PENGUKURAN KONDUKTIVITAS
Disusun Oleh :
Kelompok : III (Tiga)
Nama Kelompok : Alya Az Zahra (2007036175)
Muhammad Akbar (2007034769)
Chantika Maharani (2007036668)
ABSTRAK ………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………….………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Konduktivitas..............................................................................3
2.2 Konduktivitas Molar......................................................................................8
2.3 Mekanisme Penghantar Listrik......................................................................8
2.4 Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit..........................................................10
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat..............................................................................................................13
3.2 Bahan...........................................................................................................13
3.3 Prosedur Percobaan.....................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan............................................................................................17
4.2 Pembahasan..................................................................................................17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................................23
5.2 Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A………………………………………………………………… 24
LAMPIRAN B………………………………………………………………..…25
LAMPIRAN C………………………………………………………………. …29
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Konduktivitas termal merupakan salah satu sifat dasar dari material, yaitu
laju perpindahan panas yang melalui ketebalan unit material per satuan luas per
gradien suhu (Cengel, 2007). Konduktivitas termal juga dapat menunjukkan
seberapa cepat kalor mengalir dalam bahan tertentu (Holman, 2010). Nilai
konduktivitas termal yang tinggi menunjukkan baliwa materini tersebut adalah
konduktor, sementara konduktivitas termal yang rendah menunjukkan material
tersebut adalah isolator (Cengel, 2007).
Hal yang lain, nilai konduktivit termal suatu bahan tertentu dapat
bervariasi tergantun kalungan dalam material lain daripada itu, kondisi lingkungan
juga memengaruhi gila konduktivitas termal bahan tersebut, salah satunya adalah
suhu kungan (Rell-Acherman, 2014). Variasi konduktivitas termal pada rentang
sub tertera diabaikan untuk beberapa material, tetapi signifikan untuk material
tertentu. Pengaruh uh pada nila konduktivitas termal menyebabkan analisa neda
perpindahan pans kondula menjadi rumit. Maka dari itu, perhitungan nilai
kondusivitas termal Casusan memiliki nilai konstan yang ditentukan dari suhu
rata-rata (Cenger 2007). Namun untuk material termoelektrik yang beroperasi
pada suhu tinggi, misal pada termoelektrik (semikonduktor ZnO doping Cu) yang
beroperasi pada suhu 450°C (Kurniawan, 2014) maka dibutuhkan alat yang
mampu menguji pada suhu operasional tersebut untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
antara 1,8 - 2% per 0C larutan garam, asam, atau alkali mempunnyai slope sekitar
1,5% per 0C (Mc.Cabe dkk, 1985).
7
daya hantar listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garam-garam
terlarut dengan demikian bukan merupakan penghantar listrik yang baik. Selain
dipengaruhi oleh jumlah garam-garam terlarut, konduktivitas juga di pengaruhi
oleh temperatur. Konduktivitas dapat berupa (Salirawati, 2007) :
1. Konduktivitas hidrolik, properti kemampuan bahan untuk mengirim air.
2. Konduktivitas termal, properti intensif bahan yang menandakan
kemampuannya untuk membuat panas.
3. Konduktivitas rayleigh, menjelaskan kelakuan apertur mengenai aliran
cairan atau gas.
4. Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan
pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatan-muatan bergeraknya akan
berpindah, menghasilkan arus listrik.
Senyawa yang larutanya dalam air tidak dapat menghantarkan listrik
disebut larutan non elektrolit. Jika sepasang elektroda dicelupkan ke dalam larutan
elektrolit dan dialiri dengan sumber arus searah, maka ada kemungkinan arus
yang mula-mula besar menjadi mengecil, ini terjadi karena kemungkinan terjadi
peristiwa elektrolisis yang menyebabkan timbulnya lapisan di permukaan
elektoda. Hal ini menyebabkan daya hantarnya menjadi berkurang, sehingga
untuk mencegah hal tersebut pada larutan elektrolit digunakan arus bolak-balik.
Jika dalam larutan elektrolit dihubungkan tegangan melalui kedua elektroda, maka
akan timbul medan listrik antara kedua elektroda tersebut, akibatnya ion positif
akan bergerak menuju elektroda negatif (anoda) untuk mengambil elektron dari
elektroda ini (oksidasi), sedangkan ion negatif akan bergerak menuju elektroda
positif (katoda) untuk menyerahkan elektron pada elektroda ini (reduksi). Ini
berarti dalam larutan elektrolit ini terjadi penghantaran muatan dari elektroda
yang satu menuju elektroda yang lain dengan jalan diangkut oleh ion-ion
(Sukardjo, 1997).
10
2.1.11 Konduktivitas Elektrik
Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas spesifik
dari larutan.Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan untuk 1 cm 3
larutan. Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain untuk mendeteksi
pengotoran air karena zeolit atau zat kimia seperti limbah industri, pengolahan air
bersih dan lain lain. Karena relevansi antara konduktivitas dengan konsentrasi
larutan maka untuk menentukan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara
mengukur konduktivitas larutan tersebut. Dalam hal itu hubungan antara
konduktivitas dan konsentrasi telah ditentukan (Salirawati, 2007).
Larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat
mengahantarkan arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas listrik
ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan.Jika
harga konduktivitas dari berbagai macam larutan elektrolit diketahui, maka untuk
menentukan konsentrasi larutan tersebut dapat dilakukan dengan mengalirkan arus
melalui larutan dan mengukur resistivitas atau konduktivitasnya (Salirawati,
2007).
11
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran konduktivitas
antara lain :
1. Konduktometer
2. Neraca analitik
3. Batang pengaduk
4. Gelas kimia 100 ml, 150 ml, 250 ml
5. Labu ukur 100 ml
6. Corong kaca
7. Cawan
8. Gelas ukur 10 ml
9. Pipet tetes
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran konduktivitas adalah
NaOH, NaCl, , dan aquadest.
12
1. Larutan induk yang telah dibuat kemudian diencerkan 0,05% sebanyak 5
ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.
13
2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan
yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan.
4. Larutan yang telah homogen dituang ke dalam gelas kimia.
5. Dilanjutkan pengenceran dengan varian 0,1%; 0,15% dengan melakukan
langkah sebelumnya sesuai varian yang ingin dibuat.
3.3.3 Pengukuran konduktivitas larutan induk NaOH 1% yang telah
diencerkan.
1. Larutan yang telah diencerkan dengan varian yang ditentukan diukur
menggunakan alat konduktometer.
2. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam larutan yang telah
diencerkan.
3. Dicatat nilai konduktivitas yang dapat dilihat pada display alat
konduktometer jika telah konstan. (Setiap melakukan pengukuran alat
konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu lalu dilanjutkan pengukuran
selanjutnya).
4. Dilakukan prosedur diatas pada larutan yang telah diencerkan lainnya.
Dilihat nilai konduktivitasnya jika telah konstan dicatat.
3.3.4 Pembuatan Larutan Induk NaCl 1%
1. Padatan NaCl ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam
gelas kimia.
2. Ditambahkan sedikit aquadest ke dalam gelas kimia untuk melarutkan
NaCl, aduk hingga homogen.
3. Setelah homogen, dimasukkan larutan kedalam labu ukur 100 ml
4. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan kembali.
14
3.3.5 Pengenceran Larutan Induk NaCl 1% dengan variasi 0,05 %; 0,1%;
0,15%; 0,2%.
1. Larutan induk yang telah dibuat kemudian diencerkan 0,05% sebanyak 5
ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.
2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan
yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan.
4. Larutan yang telah homogen dituang ke dalam gelas kimia.
5. Dilanjutkan pengenceran dengan varian 0,1%; 0,15%; 0,2% dengan
melakukan langkah sebelumnya sesuai varian yang ingin dibuat.
3.3.6 Pengukuran konduktivitas larutan induk NaCl 1% yang telah
diencerkan.
1. Larutan yang telah diencerkan dengan varian yang ditentukan diukur
menggunakan alat konduktometer.
2. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam larutan yang telah
diencerkan.
3. Dicatat nilai konduktivitas yang dapat dilihat pada display alat
konduktometer jika telah konstan. (Setiap melakukan pengukuran alat
konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu lalu dilanjutkan pengukuran
selanjutnya).
4. Dilakukan prosedur diatas pada larutan yang telah diencerkan lainnya.
Dilihat nilai konduktivitasnya jika telah konstan dicatat.
3.3.7 Pengenceran Larutan Induk 98%
15
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup lalu
dihomogenkan.
3.3.8 Pengenceran Larutan Induk 98% dengan variasi 0,1%;
0,15%; 0,2%.
1. Larutan induk yang telah dibuat kemudian diencerkan 0,1% sebanyak 0,1
ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.
2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan
yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan.
4. Larutan yang telah homogen dituang ke dalam gelas kimia.
5. Dilanjutkan pengenceran dengan varian 0,1%; 0,15%; 0,2% dengan
melakukan langkah sebelumnya sesuai varian yang ingin dibuat.
diencerkan.
1. Larutan yang telah diencerkan dengan varian yang ditentukan diukur
menggunakan alat konduktometer.
2. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam larutan yang telah
diencerkan.
3. Dicatat nilai konduktivitas yang dapat dilihat pada display alat
konduktometer jika telah konstan. (Setiap melakukan pengukuran alat
konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu lalu dilanjutkan pengukuran
selanjutnya).
4. Dilakukan prosedur diatas pada larutan yang telah diencerkan lainnya.
Dilihat nilai konduktivitasnya jika telah konstan dicatat.
3.3.10 Proses Kalibrasi Alat Konduktometer.
1. Dimasukkan aquadest ke dalam gelas kimia.
2. Dihidupkan alat konduktometer dengan menekan tombol on.
3. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam aquadest.
16
4. Dikalibrasikan alat konduktometer.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Konduktivitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik. Pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan
menggunakan arus listrik yang dialiarkan pada dua elektroda yang dicelupkan
kedalam air atau larutan kimia dan tegangan yang dihasilkan diukur (Mc.Cabe
dkk, 1985).
Pengukuran konduktivitas menggunakan larutan NaCl, H2SO4 dan NaOH
merupakan ketiga senyawa tersebut memiliki sifat sebagai elektrolit kuat. Larutan
yang bersifat sebagai elektrolit kuat dapat menghantarkan arus listrik dan jenis
larutan elektrolit kuat bisa diukur nilai hantarnya yang dinamakan konduktivitas
suatu larutan tersebut. Pada percobaan dilakukan pengukuran konduktivitas
larutan dimana faktor yang dilihat adalah perbedaan konsentrasi dari masing-
masing larutan NaCl, H2SO4 dan NaOH yaitu 0.06% dan 0.07%.
Dari Gambar 3.1 diatas dapat dilihat nilai konduktivitas larutan NaCl
dengan konsentrasi 0.06 % dan 0.07 % adalah berturut-turut 1265 µS/cm dan
1343 µS/cm. Pada pengukuran NaCl didapat konduktivitas yang cukup besar hal
ini dikarenakan NaCl merupakan pencampuran antara asam kuat dan basa kuat
yang memiliki daya ionisasi tinggi. Dari hasil pengukuran dengan
konduktivitimeter didapat bahwa konsentrasi larutan berbanding lurus dengan
nilai konduktivitas suatu larutan. Hal ini disebabkan semakin pekat konsentarasi
larutan, maka semakin banyak NaCl yang terlarut dalam air sehingga
menyebabkan semakin banyak NaCl yang terionisasi dan menghasilkan muatan-
muatan negatif dan positif. Apabila semakin banyak muatan-muatan dalam
larutan maka semakin banyak arus listrik yang dihantarkan.
18
Gambar 3.2 Kurva Konsentrasi vs Konduktivitas pada larutan NaOH
Dari Gambar 3.2 diatas dapat dilihat nilai konduktivitas larutan NaOH
dengan konsentrasi 0.06 % dan 0.07 % adalah berturut-turut 2159 µS/cm dan
2507 µS/cm. Dari hasil yang didapatkan pada percobaan, hasil tersebut sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi zat kimia dalam
suatu larutan akan meningkatkan konduktivitasnya, sedangkan semakin rendah
konsentrasi dari NaCl maka nilai konduktivitas nya juga akan semakin menurun.
19
Gambar 3.3 Kurva Konsentrasi vs Konduktivitas pada larutan H2SO4
Dari Gambar 3.3 diatas dapat dilihat nilai konduktivitas larutan H2SO4
dengan konsentrasi 0.06 % dan 0.07 % adalah berturut-turut 5542 µS/cm dan
6811 µS/cm. Peningkatan konduktivitas disebabkan oleh kadar atau jumlah ion
yang semakin bertambah seiring dengan peningkatan konsentrasi. Ion-ion yang
membawa muatan listrik bergerak secara acak (Gerak Brown) didalam larutan dan
saling bertumbukan satu sama lain. Selama ion-ion saling bertumbukan maka
terjadi pula proses transfer arus listrik dalam waktu sepersekian detik.
20
Gambar 3.4 Hubungan Konsentrasi Vs Konduktivitas Antara Larutan
NaCl, H2SO4 dan NaOH
Dari Gambar 3.4 dapat dilihat perbandingan ketiga nilai konduktivitas
larutan tersebut, dimana larutan H2SO4 memiliki nilai konduktivitas larutan
terbesar dibandingkan larutan NaCl dan NaOH, ini dikarenakan larutan H2SO4
bersifat penghantar arus listrik yang baik, dimana saat pembuatan larutan H2SO4
tersebut akan melepaskan panas ketika dilarutkan yang akan membuat
peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu larutan dan larutan yang terlarut
terionisasi sempurna membuat meningkatnya konduktivitas.
Ketiga larutan sama-sama tergolong sebagai larutan elektrolit kuat dan
merupakan larutan yang dapat terionisasi bila dilarutkan ke dalam air. Hal yang
membedakan ketiga larutan tersebut adalah pada jenisnya yaitu berupa garam
(NaCl dan NaOH) dan asam kuat (H2SO4). Kita ketahui bahwa garam terbentuk
dari hasil reaksi asam kuat dan basa kuat sehingga terjadilah reaksi dan
terbentuklah garam, sehingga bisa diambil alasan nilai konduktivitas NaCl dan
NaOH lebih rendah dibanding H2SO4. Alasannya karena NaCl dan NaOH
terbentuk dari pencampuran asam dan basa (netral), sehingga nilai
konduktivitasnya tidak begitu tinggi (Salirawati, 2007).
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan pengukuran konduktivitas yaitu :
1. Apabila semakin besar konsentrasi pada larutan NaCl, larutan H2SO4
dan larutan NaOH maka nilai konduktivitasnya akan semakin
meningkat, sebaliknya semakin rendah konsentrasi larutannya maka
nilai konduktivitasnya akan semakin kecil.
2. Perbandingan nilai konduktivitas, larutan H2SO4 lebih besar
dibandingkan dengan larutan NaCl dan larutan NaOH.
3. Nilai konduktivitas larutan NaCl dengan konsentrasi 0.10 %, 0,11% dan
0.12% adalah berturut-turut 5100 µS/cm, 5363 µS/cm dan 5913 µS/cm.
Nilai konduktivitas larutan NaOH dengan konsentrasi 0.10 %, 0,11%
dan 0.12%adalah berturut-turut 745 µS/cm, 1918 µS/cm dan 2034
µS/cm. Sedangkan nilai konduktivitas larutan H2SO4 dengan konsentrasi
0.02 %, 0,04% dan 0.06 % adalah berturut-turut 1679 µS/cm, 3203
µS/cm dan 4018 µS/cm.
4.2 Saran
1. Lakukan praktikum dengan teliti dan penuh kecermatan.
2. Usahakan dalam melakukan praktikum ini menggunakan perlengkapan
seperti sarung tangan dan masker.
3. Pengambilan data nilai konduktivitas, setelah kondisinya konstan
(stabil).
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
= x 100%
= x 100%
25
LAMPIRAN B
LAPORAN SEMENTARA
26
Hadi Ikrima Selvia Basril
27