Anda di halaman 1dari 16

Critical Journal Review

Logam Golongan
Bismuth
Kelompok 3

David Frans P. Sihombing (4183331036)


Senari Christin Br Ginting (4183331001)
Serli Margarettha Br Ginting (4183131042)
Shinta Mardiana Rumahorbo (4181131005)
Theresio Pasaribu (4183331009)
Yovi Fujikris Panjaitan (4183331014)

Pendidikan Kimia D 2018


BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Bismut (Bi), yang paling logam dan yang paling melimpah dari unsur-unsur dalam
kelompok nitrogen (Kelompok 15 [Va] dari tabel periodik). Bismuth merupakan kristal
kasar yang keras, rapuh, dan berkilau. Bismut dapat dibedakan dari semua logam
lainnya dengan warna abu-abu putih dengan semburat kemerahan nya. Bismut ternyata
dikenal sejak zaman yang sangat awal, karena terjadi di bentuk murni serta dalam
senyawa.
Superkonduktor merupakan bahan material yang memiliki hambatan listrik
bernilai nol pada temperatur di bawah temperatur kritisnya, yang artinya dapat
menghantarkan arus walaupun tanpa adanya sumber tegangan. Pada bulan Februari
1987, ditemukan suatu keramik yang bersifat superkonduktor pada temperatur 90 K,
dimana dengan karakteristik tersebut maka nitrogen cair dapat digunakan sebagai media
pendinginnya. Karena sifat superkonduktor muncul pada temperatur cukup tinggi
dibandingkan dengan material superkonduktor yang lain, maka materialmaterial tersebut
diberi nama superkonduktor temperatur tinggi.
Critical Journal adalah hasil review/bandingan tentang suatu topik materi yang
pada umumnya di penelitian terhadap jurnal yang berbeda. Penulisan critical journal ini
pada dasarnya adalah untuk meriview beberapa jurnal penelitian mengenai materi yang
terkait, untuk mengetahui perbandingan terhadap penelitian yang relevan.
Oleh karena begitu kompleksnya pembahasan mengenai Bismut sebagai semikonduktor,
maka penulis tertarik membuat makalah critical journal review kegunaan Bismut
sebagai semikonduktor, ini untuk membantu pembaca mengetahui manfaat unsur
tersebut dalam kehidupan.
Tujuan

1. Untuk mengetahui hasil penelitian dari jurnal yang di review.


2. Untuk memenuhi salah satu tugas KKNI dari mata kuliah Kimia Logam Utama.
3. Untuk melatih mahasiswa dalam menulis dan mengkaji dalam bentuk ringkasan
dan membandingkan hasil penelitian guna menambah pengetahuan mengenai
materi yang relevan dengan mata kuliah yang ditawarkan.

Manfaat

1. Mengetahui hasil penelitian dari jurnal yang direview.


2. Memenuhi salah satu tugas KKNI dari mata kuliah Kimia Logam Utama.
3. Melatih mahasiswa dalam menulis dan mengkaji dalam bentuk ringkasan dan
4. membandingkan hasil penelitian guna menambah pengetahuan mengenai materi
yang relevan dengan mata kuliah yang ditawarkan.
Identitas Jurnal

Jurnal Utama
Nama Penulis : Lusiana
Judul Jurnal : Proses Pembuatan Material
Superkonduktor Bscco Dengan Metoda Padatan
Jenis Jurnal : Majalah Metalurgi,
Tahun Terbit : 2014
No : 1
Volume : 29
ISSN : 0216-3188
Halaman Jurnal : 1-8
Identitas Jurnal
Jurnal Pembanding (2)
Nama Penulis : Usman Santosa, Fuad Anwar2, Agung
Imaduddin, Dwi Teguh Rahardjo
Judul Jurnal : Efek Doping Pb Rendah Pada Superkonduktor
Sistem Bscco 2223
Jenis Jurnal : Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF)
Tahun Terbit : 2015
No : 12
Volume :5
ISSN : 2089-6158
Halaman Jurnal : 1-4
Identitas Jurnal
Jurnal Pembanding (3)
Nama Penulis : Siti Istikomaha , Suprihatinb , Agus Riyantoc
Judul Jurnal : Sintesis Superkonduktor BSCCO-2223 dengan
Variasi Waktu Sintering pada Kadar Ca=2,10
Menggunakan Metode Pencampuran Basah
Jenis Jurnal : JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika
Tahun Terbit : 2019
No : 12
Volume : 07
ISSN : -
Halaman Jurnal : 139-145
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

Jurnal Utama

Pendahuluan

Superkonduktor merupakan bahan material yang memiliki hambatan listrik bernilai nol
pada temperatur di bawah temperatur kritisnya, yang artinya dapat menghantarkan arus
walaupun tanpa adanya sumber tegangan. Superkonduktor pun akan kehilangan tahanan
terhadap arus listrik jika material tersebut didinginkan di bawah temperatur kritisnya.
Setelah ditemukannya sifat superkonduktor dari Hg, temperatur kritis (Tc) dari material
superkonduktor naik secara perlahan sampai tahun 1980. Baru pada tahun 1986, sejak
ditemukannya superkonduktor jenis cuprate oxide, temperatur kritis meningkat drastic
mencapai 164 K pada tekanan 30 GPa. Hal ini berarti Tc telah mencapai setengah dari
target sifat superkonduktor material pada temperatur ruang (-300 K). Material inilah
yang sekarang dikenal dengan high-Tc superconductor atau HTS.
Tujuan penelitian ini adalah mencari temperatur optimum proses sintering untuk
menghasilkan material superkonduktor BSCCO dengan menggunakan metoda padatan.
Prosedur Percobaan

Bahan dasar pembuatan Bi1.6Pb0.4Sr2Ca2Cu3O10+δ adalah bahan-bahan yang masih


berbentuk senyawa Bi2O3, SrCO3, CaCO3, CuO, PbO. Sebelum dilakukan proses
penimbangan, terlebih dahulu dilakukan pemanasan awal untuk menghilangkan kadar air
yang masih terkandung dalam bahan-bahan dasar tersebut. Setelah dilakukan pemanasan
awal massa Bi, Sr, Ca, Cu, Pb dihitung sesuai dengan perbandingan stoikiometri untuk
membuat Bi1,6Pb0,4Sr2Ca2Cu3O10+δ. Sintesis Bi1,6Pb0,4Sr2Ca2Cu3O10+δ dilakukan
dengan metoda padatan, yaitu dengan mencampurkan semua bahanbahan dasar kemudian
diaduk secara manual dilanjutkan dengan pyrolisis, penggerusan, kalsinasi, proses
kompaksi dan sintering. Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan teknik difraksi
sinarx (XRD). Data yang diperoleh berupa jarak antar bidang, intensitas dan sudut (2θ)
yang kemudian dianalisis. Pemilihan temperatur sintering diperoleh dari diagram fasa
Bi2212, Bi2223 dan Bi 2201. Dari diagram fasa tersebut fasa yang terbentuk pada
temperatur 650 – 840 °C adalah fasa Bi 2212, Ca2CuO3 dan CuO, sedangkan pada
temperatur 840-890 °C diperoleh fasa 2212 dan 2223. Untuk penelitian ini temperatur
sintering yang digunakan adalah 800 °C, 820 °C, 845 °C dan 860 °C sedangkan waktu
penahanan digunakan 90 jam. Untuk mengetahui telah terbentuk atau tidaknya kristal fasa
Bi2223 atau fasa Bi 2212 dilakukan pengukuran XRD. Berdasarkan hasil pengukuran
XRD dilakukan perhitungan fraksi volume (FV) fasa Bi yang terbentuk.
Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Efek Meissner


Untuk mengetahui keberhasilan proses sintesa superkonduktor
Bi1,6Pb0,4Sr2Ca2Cu3O10+δ dari campuran Bi2O3, SrCO3, CaCO3, CuO, PbO, maka
cara yang paling mudah adalah dengan uji efek Meissner. Hasil efek Meissner berupa ada
tidaknya efek levitasi yaitu adanya pengangkatan atau penolakan magnet dari hasil
sintering campuran Bi2O3, SrCO3, CaCO3, CuO, PbO pada berbagai temperatur
sintering.

2. Hasil Uji SEM


Dari uji SEM dengan temperatur sintering 800 °C, struktur yang terbentuk masih
berbentuk gumpalan. Pada pemanasan 820 °C struktur berubah menjadi bentuk pipih dan
sebagian masih ada yang berbentuk gumpalan. dengan naiknya temperatur sintering
menjadi 845 °C dan 865 °C struktur yang terbentuk berupa serpihan. Untuk bentuk serpih
pada T = 845 °C dan 865 °C teridentifikasi adalah fasa Bi2223 sedangkan bentuk bulat
adalah fasa Bi2212. Pada saat proses sinter berlangsung terjadi difusi kristal melewati
batas butir (grain boundaries) dan perluasan area singgungan antar Kristal sehingga akan
memperbesar ukuran butir dan terjadi proses rekristalisasi dan pertumbuhan butir. Proses
difusi atomatom terjadi dan menghasilkan penyusutan material yang diiringi dengan
pengurangan porositas.
Kesimpulan

Proses pembuatan material Super konduktor BSCCO (bismuth strontium


calcium copper oxide) dengan metoda padatan dari campuran serbuk Bi2O3,
SrCO3, CaCO3, CuO, PbO dan disintering pada T = 800, 825, 845, dan 865 °C
dengan waktu penahanan 90 jam dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisa XRD diperoleh fasa Bi2212 pada 2θ = 35,13°, fasa
Bi2223 pada 2θ = 29,12° dan pengotor berupa Ca2CuO3,CuO, dan
Ca2PbO4.
2. Fraksi volume fasa Bi2212 terbesar dihasilkan pada temperatur sintering
845 °C sebesar 73,6%, sedangkan fraksi volume fasa Bi2223 terbesar
dihasilkanpada temperatur sintering 865 °C dengan nilai 42,4%.
3. Temperatur sintering optimum adalah 845 °C dengan fraksi volume fasa
Bi2212 dan fasa Bi2223 dihasilkan sebesar 73,6% dan 25% dan
memberikan efek Meissner kuat.
BAB III
PEMBAHASAN

Jurnal Utama
Pada jurnal utama yang berjudul “proses pembuatan material superkonduktor bscco dengan metoda padatan”
bertujuan untuk mencari temperatur optimum proses sintering untuk menghasilkan material superkonduktor
BSCCO dengan menggunakan metoda padatan. Struktur kristal dari fasa yang terbentuk dalam material
superkonduktor akan sangat berpengaruh terhadap temperatur kritisnya (Tc). Derajat ketidakteraturan struktur fasa
yang tinggi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah temperatur sintering dan lamanya waktu
sintering saat dilakukan proses manufaktur dari material superkonduktor tersebut. Material superkonduktor
BSCCO (bismuth strontium calcium copper oxide) adalah material superkonduktor yang banyak digunakan dalam
bentuk kabel bawah tanah, kabel transmisi, kabel penghubung, maglev train, dan lain-lain. Pada penelitian ini
dipelajari proses pembuatan superkonduktor BSCCO dari campuran berbagai oksida yaitu Bi 2O3, SrCO3, CaO,
CaCO3, dan PbO dengan metoda padatan atau pencampuran kering dan dilanjutkan dengan proses sintering.
Metode ini digunakan karena memiliki keuntungan antara lain mudah dibuat dan sederhana serta tidak mahal
dalam mensintesa bahan superkonduktor. Pemilihan temperatur sintering diperoleh dari diagram fasa Bi2212,
Bi2223 dan Bi 2201. Dari diagram fasa tersebut fasa yang terbentuk pada temperatur 650 – 840 °C adalah fasa Bi
2212, Ca2CuO3 dan CuO, sedangkan pada temperatur 840 – 890 °C diperoleh fasa 2212 dan 2223. Untuk
penelitian ini temperatur sintering yang digunakan adalah 800°C, 820°C, 845°C, dan 860°C sedangkan waktu
penahanan digunakan 90 jam. fraksi volume fasa Bi 2212 meningkat secara signifikan pada T= 845 °C sebesar
73,6%, akan tetapi fasa Bi2223 mengalami penurunan pada temperatur tersebut sebesar 25%. Hal ini terjadi
karena dengan semakin naiknya temperatur (di atas 840 °C) efek doping Pb menyebabkan peningkatan fraksi
volume Bi2223. Hasil yang di dapat temperatur sintering optimumnya adalah 845°C dengan fraksi volume fasa
Bi2212 dan fasa Bi2223 dihasilkan sebesar 73,6% dan 25% dan memberikan efek Meissner kuat.
Jurnal Pembanding (2)
Pada jurnal kedua yang berjudul “efek doping pb rendah pada superkonduktor sistem
BSCCO–2223” bertujuan untuk melakukan sintesis superkonduktor Bi 2Sr2Ca2Cu3Ox
dengan doping Pb rendah yaitu dengan komposisi molar awal stoikhiometri pada variasi
molar Pb 0,02, 0,04, 0,06, 0,08, dan 0,10. Dalam jurnal digunakan metode eksperimen
melalui pemberian perlakuan pada bahan superkonduktor dengan doping Pb yang rendah.
Sintesis superkonduktor (BiPb)2Sr2Ca2Cu3Ox ini menggunakan metode reaksi padatan yang
berupa pencampuran bahan – bahan oksida Bismuth, oksida Timbal, oksida Stronsium,
oksida Kalsium dan oksida Tembaga. Penggunaan doping Pb dalam sintesis superkonduktor
sistem bismut, selain memudahkan pembentukan senyawa bersangkutan dengan tingkat
kemurnian fasa yang tinggi, juga berperan menentukan sifat senyawa yang dihasilkan.
Karena kemiripan ukuran ion dan valensi dari atom Pb, maka penambahan Pb sebagai
doping menghasilkan substitusi atom Bi oleh atom Pb pada lapisan ganda BiO. Salah satu
sifat paling menarik dari bahan superkonduktor pada suhu rendah adalah resistivitasnya nol
( = 0) pada suhu tertentu. Suhu tersebut dikenal sebagai suhu kritis (Tc) atau suhu transisi
yaitu suhu terjadinya transisi dari keadaan normal ke keadaan superkonduktif. Transisi
tersebut reversibel artinya apabila dipanaskan akan kembali memiliki resistivitas normal
pada suhu Tc. Fase yang terbentuk dari hasil sintesis bahan superkonduktor berupa sistem
BSCCO-2212 dan suhu kritis tertinggi hasil pengukuran didapat 57,7 K pada doping Pb
0,06.
Jurnal Pembanding (3)
Pada jurnal ketiga yang berjudul “sintesis superkonduktor BSCCO-2223 dengan variasi
waktu sintering pada kadar Ca = 2,10 menggunakan metode pencampuran basah” bertujuan
untuk mencari waktu sintering terbaik terhadap kemurnian fase superkonduktor. Lama
waktu sintering sangat berpengaruh pada pembentukan fase 2223. Lama waktu sintering
berpengaruh terhadap pertumbuhan fase yang diidentifikasi dengan meningkatnya fraksi
volume dan kualitas kristal yang dihasilkan semakin baik. Sampel disintering dengan variasi
waktu 10, 20, 30, dan 40 jam pada suhu 865℃ . Variasi dilakukan untuk mengetahui
pengaruh waktu sintering terhadap kemurnian fase superkonduktor. Pada waktu sintering 30
jam terbentuk fase BSCCO-2201 dan BSCCO-2223. Fase BSCCO2223 telah
bertrasnformasi menjadi fase BSCCO-2201 dan fase BSCCO-2212, hal ini dikarenakan
semakin lama waktu sintering semakin merubah struktur dan susunan fase BSCCO-2223
membentuk susunan baru yang bukan merupakan BSCCO-2223. Fraksi volume tertinggi
diperoleh pada waktu sintering 30 jam sebesar 79,17 %. Sampel BSCCO-2223 dengan
waktu sintering 30 jam diperoleh derajat orientasi sebesar 37,94, pertumbuhan kristal pada
sampel semakin baik, membentuk lempengan-lempengan yang saling merapat satu sama
lain. Hal ini terjadi karena bertambahnya waktu sintering dapat menurunkan jumlah ruang
kosong antar lempengan (void). Sehingga tingkat kemurnian fase bahan superkonduktor
BSCCO-2223 terbaik diperoleh pada waktu sintering selama 30 jam dengan fraksi volume
sebesar 79,17 % dan derajat orientasi sebesar 37,94 %.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Pada jurnal utama yang berjudul “proses pembuatan material superkonduktor bscco
dengan metoda padatan” fraksi volume fasa Bi 2212 meningkat secara signifikan
pada T= 845 °C sebesar 73,6%, akan tetapi fasa Bi2223 mengalami penurunan
pada temperatur tersebut sebesar 25%. Hal ini terjadi karena dengan semakin
naiknya temperatur (di atas 840 °C) efek doping Pb menyebabkan peningkatan
fraksi volume Bi2223. Hasil yang di dapat temperatur sintering optimumnya adalah
845°C dengan fraksi volume fasa Bi2212 dan fasa Bi2223 dihasilkan sebesar
73,6% dan 25% dan memberikan efek Meissner kuat.
Pada jurnal kedua yang berjudul “efek doping pb rendah pada superkonduktor
sistem BSCCO–2223” fase yang terbentuk dari hasil sintesis bahan superkonduktor
berupa sistem BSCCO-2212 dan suhu kritis tertinggi hasil pengukuran didapat 57,7
K pada doping Pb 0,06.
Lanjutan Kesimpulan

Pada jurnal ketiga yang berjudul “sintesis superkonduktor BSCCO-2223 dengan


variasi waktu sintering pada kadar Ca = 2,10 menggunakan metode pencampuran
basah” fraksi volume tertinggi diperoleh pada waktu sintering 30 jam sebesar
79,17 %. Sampel BSCCO2223 dengan waktu sintering 30 jam diperoleh derajat
orientasi sebesar 37,94, pertumbuhan kristal pada sampel semakin baik,
membentuk lempengan-lempengan yang saling merapat satu sama lain. Hal ini
terjadi karena bertambahnya waktu sintering dapat menurunkan jumlah ruang
kosong antar lempengan (void). Sehingga tingkat kemurnian fase bahan
superkonduktor BSCCO-2223 terbaik diperoleh pada waktu sintering selama 30
jam dengan fraksi volume sebesar 79,17 % dan derajat orientasi sebesar 37,94 %.
DAFTAR PUSTAKA
 Istikomaha, S ., Suprihatinb ., Riyantoc, A., (2019), Sintesis
Superkonduktor BSCCO-2223 dengan Variasi Waktu
Sintering pada Kadar Ca=2,10 Menggunakan Metode
Pencampuran Basah, JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika, 7
(5); 139-145.
 Lusiana, (2014), Proses Pembuatan Material Superkonduktor
Bscco Dengan Metoda Padatan, Majalah Metalurgi, 29 (1); 1-
8.
 Santosa, U ., Anwar, F., Imaduddin, A., Rahardjo, D., (2015),
Efek Doping Pb Rendah Pada Superkonduktor Sistem Bscco–
2223, Jurnal Materi Dan Pembelajaran Fisika (Jmpf), 5 (2);
1-4.

Anda mungkin juga menyukai