oleh Meissner dan Ochsenfeld


pada tahun 1933, ternyata superkonduktor berkelakuan seperti bahan
diamagnetic sempurna, ia menolak medan magnet sehingga ia pun dapat
mengambang di atas sebuah magnet tetap. Jadi kerentanan magnetnya
(susceptibility) X = -1, bandingkan dengan konduktor biasa yang X = -10-5.
Fenomena ini disebut efek Meissner yang tersohor itu.

Jadi satu keunggulan lagi bagi superkonduktor terhadap konduktor biasa.


Ia tidak saja menjadi perisai terhadap medan listrik, tapi juga terhadap
medan magnet, artinya medan listik dan magnet sama dengan nol di dalam
bahan superkonduktor.

Tetapi pada tahun 1935 London bersaudara melalui penelitian sifat


elektrodinamik superkonduktor mendapatkan bahwa intensitas medan
magnet masih dapat menembus bahan superkonduktor walaupun hanya
sebatas permukaan saja, ordenya hanya beberapa ratus angstrom. Sifat
rembesan ini dinyatakan oleh parameter λ yang disebut kedalaman rembesan
London. Medan magnet ternyata berkurang secara eksponensial terhadap
kedalaman sesuai dengannya.

B (x) = Bo exp -(x / λ )

Bo adalah medan di luar dan x adalah kedalamannya.

λ membesar dengan naiknya suhu, di Tc harga λ tak berhingga besar,


sehingga medan magnet mampu menerobos ke seluruh bagian bahan
tersebut atau dengan perkataan lain sifat superkonduktor telah hilang
digantikan dengan keadaan normalnya.

Teori London ini juga memberikan kesimpulan bahwa dalam bahan


supekonduktor arus listrik akan mengalir di bagian permukaannya saja. Hal

9
ini berbeda dengan arus listrik dalam konduktor biasa yang mengalir secara
merata di seluruh bagian konduktor.

Perbandingan watak magnetik pada keadaan normal, superkonduktor


tipe I dan tipe II adalah seperti pada gambar 3.

Gambar 3. Perbandingan sifat magnetik tiap tipe superkonduktor

Pada tipe II terdapat daerah peralihan yaitu antara Hcl dan Hc , pada saat
itu struktur bahan terjadi dari daerah normal yang berupa silinder-silinder
kecil, disebut fluksoid karena bisa diterobos fluks magnet, yang dikelilingi
sepenuhnya oleh daerah superkonduktor.

2.5. Teori BCS

Teori tentang superkonduktor yang lebih terinci melibatkan mekanika


kuantum yang dalam, diajukan oleh Barden, Cooper dan Schrieffer pada
tahun 1975 dikenal sebagai teori BCS yang akhirnya memenangkan hadiah
Nobel pada tahun 1972.

Dalam teori ini dikatakan bahwa elektron-elektron dalam


superkonduktor selalu dalam keadaan berpasang-pasangan dan seluruhnya
berada dalam keadaan kuantum yang sama, pasangan-pasangan ini disebut
pasangan Cooper.

10
Kita bandingkan dengan elektron konduksi dalam konduktor biasa. Di
sini elektron bergerak sendiri-sendiri dan akan kehilangan sebagian
energinya jika ia terhambur oleh kotoran (impurities) atau oleh phonon,
phonon adalah kuantum energi getaran kerangka (lattice) kristal bahan.
Elektron tersebut akan menimbulkan distorsi terhadap kerangka kristal
sehingga menimbulkan daerah tarikan. Tarikan ini dalam superkonduktor
pada suhu rendah bisa mengalahkan tolakan Coulomb antar elektron,
sehingga dengan ukar menukar phonon dua elektron justru akan membentuk
ikatan menjadi pasangan Cooper. Oleh karena keadaan kuantum mereka
semuanya sama, suatu elektron tidak dapat terhambur tanpa mengganggu
pasangannya, padahal pada suhu T < Tc getaran kerangka tidak memiliki
cukup energi untuk mematahkan ikatan pasangan tersebut. Akibatnya
mereka tahan terhadap hamburan, jadilah bahan tersebut superkonduktor.

2.6. Superkonduktor Keramik

Bahan superkonduktor suhu tinggi yang memiliki bahan dasar keramik


secara teoritis belum dapat dijelaskan tuntas. Ia tidak bisa digolongkan ke
dalam tipe I maupun II karena ada beberapa sifatnya yang unik.

Bentuk kristalnya termasuk golongan perovskite, suatu bentuk kristal


kubus yang cukup populer. Rumus umum molekul perovskite adalah ABX3
dimana A dan B adalah kaiton logam dan X adalah anion non logam.
Banyak bahan elektronis yang memiliki bentuk perovskite ini, misalnya
PbTiO3 dan PbZrO3 yang bersifat piezoelektrik kuat sehingga baik
digunakan untuk pressure-gauge.

Superkonduktor suhu tinggi ini ternyata berupa perovskite yang cacat.


Misalnya YBCO yang ditemukan oleh Chu Chingwu cs. dari Universitas
Houston berbentuk 3 kubus perovskite dengan rumus molekul YBa2Cu3O6,5 ,
yang menunjukkan defisiensi atom oksigen sebagai anionnya (mestinya ada
9 atom). Nama lain untuk YBCO ini adalah 1-2-3, menunjukkan

11
perbandingan cacah atom Y, Ba dan Cu di dalam kristalnya. Atom-atom
tembaganya terletak pada suatu lapisan inilah arus listrik lewat dalam bahan
YBCO. Struktur yang demikian memiliki andil yang besar bagi sifat
superkonduktivitas suhu tinggi, terbukti senyawa barium-kalium-bismuth-
oksida buatan AT & T Bell Laboratoies (1988) cuma memiliki Tc = 30 K,
senyawa ini tentu saja tidak memiliki atom tembaga sebagai lapisan
penghantar elektron.

Elektron-elektron juga dalam keadaan berpasangan, hal ini telah


dibuktikan dengan dijumpainya flukson yang merembes di dalamnya
flukson yang merembes didalamnya. Flukson adalah kuantum fluks
magnetik dalam superkonduktor, besarnya kira-kira 2x10-15 weber, dalam
perhitungan besarnya ini bersesuaian dengan kehadiran partikel bermuatan
listrik dua kali muatan elektron.

Watak-wataknya yang masih perlu penjelasan teoritis adalah tarikan


antar elektron dalam pasangan Cooper yang ternyata masih cukup kuat
walaupun suhu transisinya tinggi. Padahal suhu yang tinggi menyebabkan
bertambahnya cacah phonon, sehingga ikatan elektron itu seharusnya akan
hancur karenanya. dalam kaitan ini peranan kerangka kristal harus kembali
dipertanyakan. Mungkin saja kotoran di dalamnya yang justru mampu
meredam interaksi phonon atau gangguan-gangguan lain termasuk medan
magnet yang besar agar ia tetap stabil sebagai superkonduktor.

Sifat lain yang tidak menguntungkan dari YBCO adalah mudahnya ia


melepaskan oksigen ke lingkungannya, padahal dengan berkurangnya atom
oksigen sifat superkonduktornya akan hilang. Lagi pula ia terlalu rapuh
untuk dibentuk menjadi kawat.

Lebih jauh lagi Philip W. Anderson (pemenang hadiah Nobel 1977


bidang Fisika) mengemukakan peranan besaran spin dalam fenomena
superkonduktor suhu tinggi ini, pernyataan ini telah didukung oleh data
percobaan MIT oleh RJ Birgeneau.

12
Sungguh merupakan sebuah tantangan besar bagi para ahli dari berbagai
bidang untuk memahami lebih jauh fenomena superkonduktor jenis baru ini.
Tampaknya bahan ini akan semakin merajai teknologi pada masa yang akan
datang, yaitu abad XXI.

2.7. Aplikasi / Penggunaan Superkonduktor

Sistem mendeteksi kecacatan ini membuat para pakar sains fisika bahan
meneliti lebih jauh di dalam bidang fisika terutama untuk bahan-bahan
padat. Teknik ini membenarkan kerusakan-kerusakan yang tidak dapat
dilihat di dalam bahan dapat diketahui. Teknik ini juga telah dicoba dalam
disiplin sains yang lain termasuk biologi. Teknik pengujian ultrasonik telah
membuka peluang baru kepada para penderita tumor otak dimana dengan
pengujian ultrasonik, tumor di dalam otak dapat dikesan.

Teknik ini juga mengurangkan penggunaan sinar-X di dalam beberapa


metode kedokteran yang ternyata penggunaan sinar-X amat berbahaya
terhadap jaringan (tissue) tubuh di badan manusia dan juga kepada wanita
hamil. Berdasarkan kepada prinsip gema pulsa ini juga sistem sonar dicipta.
Sistem sonar adalah teknik dimana penggunaan gelombang elektromagnet di
dalam sistem radar digantikan dengan ultrasonik. Sistem sonar digunakan
dalam menentukan posisi sebuah kapal selam ketika waktu perang. Tetapi
kini digunakan pula untuk menentukan bentuk muka bumi di dasar lautan
dan juga kelompok-kelompok ikan untuk tujuan nelayan.

Gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke dasar lautan akan terpantul


apabila ia tiba di dasar. Ketidakseragaman permukaan dasar lautan akan
melahirkan variasi pantulan pulsa dan melalui gema yang terhasil, parit,
jurang, dan juga gunung-gunung di dasar lautan dapat dipetakan. Waktu
yang diambil oleh pulsa untuk kembali ke pada transduser pengobservasi
dari transduser pemancar akan membolehkan kedalaman lautan di sesuatu
kawasan itu dapat dianggarkan hingga ke angka yang paling tepat. Variasi

13
gema pulsa juga digunakan oleh bot-bot nelayan untuk mendeteksi
kumpulan ikan di bawah permukaan air. Aplikasi lainnya adalah :

 Kereta Magnet (Maglev, Magnetic Levitation Train) Di Jepang, kereta


api supercepat ini diberi nama The Yamanashi MLX01 MagLev train,
dimana kereta ini dapat melayang diatas magnet superkonduktor.
Dengan melayang, maka gesekan antara roda dengan rel dapat
dihilangkan dan akibatnya kereta dapat berjalan dengan sangat cepat,
343 mph (550 km/jam).
 Generator listrik super-efisien. Bayangkan pembangkit-pembangkit
listrik bisa berefisiensi tinggi. Berapa milyar uang negara yang bisa di
hemat? Sebagai perbandingan, untuk transmisi listrik, pemerintah AS
dan Jepang berencana untuk menggunakan kabel superkonduktor dengan
pendingin nitrogen untuk menggantikan kabel tembaga. Menurut
perhitungan, arus yang dapat ditransmisikan akan jauh meningkat, 250
pon kabel superkonduktor dapat menggantikan 18.000 pon kabel
tembaga.
 Supercomputer Jangankan Pentium Core 2 Duo, ratusan kali lebih cepat
dari processor PC tercepat saat ini pun bisa dibuat dengan
superkonduktor. Bahkan di bidang militer, HTS-SQUID
(Superconducting Quantum Interference Devices) telah digunakan untuk
mendeteksi kapal selam dan ranjau laut.
 Kedokteran Diciptakannya alat MRI, sebuah alat pencitra Gema
Magnetik.

14
BAB III
JENIS SUPERKONDUKTOR

3.1. Tipe I Superkonduktor

Gambar 4. Karakteristik hambatan superkonduktor tipe I terhadap temperatur

Superkonduktor tipe I memiliki kekhasan dimana tahanan yang diamati


adalah nol. Ketika dinaikkan temperaturnya melebihi 4,153 K ternyata,
tahanannya mendadak naik. Temperature dimana suatu bahan memiliki sifat
superkonduktif maka disebut temperature kritik (Tc).

Pada tipe ini, terjadi peristiwa unik dimana medan magnet luar yang
cukup kecil pada bahan superkonduktor akan menginduksikan arus super.
Arus ini akan menimbulkan medan magnet induksi dalam bahan itu sendiri
sehingga induksi magnetik total dalam bahan bernilai nol (diamagnet
sempurna). Gejala ini dikenal dengan efek Meissner dan terjadi di bawah
temperatur kritik.

Gejala inilah yang membuat bahan superkonduktor dapat melayang di


udara atau yang membuat kereta api maglev melayang di atas rel. Namun,

15
jika medan magnet luar terlalu besar (melebihi medan magnet kritik, Hc)
maka bahan tersebut kehilangan sifat superkonduktivitas.

Berikut diberikan unsur-unsur superkonduktor (tipe 1 unsur yang


berwarna biru).

Gambar 5. Unsur-unsur superkonduktor

16
3.2. Tipe II Superkonduktor

Gambar 6. Bentuk kristal tipe 2 cuprate

Berbeda dengan superkonduktor I, superkonduktor tipe II memiliki dua


buah nilai medan kritik, yaitu medan kritik bawah, Hc1 dan medan kritik
atas, Hc2. Jika medan luar (H) yang diberikan lebih kecil dari Hc1 (H < Hc1)
maka bahan tersebut akan bersifat seperti superkonduktor tipe 1, tapi jika
diantara Hc1 dan Hc2 (Hc1 < H < Hc2) maka fluksi magnet akan menembus
bahan dan berada pada keadaan campuran dimana efek Meissner terjadi
secara parsial.

Sedangkan, jika medan luar lebih besar dari Hc2 maka sifat
superkonduktor akan hilang. Superkonduktor tipe II biasanya disusun oleh
beberapa logam sehingga dikenal sebagai intermetallic superconductor.

Nama Superkonduktor Suhu (K) Keterangan


(Hg0.8Tl0.2)Ba2Ca2Cu3O8.33 138 K* (record-holder)
HgBa2Ca2Cu3O8 133-135 K
HgBa2Ca3Cu4O10+ 125-126 K
HgBa2(Ca1-xSrx)Cu2O6+ 123-125 K
HgBa2CuO4+ 94-98 K

Tabel 2. Contoh tipe II superkonduktor

17
Gambar 7. Grafik YBa2Cu3O7

18
3.3. Era Baru Superkonduktor

Mulanya superkonduktor tidak dapat diaplikasikan dengan alasan Tc nya


sulit untuk dicapai. Namun sejak tahun 1986, terjadi sebuah terobosan baru
di bidang superkonduktivitas. Ketika Alex Miller dan George Bednorz,
peneliti di Laboratorium Riset IBM di Zurich, Switzerland, berhasil
membuat keramik yang terdiri dari unsur Lanthanum, Barium, Tembaga,
dan Oksigen, yang bersifat superkonduktor pada suhu tertinggi pada waktu
itu, 35 K. Padahal selama ini keramik dikenal sebagai isolator.

Keramik tidak mengantarkan listrik sama sekali pada suhu ruang. Hal ini
menyebabkan para peneliti pada waktu itu tidak memperhitungkan bahwa
keramik dapat menjadi superkonduktor. Penemuan ini dipublikasikan di
Jerman dalam jurnal Zeitschrift for Physik, September 1986.

Padatahun 1987, Paul C. W. Chu dari Universitas Houston berhasil


membuat bahan superkonduktor dengan Tc 93K. Bahan tersebut disusun
oleh yttrium, barium, tembaga dan oksigen dengan rumus molekul
YBa2Cu3O7-x.

Setahun kemudian Paul Chu membuat superkonduktor denganTc yang


lebih besar, 120K. Tersusun dari unsur bismuth, stronsium, kalsium,
tembaga dan oksigen. Para ahli terus berusaha meneliti berbagai material
agar diperoleh superkonduktor temperatur kamar.

Bangsa kita pun bisa membuat superkonduktor, salah satunya di


Laboratorium Fisika Material, Superkonduktor dan Organik Terkonjugasi
(FISMOTS) di jurusan fisika ITB. Bahan yang digunakan berbentuk
keramik. Pembuatannya dengan metoda padatan, dipanaskan dalam tungku
lalu digerus. Proses tersebut dapat dilanjutkan dengan proses pelelehan dan
pendinginan bertahap. Setelah tahap ini selesai maka masuk ke dalam tahap
terakhir yaitu proses annealing dalam atmosfer tertentu untuk mencapai

19
tingkat kadar oksigen tertentu sesuai yang diinginkan. Biasanya kadar
oksigen dalam kristal mempengaruhi Tc yang tinggi. Umumnya karakterisasi
dasar bahan superkonduktor yang dilakukan meliputi karakteriasasi efek
Meissner, pengukuran tahanan terhadap suhu, pengukuran difraksi sinar X
(XRD) dan pengukuran Scanning Electron Microprobe (SEM). Prof. Dr.
Barmawi menyebut superkonduktor sangat bermanfaat untuk pembuatan
kabel listrik yang stabil serta menghindari masalah mekanik yang muncul
karena adanya gaya yang bekerja pada arus yang berasal dari medan magnet
yang ditimbulkan arus tersebut. Dalam pembuatan kumparan bermedan
magnet tinggi, misalnya, bila medan magnet diperbesar maka medan magnet
tersebut dapat menembus bahan superkonduktor tanpa merusak daya
superkonduktifitasnya.

Superkonduktor organik merupakan bagian dari keluarga konduktor


organik termasuk didalamnya adalah molekul Garam, Polimer dan Sistem
Karbon murni (termasuk didalamnya adalah C60). Molekul Garam dengan
keluarganya merupakan molekul organic terbesar yang memiliki
superkonduktivitas dengan suhu sangat rendah. Dengan alasan ini mereka
sering dikatakan sebagai superkonduktor molekul.

Gambar 8. (TMTSF)2PF6 superkonduktor organik pertama yang ditemukan


Courtesy Laboratoire de Physique des Solides

Secara teori hal ini telah diperkirakan oleh Bill Little dari Universitas
Stanford pada tahun 1964. Tetapi superkonduktor organik pertama
(TMTSF)2PF6 baru tersintesis pada tahun 1980 oleh Peneliti Danish yaitu

20
Klaus Bechgaard dari Universitas Copenhagen beserta anggota tim
PerancisD. Jerome, A. Mazaud, and M. Ribault. Lima puluh superkonduktor
organik telah ditemukan dengan Tc dari 0,4K sampai 12K (pada tekanan
ambient).

21
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan dan berdasarkan
sumber teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa bahan
superkonduktor adalah bahan yang memiliki resistansi rendah, sehingga
rugi-rugi daya yang dihasilkan sangat kecil. Selain itu superkonduktor juga
memiliki efisiensi dan konduktivitas yang tinggi sehingga superkonduktor
banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti dalam bidang komputer
untuk meningkatkan kecepatan mikroprosesor, bidang fisika untuk proses
fusilaser, dalam bidang kedokteran dimanfaatkan untuk operasi, di bidang
industri tenaga listrik diaplikasikan untuk penyempurnaan transmisi dan
distribusi tenaga, sedangkan pada bidang telekomunikasi penerapannya pada
pen-switch-an telekomunikasi kecepatantinggi.

4.2. Saran
Seperti apa yang telah dipaparkan mengenai bahan
superkonduktor diatas. Maka menurut kami keperluan akan penggunaan
bahan superkonduktor sebagai bahan pelindung alat-alat listrik perlu
diperhatikan penggunaannya agar superkonduktor tersebut bisa
dimanfaatkan sepenuhnya dan tidak berdampak merugikan bagi masyarakat
terutama bagi penggunanya.

22
Daftar Pustaka

 Hazen, robert M. : Perovskites, Scientific American vol.258, hlm 74-81,


Juni 1988.
 Horgan, John : Theory - resistant, Scientific American vol.264,hlm 20-22,
Desember 1988.
 Wolsky, A,M., Glese, R.F., Daniels, E.J. : The New Superconductor :
Prospects for Application, Scientific American vol.266,hlm 60-69,
Februari 1989.
 Omar, M.Ali : Elementary Solid State Physics, Addison-Wesley, 1975.
 Dewsberry, R., Hine, R., Potter, R. : Matter and Molecules, Penguin
Education, 1973.
 http://www.superconductors.org
 http://www.kompas.com/kompas-cetak/0201/25/iptek/meng34.htm
 http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1203/11/cakrawala/lainnya01.htm
 http://www.gomemorize.com/id/Superkonduktivitas

23

Anda mungkin juga menyukai