Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN BAHAN LISTRIK

[09]Aldi Andriyanto
NIM : 30602000009
Email : aldiandriyanto@std.unissula.ac.id

[1]Superkonduktor modern, seperti Niobium Titanium (NbTi) telah digunakan dalam


teknologi kereta Maglev (Magnetic Levitation) di beberapa negara maju. Dan banyak aplikasi
lainnya, seperti pada mesin MRI (Magnetic Resonance Imaging) di bidang medis.
Superkonduktivitas adalah suatu fenomena pada suatu material yang tidak memiliki
hambatan di bawah suatu nilai suhu tertentu. Suhu pada saat terjadi perubahan sifat
konduktivitas menjadi superkonduktor disebut dengan temperatur kritis (Tc). Tentunya,
semakin tinggi nilai TC dari material superkonduktor akan semakin besar aplikasi industrinya.
Superkonduktivitas diamati untuk yang pertama kalinya pada tahun 1911 oleh fisikawan
Belanda Heike Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden, yaitu ketika ia menemukan
bahwa air raksa murni yang didinginkan dengan helium cair (suhu 4,2 K) kehilangan seluruh
resistansi listriknya. Dari sinilah, mimpi tentang dunia yang lebih ekonomis dimulai.
Bayangkan, dengan resistansinya yang nol itu superkonduktor dapat menghantarkan arus
listrik tanpa kehilangan daya sedikitpun, kawat superkonduktor tidak akan menjadi panas
dengan lewatnya arus listrik. Hal ini yang membuka kesempatan menciptakan peralatan
elektronik yang jauh lebih efisien semakin besar.
Namun, tentunya tidak semudah itu memanfaatkan material superkonduktor dalam aplikasi
sehari-hari. Faktanya, superkonduktivitas suatu material baru muncul pada suhu yang sangat
rendah, jauh di bawah 0°C (273 K). Sehingga, penghematan pemakaian daya listrik masih
harus bersaing dengan biaya pendinginan yang harus dilakukan. Oleh karena itu, para ahli
sampai sekarang terus berlomba-lomba menemukan material superkonduktor yang dapat
beroperasi pada suhu tinggi, kalau bisa pada suhu kamar (masih harapan). Pada skala
laboratorium atau yang berarti masih dalam tahap riset dan belum diaplikasikan ke dunia
industri, superkonduktor dapat dibuat dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah
dengan menggunakan PLD (Pulsed Laser Deposition). Alat ini dapat memproduksi
superkonduktor jenis lapisan tipis (Thin Film).
[2] Superkonduktor adalah elemen atau paduan logam yang, ketika didinginkan di bawah
suhu ambang tertentu, material tersebut secara dramatis kehilangan semua hambatan
listrik. Pada prinsipnya, superkonduktor dapat memungkinkan arus listrik mengalir tanpa
kehilangan energi (meskipun, dalam praktiknya, superkonduktor yang ideal sangat sulit untuk
diproduksi). Jenis arus ini disebut arus super.
[3] Sifat lain dari superkonduktor yaitu bersifat diamagnetisme sempurna. Jika sebuah
superkonduktor ditempatkan pada medan magnet, maka tidak akan ada medan magnet dalam
superkonduktor. Hal ini terjadi karena superkonduktor menghasilkan medan magnet dalam
bahan yang berlawanan arah dengan medan magnet luar yang diberikan. Efek Gambar 3.
Keadaan Superkonduktor Atom Kisi pada logam 4 yang sama dapat diamati jika medan
magnet diberikan pada bahan dalam suhu normal kemudian didinginkan sampai menjadi
superkonduktor. Pada suhu kritis, medan magnet akan ditolak. Efek ini dinamakan Efek
Meissner.
[4] Superkonduktor dikenal manfaatnya untuk MRI, pencitraan resonansi magnetik.
Kumparan magnet superkonduktif mampu menghasilan medan magnetik kuat, yang tidak
akan bisa dicapai dengan material konvensional. [5] Proses pembuatan superkonduktor
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, di mana pada sintesis sistem
Pb2Ba2Ca2Cu3O9 digunakan metode reaksi padatan dengan molekul pembentuk awal yaitu
PbO , BaCO3 , CaO , dan CuO. Proses awal dimulai dengan penimbangan bahan-bahan
pembentuk senyawa Pb2Ba2Ca2Cu3O9 dengan variabel suhu sintering dan lama waktu
sintering. Setelah bahan siap lalu dilarutkan dalam HNO3 agar senyawa campuran homogen,
lalu dianneling di atas hot plate dengan panas sedang untuk menguapkan HNO3. Bahan
campuran awal kemudian digerus sampai halus lalu dipres dan dicetak dalam bentuk
pelet/pil, selanjutnya dikalsinasi dengan suhu 8000C selama 24 jam untuk menguapkan
senyawa CO2 dalam campuran awal bahan pembentuk senyawa Pb2Ba2Ca2Cu3O9.
[6] Karakterisasi pertama yang digunakan yaitu efek Meissner, untuk mengetahui secara
sederhana apakah senyawa yang terbentuk sudah menjadi senyawa superkonduktor.
Karakterisasi berikutnya berupa XRD untuk bahan-bahan dicampur dalam pelarut HNO3
sampai berwarnabiru jernih/homogen lalu dianneling di atas hot plate untuk menguapkan
HNO3 digerus sampai halus lalu dipres /dicetak dalam bentuk pelet/pil kalsinasi digerus
sampai halus lalu dipres /dicetak dalam bentuk pelet/pil sintering karakterisasi XRD, Tc 5
mengetahui apakah senyawa superkonduktor yang terbentuk sudah mempunyai fase
Pb2Ba2Ca2Cu3O9. Analisis struktur kristal Pb2Ba2Ca2Cu3O9digunakan refinement data
XRD. Analisis refinement struktur kristal digunakan metode refinement Rietveld dengan
bantuan software Fullprof dan Celref. Pada analisis refinement, data model awal akan
dicocokkan dengan data dari XRD, di mana semakin cocok data tersebut, maka semakin kecil
residu profil hasil refinement. Faktor-faktor reliabilitas akan digunakan untuk ukuran tahap
kesuksesan atau kegagalan dari suatu proses refinement.
Bahan-bahan awal
1. Barium Carbonate (BaCO3) 99,99% 2. Calcium Oksida (CaO) 99,99% 3. Copper (II)
Oxide (CuO) 99,99% 4. Timbal(II) Oxide (PbO) 99,99% 5. Nitrogen cair D.
Bahan-bahan awal
1. Mortar dan pastel 2. Spatula 3. Crusible 4. Wadah pembuat pil/pelet 5. Mesin pengepres 10
ton

DAFTAR PUSTAKA
[1] http://majalah1000guru.net/2018/09/superkonduktor-aplikasi/
[2] https://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu/superconductor-2699012/
[3] http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195708071982112-
WIENDARTUN/9C.SUPERKONDUKTOR.pdf
[4] https://www.dw.com/id/teknologi-superkonduktor-untuk-energi-terbarukan/a-18542208
[5] https://media.neliti.com/media/publications/172945-ID-pengaruh-perubahan-suhu-
sintering-pada-s.pdf
[6] https://media.neliti.com/media/publications/172945-ID-pengaruh-perubahan-suhu-
sintering-pada-s.pdf

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai