Anda di halaman 1dari 20

THERMO ELEKTRIK

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah: Instrumentasi Fisika

Dosen Pengampu: Fachrizal Rian Pratama, M. Sc.

Disusun oleh kelompok 4:

Diah Indra Fajarwati (1808066047)

Salma Fikriya Salsabila (1808066048)

Risa Fatimatuzzahro (1808066049)

Ahmad Budi Setiawan (1808066062)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UIN WALISONGO SEMARANG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Thermo Elektrik”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Salallahu Alaihi wa Salam yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang yang disinari oleh iman dan Islam.

Penyusun sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas mata kuliah Instrumentasi Fisika dengan judul “Thermo Elektrik” ini dan
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama
penyusunan makalah ini.

Demikian yang dapat penyusun sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.Penyusun mengharapkan kritik dan saran, karena penyusun sadar bahwa
makalah yang dibuat masih banyak kekurangan.

Semarang, 17 September 2020

Penyusun

[i]
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2

A. Sejarah Singkat Thermoelektrik .................................................................. 2


B. Efek-Efek Pendinginan Thermoelektrik ...................................................... 2
C. Elemen Thermoelektrik Peltier .................................................................... 6
D. Prinsip Kerja Thermoelektrik ...................................................................... 7
E. Perhitungan Pendinginan Sistem Thermoelektrik ....................................... 9
F. Efek-efek Perpindahan Panas Thermoelektrik .......................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15

A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ..................................................................................................... iii

[ii]
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Thermoelektrik adalah salah satu alternative dalam menjawab kebutuhan
energy yang selalu bertambah dari tahun seiring dengan kemajuan teknologi. Di
samping relative lebih ramah lingkungan, teknologi ini sangat efisien, tahan lama,
dan juga mampu menghasilkan energy dalam skala besar maupun kecil.
Terdapat dua kata kunci pada thermoelektrik. Kata yang pertama adalah
thermo yang berkaitan dengan termperatur atau suhu. Temperature kita kenal
sebagai sebagai ukuran panas dinginnya suatu benda. Secara lebih tepat,
“temperature merupakan ukuran energy kinetic molekuler internal rata-rata sebuah
benda”. Sedangkan kata yang kedua adalah elektrik yaitu sesuatu yang
berhubungan dengan listrik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah thermoelektrik?
2. Apa saja efek-efek pendinginan thermoelektrik?
3. Apa saja elemen thermoelektrik?
4. Bagaimana prinsip kerja thermoelektrik?
5. Bagaimana perhitungan pendinginan pendinginan sistem thermoelektrik?
6. Bagaimana efek perpindahan panas thermoelektrik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah thermoelektrik
2. Untuk mengetahui efek-efek pendinginan thermoelektrik
3. Untuk mengetahui elemen thermoelektrik
4. Untuk mengetahui prinsip kerja thermoelektrik
5. Untuk mengetahui perhitungan pendinginan pendinginan sistem thermoelektrik
6. Untuk mengetahui efek perpindahan panas thermoelektrik

[1]
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Thermoelektrik

Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuwan


Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam
sebuah rangkaian. Di antara kedua logam tersebut lalu diletakkan jarum kompas.
Ketika sisi logam tersebut dipanaskan, jarum kompas ternyata bergerak.
Belakangan diketahui, hal ini terjadi karena aliran listrik yang terjadi pada logam
menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang menggerakkan jarum
kompas. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan efek Seebeck.

Penemuan Seebeck ini memberikan inspirasi pada Jean Charles Peltier


untuk melihat kebalikan dari fenomena tersebut. Dia mengalirkan listrik pada dua
buah logam yang direkatkan dalam sebuah rangkaian. Ketika arus listrik dialirkan,
terjadi penyerapan panas pada sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan
panas pada sambungan yang lainnya. Pelepasan dan penyerapan panas ini saling
berbalik begitu arah arus dibalik. Penemuan yang terjadi pada tahun 1934 ini
kemudian dikenal dengan efek Peltier. Efek Seebeck dan Peltier inilah yang
kemudian menjadi dasar pengembangan teknologi termoelektrik1.

B. Efek-Efek Pendinginan Thermoelektrik

1. Efek Seebeck

Efek Seebeck pertama kali diamati oleh dokter Thomas Johan


Seebeck, padatahun 1821, ketika ia mempelajari fenomena ini terdiri dalam
produksi tenaga listrik antara dua semikonduktor ketika diberikan perbedaan
suhu. Panas dipompa ke satu sisi pasangan dan ditolak dari sisi berlawanan.
Sebuah arus listrik yang dihasilkan, sebanding dengan gradien suhu antara
sisi panas dan sisi dingin.

1
Trigonggo, Sumber-Sumber Tegangan Listrik (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2019), hlm. 102.

[2]
Efek seebek terjadi ketika dua logam dengan beda temperatur antara
kedua ujungnya. Seperti gambar 2.1 Ketika logam tersebut di sambung, maka
akan terjadi beda potensial diantara kedua ujungnya.

Gambar 2.1 Skema Efek Seebek pada suatu bahan

Koefisien seebeck (S) disebut juga daya termoelektrik, seperti pada


persamaan berikut:

Keterangan :

S = Koefisien seebeck [Volt/oK]

dEs = Potential termoelektri terinduks i


[Volt] T =
Temperatur [oK]

2. Efek Joule

Perpindahan panas dari sisi dalam pendingin ke sisi luarnya akan


mengakibatkan timbulnya arus listrik dalam rangkaian tersebut karena adanya
efek seebeck, maka hal inilah yang dinamakan efek joule. Dalam hal ini

[3]
sesuai dengan hukum ohm, efek joule dirumuskan pada persamaan berikut:

Keterangan:

Qj = Efek joule (panas joule) [Watt]

I = Arus [Ampere]

R = Tahanan [Ohm]

3. Efek Konduksi

Panas akan merambat secara konduksi dari permukaan yang panas ke


permukaan yang dingin. Perambatan itu disebut efek konduktivitas. Besarnya
perambatan tersebut dinyatakan dalam persamaan:
qc = U.(Th-Tc)

Keterangan:

qc = Laju aliran panas [Watt]

U = Konduktivitas thermal
[Watt/o
K] T1 = Temperatur hot junction [oK]
To = Temperatur cold junction [oK]

4. Efek Peltier

Jean Charles Peltier pada tahun 1834 telah mendasari efek


termoelektrik. Dia mengalirkan listrik pada dua buah logam yang direkatkan
dalam sebuah rangkaian. Ketika arus listrik dialirkan, terjadi penyerapan
panas pada sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan panas pada
sambungan yang lainnya. Pelepasan dan penyerapan panas ini saling berbalik
begitu arah arus dibalik. Penemuan yang terjadi pada tahun 1834 ini kemudian
dikenal dengan efek Peltier.

[4]
Pada saat arus mengalir melalui thermocouple, temperature junction
akan berubah dan panas akan diserap pada satu permukaan, sementara
permukaan yang lainnya akan membuang panas. Jika sumber arus dibalik,
maka permukaan yang panas menjadi dingin dan sebaliknya. Gejala ini
disebut efek peltier yang merupakan dasar pendinginan termoelektrik.Dari
percobaan diketahui bahwa perpindahan panas sebanding terhadap arus yang
mengalir. Persamaan dari efek adalah sebagai berikut:2

Keterangan :

π ab = koefisien peltier [Volt]

Q = Beban perpindahan panas dari junction


[Watt]
Iab = Arus [Ampere]

5. Efek Thomson

Pada tahun 1854 seorang berkebangsaan Inggris yang bernama


William Thomson mengemukakan hasil penelitiannya bahwa terdapat
penyerapan atau pengeluaran panas bolak-balik dalam konduktor homogen
yang terkena perbedaan panas dan perbedaan listrik. Koefisien Thomson
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

Keterangan :

= koefisien Thomson

Q = Beban perpindahan panas yang diserap konduktor [Watt]

I = Arus [Ampere]

2
Peter Soedojo, Azas-Azas Ilmu Fisika (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018), hlm. 252.

[5]
= Perbedaan temperature [oK]

C. Elemen Thermoelektrik Peltier


Semikonduktor adalah bahan pilihan untuk termoelektrik yang umum
dipakai. Bahan semikonduktor termoelektrik yang paling sering digunakan saat ini
adalah Bismuth Telluride (Bi2Te3) yang telah diolah untuk menghasilkan blok atau
elemen yang memiliki karakteristik individu berbeda yaitu N dan P.
Bahan termoelektrik lainnya termasuk Timbal Telluride (PbTe), Silicon
Germanium (SiGe) dan Bismuth-Antimony (SbBi) adalah paduan bahan yang dapat
digunakan dalam situasi tertentu. Namun, Bismuth Telluride adalah bahan terbaik
dalam hal pendinginan. Bismuth Telluride memiliki dua karakteristik yang patut
dicatat. Karena struktur kristal, Bismuth Telluride sangat anisotropic. Perilaku
anisotropic perlawanan lebih besar dari pada konduktivitas termalnya. Sehingga
anisotropic ini dimanfaatkan untuk pendinginan yang optimal. Karakteristik lain
yang menarik dari Bismuth Telluride adalah Kristal Bismuth Telluride (Bi2Te3)
terdiri dari lapisan heksagonal atom yang sama. Termoelectrik dibangun oleh dua
buah semikonduktor yang berbeda, satu tipe N dan yang lainnya tipe P, (mereka
harus berbeda karena mereka harus memiliki kerapatan elektron yang berbeda
dalam rangka untuk bekerja). Kedua semikonduktor diposisikan paralel secara
termal dan ujungnya digabungkan dengan lempeng pendingin biasanya lempeng
tembaga atau aluminium.

Elemen termoelektrik merupakan semikonduktor tipe-p dan tipe-n yang


dihubungkan dalam suatu rangkaian listrik tertutup yang terdapat beban. Dari
perbedaan suhu yang ada pada tiap junction ditiap semikonduktor tersebut akan
menyebabkan electron berpindah dari sisi panas menuju sisi dingin. Jika pada
batang logam semikonduktor berlaku prinsip kedua efek (efek Seeback dan efek
Peltier), batang semikonduktor dipanaskan dan didinginkan pada dua
semikonduktor tersebut, maka elektron pada sisi panas semikonduktor akan
bergerak aktif dan memiliki kecepatan aliran yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sisi dingin semikonduktor. Dengan kecepatan yang lebih tinggi pula, maka
electron dari sisi panas akan mengalami difusi ke sisi dingin dan menyebabkan
timbulnya medan elektrik pada semikonduktor tersebut.

[6]
Elemen peltier atau pendingin termoelektrik (thermoelektrik cooler)
merupakan alat yang adapat menimbulkan perbedaan suhu antara kedua sisinya jika
dialiri arus listrik searah pada kedua kutub materialnya. Pada gambar 2.2
penampang termoelektrik memiliki keuntungan utama dari elemen peltier adalah
tidak adanya bagian yang bergerak atau cairan yang bersikulasi dan ukurannya
kecil serta bentuknya sangat mudah untuk direkayasa. Sedangkan kekurangan dari
elemen peltier ada pada faktor efisiensi daya yang rendah dan biaya perancangan
sistem masih relatif mahal. Namun kini banyak peneliti yang sedang mencoba
mengembangkan elemen peltier yang lebih murah dan juga efisien.

Gambar 2.2 Penampang Termoelektrik

D. Prinsip Kerja Thermoelektrik

1. Prinsip Kerja Thermoelektrik Sebagai Pendingin


Jika peltier akan digunakan sebagai pemanas, maka dekatkan bagian
peltier(yang terdapat tulisan) pada bahan yang akan dipanaskan. Jika peltier
dirangkai seri maka jumlah arus yang dibutuhkan tinggal dikalikan saja, misal :
jika arus yang dibutuhkan 6 Ampere dan jumlah peltier yang digunakan 3 maka
jumlah arus yang dibutuhkan Ł 3x6 = 18 Ampere. Cara pembacaan peltier
misalnya bertuliskan TEC1-12706. Artinya 1 peltier membutuhkan tegangan
12 Volt dan arus yang dibutuhkan 6 Ampere. Kabel merah pada peltier bernilai
positif dan kabel hitam bernilai negative. Pada dasarnya prinsip kerja elemen
Peltier sama dengan semikonduktor khususnya semikonduktor ekstrinsik.
Dimana tersusun atas dua jenis semikonduktor yaitu :

[7]
1. Jenis n
2. Jenis p

Pada semikonduktor tipe n elektron yang bertindak sebagai carrier,


sedangkan pada semikonduktor tipe p hole (lobang) yang bertindak sebagai
carrier. Seperti pada gambar 2.3 di bawah:

Gambar 2.3 Semikonduktor Tipe N Dan Tipe P


Prinsip kerja thermoelektrik ini berdasarkan pada efek peltier, yaitu
ketika arus DC dialirkan ke elemen peltier yang terdiri dari beberapa pasang sel
semikonduktor tipe p (semikonduktor yang mempunyai tingkat energi yang
lebih rendah) dan tipe n (semikonduktor dengan tingkat energi yang lebih
tinggi), akan mengakibatkan salah satu sisi elemen peltier menjadi dingin
(kalor diserap) dan sisi lainnya menjadi panas (kalor dilepaskan). Sisi elemen
peltier yang menjadi sisi panas maupun dingin tergantung arah aliran arus
listrik.
Hal yang menyebabkan sisi dingin elemen peltier menjadi dingin adalah
mengalir elektron dari tingkat energi yang lebih rendah pada semikonduktor
tipe- p, ke tingkat energi yang lebih tinggi yaitu semikonduktor tipe-n. Supaya
electron tipe p yang mempunyai tingkat lebih rendah dapat mengalir, makan
electron menyerap kalor yang mengakibatkan sisi tersebut menjadi dingin.
Sedangkan pelepasan kalor ke lingkungan terjadi pada sambungan sisi panas,
dimana electron mengalir dari tingkat energi yang lebih tinggi (semikonduktor

[8]
tipe-n) ke tingkat energi yang lebih rendah (Semikonduktor tipe-p), untuk
dapat mengalir ke semikonduktor tipe p, kelebihan energi pada tipe n dibuang
ke lingkungan sisi tersebut menjadi panas. Cara kerja Peltier, dengan membuat
panas disatu sisi, kemudian di sisi lain, panas akan terserap hingga terasa
dingin. Beda suhu antara sisi panas dan dingin bisa mencapai 65 derajat
Celcius. Jadi apabila kita bisa membuat sisi panas serendah mungkin, maka sisi
dingin akan bisa sangat dingin bahkan berbuih es. Contoh sisi panas 80 °C
(batas maksimal yang diperbolehkan), maka sisi dingin akan 15 °C.

2. Parameter Penggunaan Modul Thermoelektrik


Pada modul termoelektrik yang digunakan untuk aplikasi pemanas
dikarakterisasikan kedalam beberapa parameter penggunaan yang menentukan
pemilihan modul yang lebih akurat diantara banyak pilihan modul yang
tersedia. Berikut beberapa parameter yang menjadi dasar pemilihan modul
termoelektrik :
a) Jumlah kalor yang akan diserap oleh sisi panas modul.
b) Perbedaan temperatur antara sisi panas dan sisi dingin modul ketika
beroperasi.
c) Arus listrik yang digunakan oleh modul.
d) Tegangan listrik yang diugunakan oleh modul.
e) Temperatur tertinggi dan terendah lingkungan dimana modul beroperasi.

E. Perhitungan Pendinginan Sistem Thermoelektrik


Bahan termoelektrik adalah semikonduktor yang merupakan benda padat
atau logam yang mempunyai nilai-nilai diantaranya nilai resistansi konduktor dan
isolator. Cold junction akan menyerap panas dari produk yang dikondisikan, bagian
ini sama fungsinya dengan evaporator pada sistem pendinginan kompresi uap. Hot
junction yang mengeluarkan atau membuang panas ke luar, bagian ini sama
fungsinya dengan kondenser. Sama halnya dengan kondenser yang menggunakan
sirip-sirip untuk mempercepat pembuangan panas nya, termoelektrik pada sisi hot
junction juga ditambahkan dengan heat sink untuk mempercepat proses

[9]
pembuangan panas. Proses pembuangan panas di sini juga dimanfaatkan untuk
memanaskan air, supaya energi panasnya tidak terbuang begitu saja. Sumber arus
searah pada termoelektrik sama fungsinya dengan kompresor pada sistem kompresi
uap. 3
Pengeluaran dan penyerapan panas hanya terjadi pada kedua sisi junction,
besarnya kalor yang diserap dan dikeluarkan adalah sebagai berikut:
2
Qo = 2.α. Tc .I – I (R/2) – k (Th – Tc ) (2.6)
2
Q 1= 2α . Th .I – K. ΔT + ½ . I .R (2.7)

Keterangan:
Qo = Besar kalor yang diserap [Watt]

Q 1 = Besar kalor yang dilepas [Watt]


o
ΔT = Perbedaan temperature [ K]
o
2α = Kekuatan termoelektrik dari 2 material [Volt/ K]
R = Tahanan total [Ohm]
o
K = Kondukt ifitas thermal dari 2 material [Watt/ K]
I = Arus yang mengalir [Ampere]
o
Th = Temperatur hot junction [ K]
o
T c = Temperatur cold junction [ K]

F. Efek-Efek Perpindahan Panas Thermoelektrik

1. Perpindahan Panas
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari tentang cara untuk
meramalkan perpindahan (distribusi) energi berupa panas yang terjadi karena
adanya perbedaan temperatur di antara benda atau material. Perpindahan panas
dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

Perpindahan panas secara konduksi adalah distribusi energi berupa


panas yang terjadi pada benda atau medium yang diam (padat) bertemperatur

3
Dongliang, Zhao dan Gang tan “A Review of Thermoelectric cooling Material”, Modeling and
Application Applied Thermal Engineering, Vol. 66. PP 14-24, 2014

[10]
tinggi ke bagian benda yang bertemperatur rendah atau terdapat gradien
temperatur pada benda tersebut.4

Rumus dasar perpindahan panas secara konduksi adalah :

Perpindahan panas konveksi adalah distribusi energi berupa panas yang


terjadi karena terdapat aliran fluida. Persamaan dasar perpindahan panas
konveksi adalah :

Perpindahan panas radiasi adalah distribusi energi berupa panas yang


terjadi melalui pancaran gelombang cahaya dari suatu zat ke zat yang lain tanpa
zat perantara. Untuk menghitung besarnya panas yang dipancarkan yaitu
menggunakan rumus :

4
J. Holman, Perpindahan Kalor Edisi 6 Erlangga, (Jakarta: 1992), hlm 110

[11]
2. Perpindahan Panas Konduksi
Perpindahan panas yang terjadi secara konduksi berarti perpindahan
panas tanpa dikuti oleh perpindahan molekul benda tersebut. Konduksi juga
dapat dikatakan sebagai transfer energi dari sebuah benda yang memiliki energy
yang cukup besar menuju ke benda yang memiliki energi yang rendah. Bila dua
benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari benda
yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah,
hingga tercapainya kesetimbangan termal. Proses perpindahan panas ini
berlangsung dalam 3 mekanisme, yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi.
Persamaan yang digunakan untuk perpindahan panas konduksi dikenal dengan
Hukum Fourier:

Nilai minus (-) dalam persamaan diatas menunjukkan bahwa panas


selalu berpindah ke arah temperatur yang lebih rendah. Untuk mencari nilai
tahanan termal dari suatu material padatan digunakan persamaan :

[12]
3. Beban Panas Dari Luar
Beban panas dari luar berasal dari konduksi udara luar dengan dinding.
Besarnya beban panas dari luar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:

Harga koefisien perpindahan panas total (U) dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut:

[13]
4. Beban Panas Dari Dalam
Beban panas dari dalam ruangan merupakan beban panas yang harus
dibuang dari ruangan tersebut untuk mencapai temperatur yang diinginkan.
Beban panas dari dalam ruangan berasal dari panas produk yang didinginkan.
Panas produk adalah beban panas yang harus dibuang untuk mencapai
temperatur produk sesuai dengan yang telah ditentukan. Beban panas dari
produk dapat dibagi menjadi 2, yaitu beban panas sensibel dan beban panas
laten.

Beban panas sensibel produk dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan sebagai berikut:

[14]
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Fenomena thermoelektrik ditemukan oleh Jerman, Thomas Johann Seebeck
pada tahun 1821 dan fenomena tersebut disebut dengan efek Seebeck. Dan
pada tahun 1934 ditemukan efek Peltier. Kedua efek tersebut menjadi dasar
pengembangan teknologi thermoelektrik,
2. Efek-efek pendinginan thermoelektrik ada efek seebeck, efek joule,efek
konduksi, efek peltier, efek Thomson.
3. Elemen termoelektrik merupakan semikonduktor tipe-p dan tipe-n yang
dihubungkan dalam suatu rangkaian listrik tertutup yang terdapat beban.
Elemen peltier atau pendingin termoelektrik (thermoelektrik cooler)
merupakan alat yang adapat menimbulkan perbedaan suhu antara kedua sisinya
jika dialiri arus listrik searah pada kedua kutub materialnya
4. Prinsip kerja thermoelektrik ini berdasarkan pada efek peltier, yaitu ketika arus
DC dialirkan ke elemen peltier yang terdiri dari beberapa pasang sel
semikonduktor tipe p (semikonduktor yang mempunyai tingkat energi yang
lebih rendah) dan tipe n (semikonduktor dengan tingkat energi yang lebih
tinggi), akan mengakibatkan salah satu sisi elemen peltier menjadi dingin
(kalor diserap) dan sisi lainnya menjadi panas (kalor dilepaskan). Cara kerja
Peltier, dengan membuat panas disatu sisi, kemudian di sisi lain, panas akan
terserap hingga terasa dingin.
5. Pengeluaran dan penyerapan panas hanya terjadi pada kedua sisi junction,
besarnya kalor yang diserap dan dikeluarkan adalah sebagai berikut:
2
Qo = 2.α. Tc .I – I (R/2) – k (Th – Tc )
2
Q 1= 2α . Th .I – K. ΔT + ½ . I .R

6. Efek-efek yang terjadi akibat perpindahan panas thermoelektrik diantaranya,


perpindahan panas, perpindahan panas konduksi, beban panas dari luar, beban
panas dari dalam.

[15]
B. Saran
Semoga makalah yang disusun oleh penyusun dapat dipahami dan dapat
dimengerti oleh pembaca. Kemudian dapat memberikan ilmu bagi kita semua.

[16]
DAFTAR PUSTAKA

Dongliang, Zhao dan Gang tan. 2014. A review of Thermoelektric cooling: material,
Modeling and applications. Applied thermal Enginering. Vol. 66. PP 14-24.
Holman, J. 1988. Perpindahan Kalor. Edisi 6. Erlangga: Jakarta
Inge M. Sutjahja. 2011. Penelitian Bahan Thermoelektrik Bagi Aplikasi Konversi
Energi di masa. Mendatang. Jurnal Material dan Energi Indonesia Vol. 01,
No.0, 58 - 70.
Morelli. 1997. Handbook of Thermoelectrics. London: Butterworths.
Muhaimin. 1993. Prinsip Kerja Termoelektrik. Jurusan Fisika Fakultas MIPA. Kediri:
Universitas Brawijaya.
Patidar. Application Of Thermoelectric Energy. Vol. 6, No. 5, 2018
Peter Soedojo. 2018. Azas-Azas Ilmu Fisika. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, hlm. 252.
Trigonggo. 2019. Sumber-Sumber Tegangan Listrik. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
hlm. 102.

[iii]

Anda mungkin juga menyukai