Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum Dosen Pengampu

Instrumentasi dan pengedalian proses Dra. Wisrayetty, M.Si

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS

Disusun Oleh :
Kelompok : III (Tiga)
Nama Kelompok : Alya Az Zahra (2007036175)
Muhammad Akbar (2007034769)
Chantika Maharani (2007036668)

LABORATORIUM TEKNOLOGI KIMIA


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022
1
DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………….………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Konduktivitas..............................................................................3
2.2 Konduktivitas Molar......................................................................................8
2.3 Mekanisme Penghantar Listrik......................................................................8
2.4 Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit..........................................................10
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat..............................................................................................................13
3.2 Bahan...........................................................................................................13
3.3 Prosedur Percobaan.....................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan............................................................................................17
4.2 Pembahasan..................................................................................................17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................................23
5.2 Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A………………………………………………………………… 24
LAMPIRAN B………………………………………………………………..…25
LAMPIRAN C………………………………………………………………. …29

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Konduktivitas termal merupakan salah satu sifat dasar dari material, yaitu
laju perpindahan panas yang melalui ketebalan unit material per satuan luas per
gradien suhu (Cengel, 2007). Konduktivitas termal juga dapat menunjukkan
seberapa cepat kalor mengalir dalam bahan tertentu (Holman, 2010). Nilai
konduktivitas termal yang tinggi menunjukkan baliwa materini tersebut adalah
konduktor, sementara konduktivitas termal yang rendah menunjukkan material
tersebut adalah isolator (Cengel, 2007).
Hal yang lain, nilai konduktivit termal suatu bahan tertentu dapat
bervariasi tergantun kalungan dalam material lain daripada itu, kondisi lingkungan
juga memengaruhi gila konduktivitas termal bahan tersebut, salah satunya adalah
suhu kungan (Rell-Acherman, 2014). Variasi konduktivitas termal pada rentang
sub tertera diabaikan untuk beberapa material, tetapi signifikan untuk material
tertentu. Pengaruh uh pada nila konduktivitas termal menyebabkan analisa neda
perpindahan pans kondula menjadi rumit. Maka dari itu, perhitungan nilai
kondusivitas termal Casusan memiliki nilai konstan yang ditentukan dari suhu
rata-rata (Cenger 2007). Namun untuk material termoelektrik yang beroperasi
pada suhu tinggi, misal pada termoelektrik (semikonduktor ZnO doping Cu) yang
beroperasi pada suhu 450°C (Kurniawan, 2014) maka dibutuhkan alat yang
mampu menguji pada suhu operasional tersebut untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat.

1.2 Tujuan pratikum


1. Mempelajari dasar-dasar pengukuran dengan menggunakan
konduktometer
2. Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi terhadap konduktivitas suatu
larutan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Larutan Elektrolit
Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokkan senyawa
yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Berdasarkan daya hantarnya, senyawa
dibagi menjadi elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah zat yang dapat
menghantarkan listrik atau zat yang di dalam larutanya akan terdisosiasi atau akan
terurai menjadi ion-ionnya yang menyebabkan kemampuannya untuk
menghantarkan listrik. Ditinjau dari kesetimbangan peruraiannya atau derajat
disosiasinya, elektrolit dibagi menjadi elektrolit kuat, yaitu zat yang dalam
larutannya terdisosiasi sempurna atau sebagian besar menjadi ion-ion. Zat ini
sangat mudah terionisasi dalam larutan, dengan derajat ionisasi 1 atau mendekati
1, misalnya garam-garam alkali, asam kuat dan basa kuat. Elektrolit lemah, yaitu
zat yang dalam larutannya hanya sebagian kecil terdisosiasi menjadi ion-ion. Zat
ini sukar terionisasi, derajat ionisasinya mendekati 0, misalnya sebagian kecil
garam-garam, asam lemah dan basa lemah (Supriyana, 2004).
Senyawa yang larutanya dalam air tidak dapat menghantarkan listrik
disebut larutan nonelektrolit. Jika sepasang elektroda dicelupkan ke dalam larutan
elektrolit dan dialiri dengan sumber arus searah, maka ada kemungkinan arus
yang mula-mula besar menjadi mengecil, ini terjadi karena kemungkinan terjadi
peristiwa elektrolisis yang menyebabkan timbulnya lapisan di permukaan
elektoda. Hal ini menyebabkan daya hantarnya menjadi berkurang, sehingga
untuk mencegah hal tersebut pada larutan elektrolit digunakan arus bolak-balik.
Jika dalam larutan elektrolit dihubungkan tegangan melalui kedua elektroda, maka
akan timbul medan listrik antara kedua elektroda tersebut, akibatnya ion positif
akan bergerak menuju elektroda negatif (anoda) untuk mengambil elektron dari
elektroda ini (oksidasi), sedangkan ion negatif akan bergerak menuju elektroda
positif (katoda) untuk menyerahkan elektron pada elektroda ini (reduksi). Ini
berarti dalam larutan elektrolit ini terjadi penghantaran muatan dari elektroda
4
yang satu menuju elektroda yang lain dengan jalan diangkut oleh ion-ion
(Sukardjo, 1997).
Zat elektrolit dalam air akan terurai menjadi ion-ion dan mereka akan
bergerak kearah elektroda yang muatannya berlawanan (ion negatif akan bergerak
ke elektroda positif dan ion positif akan bergerak ke elektroda negatif).
Pergerakan ion-ion ini ekivalen dengan aliran elektron sepanjang kawat logam.
Larutan yang mengandung suatu elektrolit mampu menghantarkan arus
listrik. Arus listrik dapat dianggap sebagai aliran elaktron yang membawa aliran
negatif melalui suatu pengantar. Perpindahan muatan ini terjadi karena adanya
perbedaan potensial antara dua tempat tersebut. Arus listrik akan mengalir dari
tempat yang potensialnya tinggi ke tempat potensialnya rendah. Jika suatu
elektroda yang dialiri listrik dengan potensial sama, maka arus yang dihasilkan
tergantung pada besarya tahanan. Makin besar tahanan, semakin kecil arus yang
dihasilkan (Bird, 1987).

2.1.2 Pengertian Konduktivitas


Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan (larutan, gas, atau logam)
untuk menghantarkan arus listrik. Dalam suatu larutan, larutan arus listik dibawa
oleh kation-kation dan anion-anion, sedangkan dalam logam arus listrik dibawa
oleh elektron-elektron. Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu konsentrasi, pergerakan ion-ion, valensi ion dan suhu (Mc.Cabe dkk,
1985).
Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah ukuran seberapa kuat suatu
larutan dapat menghantarkan listrik. Daya hantar listrik merupakan kebalikan dari
hambatan listrik (R). Daya hantar listrik disebut Konduktivitas. Satuannya
disingkat Ω-1cm-1. Konduktivitas digunakan untuk pengukuran larutan/cairan
elektrolit. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas.
Energi listrik dapat di transfer melalui materi berupa hantaran yang bermuatan
listrik yang berwujud arus listrik. Ini berarti bahwa harus terdapat pembawa
muatan listrik di dalam materi serta adanya gaya yang menggerakkan pembawa
muatan tersebut. Pembawa muatan dapat berupa elektron seperti logam, dapat
pula berwujud ion positif dan ion negatif seperti dalam larutan elektrolit dan
5
lelehan garam. Pembawa muatan yang berwujud logam disebut elektrolit atau
metalik, sedangkan pembawa muatan yang berupa larutan disebut ionik atau
elektrolit. Gaya listrik yang membuat muatan bergerak biasanya berasal dari
baterai, generator atau sumber energi listrik yang lain. Perpindahan muatan listrik
dapat terjadi bila terdapat beda potensial antara satu tempat terhadap yang lain,
dan arus listrik akan mengalir dari tempat yang meiliki potensial tinggi ke tempat
potensial rendah. Terjadinya arus listrik didalam suatu larutan dikarenakan adanya
ion yang bergerak (Supriyana, 2004). 
Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi
nilai konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan sebanding dengan nilai daya
hantar molar larutan dimana hantaran molar juga sebading dengan konduktivitas
larutan. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas molar
(∆m). Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi
larutan sebesar satu molar. Larutan encer, ion-ion dalam larutan tersebut mudah
bergerak sehingga daya hantarnya semakin besar. Larutan yang pekat, pergerakan
ion lebih sulit sehingga daya hantarnya menjadi lebih rendah. Hal lain yang
mempengaruhi daya hantar listrik selain konsentrasi adalah jenis
larutan (Sukardjo, 1997).

2.1.3 Pengaruh Konsentrasi dan Suhu


Setiap unsur atau senyawa kimia mempunyai derajat konduktivitas yang
berbeda-beda. Air murni mempunyai konduktivitas yang sangat rendah, beberapa
senyawa atau unsur kimia yang terlarut dalam air dapat meningkatkan
konduktivitas air. Pada umumnya peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu
larutan akan meningkatkan konduktivitas (Mc.Cabe dkk, 1985).
Perubahan suhu suatu larutan juga mempengaruhi konduktivitasnya,
kenaikan suhu akan meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan, sehingga
konduktivitas larutan meningkat. Temperatur burhubungan secara linier dengan
konduktivitas, peningkatan konduktivitas akibat kenaikan temperatur dapat
dinyatakan dalam persen per derajat celcius (slope) air murni mempunyai slope
yang relative besar yaitu 5.2% per 0C. Air pada umumnya mempunyai slope

6
antara 1,8 - 2% per 0C  larutan garam, asam, atau alkali mempunnyai slope sekitar
1,5% per 0C (Mc.Cabe dkk, 1985).

2.1.4 Satuan konduktivitas


Hantaran listrik merupakan kebalikan dari tahanan (resistanse) bila
tahanan mempunyai satuan dasar ohm maka satuan dasar hantaran adalah “mho”
atau biasa ditulis “Siemen/cm”, pada pengukuran konduktivitas air dan larutan –
larutan kimia umumnya digunakan satuan Volt atau mV (Mc.Cabe dkk, 1985).

2.1.5 Aplikasi pengukuran konduktivitas


Pengukuran konduktivitas dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan kimia atau elektrolit seperti larutan NaCl, HCl, H 2SO4, dan NaOH.
Pengukuran konduktivitas secara luas digunakan dalam industri pengolahan air.
Pengolahan air limbah industri untuk menentukan tingkat kontaminasi air dan
lain-lain (Mc.Cabe dkk, 1985).

2.1.6 Alat ukur konduktivitas


Pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan arus
listrik yang dialirkan pada dua elektroda yang dicelupkan kedalam air atau larutan
kimia, dan mengukur tegangan yang dihasilkan. Selama proses ini ,kation
berpindah ke elektroda negatif dan anion berpindah ke elektroda positif , larutan
bertindak sebagai penghantar listrik (Mc.Cabe dkk, 1985).
Beberapa jenis khusus konduktivimeter menggunakan arus listrik bolak-
balik (AC). Pada frekwensi optimal dengan dua elektroda aktif dan mengukur
beda tegangan yang dihasilkan suatu larutan. Kuat arus dan beda tegangan
digunakan untuk menghiutng hantaran listrik (Conductance). Konduktivitimeter
kemudian menggunakan conduktance dan cell konstan untuk menampilkan nilai
konduktivitas (Mc.Cabe dkk, 1985).
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit
di dalam air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam
yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air di dalam menghantarkan
arus listrik. Konduktivitas listrik didefinsikan sebagai ratio dari rapat arus
terhadap kuat medan. Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik

7
daya hantar listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garam-garam
terlarut dengan demikian bukan merupakan penghantar listrik yang baik. Selain
dipengaruhi oleh jumlah garam-garam terlarut, konduktivitas juga di pengaruhi
oleh temperatur. Konduktivitas dapat berupa (Salirawati, 2007) :
1. Konduktivitas hidrolik, properti kemampuan bahan untuk mengirim air.
2. Konduktivitas termal, properti intensif bahan yang menandakan
kemampuannya untuk membuat panas.
3. Konduktivitas rayleigh, menjelaskan kelakuan apertur mengenai aliran
cairan atau gas.
4. Konduktivitas listrik  adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan
pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatan-muatan bergeraknya akan
berpindah, menghasilkan arus listrik.
Senyawa yang larutanya dalam air tidak dapat menghantarkan listrik
disebut larutan non elektrolit. Jika sepasang elektroda dicelupkan ke dalam larutan
elektrolit dan dialiri dengan sumber arus searah, maka ada kemungkinan arus
yang mula-mula besar menjadi mengecil, ini terjadi karena kemungkinan terjadi
peristiwa elektrolisis yang menyebabkan timbulnya lapisan di permukaan
elektoda. Hal ini menyebabkan daya hantarnya menjadi berkurang, sehingga
untuk mencegah hal tersebut pada larutan elektrolit digunakan arus bolak-balik.
Jika dalam larutan elektrolit dihubungkan tegangan melalui kedua elektroda, maka
akan timbul medan listrik antara kedua elektroda tersebut, akibatnya ion positif
akan bergerak menuju elektroda negatif (anoda) untuk mengambil elektron dari
elektroda ini (oksidasi), sedangkan ion negatif akan bergerak menuju elektroda
positif (katoda) untuk menyerahkan elektron pada elektroda ini (reduksi). Ini
berarti dalam larutan elektrolit ini terjadi penghantaran muatan dari elektroda
yang satu menuju elektroda yang lain dengan jalan diangkut oleh ion-ion
(Sukardjo, 1997).

2.1.7 Pembuatan Larutan


Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang komposisinya
8
dapat bervariasi tetapi memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh
volumenya.  Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu
pelarut.  Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan
pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak. Pengenceran
adalah proses mencampur larutan (zat terlarut) yang berkonsentrasi tinggi dengan
cara menambahkan zat pelarut hingga diperoleh volume yang lebih besar dan
konsentrasi zat terlaru yang lebih rendah. Pengenceran juga dapat meningkatkan
jumlah pH dalam larutan (Saputra, 2013).
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang
terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid, dan larutan
sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan
seacara mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogen dan tidak dapat
dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai
campuran homogen antara dua zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan dapat berupa
gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang
luas (Sukardjo, 1997).
Pencampuran larutan merupakan penggabungan dua zat atau lebih yang
jenisnya sama. Namun larutan tersebut mempunyai konsentrasi yang berbeda.
Pencampuran tidak menyebabkan adanya perubahan fisik (Salirawati, 2007).

2.1.8 Proses Pengenceran Larutan


Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan (Saputra, 2013).
Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi besaran ini
tidak biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran listrik dalam suatu
larutan elektrolit.Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan memiliki
hantaran jenis yang berbeda karena volume larutan dengan konsentrasi yang
berbeda mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh
ukuran kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit
didefinisikan sebagai konduktivitas molar (Saputra, 2013).
9
2.1.9 Mekanisme Penghantar Listrik
Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan
perpindahan elektron dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang
lebih rendah. Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam,
penghantaran berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui
penghantar dengan pengaruh dari potensial yang diterapkan. Dalam hal ini atom-
atom penyusun penghantar tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi pada
penghantar elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan lelehan garam-
garam, penghantaran berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif
maupun negatif menuju elektroda-elektroda. Mekanisme elektrolisis adalah bahwa
elektron masuk dan keluar dari larutan terjadi melalui perubahan kimia pada
elektroda-elektrodanya (Saputra, 2013).

2.1.10 Ketergantungan Konduktivitas Terhadap Konsentrasi


Berdasarkan hantarannya, elektrolit dibedakan menjadi dua yaitu elektrolit
kuat (garam-garam dan sebagian asam seperti nitrat, sulfat dan klorida) dan
elektrolit lemah (seperti asam asetat dan asam organic lainnya). Elektrolit kuat
mempunyai hantaran molar yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan
elektrolit lemah. Untuk elektrolit kuat yang tidak mengandung asosiasi ion,
konsentrasi ionnya berbanding lurus dengan konsentrasi elektrolitnya. Hal ini
terjasi karena adanya interaksi diantara ion-ion yang mempengaruhi hantaran
jenisnya. Interaksi ini berubah dengan berubahnya konsentrasi (Salirawati, 2007).
Menurut Kohlrausch, pada pengenceran tak hingga dimana disosiasi untuk
semua elektrolit berlangsung sempurna dan semua gaya antar ion hilang, masing-
masing ion dalam larutan bergerak bebas dan tida bergantung pada ion
pasangannya. Kontribusinya terhadap daya hantar molar hanya bergantung pada
sifat dari ionnya tersebut. Jadi gaya hantar molar setiap elektrolit pada
pengenceran tak hingga merupakan jumlah dari gaya hantar molar ion-ionnya
pada pengenceran tak hingga (Salirawati, 2007).

10
2.1.11 Konduktivitas Elektrik
Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas spesifik
dari larutan.Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan untuk 1 cm 3
larutan. Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain untuk mendeteksi
pengotoran air karena zeolit atau zat kimia seperti limbah industri, pengolahan air
bersih dan lain lain. Karena relevansi antara konduktivitas dengan konsentrasi
larutan maka untuk menentukan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara
mengukur konduktivitas larutan tersebut. Dalam hal itu hubungan antara
konduktivitas dan konsentrasi telah ditentukan (Salirawati, 2007).
Larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat
mengahantarkan arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas listrik
ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan.Jika
harga konduktivitas dari berbagai macam larutan elektrolit diketahui, maka untuk
menentukan konsentrasi larutan tersebut dapat dilakukan dengan mengalirkan arus
melalui larutan dan mengukur resistivitas atau konduktivitasnya (Salirawati,
2007).

11
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran konduktivitas
antara lain :
1. Konduktometer
2. Neraca analitik
3. Batang pengaduk
4. Gelas kimia 100 ml, 150 ml, 250 ml
5. Labu ukur 100 ml
6. Corong kaca
7. Cawan
8. Gelas ukur 10 ml
9. Pipet tetes
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran konduktivitas adalah
NaOH, NaCl, , dan aquadest.

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Pembuatan Larutan Induk NaOH 1%
1. Padatan NaOH ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke
dalam gelas kimia.
2. Ditambahkan sedikit aquadest ke dalam gelas kimia untuk melarutkan
NaOH, aduk hingga homogen.
3. Setelah homogen, dimasukkan larutan kedalam labu ukur 100 ml
4. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan kembali.
3.3.2 Pengenceran Larutan Induk NaOH 1% dengan variasi 0,05 %; 0,1%;
0,15%.

12
1. Larutan induk yang telah dibuat kemudian diencerkan 0,05% sebanyak 5
ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.

13
2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan
yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan.
4. Larutan yang telah homogen dituang ke dalam gelas kimia.
5. Dilanjutkan pengenceran dengan varian 0,1%; 0,15% dengan melakukan
langkah sebelumnya sesuai varian yang ingin dibuat.
3.3.3 Pengukuran konduktivitas larutan induk NaOH 1% yang telah
diencerkan.
1. Larutan yang telah diencerkan dengan varian yang ditentukan diukur
menggunakan alat konduktometer.
2. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam larutan yang telah
diencerkan.
3. Dicatat nilai konduktivitas yang dapat dilihat pada display alat
konduktometer jika telah konstan. (Setiap melakukan pengukuran alat
konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu lalu dilanjutkan pengukuran
selanjutnya).
4. Dilakukan prosedur diatas pada larutan yang telah diencerkan lainnya.
Dilihat nilai konduktivitasnya jika telah konstan dicatat.
3.3.4 Pembuatan Larutan Induk NaCl 1%
1. Padatan NaCl ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam
gelas kimia.
2. Ditambahkan sedikit aquadest ke dalam gelas kimia untuk melarutkan
NaCl, aduk hingga homogen.
3. Setelah homogen, dimasukkan larutan kedalam labu ukur 100 ml
4. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan kembali.

14
3.3.5 Pengenceran Larutan Induk NaCl 1% dengan variasi 0,05 %; 0,1%;
0,15%; 0,2%.
1. Larutan induk yang telah dibuat kemudian diencerkan 0,05% sebanyak 5
ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.
2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan
yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan.
4. Larutan yang telah homogen dituang ke dalam gelas kimia.
5. Dilanjutkan pengenceran dengan varian 0,1%; 0,15%; 0,2% dengan
melakukan langkah sebelumnya sesuai varian yang ingin dibuat.
3.3.6 Pengukuran konduktivitas larutan induk NaCl 1% yang telah
diencerkan.
1. Larutan yang telah diencerkan dengan varian yang ditentukan diukur
menggunakan alat konduktometer.
2. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam larutan yang telah
diencerkan.
3. Dicatat nilai konduktivitas yang dapat dilihat pada display alat
konduktometer jika telah konstan. (Setiap melakukan pengukuran alat
konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu lalu dilanjutkan pengukuran
selanjutnya).
4. Dilakukan prosedur diatas pada larutan yang telah diencerkan lainnya.
Dilihat nilai konduktivitasnya jika telah konstan dicatat.
3.3.7 Pengenceran Larutan Induk 98%

1. Larutan 0,5 % dibuat dengan mengencerkan 98% sebanyak

0,5 ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur


100 ml.
2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan
yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.

15
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup lalu
dihomogenkan.
3.3.8 Pengenceran Larutan Induk 98% dengan variasi 0,1%;

0,15%; 0,2%.
1. Larutan induk yang telah dibuat kemudian diencerkan 0,1% sebanyak 0,1
ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.
2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan
yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan.
4. Larutan yang telah homogen dituang ke dalam gelas kimia.
5. Dilanjutkan pengenceran dengan varian 0,1%; 0,15%; 0,2% dengan
melakukan langkah sebelumnya sesuai varian yang ingin dibuat.

3.3.9 Pengukuran konduktivitas larutan induk 98% yang telah

diencerkan.
1. Larutan yang telah diencerkan dengan varian yang ditentukan diukur
menggunakan alat konduktometer.
2. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam larutan yang telah
diencerkan.
3. Dicatat nilai konduktivitas yang dapat dilihat pada display alat
konduktometer jika telah konstan. (Setiap melakukan pengukuran alat
konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu lalu dilanjutkan pengukuran
selanjutnya).
4. Dilakukan prosedur diatas pada larutan yang telah diencerkan lainnya.
Dilihat nilai konduktivitasnya jika telah konstan dicatat.
3.3.10 Proses Kalibrasi Alat Konduktometer.
1. Dimasukkan aquadest ke dalam gelas kimia.
2. Dihidupkan alat konduktometer dengan menekan tombol on.
3. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam aquadest.

16
4. Dikalibrasikan alat konduktometer.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan


Data hasil percobaan pengukuran konduktivitas larutan NaCl dengan variasi
konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Data hasil pengukuran konduktivitas konsentrasi 0,06% dan 0,07%
Konsentrasi Konduktivitas Konduktivitas Konduktivitas
(%) NaOH H2SO4 NaCl
(µS/cm) (µS/cm) (µS/cm)
0,06 2159 5542 1265
0,07 2507 6811 1343

3.2 Pembahasan
Konduktivitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik. Pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan
menggunakan arus listrik yang dialiarkan pada dua elektroda yang dicelupkan
kedalam air atau larutan kimia dan tegangan yang dihasilkan diukur (Mc.Cabe
dkk, 1985).
Pengukuran konduktivitas menggunakan larutan NaCl, H2SO4 dan NaOH
merupakan ketiga senyawa tersebut memiliki sifat sebagai elektrolit kuat. Larutan
yang bersifat sebagai elektrolit kuat dapat menghantarkan arus listrik dan jenis
larutan elektrolit kuat bisa diukur nilai hantarnya yang dinamakan konduktivitas
suatu larutan tersebut. Pada percobaan dilakukan pengukuran konduktivitas
larutan dimana faktor yang dilihat adalah perbedaan konsentrasi dari masing-
masing larutan NaCl, H2SO4 dan NaOH yaitu 0.06% dan 0.07%.

3.2.1 Hubungan konduktivitas dengan konsentrasi larutan NaCl


Larutan natrium klorida tergolong dalam larutan elektrolit kuat, dimana
natrium klorida akan mengion menjadi Na+ dan Cl- dalam sistem larutan. Pada
percobaan dilakukan pengukuran konduktivitas larutan NaCl dimana digunakan
17
variasi konsentrasi larutan yang berbeda yaitu 0.06% dan 0.07%. Data yang
diperoleh dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kurva Konsentrasi vs Konduktivitas pada larutan NaCl

Dari Gambar 3.1 diatas dapat dilihat nilai konduktivitas larutan NaCl
dengan konsentrasi 0.06 % dan 0.07 % adalah berturut-turut 1265 µS/cm dan
1343 µS/cm. Pada pengukuran NaCl didapat konduktivitas yang cukup besar hal
ini dikarenakan NaCl merupakan pencampuran antara asam kuat dan basa kuat
yang memiliki daya ionisasi tinggi. Dari hasil pengukuran dengan
konduktivitimeter didapat bahwa konsentrasi larutan berbanding lurus dengan
nilai konduktivitas suatu larutan. Hal ini disebabkan semakin pekat konsentarasi
larutan, maka semakin banyak NaCl yang terlarut dalam air sehingga
menyebabkan semakin banyak NaCl yang terionisasi dan menghasilkan muatan-
muatan negatif dan positif. Apabila semakin banyak muatan-muatan dalam
larutan maka semakin banyak arus listrik yang dihantarkan.

3.2.2 Hubungan konduktivitas dengan konsentrasi larutan NaOH


Pada percobaan dilakukan pengukuran konduktivitas larutan NaOH
dimana digunakan variasi konsentrasi larutan yang berbeda yaitu 0.06% dan
0.07%. Data yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 3.2.

18
Gambar 3.2 Kurva Konsentrasi vs Konduktivitas pada larutan NaOH

Dari Gambar 3.2 diatas dapat dilihat nilai konduktivitas larutan NaOH
dengan konsentrasi 0.06 % dan 0.07 % adalah berturut-turut 2159 µS/cm dan
2507 µS/cm. Dari hasil yang didapatkan pada percobaan, hasil tersebut sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi zat kimia dalam
suatu larutan akan meningkatkan konduktivitasnya, sedangkan semakin rendah
konsentrasi dari NaCl maka nilai konduktivitas nya juga akan semakin menurun.

3.2.3 Pengukuran Konduktivitas Larutan H2SO4


Pada percobaan dilakukan pengukuran konduktivitas larutan H2SO4 dimana
digunakan variasi konsentrasi larutan yang berbeda yaitu 0.04% dan 0.08%. Data
yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 3.3.

19
Gambar 3.3 Kurva Konsentrasi vs Konduktivitas pada larutan H2SO4

Dari Gambar 3.3 diatas dapat dilihat nilai konduktivitas larutan H2SO4
dengan konsentrasi 0.06 % dan 0.07 % adalah berturut-turut 5542 µS/cm dan
6811 µS/cm. Peningkatan konduktivitas disebabkan oleh kadar atau jumlah ion
yang semakin bertambah seiring dengan peningkatan konsentrasi. Ion-ion yang
membawa muatan listrik bergerak secara acak (Gerak Brown) didalam larutan dan
saling bertumbukan satu sama lain. Selama ion-ion saling bertumbukan maka
terjadi pula proses transfer arus listrik dalam waktu sepersekian detik.

3.2.4 Perbandingan Konduktivitas Larutan NaCl, NaOH dan H2SO4


Konduktivitas pada ketiga larutan sudah dilakukan pengukuran dan diambil
datanya. Nilai konduktivitas larutan NaCl, NaOH dan H2SO4 dengan konsentrasi
0.06 % dan 0.07% mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan
konsentrasi pada NaCl, NaOH dan H2SO4. Nilai konduktivitas larutan NaCl
dengan konsentrasi 0.06 % dan 0.07 % adalah berturut-turut 1265 µS/cm dan
1343 µS/cm. Nilai konduktivitas larutan NaOH dengan konsentrasi 0.06 % dan
0.07 % adalah berturut-turut 2159 µS/cm dan 2507 µS/cm. Sedangkan nilai
konduktivitas larutan H2SO4 dengan konsentrasi 0.06 % dan 0.07 % adalah
berturut-turut 5542 µS/cm dan 6811 µS/cm.

20
Gambar 3.4 Hubungan Konsentrasi Vs Konduktivitas Antara Larutan
NaCl, H2SO4 dan NaOH
Dari Gambar 3.4 dapat dilihat perbandingan ketiga nilai konduktivitas
larutan tersebut, dimana larutan H2SO4 memiliki nilai konduktivitas larutan
terbesar dibandingkan larutan NaCl dan NaOH, ini dikarenakan larutan H2SO4
bersifat penghantar arus listrik yang baik, dimana saat pembuatan larutan H2SO4
tersebut akan melepaskan panas ketika dilarutkan yang akan membuat
peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu larutan dan larutan yang terlarut
terionisasi sempurna membuat meningkatnya konduktivitas.
Ketiga larutan sama-sama tergolong sebagai larutan elektrolit kuat dan
merupakan larutan yang dapat terionisasi bila dilarutkan ke dalam air. Hal yang
membedakan ketiga larutan tersebut adalah pada jenisnya yaitu berupa garam
(NaCl dan NaOH) dan asam kuat (H2SO4). Kita ketahui bahwa garam terbentuk
dari hasil reaksi asam kuat dan basa kuat sehingga terjadilah reaksi dan
terbentuklah garam, sehingga bisa diambil alasan nilai konduktivitas NaCl dan
NaOH lebih rendah dibanding H2SO4. Alasannya karena NaCl dan NaOH
terbentuk dari pencampuran asam dan basa (netral), sehingga nilai
konduktivitasnya tidak begitu tinggi (Salirawati, 2007).

21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan pengukuran konduktivitas yaitu :
1. Apabila semakin besar konsentrasi pada larutan NaCl, larutan H2SO4
dan larutan NaOH maka nilai konduktivitasnya akan semakin
meningkat, sebaliknya semakin rendah konsentrasi larutannya maka
nilai konduktivitasnya akan semakin kecil.
2. Perbandingan nilai konduktivitas, larutan H2SO4 lebih besar
dibandingkan dengan larutan NaCl dan larutan NaOH.
3. Nilai konduktivitas larutan NaCl dengan konsentrasi 0.10 %, 0,11% dan
0.12% adalah berturut-turut 5100 µS/cm, 5363 µS/cm dan 5913 µS/cm.
Nilai konduktivitas larutan NaOH dengan konsentrasi 0.10 %, 0,11%
dan 0.12%adalah berturut-turut 745 µS/cm, 1918 µS/cm dan 2034
µS/cm. Sedangkan nilai konduktivitas larutan H2SO4 dengan konsentrasi
0.02 %, 0,04% dan 0.06 % adalah berturut-turut 1679 µS/cm, 3203
µS/cm dan 4018 µS/cm.

4.2 Saran
1. Lakukan praktikum dengan teliti dan penuh kecermatan.
2. Usahakan dalam melakukan praktikum ini menggunakan perlengkapan
seperti sarung tangan dan masker.
3. Pengambilan data nilai konduktivitas, setelah kondisinya konstan
(stabil).

22
DAFTAR PUSTAKA

Bird, T. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Mc Cabe L Warren, Smith C Julian, Herriot Peter. 1985. Operasi Teknik Kimia
Jilid 1     Edisi Ke-4 .diterjemahkan oleh Jasifi E. Jakarta : Erlangga.
Salirawati, 2007. Belajar Kimia Menarik.  Jakarta : Grasindo.
Saputra, Andika. 2013. Pengenceran Asam kuat. https://andikasaputra.web.id
/2013/02/laporan-praktikum-pengenceran-asam-kuat.html. (Diakses tanggal
17 November 2017)
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta
Supriyana. 2004. Kimia untuk Universitas jilid II. Erlangga. Jakarta.
Tim Penyusun. 2017. Buku Panduan Praktikum Instrumentasi dan Kontrol.
Fakultas  Teknik Jurusan Diploma III Teknik Kimia. Universitas Riau.

23
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Perhitungan untuk NaCl


1. Menentukan berat dari larutan NaCl dengan konsentrasi 1%

= x 100%

= x 100%

2. Pembuatan larutan NaCl 0,06% dari pengenceran NaCl 1% Maka


volumenya adalah:
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1 % = 100 x 0,06%
V1 = 6 ml
3. Pembuatan larutan NaCl 0,07% dari pengenceran NaCl 1% Maka
volumenya adalah:
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1 % = 100 x 0,07%
V1 = 125 ml

A.2 Perhitungan untuk NaOH


1. Menentukan volume larutan NaOH dengan konsentrasi 1% dari NaOH 4%
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 4% = 100 x 1%
V1 = 25 ml
2. Pembuatan larutan NaOH 0,06% dari pengenceran NaCl 1% Maka
volumenya adalah:
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1 % = 100 x 0,06%
V1 = 6 ml
24
3. Pembuatan larutan NaCl 0,07% dari pengenceran NaCl 1% Maka
volumenya adalah:
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1 % = 100 x 0,07%
V1 = 125 ml

A.3 Perhitungan untuk H2SO4


1. Menentukan volume larutan H2SO4 dengan konsentrasi 1% dari H2SO4 98%
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 98% = 100 x 1%
V1 = 1,02 ml
2. Pembuatan larutan H2SO4 0,06% dari pengenceran H2SO4 1% Maka
volumenya adalah:
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1 % = 100 x 0,06%
V1 = 6 ml
3. Pembuatan larutan H2SO4 0,07% dari pengenceran H2SO4 1% Maka
volumenya adalah:
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1 % = 100 x 0,07%
V1 = 125 ml

25
LAMPIRAN B
LAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum : Pengukuran Konduktivitas


Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 16 November 2017
Nama Kelompok : III (Tiga)
Anggota Kelompok : Jelly Okta Sari (1507037717)
Kevin Marcellino S (1507037562)
Maulidina Prastike P (1507037633)
Selvia Basril (1507036781)
Data Hasil Percobaan:
Tabel B.1 Data hasil pengukuran konduktivitas pada konsentrasi 0,06%
Konduktivitas NaOH Konduktivitas H2SO4 Konduktivitas NaCl
(µS/cm) (µS/cm) (µS/cm)
2161 5545 1267
2158 5540 1264
2159 5543 1266

Tabel B.2 Data hasil pengukuran konduktivitas pada konsentrasi 0,07%


Konduktivitas NaOH Konduktivitas H2SO4 Konduktivitas NaCl
(µS/cm) (µS/cm) (µS/cm)
2507 6813 1342
2505 6810 1344
2509 6811 1343

Mengetahui, Pekanbaru, 16 November 2017


Asisten Praktikan

26
Hadi Ikrima Selvia Basril

27

Anda mungkin juga menyukai