Anda di halaman 1dari 14

TERMOKOPEL

Dosen Pengampu
Fauzi Bakri, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh
Willi Tri Argatta 1306618016

Peminatan:
Instrumentasi

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada dunia elektronika, khususnya dibidang alat pemanas dan pengendalinya,
termokopel menjadi prinsip yang mereka gunakan. Termokopel adalah sensor suhu yang
banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan
tegangan listrik (voltase). Termokopel ini banyak digunakan untuk alat pemanas seperti
heater, boiler, pengering, dan mesin press karena termokopel memiliki rentang suhu yang
begitu besar.
Termokopel terdiri atas sepasang penghantar yang berbeda disambung las atau
dileburkan bersama pada satu sisi membentuk penghantar suhu yang lebih tinggi atau
sambungan pengukuran yang ada ujung ujung bebasnya untuk menghubungkan dengan
penghantar suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu antara sambungan pengukuran dan
sambungan referensi alat ini berfungsi sebagai termokopel dan bisa membangkitkan
tegangan DC yang kecil. Tegangan output termokopel hampir berbanding lurus dengan
perbedaan suhu antara sambungan pengukuran (panas) dan sambungan referensi (dingin).
Perbandingan yang konstan dinamakan Koefisien Seeback dan berkisar antara 5 sampai 50
V per derajat celcius.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menjelaskan konsep temperatur pada logam
2. Bagaimana menera termokopel dari konsep temperatur tersebut.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Temperatur
Konsep dari temperatur bisa diartikan dalam banyak pengertian. Temperatur adalah
ukuran dari suatu sifat panas suatu benda yang makroskopis (dapat dilihat dengan mata
telanjang), pada umumnya kita lebih menghindari istilah “dingin”. Sedangkan
berdasarkan pengertian dari segi mikroskopis, temperatur dikaitkan dengan getaran atau
gerakan dari unsur partikel suatu benda.Pemahaman konsep temperatur secara ilmiah
dibangun berdasarkan kesetimbangan termal sesuai dengan Hukum Termodinamika Nol.
Oven yang panas dikatakan bertemperatur tinggi sementara es di kulkas dikatakan
memiliki temperatur yang rendah. Banyak sifat zat yang berubah terhadap temperatur
misal sebagian besar zat yang memuai ketika dipanaskan.Sebatang besi lebih panjang
bila suhu yang mengenainya adalah suhu panas daripada suhu dingin. Jalan dan trotoar
beton memuai dan menyusut sedikit terhadap temperatur, yang menjadi alasan
ditempatkannya pemisah yang bisa ditekan atau titik yang biasa memuai pada jarak
tertentu. Hambatan listrik materi zat juga berubah pada temperatur. Demikian juga warna
yang dipancarkan benda paling tidak pada temperatur tinggi.Perhatikan bahwa elemen
pemanas kompor listrik memancarkan warna merah ketika panas. Pada temperatur yang
lebih tinggi, zat padat seperti besi bersinar jingga bahkan putih. Cahaya putih pada bola
lampu pijar berasal dari kawat tungsten yang sangat panas. (Zemansky,2000)
Alat yang dirancang untuk mengukur temperatur disebut termometer. Ada banyak
jenis termometer tapi cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa sifat materi yang
berubah pada tiap temperatur. Sebagian besar termometer umumnya bergantung pada
pemuaian materi terhadap naiknya temperatur. (Zemansky,2000)
Untuk mengukur temperatur secara kuantitatif, perlu didefinisikan semacam skala
numeric. Skala yang paling banyak dipakai sekarang adalah skala Celsius dan skala
terpenting dalam sains adalah skala absolut yaitu Kelvin. Salah satu cara mendefinisikan
skala temperatur adalah dengan memberikan nilai sembarang untuk dua temperatur yang
bisa langsung dihasilkan. Untuk skala Celsius, kedua titik tetap dipilih sebagai titk beku
dan titik didih dari air.Keduanya diambil berdasarkan pada tekanan atmosfir.
(Zemansky,2000)
B. Kesetimbangan Termal dan Hukum Termodinamika ke – 0
Jika dua benda pada temperatur yang sama diletakkan dalam kontak termal sehingga
energi dapat berpindah dari satu ke yang lain, maka kedua benda tersebut mencapai
kesetimbangan dan mencapai suhu yang sama. Keadaan tersebut disebut dengan
kesetimbangan termal. Dua benda dikatakan berada pada kesetimbangan termal jika
ketika diletakkan dalam kontak termal, tidak ada energi yang mengalir dari satu ke yang
lain, dan temperatur mereka tidak berubah. (Johannes,1995)
Sebenarnya tidak semudah itu. Bagaimanapun banyak percobaan yang menunjukkan
bahwa jika dua sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem ke tiga maka
mereka berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Dalil ini disebut dengan
Hukum Termodinamika ke – 0. (Johannes,1995)
Temperatur merupakan sifat sistem yang menetukan apakah sistem berada dalam
kesetimbangan dengan sistem yang lain. Ketika dua sistem berada dalam keadaan
kesetimbangan termal, temperatur mereka adalah sama. Hal ini disebabkan jika benda
yang panas terjadi kontak dengan benda yang dingin, keduanya akhirnya mencapai
temperatur yang sama. Dengan demikian hal yang penting dalam Hukum
Termodinamika ke – 0 adalah bahwa hukum tersebut memungkinkan definisi yang
berguna mengenai temperatur. (Johannes,1995)

C. Konduksi
Kalor berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau benda satu ke benda yang lain
dengan 3 cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Dalam bidang termokopel ini, panas
yang dihasilkan dialirkan dengan cara konduksi. (Giancoli,2005)
Konduksi kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan
molekul – molekul. Sementara satu ujung benda dipanaskan, molekul – molekul di
tempat lain mulai bergerak lebih cepat dan lebih cepat. Sementara bertumbukan dengan
tetangga mereka yang bergerak lebih lambat, mereka akan mentransfer sebagian dari
energi ke molekul – molekul lain yang lajunya kemudian bertambah. Molekul – molekul
ini juga mentransfer sebagian energi mereka dengan molekul – molekul lain sepanjang
benda tersebut. Dengan demikian energi gerakan termal ditransfer oleh tumbukan
molekul – molekul sepanjang benda. Menurut teori modern, pada logam tumbukan
antara elektron – elektron bebas didalam logam dan dengan atom logam tersebut
terutama mengakibatkan untuk terjadinya konduksi. (Giancoli,2005)
Konduksi kalor hanya terjadi jika ada perbedaan temperatur. Ditemukan bahwa
kecepatan aliran kalor melalui benda sebanding dengan perbedaan temperatur antara
ujung – ujungnya. Kecepatan aliran kalor juga bergantung pada ukuran dan bentuk
benda. Untuk menyelidiki hal ini secara kuantitatif, ditemukan bahwa aliran kalor ∆Q
per selng waktu ∆t dinyatakan dalam hubungan
∆Q T 2– T 1
= kA ( 2.1 )
∆t l
Dimana A adalah luas penampang lintang benda, l adalah jarak antar kedua yang
mempunyai temperatur T2 dan T1, dan k adalah konstanta pembanding yang disebut
konduktivitas termal yang merupakan karakteristik materi tersebut. Kecepatan alir

J
memiliki satuan . Kecepatan aliran kalor ini berbanding lurus dengan luas penampang
s
lintang dan perubahan temperatur. (Giancoli,2005)
Konduktivitas termal pada suatu materi bila mempunyai nilai yang besar maka
dapat menghantarkan kalor dengan cepat dan dinamakan dengan konduktor. Materi yang
memiliki konduktivitas termal yang kecil tidak dapat mengantarkan panas dengan cepat
maka dinamakan isolator. Bulu merupakan isolator yang sangat baik karena jumlah kecil
bulu akan mengembang dan mengurung udara yang banyak. Dengan alasan ini kita dapat
mengetahui alasan mengapa tirai jendela dapat memperkecil kehilangan kalor dirumah.
(Giancoli,2005)
Sifat termal bahan bangunan terutama ketika diperhitungkan sebagai isolator,
biasanya dinyatakan dengan nilai R atau Resistansi Termal yang dapat di definisikan
l
R= ( 2.2 )
k

D. Termokopel
Pada tahun 1821, ilmuwan Jerman bernama Thomas Johann Seebeck melakukan
percobaan dan Seebeck mendeteksi adanya tegangan pada rangkaian tertutup pada kawat
tembaga (A) dan Bismuth (B) apabila salah satu sambungan kawat dipanaskan. Apabila
sambungan tersebut didinginkan, terdeteksi adanya perubahan polaritas tegangan.
Rangkaian ini kemudian di kenal dengan nama termokopel. Termokopel merupakan
salah satu sensor besaran suhu yang terdiri dari sepasang kawat yang terbuat dari bahan
yang berbeda. Kedua kawat tersebut disambung pada salah satu ujungnya sementara
ujung yang lain disambungkan ke alat ukur tegangan melalui kawat tembaga.
(Robert,1984)

1. Gejala Seebeck
Apabila seutas kawat dipanaskan pada satu ujungnya, panas akan mengalir dari ujung
yang dipanaskan menuju yang lebih dingin. Aliran panas ini terjadi dengan dua proses
yaitu tumbukan antar elektron dan aliran panas melalui awan electron. Medan listrik
yang terjadi karena adanya gradien suhu disebut gejala Seebeck. Tegangan Seebeck
sebuah kawat Logam medan listrik, E, yang terjadi berbanding lurus dengan gradien
suhu kawat,

E = ∂T/∂x (2.3)

S = Koef Seebeck

Sehingga

E = S . ∂T/∂x (2.4). (Robert,1984)

Dimana S adalah koefisien Seebeck. Diketahui beda potensial antara kedua ujung
logam

E= ∂V/∂x (2.5)

sehingga

∂V = S .∂T (2.6)

Untuk logam homogen, S merupakan fungsi dari T saja; Sa = S(T). Sehingga,


tegangan Seebeck adalah

ε= ∫S . a .Dt (2.7)

Tegangan Seebeck termokopel untuk sebuah termokopel, tegangan Seebeck dapat


dihitung sebagai berikut

V = εA – εB (2.8)

V = ∫[SaA – SaB] dT (2.9)

V = a1(T2-T1) + a2(T2²-T1²)+….an(T2²-T1²) (2.10)


Nilai tegangan listrik yang dihasilkan termokopel tidak bergantung pada panjang
kawat atau diameternya, tetapi bergantung pada bahan dan beda suhu antar sambungan
ukur (T1) dan sambungan acuan (T2). (Robert,1984)

2. Tipe Termokopel dan Koefisien Seebeck


Macam termokopel yang biasa digunakan ditulis dalam tabel 2.3. biasanya sangat
sering digunakan untuk penganalisa sirkuit.

Tabel 2.4 Tipe Termokopel

Tipe Jenis Bahan


Kaki + Kaki -
E Paduan nikel – krom Paduan tembaga - nikel
J Besi Paduan tembaga - nikel
K Paduan nikel – krom Paduan nikel - aluminium
R Paduan platina-13% platina
rodium
S Paduan platina-10% platina
T tembaga Paduan tembaga - nikel

Tabel 2.3 Koefisien Seebeck pada Tiap Termokopel


Temperatur Tipe Termokopel ( koefisien seebeck) μ/℃
(℃ ) E J K R S T
(cro (iron) (cromel/ (platinum 13% (platinum 10% (temba
mel) alumel) rodium/platinum) rodium/platinum ga)
-200 25,1 21,9 15,3 - - 15,7
-100 45,2 41,1 30,5 - - 28,4
0 58,7 50,4 39,5 5,3 5,4 38,7
100 67,5 54,3 41,4 7,5 7,3 46,8
200 74 55,5 40 8,8 8,5 53,1
300 77,9 55,4 41,4 9,7 9,1 58,1
400 80 55,1 42,2 10,4 9,6 61,8
500 80,9 56 42,6 10,9 9,9 -
600 80,7 58,5 42,5 11,3 10,2 -
700 79,8 62,2 41,9 11,8 10,5 -
800 78,4 - 41 12,3 10, 9 -
900 76,7 - 40 12,8 11,5 -
1000 74,9 - 38,9 13,2 11,2 -
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Peralatan dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Amplifier (Amp) satu buah,
Voltmeter (V) satu buah, Termokopel dua set, Termometer satu buah, Statip dengan
kelengkapannya satu set, dan Kompor listrik satu buah. Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah potongan es batu secukupnya.

B. Langkah kerja
Dirangkai gambar 1 dan hati-hati dalam menggunakan kompor listrik, Voltmeter dan
Ampllifier sebelum menghubungkan dengan tegangan PLN.Sebelum dihubungkan
dengan tegangan PLN “240 V”, switch yang ada pada amplifier harus pada kedudukan
1.)Switch 1 pada posisi off “nol”, 2.) Switch 2 pada posisi penunjukkan ke 30 mV, 3.)
Switch 3 pada posisi penunjukkan ke 0, 4.) Switch 5 pada posisi “Short – circuit”, dan 5.)
Output 4 harus sudah dihubungkan dengan Voltmeter.Setelah Amplifier dihubungkan
dengan tegangan PLN, diubah switch 1 pada posisi on dan 5 menit kemudian diputar
switch 2 ke kiri berturut-turut ke penunjukkan 10, 3,1 dan seterusnya sampai jarum
penunjukkan voltmeter bergerak. Dijaga harga penunjukkan voltmeter tetap “nol” untuk
setiap memutar switch 2 dengan jalan diatur knop 7. Diputar switch 5 ke posisi tertentu
dan dicatat penunjukkan voltmeter dan suhu ruangan. Harga beda potensial sebanding
dengan suhu ruang.Dicatat penunjukan voltmeter dan temperature referensi 0oC (bila
memungkinkan), 10oC, 40oC, 50oC, 60oC, 70oC, 80oC, dan 90oC, dengan tidak diubah
posisi switch 2. Percobaan ini diulangi dengan dengan alat termokopel yang lain.
C. Analisa Data
Berdasarkan percobaan termokopel, diperoleh data untuk termokopel pertama dengan
variasi penaikan suhu dari 10° C−¿ 80° C dan penurunan suhu dari suhu 80° C−¿ 10 ° C
.

Tabel 1. Data Percobaan Termokopel 1 dengan


Kenaikan Suhu
no suhu (°C) tegangan (mV)
1 10 -0.8
2 20 -0.2
3 30 0
4 40 0.3
5 50 0.7
6 60 1
7 70 1.4
8 80 1.8

Tabel 2. Data Percobaan


no suhu (°C) tegangan (mV) Termokopel 1 dengan
Penurunan Suhu
1 80 2.3
2 70 2
3 60 1.5
4 50 0.7
5 40 0.5
6 30 0.1
7 20 -0.2
8 10 -0.7

Berikut ini adalah data untuk termokopel kedua dengan variasi penaikan suhu dari 10
° C−¿ 80° C dan penurunan suhu dari suhu 80° C−¿ 10 ° C.
no suhu (°C) tegangan (mV)
1 10 -0.8
Tabel 3. Data Percobaan Termokopel 2 dengan
2 20 -0.2
Kenaikan Suhu
3 30 0.3
4 40 0.9
5 50 1.4
6 60 2
7 70 2.6
8 80 3.4

Table 4. Data Percobaan Termokopel 2 dengan Penurunan Suhu

no suhu (°C) tegangan (mV)


1 80 3.3
2 70 2
3 60 1.7
4 50 1.4
5 40 0.7
6 30 0.1
7 20 -0.3
8 10 -0.9
Dan berikut ini adalah data rata – rata dari percobaan termokopel 1 dan 2 untuk
mengetahui Konstanta Seebeck
Tabel 5. Data Tegangan Rata – Rata untuk Termokopel 1 dan 2

tegangan rata – rata tegangan rata - rata


P
no a (°C)
suhu d a p e r c o b
termokopel 1 termokopel 2

1 10 -0.75 -0.85
2 20 -0.2 -0.25
3 30 0.05 0.2
4 40 0.4 0.8
5 50 0.7 1.4
6 60 1.25 1.85
7 70 1.7 2.3
8 80 2.05 3.35

termokopel dari konsep temperatur itu. Pada percobaan untuk termokopel ini menggunakan
dua macam termokopel dengan variasi suhu 10 ° C sampai 80 ° C dengan kenaikan dan
penurunan suhunya.
Pada termokopel 1 dan 2 dengan kenaikan, saat suhu 10 ° C nilai volt yang dihasilkan
adalah -0,8 mV . Tanda minus ini diakibatkan suhu yang dipakai ∆T, suhu kamar pada saat
percobaan adalah 27° C jika pada saat percobaan menggunakan suhu 10° C maka ∆T = 10
-27 yaitu - 17° C. Beda potensial yang dihasilkan menjadi minus karena perubahan suhunya
juga minus. Begitupun pada suhu 20° C yang memiliki tegangan -0,2 mV. Namun semakin
bertambah suhunya, nilai minus juga semakin menghilang. Hal ini dapa disimpulkan bahwa
semakin besar perubahan suhu, maka tegangannya juga semakin tinggi.
Pada saat penurunan suhu dari 80 ° C sampai 10 ° C, tegangan yang dihasilkan hampir
tidak sama dengan nilai tegangan saat kenaikan suhu. Hal ini terjadi karena air pada gelas
beker kurang cepat berubah suhunya. Jadi saat suhu belum dinaikkan, keadaan elektron
didalam logam diam. Setelah dinaikkan hingga 80 ° C, elektron yang ada pada logam
bergerak cepat. Namun ketika suhunya dikembalikan ke suhu 10 ° C, elektron tidak seperti
keadaan awal yang langsung diam,namun dia berusaha mempertahankan posisinya dan
akhirnya bisa kembali seperti awal.
Mengembalikan elektron seperti keadaan awal sangat sulit karena elektron yang
bergerak dipaksa untuk diam masih dipengaruhi oleh suhu di permukaan air dengan dasar air
yang sedikit berbeda. Bila suhu yang ada di permukaan dengan di dasar sudah mencapai suhu
yang sama, elektron akan kembali seperti posisi awal. Inilah yang menyebabkan nilai
tegangan yang dihasilkan tidak sama antara kenaikan dengan penurunan suhu
Pada termokopel 1 didapat nilai konstanta seebeck yaitu 0,039 dan termokopel 2
didapat nilai konstanta seebeck yaitu 0,056. Dapat dikatakan bahwa kerapatan logam pada
termokopel 1 lebih rapat daripada termokopel 2. Hal ini disebabkan nilai konstanta seebeck
pada termokopel 1 lebih kecil yang menandakan elektron didalam logam termokopel tidak
leluasa bergerak daripada logam pada termokopel 2.
Tegangan yang dihasilkan tiap termokopel juga berbeda karena logam yang
digunakan pada tiap termokopel berbeda. Termokopel mempunyai kaki negatip dan positip,
tiap kaki digunakan logam yang berbeda begitupun kerapatan pada logam juga berbeda.
Karena yang mempengaruhi gerak elektron adalah kerapatan suatu bahan logam, maka
elektron yang bergerak pada tiap kaki tidak sama kecepatannya sehingga timbullah tegangan
yang dihasilkan. Semakin rapat logam tersebut, semakin kecil nilai tegangan. Dapat
disimpulkan bahwa nilai kerapatan berbanding lurus dengan nilai tegangan yang dihasilkan.
Berdasarkan data dari nilai konstanta seebeck dari semua termokopel, termokopel 1
adalah termokopel tipe N dan termokopel 2 adalah termokopel J. Dari percobaan dapat
diketahui bahwa termokopel tipe j ini lebih menguntungkan karena nilai konstanta
seebecknya lebih besar daripada konstanta seebeck termokopel tipe N.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaaan termokopel ini diperoleh kesimpulan bahwa konsep temperatur


pada logam adalah berdasarkan gerakan dari getaran yang dilakukan elektron didalam logam
akibat ada pengaruh luar. Dari konsep temperatur ini dapat diketahui termokopel 1 adalah
termokopel tipe N dan termokopel 2 adalah termokopel tipe J. termokopel 2 lebih baik
menghantarkan panas karena nilai konstanta seebecknya lebih besar daripada nilai konstanta
seebeck termokopel 2.
DAFTAR PUSTAKA

Benedict, Robert P. 1984.”Fundamental of Temperature. Pressure, and Flow


Measurements”. New York : A Willey – Interscience Publication
Prof. Ir. H. Johannes. 1995.“Listrik dan Magnet”. Jakarta : Balai Pustaka
Giancoli, Douglas C. 2005.”Physics : Principles with Application”. New York :
Pearson Education
Zemansky, Sears. 2000. “Fisika Universitas edisi 10 jilid 2”. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai