Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Instrumentasi dan Pengolahan Drs. Syamsu Herman, MT


Proses

PENGUKURAN BERAT

DISUSUN OLEH:
Kelompok II ( DUA)

Nama Kelompok : 1. Boris Silalahi (2007026849)


2. Hannisa Mir’atil Hayati (2007035931)
3. Rita Fitri Ningsih Nadeak (2007036197)
4. Sri Rahayu Sinaga (2007036672)

LABORATORIUM MATERIAL DAN KOROSI


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022
Abstrak
Pengukuran berat atau massa dari bahan-bahan yang padat, cair atau berbentuk gas
dengan menggunakan timbangan (neraca) disebut penimbangan. Pengukuran
merupakan pencatatan suatu besaran secara periodik atau kontinu, misalnya jumlah
bahan dalam satuan kg. Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari cara
mengkalibrasi, mengukur dan menentukan kesalahan pengukuran pada pengukuran
berat padatan. Bahan yang digunakan pada percobaan yaitu pasir, dan batu apung.
Percobaan dilakukan dengan menimbang bahan bahan yaitu asir, dan batu apung
dengan penimbangan di dua jenis timbangan yang berbeda. Selanjutnya dilakukan
perbandingan pengukuran dengan menggunakan timbangan analitik dan timbangan
analog. Perbedaan tertinggi diperoleh pada saat menimbang bahan pasir yaitu sebesar
182,3 gr.

Kata Kunci : timbangan analitik,timbangan sorong, persentase perbedaan.

Abstract
Measurement of the weight or mass of solid, liquid or gaseous materials using a
balance is called weighing. Measurement is the recording of a quantity periodically
or continuously, for example the amount of material in kg. The purpose of this
experiment is to learn how to calibrate, measure and determine measurement errors
in solids weight measurements. The materials used in the experiment were sand and
pumice. The experiment was carried out by weighing the ingredients, namely water,
and pumice by weighing on two different types of scales. Furthermore, the
comparison of measurements using analytical balances and analog scales is carried
out. The highest difference was obtained when weighing the sand material, which
was 182.3 g.

Keywords: analytical balance, caliper, percentage difference.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar dan pengukuran
merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur
menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari
berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Mengukur adalah kegiatan
membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Mengukur
dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu fenomena
atau permasalahan secara kuantitatik (Bernasconi, 1995).
Pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data  yang mendukung jika
dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis. Dengan
pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numeric yang menunjukan pola-
pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut. Mengetahui
pentingnya besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat
membantu praktikan untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalam
mengamati suatu gejala tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data yang
didapat dari hasil pengukuran yang kemudian besaran-besaran yang didapat dari hasil
pengukuran kemudian ditetapkan sebagai satuan (Darmawijaya, 1997).
1.2 Tujuan
Mempelajari cara mengkalibrasi, mengukur dan menentukan kesalahan
pengukuran pada pengukuran berat padatan yang berbeda jenis dan ukurannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Pengukuran adalah pencatatan suatu besaran secara periodik atau kontinu,
misalnya jumlah bahan dalam satuan kg. Pengukuran merupakan dasar untuk tiap
pengendalian atau pengaturan proses-proses kimia dan fisika. Tanpa pengukuran
tidak mungkin tercapai keselamatan, ekonomisasi atau mutu yang cukup baik di
industri kimia.Pengukuran berat atau massa dari bahan-bahan yang padat, cair atau
berbentuk gas dengan menggunakan timbangan (neraca) disebut penimbangan.
Berdasarkan prinsipnya timbangan terbagi atas :
a. Timbangan Gaya misalnya timbangan dengan kotak pengukur gayaditentukan
gaya berat (gaya gravitasi) yaitu gaya tarik bumi terhadap massadari suatu
bahan.
b. Timbangan Massa (timbangan dengan anak timbangan yang dapat digeser,
timbangan bertuas miring dan timbangan bertuas lainnya) dua gaya berat
dibandingkan pada suatu pembanding, karena baik gaya maupun massa
mempunyai percepatan jatuh yang sama (Hanafiah, 2005).
2.1.1 Jenis-Jenis Timbangan
Alat ukur berat yang digunakan dalam industri dikelompokkan berdasarkan
konstruksi dan cara kerjanya, meliputi :
a. Timbangan Sorong
Beban dibandingkan dengan anak timbangan yang dapat digeser
disepanjang rel (tuas timbangan). Anak timbangan mempunyai berat yang tidak
berubah. Sebagian besar sistem timbangan ini tidak berada dalam tempat tertutup,
sehingga timbangan ini sangat sensitif terhadap angin, pengotoran dan korosi.
Penyetelan dan kesetimbangan pada timbangan sorong membutuhkan waktu yang
sangat lama karena itu tidak cocok untuk penimbangan seri. Di pabrik, timbangan ini
hanya digunakan untuk barang-barang yang perlu ditimbang sekali-sekali.

Gambar 1.1 Contoh Timbangan Sorong


b. Timbangan Analitik (Digital)
Penunjukan harga ukur secara digital adalah suatu cara penunjukan yang
diskrit dari harga yang diukur, misalnya penunjukan harga dengan harga. Pada
penunjukan harga ukur secara digital, kesalahan membaca lebih kecil dibandingkan
dengan cara penunjukan analog. Karena kebanyakan nilai ukur atau sinyal terdapat
dalam bentuk analog, dibutuhkan suatu instalasi (konverter) mengubahnya menjadi
bentuk digital.
Gambar 1.2 Contoh Timbangan Analitik

c. Timbangan Dengan Kotak Pengukur Gaya


Kotak pengukur gaya merupakan instrumen pengukur gaya dengan cara
hidrolik, pneumatik, elektrik atau magnetik. Timbangan dengan kotak pengukur gaya
digunakan untuk menentukan berat bahan padat atau cair, terutama dalam silo atau
gudang penyimpanan. Karena kotak pengukur gaya dipasang diluar bejana, tidak
terjadi kontak dengan bahan yang diukur. Pemanasan perlengkapan yang dapat
mengganggu dalam bejana juga tidak diperlukan. Biasanya alat ini tertutup rapat
sehingga tidak sensitive terhadap pengotoran dan korosi (Hanafiah, 2005).
Timbangan dengan kotak pengukur gaya mempunyai dua jenis yaitu :

a. Timbangan dengan Kotak Pengukur Gaya Hidrolik


Pada alat ini gaya berat dari beban yang ditimbang menekan cairan dalam
suatu volume tertutup, tekanan yang terjadi dalam cairan proporsional dengan berat
bahan. Prinsip kerjanya : bejana berisi bahan ditempatkan diatas dua titik penyangga
sehingga dapat bergerak menekan titik ketiga pada kotak pengukur. Bejana juga bisa
diletakkan pada tiga titik diatas pengukur gaya. Kotak pengukur gaya dihubungkan
dengan kotak manometer melalui pipa kapiler, kemudian diisi dengan cairan yang
memindahkan tekanan dari kotak pengukur gaya ke manometer. Skala dikalibrasi
dengan berat bersih atau volume bahan yang akan diukur (Darmawijaya, 1997).
b. Timbangan dengan Kotak Pengukur Gaya Elektrik
Pada alat ini, gaya berat dari bahan yang ditimbang menyebabkan seutas
kawat meregang atau memendek sehingga tahanan listriknya berubah. Prinsip
kerjanya: kawat tahanan yang berkelok-kelok dilekatkan pada kertas atau bahan
sintetik. Sensor regangan ditempelkan pada benda yang elastis, karena adanya beban
keduanya mengalami regangan dan pemendekan. Perubahan tahanan listrik yang
terjadi disampaikan kealat penunjuk dan alat ini telah dikalibrasi dengan unit berat
atau volume.
c. Timbangan Kontinu
Untuk menimbang secara kontinu bahan padat yang dapat ditabur
(misalnya: tepung, serbuk dan biji-bijian) dapat digunakan timbangan sabuk (Belt
Conveyor). Pada proses-proses penakaran (misalnya pengemasan) sering peralatan
harus diisi bahan secara kontinu, untuk itu digunakan timbang penakar (Fill
Weigher).Pengukuran berat secara kontinu juga dapat dilakukan dengan Screw
Conveyor, namun biasanya hasil pengukurannya kurang akurat dan tidak cocok untuk
bahan yang lembab. Screw Conveyor adalah suatu palung yang tertutup atau terbuka
yang akur (Darmawijaya, 1997).

2.1.2 Ketepatan dan Kesalahan


Ketepatan pengukuran adalah kecocokan nilai yang ditunjukkan alat dengan
nilai yang sebenarnya. Perbedaan keduanya disebut besar kesalahan. Tiap hasil
pengukuran selalu mengandung kesalahan, misalnya diakibatkan karena
ketidaksempurnaan alat ukur dan cara pengukuran, karena pengaruh lingkungan yang
tidak dikehendaki, pengaruh orang yang mengukur (menyimpang dari cara
pengukuran yang telah ditentukan, kurang cermat pada waktu membaca, kurang awas
melihat, cara pengukuran yang dipilih kurang tepat). Kesalahan keseluruhan dari
suatu pengukuran merupakan jumlah dari masing-masing kesalahan yang terjadi.
Kesalahan alat ukur dapat berubah dengan waktu, oleh karena itu alat ukur tertentu
perlu sering dikalibrasi (Hanafiah, 2005).

2.1.3 Kalibrasi
Dalam teknik pengukuran, mengkalibrasi berarti menyetel alat ukur hingga
penunjukannya menyimpang sesedikit mungkin dari sebenarnya. Untuk
mengkalibrasi suatu alat digunakan alat kedua yang biasanya lebih teliti dari alat yang
dikalibrasi dengan komputer. Secara hukum mengkalibrasi berarti pengujian resmi
untuk menentukan bahwa alat ukur tersebut memenuhi syarat yang ditentukan
(misalnya : batas kesalahannya) (Darmawijaya, 1997).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan yang digunakan


Adapun Bahan yang digunakan dalam percobaan pengukuran berat adalah
batu apung dan pasir.
3.2 Alat yang digunakan
Adapun Alat yang digunakan dalam percobaan pengukuran berat adalah :
1. Timbangan analog
2. Timbangan digital
3. Glass Beaker 150 ml
3.1

2.3 Prosedur Percobaan


1. Peralatan timbangan digital atau timbangan analog disusun.
2. Gelas kimia yang kosong ditimbang terlebih dahulu dengan timbangan analog
kemudian ditimbang kembali dengan timbangan digital.
3. Gelas kimia 150 ml diisi dengan pasir sampai tanda 60 ml dan 80 ml kemudian
ditimbang dengan menggunakan timbangan analog dan timbangan digital
4. Diulangi langkah diatas dengan menggunakan bahan batu apung. Angka yang
terbaca pada timbangan analog dicatat kemudian dibandingkan dengan berat
sebenarnya (angka yang terdapat pada timbangan digital).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Pada percobaan ini dilakukan penimbangan berat sampel dengan bahan pasir
dan juga batu apung dengan alat penimbangan yaitu timbangan analo dan timbangan
digital dengan wadah berupa gelas kimia dengan yang berbeda. Hasil pengukuran
berat yang didapatkan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil pengukuran berat untuk gelas kimia


Massa Gelas Kimia (gram) % Perbedaan
Timbangan Analog Timbangan Digital
64,8 69,30 6
63,8 61,88 6,8

Setelah dilakukan penimbangan berat kosong untuk kedua jenis gelas kimia
terlihat bahwa gelas kimia dengan jenis Schoot memiliki massa relatif lebih besar
daripada gelas kimia berjenis Iwakki dengan selisih berat pada jenis timbangan yang
berbeda yaitu sekitar <5 gram. Setelah itu maka dilakukan pengukuran berat dengan
menambahkan sampel berupa pasir dan batu apung untuk kedua jenis gelas kimia
tersebut. Hasil pengukuran berat dengan penambahan sampel berupa pasir dan batu
apung dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 4.3 berikut ini :

Tabel 4.2 Hasil pengukuran berat untuk jenis gelas kimia Schoot
Timbangan Timbangan Perbedaan Timbangan Analog
Analog (gr) Digital (gr) Vs Timbangan Digital (%)
85,90 15,61 45
89,2 23,62 27,8
Tabel 4.3 Hasil pengukuran berat untuk jenis gelas kimia Iwakki
Timbangan Timbangan Perbedaan Timbangan Analog
Analog (gr) Digital (gr) Vs Timbangan Digital (%)
145,3 73,51 98
160,31 113,06 41,7

Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa setiap jenis gelas kimia yang
digunakan memiliki bahan dan massa yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh
adanya pengaruh dari karakteristik jenis gelas kimia dan sampel yang digunakan.
Pada sampel yang digunakan yaitu pasir dan juga batu apung, yang mana terlihat
bahwa adanya perbedaan sifat dari kedua sampel tersebut. Sifat dari sampel pasir ini
yaitu memiliki berat yang paling besar dibandingkan dari batu apun, hal ini
dikarenakan pasir ukuran partikel dari pasir lebih kecil dari batu apung sehingga
kapasitas pasir yang dapat terbaca oleh alat didalam gelas kimia tersebut lebih besar.

4.2 Perbandingan Antara Gelas Kimia Terhadap Perubahan Isi Sampel


Dari hasil percobaan tersebut didapatkan % perbedaan dari pengukuran kedua
jenis bahan dengan gelas kimia yang berbeda. Hubungan antara isi bahan terhadap
perubahaan % perbedaan antara kedua jenis gelas kimia dapat dilihat pada gambar 4.1
sebagai berikut :
Isi Bahan (ml)

150
100
50 Batu Apung
0 (Schoot)
55 60 65 70 75 80 85 Pasir (Iwakki)

Presentase Perbedaan (%)

Gambar 4.1 Hubungan isi bahan terhadap perubahan % perbedaan


Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa hubungan antara isi bahan
terhadap perubahan % perbedaan relatif menurun. Ketika isi bahan ditingkatkan maka
% perbedaan yang didapatkan akan semakin menurun Hal ini yang menyebabkan.
Presentase perbedaan yang tertinggi didapatkan dari pengukuran berat dengan jenis
bahan batu apung yaitu 45% dan dengan jenis pasir yaitu sebesar 98%. Dalam
pengukuran berat ini, suatu pengukuran tidak bisa dipastikan akurat, hal ini
dikarenakan kesalahan yang terjadi pada saat melakukan pengukuran yaitu dari
kondisi alat dan juga human error dari pengukur. Selain itu % perbedaan ini
mengalami perubahan yang jauh bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
luas permukaan bahan, bahan pembentukan gelas kimia yang berbeda, dan juga
kesalahan dari alat yang digunakan. Pengukuran berat dengan cara penimbangan ini
dibutuhkan pengukur dengan tingkat ketelitian yang akurat agar hasil yang
didapatkan sesuai dengan yang seharusnya, jika pengukur tidak akurat dalam
melakukan pengukuran ini maka dipastikan bahwa hasil yang akan diinginkan tidak
tercapai dan juga dapat mengalami kegagalan .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari percobaan ini sebagai berikut :
1. Semakin besar isi bahan, maka semakin besar pula berat sampel yang
dihasilkan.
2. Persentase perbedaan terkecil pada pengambilan sampel pertama didapat pada
gelas kimia Schoot sebesar 6% sedangkan persentase perbedaan terbesar yaitu
sebesar 98% pada sampel kedua.
3. Pengukuran berat suatu sampel dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan, sifat
bahan dan kinerja dari alat.

5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam melakukan percobaan
ini diantaranya sebagai berikut :
1. Pada saat mengukur berat sampel harus lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan
atau memperkecil persen kesalahan.
2. Sebaiknya penentuan berat sampel dengan menggunakan alat ukur berat harus
dilakukan oleh satu orang saja agar tidak terjadi perbedaan pembacaan skala.
DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, Gani. 1995. Bagian 1, edisi 1. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.


Darmawijaya, M. isa. 1997. Klasifikasi Berat. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
Hanafiah, K. A. 2005. Ketepatan Pengukuran. Jakarta : Divisi Buku Perguruan
Tinggi.
Hardjowigeno, Sarnono. 1992. Jenis Timbangan. Jakarta : Maduatama Sarana.
Tim penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Instrumentasi dan Kontrol.Program Studi
DIII Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau : Pekanbaru
Bernasconi, Gani. 1995. Bagian 1, edisi 1. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Darmawijaya, M. isa. 1997. Klasifikasi Berat. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum : Pengukuran Berat


Hari/Tanggal Praktikum : Kamis,27 Oktober 2022
Pembimbing : Drs. Syamsu Herman, MT
Asisten Laboratorium : Victoria Tiurma Malau
Nama Kelompok VI : Boris Silalahi (2007026849)
Sri Rahayu Sinaga (2007036672)
Rita Fitri Ningsih Nadeak (2007036197)
Hannisa Miratil Hayati (2007035931)

Data hasil percobaan pengukuran berat dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai
berikut :
Tabel A.1 Pengukuran berat kosong dari gelas kimia
Jenis Gelas Kimia Massa Gelas Kimia (gram)
Timbangan O’haus Timbangan digital
(gr) (gr)
Schoot 64,8 69,30
Iwakki 63,8 61,88
Tabel A.2 Pengukuran berat sampel 1 (batu apung) dengan gelas kimia Schoot
Timbangan O’haus Timbangan Digital
Isi Gelas Kimia (ml) (gr) (gr)

60 ml batu apung 85,90 15,61

80 ml batu apung 89,2 23,62

Tabel A.3 Pengukuran berat sampel 2 dengan gelas kimia Iwakki


Timbangan Timbangan Perbedaan Timbangan O’haus
Isi Gelas Kimia O’haus Digital (gr) Vs Timbangan Digital (%)
(ml) (gr)
60 ml pasir 145,3 73,51 98%
80 ml pasir 160,31 113,06 41,7%

Praktikan Asisten Lab

Boris Silalahi Victoria Tiurma Malau


LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

Perhitungan Persen Perbedaan :


B.1 Pengukuran pada Pengambilan Sampel Pertama (berat kosong)
- Gelas kimia jenis Schoot
Hasil Analitik−Hasil Sorong
% Perbedaan = │ │x 100%
Hasil Analitik
67,88−63,8
=│ │x 100%
67,88
=6%
- Gelas kimia jenis Iwakki
Hasil Analitik−Hasil Sorong
% Perbedaan = │ │x 100%
Hasil Analitik
69,30−64,8
=│ │x 100%
69,30
= 6,8 %
B.2 Pengukuran pada Pengambilan Sampel Kedua (pengisian 60 ml dan 80
ml batu apung)
- Gelas kimia jenis Schoot (untuk 60 ml)
Hasil Analitik−Hasil Sorong
% Perbedaan = │ │x 100%
Hasil Analitik
15,61−85,90
=│ │x 100%
15,61
= 45%
- Gelas kimia jenis Schoot (untuk 80 ml)
Hasil Analitik−Hasil Sorong
% Perbedaan = │ │x 100%
Hasil Analitik
23,62−89,2
=│ │x 100%
23,62
= 27,8%
B.3 Pengukuran pada Pengambilan Sampel Kedua (pengisian 60 ml dan 80
ml pasir)
- Gelas kimia jenis Iwakki (untuk 60 ml)
Hasil Analitik−Hasil Sorong
% Perbedaan = │ │x 100%
Hasil Analitik
73,51−145,3
=│ │x 100%
73,51
= 98%
- Gelas kimia jenis Iwakki (untuk 80 ml)
Hasil Analitik−Hasil Sorong
% Perbedaan = │ │x 100%
Hasil Analitik
113,06−160,2
=│ │x 100%
113,06
= 41,7%
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
Gambar C.1 Alat timbangan Gambar C.2 Penimbangan gelas
kimia kosong

Gambar C.3 Penimbangan batu Gambar C.4 Penimbangan batu


apung dengan timbangan apung dengan timbangan analitik
Gambar C.5 Penimbangan pasir Gambar C.6 Penimbangan pasir
dengan timbangan dengan timbangan analitik

Gambar C.7 Penambahan pasir pada Gambar C.8 Penimbangan gelas


proses penimbangan kosong

Anda mungkin juga menyukai